Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

AKUSTIK KELAUTAN DAN DETEKSI BAWAH AIR

DISUSUN OLEH :

THERESYA JANUARTY MANIK

2113511046

KELAS B

Visi :

Menjadi lembaga pendidikan yang mampu menciptakan sumberdaya manusia di


bidang kelautan dan perikanan yang Unggul, Mandiri dan Berbudaya, baik pada
tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Misi :

1. Menyelenggarakan pendidikan di bidang kelautan dan perikanan untuk


menghasilkan lulusan yang memenuhi kemampuan Interpersonal, Teknikal,
Intelektual, berdedikasi tinggi serta mampu menerapkan dan mengembangkan
konsep baru dalam bidang kelautan dan perikanan
2. Mengembangkan Penelitian dan Pengabdian dalam bidang kelautan dan
perikanan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
TRANSDUCERS

1. Konsep Sonar Transducers

Sonar (Sound Navigation and Ranging) merupakan suatu peralatan atau piranti

yang digunakan dalam komunikasi di bawah laut, sonar sendiri bekerja untuk mencari

atau mendeteksi suatu benda yang ada di bawah laut dengan cara mengirim

gelombang suara yang nantinya gelombang suara tersebut dipantulkan kembali oleh

benda yang akan dideteksi. Sonar juga merupakan salah satu aplikasi sistem

penginderaan jauh untuk pencitraan bawah laut maupun danau dan sebagai bentuk

nyata dalam perkembangan teknologi dalam bidang survei kelautan. Mengingat

jangkauan dan kemampuan yang terbatas pada penerapan visual lingkungan bawah

air, maka sonar yang menjadi solusi pilihan untuk pengamatan dasar laut sejak

dimulai pada tahun 1950-an. Sonar adalah suatu sistem yang terdiri dari transduser

dengan arah miring beserta unit perekamannya yang dapat digunakan untuk

memberikan informasi citra bawah laut atau danau.

Sistem sonar yang digunakan untuk mendeteksi tempat dalam melakukan

pergerakan dengan deteksi suara frekuensi tinggi atau ultrasonik, frekuensi yang

digunakan umumnnya pada daerah ultrasonik yaitu 50 KHz karena pada rentang

frekuensi tidak bisa terdengar oleh manusia dan panjang gelombang dan pada

ultrasonik gelombangnya sangatlah kecil.

Prinsip kerja sistem sonar yaitu sebuah kapal memancarkan sinar kedalam air

maka pantulan dari sinyal tersebut akan menimbulkan efek gema dan akan

dipantulkan kembali kepada sistem penerima atau receiver lalu dilakukan pengakulasi

mengenai jarak objek dari lokasi kapal dan juga informasi lainnya seperti pemetaan

bawah air. Terdapat dua prinsip sistem sonar yaitu, sonar aktif dan sonar pasif. Sistem

sonar aktif adalah sistem sonar yang sumber suaranya dibangkitkan oleh proyektor.
Gelombang suara akan merambat melalui laut menuju target dan dikembalikan

sebagai gema menuju sebuah hydrophone. Alat ini akan mengubah suara menjadi

listrik. Sedangkan, sistem sonar pasif berupa alat pendengaran sederhana yang

bergantung pada target.

Cara kerja sonar antara lain pertama, echosounder mengemisikan gelombang

suara berfrekuensi tinggi. Gelombang suara ini akan merambat dalam air. Jika

mengenai objek yaitu ikan, maka gelombang suara tersebut akan terpantul. Sinyal

pantulan akan diterima oleh hidrofon dan ditampilkan oleh display yang

menggambarkan karateristik objek dibawah air. Untuk mengetahui lokasi (jarak) dari

objek dibawah air, maka waktu yang dibutuhkan gelombang suara tersebut dapat

digunakan untuk mencari jarak panjang gelombang yang ditempuh gelombang suara

tersebut. Sedangkan jarak (posisi) aktual dari objek tersebut diperoleh dengan

membagi dua panjang gelombang λ yang ditempuh. Adapun beberapa cara kerja dari

sistem sonar dalam bidang kelautan yaitu antara lain :

a. Menghitung Jarak Kedalaman Dasar Lautan

Gelombang ultrasonik digunakan untuk menentukan kedalaman dasar lautan yang

diperoleh dengan cara memancarkan bunyi ke dalam air. Gelombang bunyi akan

merambat menurut garis lurus hingga mengenai sebuah penghalang, misalnya

dasar laut. Ketika gelombang bunyi itu mengenai penghalang, sebagian

gelombang itu akan dipantulkan kembali ke kapal sebagai gema. Waktu yang

dibutuhkan gelombang bunyi untuk bergerak turun ke dasar dan kembali ke atas

diukur dengan cermat. Perhitungan jarak kedalaman laut dapat dilakukan dengan

menggunakan data waktu dan cepat rambat bunyi di air laut.

Persamaannya :
Keterangan : S = kedalaman lautan,

v = kecepatan gelombang ultrasonik, dan

t = waktu tiba gelombang ultrasonik

Maka dengan adanya sonar, dapat menghasilkan citra dasar laut secara jelas

dan memudahkan kita dalam menginterpretasikan kondisi dasar danau dan objek yang

ada. Hasil pencitraan sonar dapat disajikan dalam bentuk 2 dimensi (2D), bahkan

menjadi represtasi 3D dengan cara penambahan data kedalaman atau dengan cara

algoritma menggunakan informasi intensitas gema yang terkandung dalam derajat

kehitaman. Dengan model 3D bertujuan untuk meningkatkan visualisasi bawah danau

sehingga akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang objek bawah danau,

topografi dasar laut dan untuk pembuatan jalur pelayaran atau penelayan

(Wijornarko,W, et.al, 2016).

2. Gangguan Panas

Sensor merupakan suatu piranti yang mengubah informasi dari suatu besaran

ke besaran lain (biasanya elektris) untuk tujuan tertentu. Sistem sensor yang besar

melibatkan beberapa piranti yang mampu mengubah efek fisikal, seperti panas,

cahaya atau getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Piranti yang melakukan

perubahan dari efek fisikal menjadi sinyal listrik disebut transducer.


Transduser juga dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat

mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser

disebut “sensor”, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan

mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.

Sensor panas diperlukan dalam pengukuran temperatur, pengukuran

temperatur menjadi sangat penting agar tidak menjadi pemanasan berlebihan pada

suatu objek, seperti misalnya bahan kimia, agar temperatur tetap pada nilai tertentu.

Untuk keperluan ini terdapat sejumlah piranti, yang disebut sensor panas, yang dapat

mendeteksi temperatur suhu panas dan menghasilkan sinyal output berupa tegangan.

Sensor panas terdiri dari bermacam jenis diantaranya, yaitu sebagai berikut.

a. Thermometer resistansi listrik

Pada saat sebuah logam (sembarang logam) dipanaskan, resistansi listrik yang

dimiliki akan bertambah dalam jumlah kecil. Pengaruh inilah yang dimanfaatkan

sebagai basis pada thermometer hambatan listrik. Logam yang biasa digunakan

adalah platina.
Elemen platina merupakan bagian dari rangkaian elektronik yang menghasilkan

perubahan tegangan listrik bilamana terjadi perubahan resistansi pada platina

akibat panas yang timbul. Jangkauan tipikal adalah dari –50°C sampai 500°C.

b. Thermistor

Sensor panas ini terbuat dari material semikonduktor, biasanya silikon. Resistansi

semikonduktor akan berkurang seiring dengan naiknya temperatur. Oleh karena

itu, bahan ini sebagai basis dari sensor panas. Perubahan resistansi pada thermistor

sangatlah drastis. Thermistor tipikal memiliki resistansi sekitar seratus kilo ohm

pada temperatur ruangan, dan hanya sepuluh ohm pada saat ditempatkan di dalam

air mendidih. Perubahan resistansi yang begitu besar sangat berguna dalam

pengukuran temperatur dengan perubahan temperatur yang kecil.

c. Thermocouple

Sensor ini biasanya digunakan untuk mengukur temperatur yang sangat tinggi

(hingga 1000°C). Prinsip kerja dari termocouple adalah bila sebuah rangkaian

menggunakan dua jenis logam. Maka, tegangan yang dihasilkan tergantung pada

perbedaan temperatur pada sambungannya. Thermocouple dibuat dalam berbagai

bentuk dan ukuran, yang paling umum dalam bentuk tongkat (Long Probe).

Sensor atau transduser dapat digukanan sebagai bagian dari sistem

instrumentasi (pengukuran) dan dapat pula digunakan untuk kepentingan

pengendalian (kontrol). Maka dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang

tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan

persyaratan umum sensor berikut ini, yaitu sebagai berikut.


a. Linieritas

Ada banyak sensor yang menghasilkan keluaran berubah secara kontinyu, sebagai

tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Perubahan keluaran

dibandingkan dengan masukannya, dan informasi ini dapat ditampilkan dengan

jelas dalam suatu grafik yang biasa disebut dengan grafik tanggapan sensor.

Dalam hal ini sensor dengan tanggap linier mempunyai hubungan yang sederhana

antara masukan dan keluarannya. Hubungan yang sederhana ini memudahkan

untuk kalibrasi sensor.

b. Sensitivitas

Sensitivitas berarti seberapa jauh (besar) kepekaan sensor terhadap besaran

(kuantitas) yang diukur/diamati oleh sensor tersebut. Sensitivitas sering juga

dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan

unit perubahan dalam masukan.

c. Tanggapan Frekuensi

Tanggapan frekuensi dari suatu sensor adalah seberapa cepat tanggapannya

terhadap perubahan pada masukan. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat

masukan sensor berubah secara lambat maka sensor akan mengikuti perubahan

tersebut dengan “setia”, demikian juga pada saat masukan sensor mengalami

perubahan yang sangat cepat (frekuensi tinggi).


d. Ukuran dan bentuk fisik sensor

Biasanya digunakan sensor yang mempunyai bentuk fisik kecil, ringan, kuat. Hal

ini diperlukan dengan tersedia tidaknya tempat bagi sensor tersebut. Disamping

berbentuk kecil, ringan dan kuat yang sangat penting adalah sensor harus memiliki

keluaran yang akurat, dan tidak mudah rusak.

e. Tidak mempengaruhi kuantitas yang diukur

Dalam hal ini, sensor tidak boleh mempengaruhi kuantitas/besaran objek yang

diukur, yaitu sensor berpengaruh memberikan efek pada objek yang diukur

sehingga menjadi gangguan bagi akurasi yang diinginkan dalam pengukuran.

f. Biaya

Suatu sensor yang akan dipakai dalam suatu sistem hendaknya tidak terlalu mahal.

Hal ini akan berpengaruh bagi konsumen dengan mahalnya harga produk .

Kriteria diatas adalah kriteria sensor yang ideal, tetapi dalam aplikasi

sesungguhnya tidak seluruhnya terpenuhi pada setiap sensor.

3. Kalibrasi Transduser

Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui konvensional nilai penunjukkan

suatu alat ukur atau dapat dikatakan bahwa kalibrasi adalah memastikan hubungan

antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau

harga-harga yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan harga yang sebenarnya

dari besaran yang diukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur

yang diperiksa terhadap standar ukur yang relevan dan diketahui lebih tinggi nilai

ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang dipakai, standarnya

juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi akurasinya. Dengan

demikian, setiap alat ukur dapat ditelusuri (treaceable) tingkat akurasinya sampai

ketingkat standar nasional dan atau standar internasional.


Konsep ketertelusuran pengukuran (traceability of measurement) dapat

diartikan secara sederhana bahwa alat ukur yang digunakan untuk melakukan suatu

pengukuran harus terkalibrasi terhadap alat ukur lain yang sejenis dan dapat berfungsi

sebagai acuan. Alat acuan tersebut harus terkalibrasi terhadap acuan yang lebih

akurat, demikian seterusnya sehingga sampai pada acuan yang paling akurat yang

biasanya adalah Standar Nasional.

Kalibrasi akan dikatakan tertelusur bila setiap mata rantai pengukuran yang

menuju kestandar nasional terdokumentasi serta terdapat bukti mengenai siapa yang

melakukan kalibrasi, alat ukur apa yang digunakan dan bagaimana hasil kalibrasi

(koreksi dan ketidakpastian). Setiap pekerjaan kalibrasi dalam rantai pengukuran

tersebut harus dilakukan oleh organisasi yang terbukti memiliki kompetensi teknis

sebagaimana yang dipersyaratkan serta mempunyai perlengkapan yang memadai dan

menjalankan sistem mutu yang efektif.

Kalibrasi Transducer merupakan kegiatan perawatan yang hams dilaksanakan

secara berkala dan terencana. Dengan kegiatan kalibrasi transduser secara rutin, maka

kinerja instrurnentasi sistern kanal pengukuran dapat dipertartahankan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan. Dari kegiatan kalibrasi rutin juga dapat dilakukan

perawatan prediktif dengan rnengetahui adanya transduser dan peralatan yang telah

rnengalami penurunan kinerja dan harus diganti. Kalibrasi dilakukan dengan

menggunakan kalibrator dan peralatan khusus untuk uji tekanan dan laju alir, uji suhu,

dan uji level air.

Untuk melakukan kalibrasi dibutuhkan peralatan yang memadai, terutama

penyediaan kalibrator dan peralatan khusus. Kalibrator diperlukan antara lain untuk

transduser tekanan, laju alir dan suhu, sedangkan untuk level air dapat dilakukan

dengan menggunakan transduser standarnya. Kalibrator tekanan ada 2 jenis, yakni


untuk tekanan rendah (maksimum 600 mbar) yang menggunakan bantuan tekanan gas

nitrogen dan untuk tekanan tinggi diatas 3 bar digunakan kalibrator hidrolik.

Kalibrator laju alir hanya membutuhkan tekanan maksimum 300 mbar. Untuk

mengkalibrasi suhu dibutuhkan kalibrator tahanan variabel PT-100. PT-100 berfungsi

untuk menggantikan sensor suhu yang tara penggunaannya sesuai dengan tabel

kalibrasi harga tahanan sebagai fungsi harga suhu. Untuk mengkalibrasi level air

diperlukan alat transduser standar yang sesuai dengan spesifikasi tiap-tiap

transdusenya.

Ada beberapa alasan penting mengapa suatu alat terutama transducer perlu

untuk dilakukan kalibrasi sebelum dilakukan, yaitu sebagai berikut.

 Mengetahui tingkat keakuratan (akurasi) penunjukan alat.

 Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain.

 Mengetahui keandalan suatu alat apakah alat yang diukur hasil yang didapatkan

dapat dipercaya atau tidak.

 Memeriksa ketepatan instrumen suatu pengukuran.

 Untuk menunjukkan kesalahan dalam pengukuran dengan alat pengukur sebelum

atau sesudah kalibrasi.

 Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau

ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi (teliti).

 Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional dan

internasional.

 Menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam proses pengukuran.

Jadi, dari proses kalibrasi tersebut dapat menentukan nilai-nilai yang berkaitan

dengan kinerja alat ukur atau bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan

langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan acuan yang bersertifikat. Dengan
kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur nilai ukurnya dapat dipantau. Sehingga,

tindakan yang tepat dapat segera diambil bila penyimpangan yang terjadi sudah diluar

batas toleransi yang diijinkan terhadap spesifikasi standarnya.

Anda mungkin juga menyukai