Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS CITRA DIGITAL

DISUSUN OLEH :

THERESYA JANUARTY MANIK

2113511046

KELAS B

Visi :

Menjadi lembaga pendidikan yang mampu menciptakan sumberdaya manusia di bidang


kelautan dan perikanan yang Unggul, Mandiri dan Berbudaya, baik pada tingkat lokal,
nasional maupun internasional.

Misi :

1. Menyelenggarakan pendidikan di bidang kelautan dan perikanan untuk


menghasilkan lulusan yang memenuhi kemampuan Interpersonal, Teknikal,
Intelektual, berdedikasi tinggi serta mampu menerapkan dan mengembangkan
konsep baru dalam bidang kelautan dan perikanan
2. Mengembangkan Penelitian dan Pengabdian dalam bidang kelautan dan
perikanan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
PENDAHULUAN

1. Definisi

Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua- dimensi).

Ditinjau dari sudut pandangan matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)

dari intensitas cahaya pada bidang dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek

memantulkan kembali sebagian berkas cahaya tersebut, pantulan cahaya ini ditangkap

oleh alat optik sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam (Munir,

2004). Dan menurut Putra (2013), citra digital dapat diartikan sebagai suatu fungsi dua

dimensi f(x.y), berukuran M baris dan N kolom sedangkan x dan y adalah posisi

koordinat spasialdan amplitudof di titik koordinat (x,y) yang dinamakan intensitas atau

tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut.

Nilai dari intensitas bentuknya adalah diskrit mulai dari 0 sampai 255.Citra yang

ditangkap oleh kamera dan telah dikuantisasi dalam bentuk nilai diskrit disebut sebagai

citra digital (digital image). Citra digital tersusun dari sejumlah nilai tingkat keabuan

yang dikenal sebagai piksel (pixel).Untuk melakukan pemprosesan citra digital, maka

citra analog harus dikonversi terlebih dahulu kedalam bentuk citra digital.Ada dua jenis

citra digital, citra diam (still image) dan citra bergerak (moving image). Suatu citra

(gambar) analog dengan ukuran panjang kali lebar, dapat didigitalisasi dengan

mengambil sampling berupa matriks berukuran m kali n, dengan m adalah jumlah

sampling untuk panjang, dan n adalah jumlah sampling untuk lebar.

Pengambilan citra bisa dilakukan oleh kamera atau alat lain yang bisa digunakan untuk

mentransfer gambar. Proses transformasi dari bentuk tiga dimensi ke bentuk dua

dimensi untuk menghasilkan citra akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

mengakibatkan penampilan citra suatu benda tidak sama persis dengan bentuk aslinya.

Faktor-faktor tersebut merupakan efek degradasi atau penurunan kualitas yang dapat
berupa rentang kontras benda yang terlalu sempit atau terlalu lebar, distorsi, kekaburan

(blur), kekaburan akibat objek citra yang bergerak (motion blur), gangguan yang

disebabkan oleh interferensi peralatan pembuat citra, baik itu berupa tranducer,

peralatan elektronik ataupun peralatan optik. Bentuk matriks citra digital dapat dilihat

sebagai berikut :

Nilai pada suatu irisan antara baris dan kolom (pada posisi x,y) disebut dengan picture

elements, pels atau pixels. Sebagai contoh, misalkan sebuah citra berukuran 256x256

piksel dan direpresentasikan secara numerik dengan matriks yang terdiri dari 256 buah

baris (di indeks dari 0-255) dan 256 buah kolom (di indeks dari 0-256) seperti contoh

berikut :

Piksel pertama pada koordinat (0,0) mempunyai nilai intensitas 0 yang berarti warna

piksel tersebut hitam. Piksel kedua pada koordinat (0,1) mempunyai intensitas 134 yang

berarti wilayahnya antara hitam dan putih dan seterusnya.

Citra mengandung sejumlah elemen dasar. Elemen dasar tersebut di manipulasi dalam

pengolahan citra (Munir, 2004), elemen tersebut adalah:

a) Warna

Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang

gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek. Setiap warna mempunyai panjang

gelombang. Warna yang diterima oleh mata merupakan hasil kombinasi cahaya
dengan panjang gelombang berbeda. Kombinasi warna yang memberikan rentang

warna yang paling lebar adalah red (R), green (G), blue (B).

b) Kecerahan (brightness)

Kecerahan disebut juga intensitas cahaya. Kecerahan pada sebuah pixel (titik) di

dalam citra bukanlah intensitas yang rill, tetapi sebenarnya adalah intensitas rerata

dari suatu area yang melingkupinya.

c) Kontras

Kontras menyatakan sebaran terang dan gelap didalam sebuah gambar. Citra

dengan kontras rendah dicirikan oleh sebagian besar komposisi citranya adalah

terang atau sebagian besar gelap. Pada citra dengan kontras yang baik, komposisi

gelap dan terang tersebar secara merata.

d) Kontur

Kontur adalah keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada pixel yang

bertetangga. Karena adanya perubahan intensitas, mata manusia dapat mendeteksi

tepi objek di dalam citra.

e) Bentuk (shape)

Bentuk adalah properti intrinsik dari objek tiga dimensi, dengan pengertian bahwa

shape merupakan properti intrinsik utama untuk sistem visual manusia. Pada

umumnya citra yang dibentuk oleh mata merupakan citra dwimatra (dua dimensi),

sedangkan objek yang dilihat umumnya berbentuk trimatra (tiga dimensi).

Informasi bentuk objek dapat diekstraksi dari citra pada permulaan prapengolahan

dan segmentasi citra.

f) Tekstur

Tekstur diartikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam

sekumpulan pixel yang bertetangga. Jadi, tekstur tidak dapat didefinisikan untuk
sebuah pixel. Sistem visual manusia menerima informasi citra sebagai suatu

kesatuan. Resolusi citra yang diamati ditentukan oleh skala pada mana tekstur

tersebut dipersepsi.

g) Waktu dan Pergerakan

Respon suatu sistem visual tidak hanya berlaku pada faktor ruang, tetapi juga pada

faktor waktu. Sebagai contoh, bila citra-citra diam ditampilkan secara cepat, akan

berkesan melihat citra yang bergerak.

h) Deteksi dan Pengenalan

Dalam mendeteksi dan mengenali suatu citra, ternyata tidak hanya sistem visual

manusia saja yang bekerja, tetapi juga ikut melibatkan ingatan dan daya pikir

manusia.

2. Operasi Pengolahan Citra

Banyak operasi yang dilakukan dalam pengolahan citra, umumnya operasi pengolahan

citra dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis sebagai berikut :

a. Perbaikan Kualitas Citra (image enhancement)

Operasi citra jenis ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara

memanipulasi parameter-parameter citra, ciri khusus yang terdapat didalam citra

lebih ditonjolkan. Contoh-contoh operasi citra perbaikan citra :

- Perbaikan kontras gelap/terang.

- Perbaikan tepian objek (edge enhancement).

- Penajaman (sharpening).

- Penajaman warna semu (sharpening).

- Penapisan derau (noise filtering).


b. Pemugaran Citra (image restoration)

Operasi citra ini bertujuan untuk menghilangkan atau meminimumkan cacat pada

citra. Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan operasi perbaikan citra,

perbedaanya pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar diketahui.

Contoh operasi pemugaran citra :

- Penghilangan kesamaran (debluring).

- Penghilangan derau (noise).

c. Pemampatan citra (image compression)

Jenis operasi ini bertujuan agar citra dipresentasikan dalam bentuk yang lebih

kompak sehingga memerlukan memori yang lebih sedikit. Hal penting yang harus

diperhatikan dalam pemampatan adalah citra yang telah dimampatkan harus tetap

mempunyai kualitas gambar yang bagus.

d. Segmentasi Citra (image segmentation)

Operasi citra jenis ini bertujuan untuk memecah suatu citra kedalam beberapa

segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan

pengolahan pola.

e. Pengorakan Citra (image analysis)

Jenis operasi ini bertujuan menghitung besaran kuantitatif dari citra untuk

menghasilkan deskripsinya. Teknik pengorakan citra mengekstraksi ciri-ciri

tertentu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi seringkali

diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh-

contoh operasi pengorakan citra :

- Pendeteksian tepi objek (edge detection)

- Ekstraksi batas (boundary)

- Representasi daerah (region)


f. Rekonstruksi Citra (image reconstruction)

Operasi citra jenis ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra

hasil proyeksi. Operasi rekonstruksi citra banyak digunakan dalam bidang medis

misalnya foto rontgen dengan sinar X digunakan untuk membentuk ulang gambar

organ tubuh.

g. Perubahan Model Warna

Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang

gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek. Setiap warna mempunyai panjang

gelombang yang berbeda. Warna merah mempunyai panjang gelombang yang

paling tinggi, sedangkan warna ungu mempunyai panjang gelombang rendah.

Warna-warna yang diterima oleh mata adalah hasil kombinasi cahaya dengan

panjang gelombang berbeda. Penelitian memperlihatkan kombinasi warna

memberikan rentang warna yang paling lebar adalah merah (R), hijau (G), Biru (B).

- Citra RGB

Disebut citra true color disimpan dalam citra berukuran (m x n) x 3 yang

mendefinisikan warna merah, hijau dan biru untuk setiap pikselnya. Warna pada

setiap piksel ditentukan berdasarkan kombinasi dari warna red, green, dan blue

(RGB). RGB merupakan citra 24 bit dengan komponen merah, hijau dan biru

yang masing-masing umumnya bernilai 8 bit sehingga intensitas kecerahan

warna sampai 256 level, sekitar 16 juta warna.

- Citra keabuan

Citra dengan derajat keabuan berbeda dengan citra RGB, citra ini didefinisikan

oleh satu nilai derajat warna. Umumnya bernilai 8 bit sehingga intensitas

kecerahan warna sampai 256 level dan kombinasi warnanya 256 varian. Tingkat

kecerahan paling rendah yaitu nilai 0 untuk warna hitam dan nilai 255 untuk
warna putih. Ada 3 persamaan untuk mengkonversi citra yang memiliki warna

RGB ke derajat keabuan.

3. Ruang Lingkup Penggunaan

Pada kehidupan sehari-hari, pengolahan citra telah dipergunakan secara luas diberbagai

bidang. Jika awalnya perkembangan bidang ini didorong oleh kebutuhan pengiriman

gambar terutama gambar hasil foto astronomi maka saat ini aplikasi pengolahan citra

telah diterapkan untuk kebutuhan sehari-hari. Beberapa bidang yang memanfaatkan

teknologi pengolahan citra adalah :

a. Bidang Militer

Teknik pengolahan citra untuk bidang militer digunakan dalam pengenal target

pada peluru kendali, teleskop malam hari (Night Vision), dan pengenalan jenis

pesawat musuh. Teknologi pengolahan citra digunakan pada peluru kendali udara

ke udara (AAM) Python-5 buatan israel dan PARS 3LR buatan Jerman. Peluru

kendali Python-5 menggunakan teknologi advanced electro-optical infrared

homing seeker yang digunakan untuk yang memindai area target pesawat musuh.

Elektro-optik merupakan sistem pemandu terbaru pada pemandu peluru kendali.

Teknologi teropong malam hari digunakan untuk membantu peperangan di malam

hari atau pada kondisi minim cahaya. Dengan menggunakan kamera infrared dan

pengolahan citra maka obyek pada daerah minim cahaya dapat ditampilkan lebih

jelas. Perangkat teropong malam hari menggunakan lempengan mikrokanal untuk


penguatannya. Dimana foton dari sumber minim cahaya masuk ke lensa objektif

(disebelah kiri) dan mengenai photokatode (lempengan abu-abu). Fotokatode yang

dibiaskan secara negatif melepaskan elektron yang dipercepat ke lempengan

mikrokanal bertegangan lebih tinggi (lempengan merah). Setiap elektron

menyebabkan beberapa elektron akan dilepaskan dari lempengan mikrokanal.

Elektron-elektron ditarik ke layar fosfor bertegangan lebih tinggi (hijau) yang

menyebabkan fosfor akan menghasilkan foton cahaya yang dapat dilihat melalui

lensa-lensa mata.

b. Bidang Kesehatan

Pemanfaatan pengolahan citra dibidang kesehatan sangat membantu dokter dalam

mendiagnosa penyakit pasiennya. Pada bidang ini citra diperoleh tidak hanya dari

pencitraan panjang gelombang sinar tampak saja tetapi juga pencitraan dengan

panjang gelombang yang lebih pendek atau lebih panjang. Hal ini memungkinan

organ dalam manusia dicitrakan lebih nyata.

Kemajuan penting pengolahan citra digital dalam bidang ini diawali dengan

ditemukannya Tomografi terkomputerisasi (Computerized Tomography/CT).

Peralatan ini diciptakan pada tahun 1972 oleh Godfrey Hounsfield dari Inggris dan

Allan Cormack dari Amerika. Peralatan ini menjadi alat pencitraan medis yang

penting yang digunakan untuk melengkapi pencitraan sinar X dan ultrasonography


medis. Pengolahan citra digital pada bidang ini dapat digunakan untuk identifikasi

penyakit dalam, identifikasi kelainan tulang, deteksi kanker, dan rekonstruksi citra

janin.

c. Bidang Geografi

Aplikasi pengolahan citra di bidang ini terkait dengan ilmu penginderaan jauh di

mana informasi penting mengenai sumber-sumber alam suatu wilayah dapat

diperoleh melalui analisis citra terhadap citra satelit pada wilayah tersebut. Melalui

pengolahan citra digital dapat pula diketahui perubahan kondisi suatu wilayah

setelah dan sebelum terjadinya bencana. Ini dapat digunakan untuk memperkirakan

dampak yang ditimbulkan suatu bencana yang melanda suatu wilayah.

d. Bidang Keamanan

Salah satu bidang yang sangat membutuhkan pengolahan citra digital adalah bidang

keamanan. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat memungkinkan

pengolahan citra dilakukan secara cepat bahkan pengolahan video dapat dilakukan

secara real time. Hal ini penting untuk mewujudkan sistem pengawasan keamanan

yang otonom dimana gerakan seseorang yang mencurigakan ditandai dengan tanda

tertentu yang terhubung dengan sistem peringatan otomatis.

Aplikasi pengolahan citra yang lain yang berhubungan dengan bidang keamanan

adalah pengenalan sidik jari, identifikasi tanda tangan, pengenalan wajah


narapidana, pengenalan identitas melalui pola iris mata, dan lain-lain. Sidik jari,

tanda tangan, pola wajah, dan pola iris mata merupakan data biometrik seseorang.

Data biometrik bersifat unik artinya antara satu individu dengan individu lain

memiliki pola yang berbeda. Semakin banyak individu yang ingin dikenali maka

semakin besar pula kebutuhan ruang penyimpan data. Perkembangan memori yang

sangat besar dan teknologi kompresi yang mampu memampatkan citra ke dalam

file berukuran kecil memungkinkan menyimpan data dalam jumlah yang besar.

e. Bidang hiburan

Tuntutan manusia mendapatkan hiburan berkualitas terutama di bidang perfilman

menjadi salah satu alasan digunakannya teknologi pengolahan citra di bidang ini.

Kualitas film sangat tergantung dengan resolusi video yang digunakan, semakin

besar resolusinya maka semakin tinggi kualitas videonya. Konsekuensinya adalah

semakin tinggi resolusinya maka semakin besar pula ukuran file videonya. Masalah

ini diatasi dengan mengunakan teknologi pemampatan citra (Joint Photographic

Experts Group/JPEG) atau video (Moving Picture Experts Group/MPEG) yang

mengalami kemajuan cukup pesat. Kebutuhan akan penggunaan teknologi

pengolahan citra pada dunia perfilman juga dikarenakan alasan penekanan biaya

dan penghematan waktu. Penggunaan teknologi layar hijau (green screen)

menawarkan kemudahan untuk memanipulasi latar belakangnya. Dengan memakai

teknologi ini sebuah adegan film yang membutuhkan latar belakang yang luas dapat

dilakukan di dalam studio yang berukuran kecil.


f. Bidang Transportasi

Di bidang transportasi, pengolahan citra digunakan untuk mewujudkan sebuah

kendaraan yang autopilot. Kendaraan autopilot milik Google menggunakan

teknologi LIDAR (Light Detection And Ranging) sedangkan kendaraan listrik

autopilot yang dikembangkan Tesla menggunakan kamera berteknologi tinggi dan

12 sensor ultrasonik jarak jauh digunakan untuk mendukung kamera 3600.

Penggunaan kamera berteknologi tinggi digunakan untuk mengganti fungsi mata

sebagai sensor. Pengenalan objek masih dilakukan secara manual sehingga

membutuhkan kecermatan pengendara. Teknik pengolahan citra dapat digunakan

membantu pengendara untuk mengenali objek secara otomatis.

Anda mungkin juga menyukai