Oleh:
VERONIKA DIANA INAS
721 14 011
2. Pelaksana
Nama Lengkap : Veronika Diana Inas
No. Reg. : 721 14 011
Program Studi : Kimia
Minat Studi : Kimia Industri
e-mail : dyanainas05@gmail.com
5. Pembimbing 1
Nama Lengkap : Gerardus D Tukan,S.Pd.M.Si
NIDN : 0813127001
Program Studi : Kimia
6. Pembimbing 2
Nama Lengkap : Agustin R.Y Kamlasi, S.Si, MPH
NIP :
Institusi/Bagian : Kimia Lingkungan
MENGETAHUI,
Dekan, Ketua Prooram Studi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas belas
kasih serta bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
dengan baik.
Laporan Kerja Lapangan ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan Akademis
Universitas dan sebagai bukti bahwa penulis telah menyelesaikan program mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan pada salah satu Instansi Pemerintahan yaitu UPTD Laboratorium Kesehatan
Pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini di buat dengan tujuan
agar penulis mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan sekaligus
memperoleh informasi mengenai Praktek Kerja Lapangan dari Instansi yang terkait.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Stevanus Stanis, M.Si, selaku Dekan FMIPA UNWIRA Kupang
2. Bapak Drs. Silferius Yohanes, M.Si, selaku Wakil Dekan FMIPA UNWIRA Kupang
3. Bapak Lodowik L. Pote, S.Si, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNWIRA
Kupang
4. Bapak Drs. Agustinus Sally, Apt. MM, selaku Kepala UPT Laboratorium Kesehatan
pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT
5. Ibu Agustin R.Y. Kamlasi, S.Si., MPH, selaku Pembimbing Lapangan yang dengan
suka rela membimbing penulis dalam mengikuti Praktek Kerja Lapangan dengan baik.
6. Gerardus D Tukan,S.Pd.M.Si, selaku dosen Pembimbing Jurusan yang telah
membantu penulis guna menyelesaikan laporan ini.
7. Bapak, Ibu pegawai UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
8. Kedua orang tua tercinta, teman-teman seperjuangan dan teman-teman asrama yang
selalu membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan.
Menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, masih jauh dari kesempurnaan
maka kritik serta saran sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang pesat sekarang ini, membuat kita
untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-perubahan yang terjadi akibat kemajuan
dan perkembangan tersebut. Praktek kerja lapangan dipandang perlu karena melihat
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Kerja Lapangan (PKL)
akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan
kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial
mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori
maupun kenyataan yang sebenarnya.
PKL ini dijalani dalam masa pendidikan jenjang Strata satu (S1), berdasarkan
PERMENRISTEKDIKTI NO 44 tahun 2015, pasal 5 dan 6 tentang kompetensi lulusan
perguruan tinggi yang terdiri dari tiga kemampuan yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam pasal 6 butir 4 menjelaskan lebih khusus tentang pelaksanaan kegiatan PKL yaitu:
pengalaman kerja mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3) berupa
pengalaman dalam kegiatan di bidang tertentu pada jangka waktu tertentu, berbentuk pelatihan
kerja, kerja praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis.
Dalam melaksanakan PKL, penulis ditempatkan di Laboratorium Kesehatan pada Dinas
Kesehatan Provinsi NTT. UPT Laboratorium Kesehatan merupakan Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai tugas pokok berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 36 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Provinsi Nusa Tenggara
Timur yaitu melakukan Pelayanan Laboratorium Kesehatan meliputi Laboratorium Klinik,
Laboratorium Kimia Kesehatan, melaksanakan Rujukan Pelayanan bagi seluruh masyarakat dan
melaksanakan Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Dalam laporan ini secara khusus penulis
membahas tentang analisis ion fluorida yang terkandung dalam sampel air bersih asal kabupaten
Lembata.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan manusia, seperti: untuk minum, memasak makanan, mencuci,
mandi, irigasi, sanitasi, dan berbagai kebutuhan lainnya. Pemenuhan kebutuhan air bagi manusia
didasarkan pula pada baku mutu air, yang berhubungan erat dengan kesehatan dan
keberlangsungan hidup manusia. Dalam pengertian umum, air untuk kebutuhan manusia adalah
air yang bersih dan aman dikonsumsi.
Ketersedian dan pemenuhan air bersih bagi seseorang, selain merupakan upaya dan
tanggung jawab individu, juga menjadi perhatian dan tanggung jawab pemerintah. Peraturan
Peresiden Republik Indonesia Nomor 185 tahun 2014 tentang percepatan penyediaan air minum
dan sanitasi, pada pasal 2 tentang penyediaan air minum dan sanitasi dikemukakan bahwa
penyedian air bersih oleh pemerintah bagi masyarakat dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut: non diskriminatif, terjangkau, perlindungan lingkungan, berkelanjutan, partisipasi
masyarakat dan keterpaduan. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Selanjutnya, pada pasal 3 ayat 1 dan 2 dikemukan bahwa pemerintah
mengembangkan dan menerapkan teknologi dibidang air minum dan sanitasi yang efektif dan
efisien untuk mempercepat penyediaan air minum dan sanitasi guna meningkatkan kuantitas,
kualitas, kontuinitas dan keterjangkaun air minum bagi masyarakat.
Hingga saat ini, pemerintah berupaya melakukan penyediaan air bersih bagi masyarakat,
baik melalui air sungai maupun air sumur yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Upaya yang dilakukan pemerintah ini kerap menghadapi permasalahan yakni
keterbatasan sumber air yang layak, sebagaimana diamanatkan oleh aturan. Agar tetap tersedia
air bagi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah berupaya mendayagunakan sumber-sumber air
yang ada guna memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan tetap memperhatikan aspek
kualitasnya. Pantauan terhadap kualitas air oleh pemerintah daerah bagi kebutuhan masyarakat,
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah secara periodik, dengan melibatkan
pihak-pihak yang memiliki kemampuan atau kompetensi di bidang pemeriksaan kualitas air.
Pemerintah kabupaten Lembata pada tahun 2017 melakukan tindakan pemeriksaan air
minum di daerah tersebut, dengan mengirim sampel air ke Laboratorium Kesehatan pada Dinas
Kesehatan Provinsi NTT untuk diperiksa kualitasnya. Laboratorium Kesehatan pada Dinas
Kesehatan Provinsi NTT sebagai unit teknis yang menjalani peran sebagai lembaga yang
berkompeten melakukan pemeriksaan sampel air dari berbagai komponen masyarakat, termasuk
pemerintah daerah, mengerahkan sumber daya manusia yang ada pada lembaga tersebut untuk
melakukan pemeriksaan terhadap sampel yang dirujuk.
Sampel air bersih rujukan dari kabupaten Lembata yang diperiksa kualitasnya di
Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT, bertepatan dengan masa
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang penulis jalani.
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap sampel air bersih rujukan selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis terlibat dalam pemeriksaan terhadap sampel air asal
kabupaten Lembata, khususnya terhadap kandungan ion fluorida secara spektrofotmetri
SPANDS. Prinsip kerja spektrofometri SPANDS yakni reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut:
SPANDS (Sodium-2(parasulfophenylazo)-dihydroxy-3,6-naphtalene disulfonate) yang berwarna
merah cerah dicampur dengan larutan yang tidak berwarna membentuk senyawa kompleks Zr-
SPDNS berwarna merah gelap. Ketika bereaksi, senyawa kompleks Zr-SPDNS ditambahkan ke
air yang mengandung fluoride. Ion fluorida bereaksi dengan kompleks tersebut dan berikatan
dengan zirconium. Konsentrasi kompleks menurun sebanding dengan perkiraan konsentrasi
fluorida dalam air dan warna reagen-campuran menjadi lebih cerah
(http://chemwiki.ucdavis.edu/Analytical., diakses 17 November 2017). Prosedur kerja yang
dilaksanakan dalam analisis ini berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2007.
Keberadaan ion fluorida di dalam tubuh air minum merupakan suatu komponen penting
penyusun tubuh air. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
416/Menkes/IX/1990 kadar maksimum ion fluorida dalam air bersih adalah 1,5 mg/L dan
batasan yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 1985 bahwa ion
fluorida memiliki efek yang menguntungkan apabila kadarnya sekitar 0,7 mg/L, tapi sangat
berbahaya apabila lebih dari 1,5 mg/L. Kadar maksimum ion fluorida dalam air minum yang
ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010
yang diperbolehkan adalah 1,5 mg/L.
Peran ion ini bagi manusia adalah sebagai komponen penyusun enamel gigi dan tulang.
Kelebihan ion fluorida dalam air adalah dapat menyebabkan fluorosis pada gigi, kerusakan
tulang, kerusakan system reproduksi, IQ rendah dan penurunan fungsi tiroid. Kandungan
fluorida di dalam air berasal dari dalam tanah, pembakaran batu bara dan limbah dari pestisida
(Eckenfelder, 1989; Sharma, 2003).
Kandungan fluorida dalam tanah bergantung dari kedalaman tanah. Di daerah
pegunungan yang sangat tinggi, kandungan fluorida di dalam tanah biasanya rendah. Kuantitas
kandungan ion fluorida di dalam air berbeda-beda, tergantung dari keadaan hidrogeologis. Pada
air tanah dalam, kadar fluorida mencapai 10 mg/L. Pada perairan laut sekitar 1,3 mg/L,
sedangkan pada brine mencapai 600 mg/L (McNeely et al., 1979). Umumnya, mata air dan air
sumur mengandung konsentrasi ion fluorida yang lebih tinggi dibanding air permukaan seperti
danau dan sungai. Kandungan ion fluorida dalam air dapat meningkat oleh adanya kegiatan
manusia seperti fluoridasi pada air, pembuangan limbah dan pengaruh dari kegiatan industri.
Kontaminan dalam limbah dan pembuangan industri juga dapat meningkatkan konsentrasi ion
fluorida dalam air (Weinstein dan Davison, 2004).
Kandungan ion fluorida yang melampau ambang batas dapat berdampak pada kesehatan.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan menganalisis fluorida yang
terkandung dalam air.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan laporan PKL ini adalah untuk menyampaikan hasil Pelaksanaan Kegiatan
PKL serta aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan, yang meliputi:
1. Studi tata organisasi, peranan dan system pelayanan kesehatan yang dijalankan di
Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Studi standar kandungan kimiawi air, khususnya studi tentang ion fluorida di dalam
sampel air asal kabupaten Lembata dan cara pemeriksaannya secara spektrofotometri
UV-VIS
1.4. Manfaat
Untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja lebih khusus ketrampilan kerja dalam
laboratorium.
1. Agar dapat mengetahui standar kualitas air yang layak dikonsumsi setiap hari
2. Untuk mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja lebih khusus ketrampilan kerja dalam
laboratorium.
3. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan menambah wawasan dan
kemampuan untuk mengamati, mengkaji, baik dalam bentuk aplikasi teori atau praktek
serta mengetahui Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan pada
Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
4. Agar dapat mengetahui kadar ion fluorida yang terkandung dalam sampel air asal
kabupaten Lembata
BAB II
UPT LABORATORIUM KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI
NTT SEBAGAI TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(PKL)
2.1. Profil UPT Laboratorium Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT Kupang
UPT Laboratorium Kesehatan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai tugas pokok berdasarkan Peraturan Gubernur
Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 36 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu melakukan
Pelayanan Laboratorium Kesehatan meliputi Laboratorium Klinik, Laboratorium Kimia
Kesehatan, melaksanakan Rujukan Pelayanan bagi seluruh masyarakat dan melaksanakan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) sedangkan fungsinya melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Penyusunan Program Laboratorium Kesehatan.
2. Pelaksanaan Tugas Operasional Tenaga Laboratorium, Pemberian Pelayanan
Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, Patologi Klinik, Kimia Kesehatan, melakukan
percobaan tes keperluan melalui darah hewan percobaan serta melaksanakan kegiatan
Rujukan Pengetahuan dan Teknologi kepada masyarakat.
3. Pengawasan Pengembangan metode pemeriksaan melalui Bimbingan Teknis Pelayanan
Laboratorium Kesehatan dan Pelaporan hasil pemeriksaan.
4. Pelaksanaan Pemantauan Mutu Laboratorium di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5. Pelaksanaan Administrasi Ketatausahaan yang meliputi Urusan Umum, Perlengkapan,
Keuangan, Kepegawaian, dan Pelaporan.
6. Sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL), Magang dan Penelitian bagi mahasiswa
Kesehatan.
UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur telah
terakreditasi penuh oleh Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan Nasional pada Tahun 2013
dengan sertifikat akreditasi Nomor : 17 / S / KALK – P / XII / 2013.
Pada tahun 2014 UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur juga memperoleh penghargaan Predikat Kepatuhan dari Ombudsman Republik
Indonesia tentang Standar Pelayanan Publik dengan sertifikat Nomor : 3.131/ORI-
KPP/VII/2014.
2.2.1. Visi, misi Fungsi dan Peranan Lembaga
Untuk ketertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, UPT
Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai Visi,
Misi dan Motto serta Janji Pelayanan sebagai berikut :
1. Visi :
”Laboratorium Kesehatan Yang Bermutu, Terpercaya Dan Mandiri”
2. Misi :
1. Memberikan Pelayanan yang Bermutu Dan Terjangkau
2. Meningkatkan Kompetensi SDM Serta Sarana Sesuai Standar
3. Menjadikan Laboratorium Kesehatan Sebagai Pusat Rujukan
Motto :
”Melayani dengan Cepat dan Tepat”
Janji pelayanan
Kami pegawai UPT Laboratorium Kesehatan, Pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT
Berjanji :
1. Melayani dengan iklas, jujur, tepat waktu, dan penuh tanggung jawab
2. Melayani dengan sabar dan senyum
3. Melayani dengan adil
4. Menjaga kerahasian hasil pemeriksaan
3. Fungsi dan peranan lembaga
a. Tugas pokok:
Melakukan Pelayanan Laboratorium Kesehatan yang meliputi :
1. Laboratorium Klinik
2. Laboratorium Kesehatan Lingkungan
3. Melaksanakan Rujukan Pelayanan bagi seluruh masyarakat
4. Melaksanakan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
b. Fungsi :
1. Penyusunan Program Laboratorium Kesehatan
2. Pelaksanaan Tugas Operasional, Tenaga Laboratorium, Pemberian Pelayanan
Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, Kimia Lingkungan, Patologi, melakukan
percobaan tes keperluan melalui hewan percobaan serta melaksanakan kegiatan
Rujukan Pengetahuan dan Teknologi kepada masyarakat.
3. Pengawasan pengembangan metode pemeriksaan melalui bimbingan teknis Pelayanan
Laboratorium Kesehatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan.
4. Pelaksanaan Pemantapan Mutu Laboratorium di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5. Pelaksanaan Administrasi Ketatausahaan yang meliputi Urusan Umum, Perlengkapan,
Keuangan, Kepegawaian dan Pelaporan.
6. Sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL), Magang dan Penelitian bagi mahasiswa
Kesehatan.
2.2.2.Struktur Organisasi
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI UPT LABORATORIUM KESEHATAN
DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Pembina Tk. I
KELOMPOK FUNGSIONAL
2.2.3.Kepegawaian
Jumlah dan Status Pagawai pada UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur per 31 Desember 2016 PNS : 23 Orang.
Jumlah Pejabat Struktural pada UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT yaitu :
1. Jabatan Eselon III/A sejumlah : 1 orang
Kepala UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT
2. Jabatan Eselon IV/A sejumlah : 1 orang
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
1.Jenis Pagawai
Ketenagaan UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT: 23 orang, terdiri dari 14 orang
(60,86 %) Tenaga Teknis dan 9 orang (39,13 %) Tenaga Non Teknis.
2.2.4.Lingkup Kegiatan
UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT melayani
pemeriksaan yang terdiri dari:
1.Bagian Patologi Klinik
1). Kimia Klinik Hematologi dan Urinalisa
Kegiatan pemeriksaan meliputi : Bilirubin Direct, Bilirubin Total, SGOT, SGPT,
Alkali Phosphatase, Ureum, Kreatinin, Asam Urat, Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL,
Gamma GT, Gula darah, Total Protein, Albumin, Globulin Darah lengkap golongan Darah,
Haemoglobin, Calium, Natrium, Clorida dan Urin lengkap.
2.Bagian Mikrobiologi
1). Bakteriologi
Kegiatan yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan BTA Sputum, BTA Lepra,
BIMI kusta, Kultur, Sensivity Tes, MPN Coli, MPN Coliform, ALT, Salmonella, dan
Identifikasi kuman.
2). Parasitologi
Kegiatan yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan Malaria, Faeces, Telur Cacing dan
Mikrofilaria
3). Serologi
Kegiatan yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan HBSag, Anti HBS, HIV, TPHA,
Widal, VDRL, TPHA, T3, T4, TSH, DHF, CD4, ASTO dan PST
3. Bagian Kimia Kesehatan Lingkungan :
Kegiatan pemeriksaan meliputi : Suhu, warna, Bau, Rasa, TDS, TSS, Kekeruhan, pH,
Kesadahan, Klorida, Zat Organik, Besi, Tembaga, Nitrat, Nitrit, Kalsium, Magnesium,
Salinitas, Timbal, DO, BOD, COD, Minyak dan Lemak, Formalin, Borax, Amoniak, Sulfat,
Fospat, Mangan, Seng, Alkalinitas, DHL, Merkuri, Sianida dan kadar air.
4. Bagian Media & Reagensia :
Kegiatan utama dalam seksi Media dan Reagensia adalah Pembuatan Media & reagensia
untuk pemeriksaan bakteriologi dan pembuatan reagen Ziehl Nelsen.
2.2.UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan peranannya
dalam melakukan analisis Ion Fluorida (F-) pada Sampel Air Bersih Asal Kabupaten
Lembata Secara Spektrofotometri UV-VIS DR 2800.
UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT menaruh perhatian
penting pada analisis ion fluorida dalam sampel air bersih maupun air minum karena ion fluorida
sangat dibutuhkan oleh tubuh dengan kadar yang telah ditentukan WHO maupun PERMENKES,
dan ion fluorida yang melampau ambang batas akan berbahaya bagi kesehatan. Sehingga dengan
menganalisis ion fluorida masyarakat NTT dapat mengetahui kadar ion fluorida yang terkandung
dalam air minum maupun air bersih yang dikonsumsi setiap hari.
Manfaat ion fluorida bagi tubuh yaitu untuk mencegah osteoporosis, menebalkan enamel
gigi, melindungi gigi dan remineralisasi tulang dan gigi. Menurut batasan yang dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO) tahun 1985 bahwa ion fluorida memiliki efek yang
menguntungkan apabila kadarnya sekitar 0,7 mg/L, tapi sangat berbahaya apabila lebih dari 1,5
mg/L. Pada rentangan fluorida 1-1,5 mg/L akan cukup untuk memperkuat enamel gigi. Pada
rentangan 1,5-4 mg/L dapat menyebabkan dental fluorisis dan apabila fluorida terpapar pada
rentang 4-10 mg/L dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan skeletal dan tulang
fluorisis. Kondisi skeletal fluorisis akan menyebabkan tulang penyangga tubuh menjadi rapuh.
Efek dari fluorida dalam air minum terhadap pencegahan karies gigi cukup signifikan pada kadar
yang diizinkan. Masuknya fluoride ke dalam tubuh melalui hal tersebut secara berlebihan dalam
jangka waktu pendek maupun panjang dapat menimbulkan terjadinya toksikasi secara akut dan
kronik.
Pemeriksaan kandungan ion fluorida dilakukan oleh tenaga-tenaga yang berkompeten
dibidangnya juga alat dan bahan yang sangat membantu proses pemeriksaan. Spektrofotometri
sebagai salah satu metode analisis fluorida dalam sampel air. Dalam memeriksa kandungan ion
fluorida dalam sampel air, menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS yang dilengkapi dengan
buku panduan analisis dari alat tersebut, sehingga memudahkan para analis untuk menentukan
kadar fluorida yang terkandung dalam sampel air. Jadi peran laboratorium kesehatan ialah untuk
memeriksa dan merekomendasikan sampel air yang telah diperiksa.
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.2.Metode Analisis
Metode analisis yang dilakukan dalam menganalisis ion fluorida dalam sampel air asal
Lembata yaitu menggunakan metode SPANS secara spektrofotometri UV-VIS DR 2800.
3.1.1. Alat dan bahan yang digunakan dalam menganalisis ion fluorida (F-) dalam sampel air asal
kabupaten Lembata secara spektrofotomerti UV-VIS DR 2800.
1). Alat-alat yang digunakan, yaitu :
Alat spektrofotometri UV-VIS DR 2800
Kuvet (10 ml) 2 buah
Filler (karet penghisap)
Pipet ukur
2). Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
Reagent fluorida
Sampel air
Aquades
Tisu
3.2.2. Prosedur kerja
1. Diilih program 190 pada spektrofotometer UV-VIS untuk analisa Fluorida
2. Diukur 10,0 mL sampel, masukkan kedalam kuvet yang bersih
3. Diukur 10,0 mL blanko (aquades), dimasukkan kedalam kuvet
4. Pipet 2,0 mL reagent SPANS ke dalam kuvet (sampel dan blanko). Goyangkan
hingga homogen.
5. Tekan timer OK untuk waktu 1 menit
6. Setelah satu menit dimasukkan blanko ke dalam cell holder lalu tekan Zero
7. Dimasukkan kuvet sampel ke dalam cell holder, lalu tekan Read
8. Kemudian membaca hasil (mg/L F-).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3.Pembahasan
Hasil analisis yang diperoleh untuk pengujian ion fluorida secara spekrtofotometri UV-
VIS dari tujuh sampel air asal kabupaten Lembata layak dikonsumsi dan tidak berbahaya bagi
kesehatan. Kadar ion fluorida dalam sampel air asal kabupaten Lembata di bawah 1,5 mg/L
yaitu 0 mg/L. Maka ketujuh sampel air bersih asal kabupaten Lembata memenuhi persyaratan air
bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
416/Menkes/IX/1990 yaitu kadar maksimum ion fluorida dalam air bersih adalah 1,5 mg/L dan
memenuhi kualitas air minum yang ditetapkan Permenkes RI memenuhi nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 1,5 mg/L.
Rendahnya kandungan ion fluorida ini kemungkinan disebabkan oleh karakter geologis
tanah di wilayah Indonesia yang berbeda-beda. Jenis tanah yang banyak mengandung fluorida
adalah tanah latosol (tanah merah) dalam bentuk persenyawaan fluor posfat, fluor silikat maupun
fluor karbinat. Sementara itu, karakteristik tanah di wilayah Indonesia dengan deretan gunung
berapi seperti tanah regosol. Di wilayah Provinsi NTT khususnya kabupaten Lembata adalah
tanah regosol yaitu jenis tanah berbutiran kasar yang berasal dari material erupsi gunung berapi.
Tanah regosol ini merupakan salah satu hasil dari peristiwa vulkanisme dan tanah yang berupa
tanah alluvial yang diendapkan sehingga mineral-mineral yang ditemukan sangat rendah karena
pelapukan yang terjadi. Hal tersebut merupakan salah satu faktor rendahnya kadar fluorida dalam
sampel air asal kabupaten Lembata. Rendahnya kandungan ion fluorida ini juga karena jauh dari
pembuangan limbah atau jauh dari kegiatan industri di kabupaten Lembata.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
1). Hasil kegiatan PKL
Dengan adanya kegiatan PKL ini yang di tempatkan di UPT Laboratorium Kesehatan
pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT, praktikan banyak mendapatkan dan memperoleh
pengalaman yang sangat bermanfaat yaitu pengalaman tentang aplikasi ilmu pengetahuan di
dunia kerja yang sudah dipelajari dibangku kuliah. Praktikan juga banyak mengenal alat-alat
yang digunakan dalam Laboratorium dan cara pemakaian alat-alat dalam laboratorium,
khususnya dalam Laboratorium Kimia Lingkungan.
2). Hasil kegiatan analisis ion fluorida dalam sampel air asal kabupaten Lembata
Dari data yang telah dilakukan hasil analisis yang diperoleh untuk pengujian ion fluorida
secara spekrtofotometri UV-VIS dari tujuh sampel air asal kabupaten Lembata layak
dikonsumsi dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Kadar ion fluorida dalam sampel air asal
kabupaten Lembata di bawah 1,5 mg/L yaitu 0 mg/L. Maka ketujuh sampel air bersih asal
kabupaten Lembata memenuhi persyaratan air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 416/Menkes/IX/1990 yaitu kadar maksimum ion fluorida dalam air
bersih adalah 1,5 mg/L dan memenuhi kualitas air minum yang ditetapkan Permenkes RI nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 1,5 mg/L.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefny. 2003. TELAAH KUALITAS AIR “Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan”. Jogjakarta: Kanisius.
Suyono. 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada
Anonim, 1975. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01/ birhukmas/I/1975,
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Eckenfelder, W.W. 1989. Kumpulan SNI (Standar Nasional Indonesia) Bidang Pekerjaan Umum
Mengenai Kualitas Air. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
Sharma K. 2003. High Fluoride in Groundwater Cripples Life in Parts of India. Diffuse Pollution
Conference Dublin 20037( C ) :51-52
Anonim, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001, tentang Pengelolaan
Kualitas Air.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press
Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua).