Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN Dengan digunakannya sistem satelit dalam teknik penginderaan jarak jauh maka dapat dikumpulkan data permukaan

bumi dalam jumlah yang sangat besar, karena luas permukaan bumi yang sangat luas. Data citra yang sudah diperoleh tersebut kemudian dianalisis untuk kepentingan tertentu, misalkan diagnosa penyakit, pemetaan dsb. Teknik analisis yang konvensional, yaitu mengamati bentuk citra analgog, membutuhkan waktu yang lama dan ketepatan yang kurang signifikan. Tetapi setelah ditemukannya citra digital, maka sudah dapat menggunakan alat bantu komputer yang dapat menganalisa citra tersebut dengan waktu yang lebih cepat dan ketepatan yang signifikan. Sejarah perkembangan sistem pengolahan citra secara digital tidak hanya didukung oleh keb utuhan dalam aplikasi penginderaan jauh, tetapi juga dalam beberapa aplikasi lainnya seperti biomedik, astronomi, dan arkeologi yang umumnya membutuhkan suatu metode peningkatan kualitas citra. Bidang terkait dengan citra Image processing memiliki input dan outputnya berupa citra. Sebagai contoh, suatu citra ditransformasi kebentuk citra yang lainnya. Image analysis memiliki input berupa citra dengan output bukan citra, akan tetapi berupa hasil pengukuran terhadap citra tersebut. Sebagai contoh, suatu citra wajah dianalisis untuk mendapatkan fitur wajah seperti jarak kedua mata dan jarak mata dengan hidung. Image understanding memiliki input berupa citra dengan output ya adalah deskripsi tingkat tinggi dari citra tersebut (output bukan berupa citra). Sebagai contoh diberikan suatu input citra seseorang. eluarannya deskripsi dari orang tersebut dapat berupa seperti! orang tersebut sedang menangis, sedih, senyum atau tertawa lebar. Computer vision bertujuan untuk mengkomputerisasi penglihatan manusia atau dengan kata lain membuat citra digital dari citra sebenarnya (sesuai dengan penglihatan manusia). "al tersebut dapat disimpulkan input dari computer vision adalah berupa citra penglihatan manusia sedangkan outputnya berupa citra digital.

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 1

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

Pengertian Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas # dimensi f($, y), dimana $ dan y adalah koordinat spasial dan f pada titik ($, y) merupakan tingkat kecerahan (brightness) suatu citra pada suatu titik. Suatu citra diperoleh dari penangkapan kekuatan sinar yang dipantulkan oleh objek. %ambar &.& adalah gambar penangkapan ' penerimaan citra oleh mata manusia. (itra sebagai output alat perekaman, seperti kamera, dapat bersifat analogataupun digital. Citra Analog adalah citra yang masih dalam bentuk sinyal analog, seperti hasil pengambilan gambar oleh kamera atau citra tampilan di layar T) ataupun monitor (sinyal video). *enurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik+titik koordinat pada domain spasial (bidang) dan untuk menyatakan nilai keabuan (warna suatu citra), maka secara teoritis cotra dapat dikelompokkan menjadi empat kelas citra, yaitu! kontinu+kontinu, kontinu+ diskrit, diskrit+kontinu, diskrit diskrit. ,arameter(label) pertama menyatakan presisi titik koordinat pada bidang, sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan'warna. -abel kontinu berarti nilai yang digunakan adalah tak terbatas dan tak tehingga, sedangkan diskrit menyatakan terbatas dan berhingga. Suatu citra digital merupakan representasi #+D array sample diskrit suatu citra kontinu f($,y). .mplitudo setiap sample di kuantisasi untuk menyatakan bilangan hingga bit. Setiap elemen array #+D sample disebut suatu pi$el atau pel (dari istilah /picture element/) ,engolahan citra digital adalah proses pengolahan citra digital dengan alat bantu komputer.

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 2

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

Tingkat ketajaman'resolusi warna pada citra digital tergantung pada jumlah /bit/ yang digunakan oleh komputer untuk merepresentasikan setiap pi$el tersebut. Tipe yang sering digunakan untuk merepresentasikan citra ada0ah /1+bit citra/ (#23 colors (4 untuk hitam + #22 untuk putih)), tetapi dengan kemajuan teknologi perangkat keras grafik, kemampuan tampilan citra di komputer hingga 5# bit (#5# warna). 6anah nilai intensitas dalam suatu citra juga ditentukan oleh alat digitasi yang digunakan untuk menangkap dan konversi citra analog ke citra digital (.'D). ,erolehan citra digital ini dapat dilakukan secara langsung oleh kamera digital ataupun melakukan proses konversi suatu citra analog ke citra digital. 7ntuk mengubah citra kontinu menjadi digital diperlukan proses pembuatan kisi+kisi arah hori8ontal dan vertikal, sehingga diperoleh gambar dalam bentuk array dua dimensi. ,roses tersebut dikenal sebagai proses digitalisasi'sampling. Citra monochrome atau citra hitam%putih merupakan citra satu kanal, di mana citra f($, y) merupakan fungsi tingkat keabuan dari hitam ke putih0 $ menyatakan variabel baris (garis jelajah) dan y menyatakan variabel kolom atau posisi di garis jelajah. Sebaliknya citra bewarna dikenal juga dengan citra multi+spectral, di mana warna citra biasanya. Perspective Pro!ection ,erspective projection adalah proses transformasi dari koordinat 5Dworld ke #D image, yang dilakukan berdasarkan! 9 9 (ontinuous ,erspective ,rojection optics

%ambar &.&! :ntensitas

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 3

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

,ada %ambar &.# proyeksi suatu koordinat 5 dimensi(;, <,=) ke koordinat # Dimensi ($, y) pada model perspective kontinu.

%ambar &.#! ,royeksi &eak perspective 'scaled orthographic pro!ection( *erupaka efek perspektif, tetapi tidak berdasarkan skala objek secara individu, yaitu mengumpulkan titik+titik ke suatu kelompok pada sekitar kedalaman yang sama dan kemudian membagi setiap titik dengan kedalaman kelompok titik+titik itu. %ambar &.5 menunjukkan bentuk proyeksi weak perspective.

%ambar &.5! >eak ,erspective ?entuk persamaan untuk weak perspective adalah! ($, y, 8) s($, y) Dimana s bernilai konstan untuk semua titik, garis parallel tidak konvergen tetapi terus parallel.

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 4

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

)istem *isual +anusia ita perlu memperhatikan konsep system visual manusia dalam pengolahan citra, sebab proses tersebut sangat identik dengan proses pengolahan citra. etika manusia menangkap citra di mata, maka prinsip tersebut juga diterapkan oleh pengolahan citra untuk mengambil citra dari suatu alat sensor citra. Dari informasi citra yang ditangkap oleh mata, kemudian diproses untuk mengidentifikasikan citra tersebut. ?eberapa pertanyaan sederhana yang muncul berkaitan dengan system vision manusia! 9 9 9 9 :ntensitas cahaya apa yang dapat kita bedakan@ .pa resolusi spasial mata manusia @ ?erapa akurat estimasi kita ketika membandingkan jarak dan luas area@ ?agaimana sense manusia terhadap warna@

%ambar &.A! Sistem )isual *anusia Pem entukan Citra oleh )ensor +ata %ambar &.A menunjukkan system penangkapan citra pada mata manusia. :ntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. emudian bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana fokus lensa terletak antara retina dan lensa mata. *ata dan syaraf otak dapat menginterpretasi bayangan yang merupakan obyek pada posisi terbalik.

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 5

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

,ada system mata manusia terdapat bagian! Bovea di bagian retina terdiri dari dua jenis receptor! Sejumlah (3+C juta) cone receptor, sensitif terhadap warna, vision cone disebut photocopic vision atau bright light vision Sejumlah rod receptor (C2+&24 juta) terletak pada permukaan retina, memberikan gambar keseluruhan pandangan dan sensitif terhadap iluminasi tingkat rendah, vision rod disebut scotopic vision atau dim+light vision. ?lind Spot adalah bagian retina yang tidak mengandung receptor sehingga tidak dapat menerima dan menginterpretasi informasi .daptasi terhadap kecerahan dan diskriminasi

%ambar &.2! 6anah adapatasi warna pada sistem visual manusia 6anah total tingkat intensitas yang dapat mendiskriminasikan secara simultan adalah lebih kecil dibandingkan ranah total adaptasi. ,ada gambar &.2, ?a adalah tingkat adaptasi kecerahan, urva :risan yang pendek menyatakan ranah subjektif kecerahan yang dapat diterima oleh mata ketika mengadaptasikan tingkat kecerahan tersebut.

%ambar &.3! weber 6atio

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 6

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

emampuan mata untuk diskriminasi hitam'putih kecerahan pada level adaptasi tertentu. ,ada gambar &.3, : adalah nilai :luminasi uniform pada area datar dengan luasan yang cukup untuk keseluruhan field of view. A:c adalah perubahan kecerahan objek yang diperlukan untuk membedakan objek dari warna latar belakanya. Diskriminasi yang buruk apabila>eber 6atio (A:c':) bernilai besar untuk tingkat iluminasi rendah dan akan meningkat signifikan (ketika ratio rendah) yaitu iluminasi background meningkat. Sangat sulit untuk membedakan iluminasi apabila background terang sebaliknya akan sangat mudah pada background yang lebih gelap.

%ambar &.C! %aris seperti lipatan pada daerah batas tingkat intensitas Brightness (kecerahan) bukan merupakan suatu model fungsi intensitas yang sederhana, karena system visual sangat dipengaruhi oleh daerah batas intensitas yang berbeda. :ntensitas dari masing+masing daerah pada gambar &.C adalah konstan tetapi pada kenyataan penglihatannya pattern brightness sangat kuat sehingga membentuk seperti garis lipatan di dekat batas masing masing daerah tersebut. ,ada tahun &132, Drnst *ach menemukan fenomena mach band pattern . ,ada gambar &.1 di atas, brightness pattern yang diterima berupa suatu stripe yang lebih gelap di daerah D

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 7

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

dan lebih terang di daerah ? padahal kenyataanya daerah D dan ? memiliki intensitas yang sama. Contrast )imultan %ambar &.E. menyatakan suatu model contrast simultan, dimana kemunculan kotak kecil ditengah berkesan memiliki intensitas yang semakin lebih gelap apabila warna background menjadi lebih terang, padahal kenyataannya intensitas kotak kecil tersebut sama. "al ini menyatakan bahwa daerah brightness yang diterima tidak bergantung sederhana pada intensitasnya.

%ambar &.1! *ach ?and Dfek

%ambar &.E! Tampilan kotak di tengan berkesan lebih gelap apabila background lebih terang

Pengolahan Citra Desi Ramayanti S.Kom., MT

"#$ 8

Pusat Pengem angan Bahan A!ar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai