Anda di halaman 1dari 68

POTENSI ENERGI LAUT

INDONESIA

[Pick the Date]

Asosiasi
Energi Laut Indonesia
Potensi Energi Laut Indonesia
TIM PENYUSUN

Mukhtasor

Susilohadi

Erwandi

Wahyu Pandoe

Agung Iswadi

Ahmad Mukhlis Firdaus

Harkins Prabowo

Evie Sudjono

Eko Prasetyo

Delyuzar Ilahude

i
Potensi Energi Laut Indonesia
SAMBUTAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya menyambut baik dan
gembira penerbitan Peta dan Buku “Potensi Energi Laut Indonesia”. Sumber Daya Energi ini merupakan
kekayaan alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kegiatan ekonomi dan
ketahanan nasional. Peta dan buku ini melengkapi informasi untuk pengembangan keragaman sumber
daya energi yang berasal dari energi baru dan terbarukan di Indonesia sebagai salah satu langkah
(dharma ketiga) dari Catur Dharma Energi yang telah kami canangkan. Peningkatan produksi migas,
pengurangan impor BBM, pengembangan energi baru terbarukan dan penghematan energi.

Perkembangan ekonomi Indonesia yang terus meningkat serta terus berkurangnya pasokan energi fosil
dari dalam negeri membutuhkan sokongan dari pengembangan sumber energi baru dan terbarukan yang
ada. Salah satu sumber daya energi baru dan terbarukan adalah energi yang berasal dari laut. Untuk itu,
sebagai upaya penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin, saya
berharap potensi energi laut yang sudah dipetakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM ini
dapat diwujudkan dalam bentuk konversi menjadi listrik.

Saya terus menghimbau dan mendorong peran serta para pemangku kepentingan untuk segera
mewujudkan peningkatan penyediaan energi dari sumber EBT. Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT)
di Indonesia cukup besar, Pemerintah akan terus melakukan pengembangan dan pemanfaatannya
secara optimal. Pengembangan EBT perlu dilakukan secara terus menerus untuk peningkatan
ketahanan energi dan peran serta dalam penurunan emisi gas rumah kaca melalui penggunaan energi
yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah bersama DPR telah menetapkan Kebijakan Energi Nasional
dengan menargetkan 25% pasokan energi Indonesia berasal dari EBT pada tahun 2030.

Untuk mendukung hal tersebut, saya berharap buku ini dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi energi laut terutama
di Kawasan Timur Indonesia dan sekaligus dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada jajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Perguruan Tinggi, Asosiasi Energi Laut Indonesia
(ASELI), dan Dunia Usaha, khususnya kepada Tim Penyusun yang telah bekerja keras dan penuh
dedikasi dalam menyusun dan menyelesaikan peta ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
membimbing, melindungi dan menjaga kita agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemenuhan energi
untuk kesejahteraan rakyat.

Jakarta, Maret 2014


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Jero Wacik

ii
Potensi Energi Laut Indonesia
PENGANTAR

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena peta dan buku “POTENSI ENERGI LAUT
INDONESIA” telah berhasil diterbitkan. Buku ini adalah produk Badan Litbang Energi dan Sumber daya
Mineral, Kementerian ESDM yang berisi tentang informasi potensi energi yang berasal dari laut, yaitu
arus laut, gelombang laut, dan panas laut. Buku ini dimaksudkan sebagai panduan yang memberikan
pemahaman tentang perhitungan potensi energi.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis yang dilintasi jalur gunung api, sesungguhnya
sangat kaya akan berbagai sumber energi baru dan terbarukan, seperti: panas bumi, panas surya, angin,
tenaga air, bahan bakar nabati (biofuel), biomassa, biogas, dan energi laut. Terkait dengan
pengembangan energi laut, sejak tahun 2006 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(P3GL) telah melakukan penelitian terkait potensi energi laut terutama menyangkut penelitian
hidrodinamika arus laut untuk mengetahui besarnya potensi energi tersebut pada selat-selat antar pulau
di Indonesia.

Berangkat dari hasil-hasil penelitian tersebut dan kontribusi para ahli yang tergabung dalam Asosiasi
Energi Laut Indonesia (ASELI) serta diperkaya dengan diskusi yang panjang dalam beberapa Focus
Group Discussion (FGD) serta melibatkan para pemangku kepentingan di subsektor energi kelautan
selanjutnya dituangkan dalam peta dan buku ini.

Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan yang dapat memberikan arah dalam perintisan
pembangunan proyek percontohan dan pengembangan energi laut di Indonesia secara komersial, baik
untuk pemilihan lokasi yang tepat dan studi kelayakan yang lebih komprehensif. Pada akhirnya, harapan
kami semoga peta dan buku ini dapat menjadi panduan awal bagi dunia industri untuk bersama-sama
melakukan pengembangan teknologi pemanfaatan energi laut ini.

Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penerbitan peta dan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat
dikembangkan lebih jauh lagi sebagai salah satu wujud indikator Kinerja Badan Litbang ESDM yaitu
memberikan masukan kebijakan.

Jakarta, Maret 2014


Kepala Badan Litbang ESDM

FX Sutijastoto

iii
Potensi Energi Laut Indonesia
PENGANTAR

ASOSIASI ENERGI LAUT INDONESIA


Laut Indonesia yang menyusun 70% wilayah, menyimpan potensi yang sangat besar. Selain penghasil
berbagai jenis produk laut yang beragam, lautan Indonesia juga menyimpan potensi energi yang dapat
dikonversi menjadi listrik dalam jumlah yang sangat besar. Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada
tahun 2011 telah meratifikasi besar potensi energi listrik yang dapat dipanen dari energi laut. Hasil
ratifikasi menyebutkan bahwa besar potensi energi yang dapat dimanfaatkan adalah 49.000 Megawatt
(MW) yang berasal dari jenis energi arus laut, gelombang laut dan panas laut.

Dalam rangka percepatan pengembangan energi laut di masa depan, pemerintah melalui Dewan Energi
Nasional telah menetapkan kebijakan bahwa pengembangan energi laut di Indonesia dimulai dengan
pembuatan proyek percontohan (pilot project). Untuk mendukung implementasi kebijakan ini, ASELI
sebagai asosiasi profesi turut berperan dan bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
ESDM melalui updating dan ratifikasi perhitungan potensi energi laut yang dituangkan dalam bentuk peta
nasional, buku potensi energi laut dan buku ringkasan pemetaan dan pemodelan energi arus laut di selat-
selat berpotensi Indonesia.

Hasil perhitungan yang telah dilakukan hingga awal 2014 mendapatkan kenaikan besar potensi energi
laut sekitar 24% dari hasil ratifikasi pada tahun 2011. Total besar potensi energi laut yang diperoleh dari
hasil perhitungan tahun 2014 ini adalah sebesar 60.985 Megawatt (MW). Buku potensi energi laut dan
ringkasan pemetaan dan pemodelan energi arus laut di selat-selat berpotensi Indonesia beserta peta
potensi energi laut nasional yang telah diselesaikan pada tahun 2014 ini diharapkan dapat menjadi
arahan dalam perintisan pembangunan proyek percontohan di Indonesia, melalui pemilihan lokasi yang
tepat dan studi kelayakan yang lebih komprehensif. Selain itu, semoga dapat menjadi panduan awal bagi
dunia industri untuk bersama-sama dalam membangun dan meningkatkan kemampuan di bidang energi
laut, sehingga semakin mempercepat tumbuh kembangnya pemanfaatan energi terbarukan dari laut di
Indonesia.

Buku ini tidak dapat terbit tanpa kerja keras tim penulis dan kerjasama berbagai pihak, baik dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Institut Teknologi Bandung. Buku ini juga tidak dapat selesai
tanpa fasilitasi yang telah disediakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dan Badan Litbang ESDM melalui
rapat-rapat kecil, focus group discussion, maupun workshop. Terakhir, kami berharap semoga kehadiran
buku ini menjadi manfaat meskipun hasilnya belumlah dekat dengan kesempurnaan dan mungkin masih
ada kekurangan. Oleh karena itu, proses penyempurnaan dari waktu ke waktu melalui kegiatan updating
potensi energi laut akan dapat melengkapi beberapa kekurangan yang ada.

Jakarta, Maret 2014


Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia

Mukhtasor

iv
Potensi Energi Laut Indonesia
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN .............................................................................................. i

SAMBUTAN ENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ....................ii

PENGANTAR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM ............ iii

PENGANTAR ASOSIASI ENERGI LAUT INDONESIA ...................................iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xi

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Kondisi Energi Indonesia ...................................................................... 2

2. PENDEKATAN ............................................................................................ 4

2.1. Metodologi Perhitungan Potensi Arus Laut ........................................... 4

2.1.1 Sumber Energi Dari Arus Laut ...................................................... 4

2.1.2 Pemanfaatan Energi Arus Pasang Surut ...................................... 6

2.1.2.1 Penggunaan Arus Pasang Surut Secara Tradisional .......... 6

2.1.2.2 Penggunaan Arus Pasang Surut Secara Non Tradisional .. 7

2.1.3 Energi Arus Pasang Surut ............................................................ 7

2.1.4 Bangkitan Energi Listrik oleh Turbin ............................................. 8

2.1.5 Duplikasi Teknologi Arus Laut ...................................................... 9

2.2. Metodologi Perhitungan Potensi Gelombang Laut .............................. 12

2.3. Metodologi Perhitungan Potensi Panas Laut ...................................... 16

2.4. Klasifikasi Potensi ............................................................................... 18

v
Potensi Energi Laut Indonesia
2.5. Asumsi-asumsi .................................................................................... 19

2.5.1 Asumsi untuk Perhitungan Arus Laut ......................................... 19

2.5.2 Asumsi untuk Perhitungan Gelombang Laut .............................. 19

2.5.3 Asumsi untuk Perhitungan Panas Laut ....................................... 20

2.6. Pembaruan Perhitungan ..................................................................... 20

3. ENERGI ARUS LAUT ............................................................................... 23

3.1. Metode Pengambilan Data (Pengukuran) ........................................... 23

3.2. Perhitungan Potensi ............................................................................ 23

3.2.1 Perhitungan Potensi Teoritis....................................................... 23

3.2.2 Perhitungan Potensi Teknis ........................................................ 24

3.2.3 Perhitungan Potensi Praktis ....................................................... 25

3.2.4 Total Hasil Perhitungan Potensi Energi Arus Pasang Surut ....... 25

4. ENERGI GELOMBANG LAUT .................................................................. 27

4.1. Pengambilan Data............................................................................... 27

4.2. Pembuatan Peta Gelombang .............................................................. 27

4.3. Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut ..................................... 34

5. ENERGI PANAS LAUT ............................................................................. 42

5.1. Pengambilan Data............................................................................... 42

5.2. Perhitungan Potensi ............................................................................ 49

6. KESIMPULAN ........................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53

vi
Potensi Energi Laut Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi aliran yang melewati suatu penampang A (sumber:


Boud, 2003) .......................................................................... 5

Gambar 2. Grafik perbandingan energi yang dapat ditangkap oleh alat


(sumber: www.carbontrust.co.uk ) ....................................... 6

Gambar 3. Grafik hubungan daya yang dapat diekstrak dengan ukuran


rotor (sumber: Boud, 2003).................................................. 6

Gambar 4. Kurva yang memakai Trapezium Rule ................................. 9

Gambar 5. Marine current turbine farm menggunakan turbin tipe propeller


(courtesy: power-technology.com) ...................................... 11

Gambar 6. Marine current turbine farm menggunakan Gorlov Helical


Turbine (courtesy) ............................................................... 11

Gambar 7. Wave data processing (sea surface (a); directional spectrum:


polar (b) and 3D (d) plots; frequency spectrum and mean
direction against frequency (c); contoh dari (Hs,Te) scatter
table (e)). In Saulnier and Pontes, 2006. ............................ 15

Gambar 8. Ilustrasi penangkapan energi gelombang ........................... 16

Gambar 9. Ilustrasi proses standard OTEC, ketika η = 0,5 dan Qww = 10


m3/s () .................................................................................. 18

Gambar 10. Peta Potensi Arus Laut hasil ratifikasi tahun 2011 (Profil
ASELI, 2011) ...................................................................... 21

Gambar 11. Peta Potensi Gelombang Laut hasil ratifikasi tahun 2011
(Profil ASELI, 2011) ............................................................ 21

Gambar 12. Peta Potensi Panas Laut hasil ratifikasi tahun 2011 (Profil
ASELI, 2011) ...................................................................... 22

Gambar 13. Output Windwaves-05 untuk bulan Januari ...................... 28

Gambar 14. Output Windwaves-05 untuk bulan Februari .................... 29

Gambar 15. Output Windwaves-05 untuk bulan Maret......................... 29

Gambar 16. Output Windwaves-05 untuk bulan April .......................... 30

Gambar 17. Output Windwaves-05 untuk bulan Mei ............................ 30

Gambar 18. Output Windwaves-05 untuk bulan Juni ........................... 31

vii
Potensi Energi Laut Indonesia
Gambar 19. Output Windwaves-05 untuk bulan Juli ............................ 31

Gambar 20. Output Windwaves-05 untuk bulan Agustus ..................... 32

Gambar 21. Output Windwaves-05 untuk bulan September ................ 32

Gambar 22. Output Windwaves-05 untuk bulan Oktober ..................... 33

Gambar 23. Output Windwaves-05 untuk bulan November ................. 33

Gambar 24. Output Windwaves-05 untuk bulan Desember ................. 34

Gambar 25. Panjang garis pantai dalam perhitungan potensi teoritis


untuk energi gelombang di Indonesia ................................. 35

Gambar 26. Panjang garis pantai untuk perairan dalam perhitungan


potensi praktis pada energi gelombang .............................. 35

Gambar 27. Perbedaan temperatur potensial ...................................... 42

Gambar 28. Temperatur permukaan laut (NCEP NOAA) ..................... 42

Gambar 29. Paket instrumen CTD ....................................................... 45

Gambar 30. Posisi stasiun CTD WOC2009 ......................................... 46

Gambar 31. Profil vertical salinity, temperature dan pH di Samudra Hindia


barat P. Enggano. Data temperatur diukur pada bulan Oktober
2011 .................................................................................... 46

Gambar 32. Profil vertical salinity, temperature dan pH di Samudra Hindia


10 km selatan P. Panaitan. Data temperatur diukur pada bulan
Desember 2010 .................................................................. 47

Gambar 33. Profil vertical temperature di Laut Flores utara Bali hingga
Flores. Data temperatur diukur pada bulan Mei 2009 ......... 47

Gambar 34. Profil vertical temperature dan pH di Laut Maluku, timur Kep.
Banggai (kiri) dan selatan Halmahera (kanan). Data
temperatur diukur pada bulan Mei 2009 ............................. 48

Gambar 35. Profil vertical temperature di Selat Makasar sekitar 10 km


dari pantai Majene (kiri) hingga Palu (kanan). Data temperatur
diukur pada bulan Oktober 2009 ......................................... 48

Gambar 36. Profil vertical temperature di sekitar Kep. Sangir-Talaud,


masing-masing di utara Bunaken (kiri),utara P. Talaud dan
barat P. Siau. Semua titik observasi berjarak kurang dari 10
km dari pantai. Data temperatur diukur pada bulan Mei-Juni
2010 .................................................................................... 49

viii
Potensi Energi Laut Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skenario Efisien Energi Mix Menuju 2050 (MTOE - Million


Tonnes of Oil Equivalent).........................................................4

Tabel 2. Ratifikasi Perhitungan Potensi Energi Laut (ASELI, 2011) ....21

Tabel 3. Potensi Teoritis Arus Pasang Surut di 10 Selat .....................24

Tabel 4. Potensi Teknis Arus Pasang Surut di 10 Selat ......................24

Tabel 5. Potensi Praktis Arus Pasang Surut di 10 Selat......................25

Tabel 6. Hasil Perhitungan Potensi Arus Pasang Surut di 10 Selat ....25

Tabel 7. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Aceh, Nias, Mentawai, Pariaman
............................................................................................ 36

Tabel 8. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Painan, Kepri, Sukabumi,
Banyuwangi ...........................................................................36

Tabel 9. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Tanjung Bumi, Nusa Penida, Gili
Trawangan dan Labuhan Bajo ...............................................37

Tabel 10. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Pontianak, Kupang Selatan,
Makasar, Pulau Lembeh Bitung .............................................38

Tabel 11.Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Ambon, Halmahera, Sorong, dan
Raja Ampat ............................................................................39

Tabel 12.Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi


Praktis Energi Gelombang di Kendari, Biak, dan Timika........39

Tabel 13. Total Hasil Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis, dan
Potensi Praktis Energi Gelombang ........................................40

Tabel 14.Identifikasi daerah potensi OTEC berdasarkan data base


profil temperature perairan Indonesia yang dikelola di BPPT44

Tabel 15. Hasil Perhitungan Daya Listrik Bruto dan Bersih untuk
Pembangkit OTEC .................................................................49

Tabel 16.Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis, dan Potensi


Praktis Panas Laut .................................................................50

ix
Potensi Energi Laut Indonesia

Tabel 17. Perhitungan Total Potensi Energi Laut Tahun 2014 ......... 52

x
Potensi Energi Laut Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. PETA POTENSI ENERGI ARUS LAUT INDONESIA

LAMPIRAN 2. PETA POTENSI ENERGI GELOMBANG LAUT INDONESIA

LAMPIRAN 3. PETA POTENSI ENERGI PANAS LAUT INDONESIA

xi
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lautan mengandung 97% air bumi dan 71% dari permukaan bumi ditutupi oleh air laut.
Dengan topografi dasar laut yang begitu beragam, laut Indonesia dapat dikatakan sangat
kompleks dan tidak ada negara lain yang menyerupainya. Hampir segala bentuk topografi
dasar laut dapat dijumpai di Indonesia, mulai paparan dangkal, terumbu karang, lereng
curam maupun landai, gunung api bawah laut, palung laut dalam, basin atau pasu yang
terkurung dan lain sebagainya. Karakteristik ini menjadikan lautan Indonesia merupakan
wilayah Marine Mega - Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 spesies ikan, 555
species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Sebagai negara kepulauan
dengan 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 104.000 kilometer atau
terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki sumberdaya kelautan yang sangat besar
yang dapat dijadikan modal pembangunan nasional jika dikelola dengan baik.

Diantara sumberdaya laut yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan adalah


pemanfaatan energi laut untuk menghasilkan energii listrik. Perubahan salinitas, gradien
termal, arus pasang surut atau gelombang laut adalah jenis sumber energi dari laut yang
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan berbagai teknologi yang
berbeda. Semua potensi ini dapat menghasilkan energi yang reliable, berkelanjutan dan
cost-competitive.

Energi arus laut merupakan jenis energi yang banyak ditemukan di daerah selat. Sebagai
Negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan selat, maka potensi energi arus cukup
berlimpah. Arus laut terjadi karena adanya pasang surut yang diakibatklan oleh interaksi
bumi, bulan, dan matahari. Selain itu bisa juga disebabkan oleh arus Geostropik karena
gaya Coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaan salinitas, suhu, dan densitas. Di Indonesia,
terjadinya arus laut lebih dominan diakibatkan oleh pasang surut. Sedangkan pergerakan
laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat adanya dorongan pergerakan angin.
Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respon
pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Manakala,
pengukuran perbedaan suhu antara laut dalam dengan perairan dekat permukaan
merupakan metode untuk mengetahui potensi panas laut di sebuah lokasi.

1
Energi laut di Indonesia bukan hanya terbarukan tapi juga baru, oleh karena itu diperlukan
koordinasi lintas sektoral dalam mendukung implementasi pengembangan energi laut
sebagai energi berkelanjutan di masa depan. Salah satu rekomendasi yang dapat
mendukung kebijakan pengembangan energi laut yang diperlukan saat ini adalah proses
penyempurnaan yang berkelanjutan dan kontinyu secara periodik melalui proses updating
peta potensi energi laut yang dilaksanakan bersama-sama oleh instansi-instansi
pemerintahan terkait melalui kompilasi, sharing dan sinkronisasi data-data dari hasil
studi/kajian energi laut. Hal penting lain yang perlu dilaksanakan segera adalah penentuan
standar survei dan data akuisisi (spasial dan temporal) untuk penetapan lokasi potensi
energi terbarukan di laut. Informasi yang akurat juga akan sangat diperlukan dalam
menentukan jenis teknologi apa yang akan diaplikasikan pada suatu wilayah yang
berpotensi.

1.2. Kondisi Energi Indonesia


Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh PLN tahun 2011 (Statistik PLN, 2011) diketahui
bahwa jumlah rasio elektrifikasi nasional tahun 2011 baru mencapai 71,23%, dengan
jumlah pelanggan rumah tangga sebanyak 42.577.542 dari 59.778.200 rumah tangga.
Dengan arti lain masih terdapat sekitar 17.200.658 rumah tangga yang masih dalam
kegelapan, menunggu hadirnya listrik. Biasanya terdapat di daerah rural villages dan
pulau-pulau terpencil. Sementara sebagai negara berkembang, pertumbuhan konsumsi
energi rata-rata sangat tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi
energi final Indonesia mencapai 7% per tahun, dan pertumbuhan konsumsi energi primer
mencapai sekitar 10% per tahun. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan konsumsi energi dunia yang hanya mencapai sekitar 2,6% per tahun
(Nugroho, H. 2011). Tingginya tingkat konsumsi energi telah menyebabkan berbagai
masalah dan kesenjangan diantaranya berkurangnya sumber daya fosil yang jauh lebih
cepat dibanding kecepatan menemukan cadangan baru.

Oleh karena itu, diperlukan implementasi kebijakan yang konsisten dan terfokus untuk
mendukung ketahanan dan ketersediaan energi yang berkelanjutan, diantaranya dengan
melaksanakan upaya diversifikasi energi. Upaya ini memerlukan dana investasi yang

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 2


besar, dukungan teknologi dan sumber daya manusia yang terampil dan berpengetahuan,
serta arah kebijakan yang jelas dan konsisten. Energi laut sebagai energi terbarukan di
Indonesia layak diperhitungkan untuk menjadi salah satu solusi permasalahan ketahanan
energi nasional ini. Dengan keberlimpahan potensi energi yang berasal dari arus, pasang
surut, gelombang, maupun panas, energi laut ke depan akan memiliki manfaat yang besar
dan penting dalam menyokong kebutuhan energi dalam negeri.

Energi laut di dunia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Teknologi pembangkit
listrik dari tenaga arus dan gelombang laut telah memasuki tahapan industri dan teruji di
lapangan. Pengalaman internasional juga menunjukkan bahwa biaya listrik per kWh dari
sumber energi laut lebih murah daripada biaya listrik dari pembangkit berbahan bakar
minyak (diesel), sehingga sangat sesuai dikembangkan di Indonesia yang merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia ((OES-IA, 2009); (Mukhtasor, 2013a); (Mukhtasor,
2013b)).

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, percepatan pengembangan energi laut akan


memperkecil potensi kehilangan peluang, dengan mempertimbangkan Indonesia adalah
negara kepulauan dengan kekayaan energi laut yang relatif besar, dan banyak daerah
yang memiliki potensi energi laut. Pengembangan energi laut juga menyimpan potensi
ekonomi dan industri dalam negeri, karena beberapa jenis teknologi nasional energi laut
sekelas mikro dan minihidro telah mulai ditekuni oleh masyarakat. Selain itu, Dewan
Energi Nasional (DEN) juga telah memasukkan energi laut dalam proyeksi skenario bauran
energi (energy mix) sampai dengan 2050 (Tabel 1) (Mukhtasor, 2013b; Mukhtasor,
2013c). Menurut skenario bauran energi ini, diproyeksikan bahwa sampai dengan tahun
2050, produksi energi listrik yang dihasilkan dari energi laut sebesar 5 MTOE (1 TOE =
11.63 MWh). Hal penting lain dalam kebijakan ini adalah bahwa pengembangan energi
laut di Indonesia diawali dengan membuat proyek percontohan (pilot project) skala
menengah yang dimulai pada tahun 2014 (Mukhtasor, 2013d).

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 3


Tabel 1. Skenario Efisien Energi Mix Menuju 2050 (MTOE - Million Tonnes of Oil Equivalent)

Skenario Efisien Unit 2010 2015 2020 2025 2030 2040 2050
Energi Total MTOE 159 215 290 380 480 740 980
Biomass Biofuel MTOE 2 7 20 27 35 55 90
Biomass Sampah [Listrik] MTOE 0 1 3 9 15 35 55
Panas Bumi MTOE 5 6 15 30 40 60 80
Energi Air MTOE 2 2 5 11 15 20 24
Energi Laut MTOE 0 0 (*) 0.5 1 1.4 3 5
Energi Solar [Matahari] MTOE 0 0.5 2 4 6 12 18
ET Lainnya MTOE 0 0.2 1 1.5 2 4 7
Minyak MTOE 74 83 96 110 125 178 196
Gas MTOE 32 44 61 84 110 173 235
Batubara MTOE 44 71 86 100 126 193 255
Energi Baru MTOE 0 0 1 3 5 10 15
Subtotal Biomass MTOE 2 8 23 36 50 90 145
Subtotal ET Non Biomass MTOE 7 9 24 48 64 99 134
Subtotal ET MTOE 9 17 47 84 114 189 279
Total EBT MTOE 9 17 48 87 119 199 294

(*) : Pilot Project 2 MW

2. PENDEKATAN

2.1. Metodologi Perhitungan Potensi Arus Laut


2.1.1 Sumber Energi Dari Arus Laut
Arus laut dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan gaya pembangkitnya yaitu arus
pasang surut dan arus non pasang surut. Pada dasarnya arus laut merupakan gerakan
horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan
sebagai penggerak bagi sebuah rotor pembangkit listrik. Secara global laut mempunyai
sumber energi arus laut yang sangat besar yaitu sebesar 2,8 x 1014 (280 Triliun) Watt-
jam (Duxbury, et.al., 2000). Selain itu arus laut ini menarik untuk dikembangkan sebagai
pembangkit listrik karena sifatnya yang realtif stabil dan dapat diprediksi. Pengembangan
teknologi ekstraksi energi arus laut ini dilakukan dengan mengadaptasi prinsip teknologi

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 4


ekstraksi energi dari angin yang telah lebih dulu berkembang yaitu dengan mengubah
energi kinetik dari arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Daya yang terkandung
pada suatu aliran yang melewati luas penampang A bisa dirumuskan sebagai berikut
(Fraenkel, 1999):

Gambar 1. Ilustrasi aliran yang melewati suatu penampang A (sumber : Boud, 2003)

1
P   AV 3 (1)
2
Keterangan:
P= daya (watt)
ρ= rapat massa air (kg/m³)
A= luas penampang (m²)
V= kecepatan (m/s)

Namun, tidak semua potensi sumber daya yang terkandung dalam arus laut tersebut
dapat dikonversi menjadi energi (perhatikan Gambar 2). Secara umum besarnya energi
yang dapat diekstrak tergantung dari jenis dan karakteristik turbin itu sendiri seperti
ukuran diameter turbin arus. Hubungan antara jumlah daya yang bisa diekstrak terhadap
diameter turbin dan kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 3.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 5


Gambar 2. Grafik perbandingan energi yang dapat ditangkap oleh alat
(sumber: www.carbontrust.co.uk )

Gambar 3. Grafik hubungan daya yang dapat diekstrak dengan ukuran


rotor (sumber: Boud, 2003)

2.1.2 Pemanfaatan Energi Arus Pasang Surut


2.1.2.1 Penggunaan Arus Pasang Surut Secara Tradisional
Pada umumnya, pabrik pengolah energi arus menggunakan desain yang disetujui untuk
konstruksi stasiun hydropower konvensional di sungai. Biasanya memiliki 3 komponen
struktural dan mekanikal, yaitu:

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 6


a. Bendungan air di sepanjang aliran; yang berfungsi sebagai kolam buatan dan
mengumpulkan ketinggian air yang cukup untuk operasi turbin hidrolik
b. Sejumlah turbin dengan generator dipasang di titik terendah pada dam
c. Gerbang hidrolik yang mengatur aliran air yang masuk dan keluar dari kolam air
di belakang dam.
Turbin ini dapat dioperasikan dengan cara double atau single action. Double action
berarti turbin bekerja saat pasang (tide) dan surut (ebb). Sedangkan single action berarti
turbin hanya bekerja saat surut (ebb). Penggunaan secara double action memberi
dampak yang lebih kecil terhadap lingkungan, efisiensi yang besar, pemodelan yang
representatif terhadap fenomena gelombang sebenarnya, namun lebih kompleks dan
mahal. Single action lebih sederhana dan murah, namun ancaman terhadap lingkungan
lebih besar karena membentuk ketinggian air yang lebih besar dan mengakumulasi
sedimen di kolam.

2.1.2.2 Penggunaan Arus Pasang Surut Secara Non Tradisional


Cara tradisional diatas tidak populer karena secara ekologis banyak merugikan,
contohnya, dam yang memblokir migrasi ikan hingga mengurangi populasi ikan, dan
merusak lingkungan. Hydraulic turbine tipe propeller yang dibuat khusus untuk dam
tidak efisien, kompleks, dan sangat mahal. Oleh karena itu, dicari pendekatan lain untuk
mengeksploitasi energi gelombang, yaitu dengan menciptakan turbin yang dapat
merubah energi arus yang bebas menjadi energi kinetik.

2.1.3 Energi Arus Pasang Surut


Energi dari arus terdiri atas dua komponen, yaitu energi potensial dan energi kinetik.
Potensial energi adalah kerja yang dilakukan dengan mengangkat massa air ke arah
permukaan laut. Energi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

E  gA zdz  0.5gAh 2


(2)
dimana:
E = energi
g = percepatan gravitasi
ρ = densitas air laut = m / V
A = luas permukaan laut yang dihitung
z = koordinat vertikal dari permukaan laut
h = amplitudo

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 7


dengan mengambil rata-rata (gρ)=10,15 kNm-1 untuk air laut, siklus gelombang (tide
cycle) per meter persegi adalah :

E  1,4h 2 (watthour ) atau (3)

E  5,04h 2 (kilojoule ) (4)

Energi kinetik dari massa air m adalah kapasitasnya untuk melakukan kerja berdasarkan
kecepatannya V, dan dapat dirumuskan sbb:

T  0,5mV 2 (5)

Energi arus total adalah hasil penjumlahan dari energi potensial dan kinetik.

2.1.4 Bangkitan Energi Listrik oleh Turbin


Kemampuan sebuah turbin dilihat dari daya, torsi dan tekanan (thrust) dan bervariasi
seiring dengan kecepatan arus . Energi arus pada turbin akan diubah menjadi energi
listrik.

Ekspresi matematis yang digunakan hampir sama dengan turbin tipe baling-baling
(propeller).

Daya yang dihasilkan oleh semua turbin dari arus laut yaitu :

Pt  0,5AV 3 (6)

Keterangan:
Pt = daya turbin (kwatt)
η = efisiensi turbin (η = 0,35 melalui percobaan)
ρ = densitas air
A = total luas permukaan efektif turbin (m2), yaitu bagian dimana terjadi
perpotongan aliran di daerah instalasi turbin.

Sedangkan daya untuk arus bebas melewati luas perpotongan aliran A adalah

Pw  0,5AV 3 (7)

Efisiensi turbin (η), biasa disebut koefisien daya, adalah perbandingan output daya turbin
Pt terhadap daya dari arus bebas Pw.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 8


Pt

Pw (8)

Energi yang tertangkap adalah luas di bawah kurva daya. Yaitu:

 P(t )dt   ( 
1 2 0.5C p AoV 3 (t )  Prated (Tm  T2 )
(9)

Secara numerik, penghitungan luas di bawah kurva dapat disederhanakan dengan


memakai Trapezium Rule (Gambar 4). Umpamakan kurva pada Gambar 4, luas antara a
dan b adalah hasil penjumlahan trapesium A, B, C, D dengan lebar yang sama.

Gambar 4. Kurva yang memakai Trapezium Rule

2.1.5 Duplikasi Teknologi Arus Laut


Duplikasi teknologi arus laut adalah sebuah istilah untuk menggambarkan suatu area
dengan susunan beberapa buah turbin sebagai upaya untuk mengubah energi arus ke
energi kinetik secara optimum. Istilah ini biasa disebut dengan marine current farm.
Turbin dapat dipasang pada dasar laut atau mengapung. Jarak horizontal setiap turbin
pada tiap baris dan jarak antar baris tergantung pada keperluan pemeliharaan, sesuai
prosedur pemasangan dan juga pengaruh aliran air langgeng. Misal, menghindari
peletakan turbin di muara dimana banyak terjadi riak (wake). Setiap turbin dialokasikan

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 9


di dasar laut namun tergantung pada diameter rotor. Misalkan panjangnya L = αD dan
lebar W = βD. Dimana β = 3 dan α = 10 untuk kemudahan perawatan prosedur instalasi,
dan mengatasi pengaruh wake pada unit. Maka, jumlah turbin yang dapat dipasang pada
’farm’ dengan luas permukaan Af adalah :

𝐴𝑓
Jumlah turbin = ⁄𝛼𝐷. 𝛽𝐷 (10)

Dengan asumsi semua turbin di suatu farm memiliki ukuran yang sama, daya yang
dihasilkan Pf adalah:

Af
Pf   r 0,5 w kD2Vr
3
(11)
D.D

atau
Af
Pf   r 0,5 w kVr
3
(12)
 .

Keterangan:
ηr = efisiensi rotor
ρw = densitas air
k = koefisien
Vr = kecepatan rotor
Af = frontal area
α, β = faktor pengali

Persamaan diatas menunjukkan bahwa Pf tidak bergantung pada kedalaman air di lokasi
atau diameter rotor turbin. Namun batas maksimum diameter yang dapat dipakai
dibatasi oleh kedalaman.

Dalam perencanaan, pendekatan yang dilakukan untuk menghitung posisi vertikal turbin
adalah :

1. Puncak rotor harus berada pada LWS dikurangi 1 m akibat lembah gelombang
dengan tinggi 2 m, dikurangi 5 m untuk mencegah kerusakan akibat gelombang
dan aktivitas di laut. Sehingga letak turbin harus berada total 6,5 di bawah LWS.

2. Bagian terbawah rotor tidak boleh melebihi ¼ bagian dari kedalaman laut dihitung
dari LWS.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 10


Contoh instalasi farm turbine dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5. Marine current turbine farm menggunakan turbin tipe propeller


(courtesy: marineturbines.com)

Electric
generators
sit above
Gambar 6. Marine current turbine farm menggunakan Gorlov the
Helical
waterTurbine (courtesy:
http://www.see.murdoch.edu.au/)

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 11


2.2. Metodologi Perhitungan Potensi Gelombang Laut
Gelombang dibangkitkan oleh angin di daerah permukaan laut besar (ratusan atau ribuan
kilometer) untuk jangka waktu yang lama (hari), gelombang laut adalah fenomena acak
yang kompleks sehingga membutuhkan penggunaan metode statistik untuk
karakterisasinya. Gelombang menunjukkan variabilitas yang signifikan di semua skala
waktu, dari gelombang-gelombang secara berurutan (dalam detik), Antau kelompok-ke-
kelompok gelombang (menit), sea state-ke-sea state (jam), musim ke musim (bulan) untuk
antar-tahunan variasi. Sebuah negara laut dapat didefinisikan sebagai kondisi gelombang
stasioner pada skala persepuluh kilometer dan beberapa jam.

Pembangkitan dan propagasi gelombang akibat angin laut adalah proses nonlinier yang
kompleks, di mana energi secara perlahan berubah akibat perubahan dari komponen yang
berbeda. Namun, pada skala puluhan kilometer dan menit, dan pada laut dalam proses
Gaussian stasioner acak cukup akurat menggambarkan local state dan kondisi permukaan
laut. Dengan demikian perilaku lokal dari gelombang ditentukan oleh spektrum dari sea
state S (f, θ), Spektrum tersebut yang menentukan besaran energi gelombang,
proporsional terhadap varians elevasi permukaan air laut. Parameter tersebut
didistribusikan dalam frekuensi f dan arah θ.

Spektrum ini biasanya diringkas oleh sejumlah parameter gelombang, yaitu tinggi
gelombang H, periode T (f = 1 / T) dan arah θ. Spektrum directional dan statistik dari
parameter gelombang adalah informasi dasar yang digunakan untuk menggambarkan
sumber daya energi gelombang untuk merancang suatu konverter energi ombak dan
meramalkan kinerja mereka dengan menggunakan model matematis atau numerik, serta
dalam pengujian di tangki gelombang pada skala model. Perlu dipertimbangkan bahwa
energi gelombang directional atau 2D spektrum S (f, θ) yang menyediakan deskripsi sea
state yang (hampir) lengkap telah semakin digunakan dalam aplikasi teknik kelautan.
Namun sering frekuensi saja atau energi (1D), spektrum E(f) dan rata-rata distribusi arah θ
(f) yang tersedia. E (f) terkait dengan S (f, θ) dengan

(13)

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 12


Untuk mendapatkan parameter tinggi gelombang dan periode umumnya digunakan
momen spektral yang diberikan pada urutan ke-n dengan
2𝜋 ∞ ∞
mn = ∫0 ∫0 𝑓 n S(f,θ)df dθ = ∫0 𝑓n E(f)df (14)

Untuk tinggi gelombang, parameter yang paling banyak digunakan adalah tinggi
gelombang signifikan, yang didefinisikan sebagai rata-rata yang tertinggi dari sepertiga
tinggi gelombang dari hasil zerro up crossing dari lembah ke puncak gelombang. Hal ini
dapat dihitung dari spektrum kerapatan gelombang dari varians elevasi dengan persamaan

H5 = 4√𝑚0 (15)

Untuk periode gelombang beberapa parameter yang umum digunakan. Dalam konteks ini
berarti energi periode Te dan periode puncak Tp yang paling sering digunakan. Periode
energi didefinisikan oleh

Te = 𝑚-1⁄ 𝑚0 (16)

Te terutama tergantung pada rentang frekuensi (Frequency band) yang lebih rendah dari
spektrum di mana sebagian besar daya yang terkandung. Selain itu menyediakan cara
mudah komputasi negara permukaan laut kekuasaan di air dalam (lihat di bawah).

Para Tp periode puncak adalah kebalikan dari frekuensi puncak, fp, yang sesuai dengan
spektral kerapatan energi (Spectral Energy Density) tertinggi

1
Tp = (17)
𝑓p

Seperti halnya E(fp) = max (E). Tp paling berguna adalah untuk sea state dengan sistem
spektrum gelombang dengan satu puncak (spektrum single peaked) karena memberikan
informasi pada rentang frekuensi di mana sebagian besar energi terdapat. Meskipun, cara
perhitungan tersebut tidak tepat, contohnya pada lokasi dengan sea state yang memiliki
lebih dari satu sistem gelombang (biasanya pada lokasi yang memiliki gelombang angin
laut dan gelombang akibat swell), kondisi tersebut mewakili 20% atau lebih di daerah utara
Atlantik (misalnya Guedes-Soares, 1984), selain itu gelombang dengan lebih dari satu
sistem tersebut akan ditemukan dengan persentase yang lebih tinggi di Samudera Pasifik
di mana dua gelombang Swell dan Wind Waves sering ditemukan.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 13


Rerata tradisional nol-up-persimpangan periode Tz (rata-rata waktu berlalu antara dua
puncak gelombang yang berurutan) juga dapat diperoleh dari spektra sebagai (m0/m2) 1/2.
Ketergantungannya pada m2 membuatnya sangat sensitif terhadap ekor frekuensi tinggi
spektral yang menunjukkan variabilitas yang tinggi dan isi energi menit.

Gambar 7 mengilustrasikan statistik gelombang yang paling sering digunakan dan antar
hubungan dari setiap parameter tersebut.

Beberapa parameter arah gelombang dapat digunakan. Untuk mendapatkan spektrum


directional, arah rata-rata gelombang dapat dihitung dengan

2𝜋 ∞
(∫0 ∫0 𝑆(𝑓,𝜃) sin(𝜃)𝑑𝜃𝑑𝑓)
θm = arctan 2𝜋 ∞ (18)
(∫0 ∫0 𝑆(𝑓,𝜃) cos(𝜃)𝑑𝜃𝑑𝑓)

Directional buoys sering memberikan spektrum frekuensi E(f), selain arah rata-rata θ(f) dan
penyebarannya σ(f) untuk setiap rentang frekuensi. Dalam hal ini arah rata-rata dihitung
dengan


(∫0 𝐸(𝑓) sin(𝜃(𝑓))𝑑𝑓)
θb = arctan ∞ (19)
(∫0 𝐸(𝑓) cos(𝜃(𝑓))𝑑𝑓)

Seringkali sebuah oceanic sea state akan mencakup baik wind-waves lokal, yang arah
dominan di tentukan dari angin lokal, dan swells, sebagai contoh suatu gelombang pada
suatu lokasi dihasilkan dari gelombang yang merambat dari tempat yang sangat jauh dari
beberapa hari sebelumnya dengan pola cuaca yang berbeda dengan lokasi yang ditinjau.
Tiap-tiap gelombang tersebut mungkin memiliki arah dominan yang sangat berbeda.
Dalam hal ini kondisi memadai dari sea state akan membutuhkan ketinggian dan periode
terpisah dan rata-rata dari arah gelombang akibat angin (wind waves) selain itu juga
dibutuhkan komponen swell (kadang-kadang lebih dari satu).

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 14


Gambar 7. Wave data processing (sea surface (a); directional spectrum: polar (b) and 3D (d)
plots; frequency spectrum and mean direction against frequency (c); contoh dari
(Hs,Te) scatter table (e)). (Saulnier and Pontes, 2006).

International Energy Agencies-Ocean Energy System (IEA-OES) dalam technical report-nya


mengusulkan metode perhitungan energi gelombang pada perairan dalam, dimana
kedalaman perairan lebih besar dari setengan panjang gelombang, energi yang dihasilkan
oleh gelombang (P) dapat dihitung dari Hs and Te (Pontes, 2009).

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 15


𝜌𝑔2
P = Hs2Te (20)
64𝜋

Dengan rapat massa air laut yang dapat ditentukan sebagai ρ = 1.025 kg/m3 dan
percepatan gravitasi g = 9,81 m/s2. Maka flux energi gelombang per unit panjang crest
gelombang atau level energi gelombang di perairan dalam dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:

P ≈ 0,49 Hs2Te (kW/m) (21)

dengan Hs di tentukan dalam m dan Te dalam detik.

EPRI juga mengusulkan pola yang sama dalam perhitungan besaran energi gelombang
seperti yang di ilustrasikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Ilustrasi penangkapan energi gelombang

2.3. Metodologi Perhitungan Potensi Panas Laut


Konversi energi panas laut (OTEC) adalah konsep lama yang bertujuan untuk
memanfaatkan energi matahari yang tersimpan sebagai panas yang masuk di lapisan
campuran atas lautan tropis (Claude, 1930). Air laut dalam dingin yang awalnya terbentuk
di batas kutub memberikan suhu rendah yang diperlukan untuk fluida kerja yang sesuai

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 16


(seperti amonia) untuk menyelesaikan siklus termodinamika. Kerja mekanik yang
dihasilkan dapat dengan mudah untuk dikonversi menjadi listrik.

Perbedaan suhu (ΔT) dalam konsep OTEC merupakan selisih suhu antara permukaan laut
dengan air laut dalam. Dari prosedur optimasi sederhana (Johnson, 1992), dapat
ditunjukkan bahwa penurunan suhu di seluruh turbin pembangkit listrik adalah sekitar
ΔT⁄ . Efisiensi termodinamika maksimum dari siklus pembangkit OTEC Rankine yang ideal,
2
didekati dengan 𝑑𝑇⁄2𝑇, dimana T adalah suhu air permukaan. Irreversibilitas pada
ekspansi fluida kerja (turbin) dan kompresi (pompa) terjadi pada mesin nyata. Ini
berangkat dari siklus Rankine ideal, dimana kerugian kecil pada langkah konversi listrik
(generator) diperhitungkan dengan penurunan 15% dari output daya listrik bruto (efisiensi
turbogenerator ɛtg = 85%). Dengan nilai ΔT = 20° C dan T = 25° C (298,15 K), maka efisiensi
konversi OTEC bruto adalah α ≈ ɛtg. ΔT⁄(2𝑇) = 2,85%. Dengan kata lain, panas laut (OTEC)

adalah proses yang agak kurang efisien, meskipun sumberdayanya melimpah dan
terbarukan.

Asumsi yang dipakai adalah volume flow rate dari air permukaan hangat (Qww) adalah dua
kali lebih banyak dibanding volume flow rate air dalam dingin (Qcw), dimana QCW = ηQww
dengan η = 0,5 (Nihous et.al., 1989). Dalam desain yang spesifik, η akan dioptimalkan.
Untuk menentukan jenjang suhu OTEC selanjutnya, pendekatan minimum (pinch) suhu
ΔT/16 (1,25°C pada kondisi standar) baik evaporator ataupun kondensor dipilih untuk
mempertahankan pertukaran panas. Karena energi yang diekstrak dalam proses OTEC
relatif kecil dibandingkan dengan beban penukar panas, dapat diabaikan dalam
keseimbangan panas dan massa yang disederhanakan.

Air laut permukaan mendingin berdasarkan [3η / (1 + η)] ΔT/8 dalam evaporator, dan air
laut dalam menghangat berdasarkan [3/(1 + η)] ΔT / 8 dalam kondensor. Ilustrasi proses
standar OTEC ditunjukkan pada Gambar 9. Daya listrik bruto (Pg) yang dihasilkan, ditulis
sebagai produk dari beban panas evaporator dan efisiensi konversi OTEC bruto.

𝑄𝑤𝑤 𝜌𝐶𝑝 3𝜂𝜀𝑡𝑔


Pg = ΔT2 (22)
16 (1+ 𝜂)𝑇

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 17


dimana, ρ densitas air laut rata-rata, 1.025 kg/m3, dan Cp adalah panas spesifik dari air
laut, ~ 4 kJ/kg K.

Gambar 9. Ilustrasi proses standard OTEC, ketika η = 0,5 dan Qww = 10 m3/s (Nihous, 2005)

Dari Persamaan (22) dapat dilihat bahwa hilangnya 1°C dalam sumber daya ΔT, dengan
nilai dasar dari 20°C, dapat menghasilkan penurunan 10% di Pg. Ini berkaitan tentang
sensitivitas operasi OTEC ke ΔT. Pada akhirnya, daya bersih Pnet harus diestimasi, karena
membutuhkan konsumsi daya yang cukup untuk mendorong laju aliran air laut melalui
pembangkit OTEC. Kebanyakan desain biasanya membutuhkan sekitar 30% dari Pg untuk
menjalankan pembangkit pada kondisi desain (Nihous et.al., 1989).

𝑄𝑤𝑤 𝜌𝐶𝑝 3𝜂𝜀𝑡𝑔


Pnet = (ΔT2 – 0,3ΔT2desain) (23)
16 (1+ 𝜂)𝑇

2.4. Klasifikasi Potensi


Berdasarkan kesepakatan para pakar di Indonesia, potensi energi energi laut dibagi
kedalam beberapa kategori dengan mengadopsi kategori yang telah digunakan di Irlandia
(Marine Institute and Sustainable Energy Ireland, 2005) yaitu:

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 18


 Theoretical Resources: Kandungan energi bruto dari resource.
 Technical Resources: Sumber daya teoritis dibatasi oleh efisiensi dari teknologi
yang tersedia.
 Practical Resources: Sumber daya teknis dibatasi oleh faktor fisik yang tidak
kompatibel.
 Accessible Resources: Sumber daya praktis dibatasi oleh kendala kelembagaan
dan regulasi.
 Viable Accessible Resources: Sumber daya dibatasi oleh kelayakan ekonomi.

Sebagai catatan, potensi yang dihitung dalam updating ini baru mencakup tiga kategori
potensi, yaitu potensi teoritis, potensi teknis dan potensi praktis.

2.5. Asumsi-asumsi
2.5.1 Asumsi untuk Perhitungan Arus Laut
Asumsi yang diambil dalam perhitungan ini adalah:

a. Kapasitas teknologi adalah 25% (diambil yang paling kecil dari semua teknologi yg
tersedia).
b. Kapasitas lingkungan diambil maksimum adalah 25% dari panjang pantai yg bisa
dimanfaatkan.
c. Koefisien efisiensi gearbox dalam perhitungan pembangkit energi diambil 0,8
dengan percepatan gravitasi = 9,81 m/s2, dan massa jenis air laut adalah 1.025
kg/m3.
d. Jarak antar alat diambil dari 6 kali diameter peralatan untuk jarak sejajar dengan
arus; sedangkan lebar alat diasumsikan 1 kali diameter.

2.5.2 Asumsi untuk Perhitungan Gelombang Laut


Gelombang dibangkitkan dari data angin NOAA yang diambil dari Satelit Topex Poseidon.
Asumsi yang diambil adalah:

a. Kapasitas teknologi adalah 25% (diambil yang paling kecil dari semua teknologi
yang tersedia).

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 19


b. Kapasitas lingkungan diambil maksimum adalah 25% dari panjang pantai yang bisa
dimanfaatkan.
c. Koefisien dalam perhitungan pembangkit energi diambil 0,49 dengan percepatan
gravitasi = 9,81 m/s2 dan massa jenis air laut adalah 1025 kg/m3.
d. Jarak antar alat diambil yang paling jauh, yaitu 60 m, dengan lebar alat
diasumsikan 35 m dan kapasitas teknologi 25%.

2.5.3 Asumsi untuk Perhitungan Panas Laut


Asumsi yang digunakan untuk perhitungan potensi panas laut adalah:

a. Efisiensi generator turbin (ɛtg) adalah 85% dengan η = 0,5 dan laju aliran volum air
hangat 10 m3/s
b. Suhu desain yang digunakan sebesar 25 0C, densitas air laut rata-rata 1025 kg/m3,
dan panas spesifik air laut, ~ 4 kJ/kg K.

c. Jumlah alat yang dapat digunakan per lokasi adalah perbandingan panjang pantai
per 30 km.

2.6. Pembaruan Perhitungan


Pada tahun 2011, Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) bekerjasama dengan berbagai
instansi terkait telah melakukan ratifikasi perhitungan potensi energi laut untuk jenis arus,
gelombang, dan panas laut. Melalui beberapa kali pertemuan yang dihadiri oleh
perwakilan dari PPPGL-KESDM, P3TKP-KKP, BPPT, BMKG, ITS, ITB dan institusi lain yang
terkait telah berhasil menghitung potensi energi laut mulai dari potensi teoritis, potensi
teknis dan potensi praktis. Dari ratifikasi perhitungan tersebut telah diperoleh data
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Gambar 10, 11, dan 12 menunjukkan Peta Potensi
Arus, Gelombang, dan Panas Laut hasil ratifikasi tahun 2011.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 20


Tabel 2. Ratifikasi Perhitungan Potensi Energi Laut (ASELI, 2011)

Jenis Potensi Teoritis (MW) Potensi Teknis (MW) Potensi Praktis (MW)

Panas Laut 57.000 52.000 43.000

Arus Laut 160.000 22.500 4.800

Gelombang Laut 510.000 2.000 1.200


Total 727.000 76.500 49.000

Gambar 10. Peta Potensi Arus Laut hasil ratifikasi tahun 2011 (Profil ASELI, 2011)

Gambar 11. Peta Potensi Gelombang Laut hasil ratifikasi tahun 2011 (Profil ASELI, 2011)

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 21


Gambar 12. Peta Potensi Panas Laut hasil ratifikasi tahun 2011 (Profil ASELI, 2011)

Pada tahun 2013, diadakan kegiatan kembali pengolahan dan perhitungan data potensi
energi laut yang telah dilakukan pada tahun 2011. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
updating data potensi energi laut yang dilakukan secara periodik untuk mendukung
implementasi pengembangan energi laut melalui pelaksanaan proyek percontohan.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 22


3. ENERGI ARUS LAUT

3.1. Metode Pengambilan Data (Pengukuran)


Metode yang dipergunakan adalah dengan pengukuran data di lapangan, serta
pengumpulan data sekunder dan studi literatur. Metodologi pengukuran/pengambilan
data lapangan terdiri dari: pengamatan pasang surut, pengukuran kedalaman dasar laut,
pengukuran arus, pengambilan contoh sedimen pemukaan dasar laut, pengukuran sifat
fisis air laut, pengambilan contoh air laut, pemetaan karakteristik pantai, pengukuran
parameter klimatologi. Pengukuran dilakukan di 10 lokasi berbeda di Indonesia yang
memiliki potensi energi arus laut. Diantara 10 selat itu adalah Selat Toyopakeh, Selat
Lombok, Selat Alas, Selat Larantuka, Selat Riau, Selat Pantar, Selat Boleng, Selat Mansuar-
Raja Ampat, Selat Molo, dan Selat Sunda.

Selain pengukuran di lapangan, metode kedua yang dilakukan adalah dengan


menggunakan pemodelan, yaitu membuat model hidrodinamika 3D dari dinamika arus di
lokasi yang telah diukur. Hasil pemodelan kemudian divalidasi dengan data hasil
pengukuran langsung di lapangan untuk mengetahui keakuratan dari model simulasi yang
telah dibuat. Penjelasan lebih lengkap tentang data hasil pengukuran arus laut di 10 selat
di atas beserta hasil simulasi pemodelannya diberikan secara lengkap dan detail dalam
Buku Ringkasan Pemetaan dan Pemodelan Energi Arus Laut di Selat-Selat Berpotensi
Indonesia yang diterbitkan bersama dengan buku ini.

3.2. Perhitungan Potensi


3.2.1 Perhitungan Potensi Teoritis
Hasil Perhitungan potensi teoritis adalah dengan mengetahui luas daerah potensi. Luas
daerah potensi untuk masing-masing selat diberikan dalam Tabel 3. Jadi potensi
teoretis daya listrik 10 selat dapat dihitung berdasarkan Persamaan 6.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 23


Tabel 3. Potensi Teoritis Arus Pasang Surut di 10 Selat

Luas Daerah Potensi Potensi Teoritis


No Selat
(m2) (kW)
1 Riau 55.751.111 96.432.000
2 Sunda 21.025.000 36.366.680
3 Toyopakeh 2.959.360 5.118.768
4 Lombok 19.107.438 33.049.897
5 Alas 60.853.994 105.258.394
6 Molo 216.400 374.304
7 Larantuka 287.500 497.285
8 Boleng 1.658.610 2.868.877
9 Pantar 921.600 1.594.080
10 Mansuar 3.619.998 6.261.465
Total 287.821.749

Angka potensi teoritis ini seharusnya lebih besar, karena yang dihitung hanyalah luas
permukaan air. Tidak menghitung kemungkinan bahwa turbin dapat dibuat bertingkat
ke arah kedalaman air.

3.2.2 Perhitungan Potensi Teknis


Sama seperti potensi teoritis di atas, untuk perhitungan potensi teknis dimasukkan
kendala-kendala kedalaman perairan serta efisiensi turbin. Efisiensi turbin yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah sebesar 25%, maka dapat dihitung potensi
teknis sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Teknis Arus Pasang Surut di 10 Selat

Luas Daerah Potensi Teoritis Potensi Teknis


No Selat
Potensi (m2) (kW) (kW)
1 Riau 55.751.111 96.432.000 24.108.000
2 Sunda 21.025.000 36.366.680 9.091.670
3 Toyopakeh 2.959.360 5.118.768 1.279.692
4 Lombok 19.107.438 33.049.897 8.262.474
5 Alas 60.853.994 105.258.394 26.314.598
6 Molo 216.400 374.304 93.576
7 Larantuka 287.500 497.285 124.321
8 Boleng 1.658.610 2.868.877 717.219
9 Pantar 921.600 1.594.080 398.520
10 Mansuar 3.619.998 6.261.465 1.565.366
Total 287.821.749 71.955.437

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 24


3.2.3 Perhitungan Potensi Praktis
Dalam perhitungan praktis perlu dimasukkan variabel-variabel tentang zonasi
pemanfaatan energi laut, seperti alur pelayaran. Hasil perhitungan potensi praktis
diberikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Potensi Praktis Arus Pasang Surut di 10 Selat

Luas Daerah Potensi Teoritis Potensi Teknis Potensi Praktis


No Selat
Potensi (m2) (kW) (kW) (kW)
1 Riau 55.751.111 96.432.000 24.108.000 6.027.000
2 Sunda 21.025.000 36.366.680 9.091.670 2.272.917
3 Toyopakeh 2.959.360 5.118.768 1.279.692 319.923
4 Lombok 19.107.438 33.049.897 8.262.474 2.065.619
5 Alas 60.853.994 105.258.394 26.314.598 6.578.650
6 Molo 216.400 374.304 93.576 23.394
7 Larantuka 287.500 497.285 124.321 31.080
8 Boleng 1.658.610 2.868.877 717.219 179.305
9 Pantar 921.600 1.594.080 398.520 99.630
10 Mansuar 3.619.998 6.261.465 1.565.366 391.342
Total 287.821.749 71.955.437 17.988.859

3.2.4 Total Hasil Perhitungan Potensi Energi Arus Pasang Surut


Dalam perhitungan besaran energi arus pasang surut yang didasarkan pada hasil
pemodelan dan hasil pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data sebagaimana
dalam Tabel 6. Sedangkan Peta Potensi Energi Arus Laut diberikan dalam Lampiran
Peta 1.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Potensi Arus Pasang Surut di 10 Selat

No. Selat Kec. arus Rapat Daya Luas Daerah Potensi Potensi Potensi
maks. (m/s) (kW/m2) Potensi (m2) Teoritis (kW) Teknis (kW) Praktis (kW)
1 Riau 1,39 1,38 55.751.111 96.432.000 24.108.000 6.027.000
2 Sunda 2,63 9,32 21.025.000 36.366.680 9.091.670 2.272.917
3 Toyopakeh 3,00 13,84 2.959.360 5.118.768 1.279.692 319.923
4 Lombok 2,44 7,44 19.107.438 33.049.897 8.262.474 2.065.619
5 Alas 2,90 12,50 60.853.994 105.258.394 26.314.598 6.578.650
6 Molo 1,85 3,24 216.400 374.304 93.576 23.394
7 Larantuka 3,00 13,84 287.500 497.285 124.321 31.080

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 25


No. Selat Kec. arus Rapat Daya Luas Daerah Potensi Potensi Potensi
maks. (m/s) (kW/m2) Potensi (m2) Teoritis (kW) Teknis (kW) Praktis (kW)
8 Boleng 1,50 1,73 1.658.610 2.868.877 717.219 179.305
9 Pantar 2,91 12,63 921.600 1.594.080 398.520 99.630
10 Mansuar 1,79 2,94 3.619.998 6.261.465 1.565.366 391.342
Total 287.821.749 71.955.437 17.988.859

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 26


4. ENERGI GELOMBANG LAUT

4.1. Pengambilan Data


Dalam perhitungan potensi energi gelombang di Indonesia ini perkiraan parameter
gelombang laut dihitung dengan model gelombang Windwaves-05, dimana model ini
hanya memperhitungkan gelombang yang diakibatkan oleh energi angin permukaan.
Persamaan umum yang digunakan dalam model-model prakiraan gelombang adalah
persamaan transfer energi gelombang yang dapat ditulis sebagai berikut:

𝜕𝑆
= -∇.(CgS) + Sin + Snl + Sds (24)
𝜕𝑡

Dengan S=S(f,) adalah spektrum energi sebagai fungsi frekuensi dan arah rambat, t
menyatakan waktu, C adalah vektor kecepatan kelompok gelombang (group velocity).
Suku-,(CgS) menyatakan perubahan energi selama perambatan gelombang karena adveksi
dan refraksi oleh dasar laut, Sin menyatakan perubahan energi karena angin, Snl
menyatakan perubahan energi karena transfer energi non linier antar gelombang, dan Sds
menyatakan energi yang hilang, termasuk karena gesekan dasar laut. Adapun
parameterisasi data model gelombang sebagai berikut:
 Periode tahun data : 2000 - 2010
 Domain : 30°LU-30°LS, 75°BT-155°BT
 Resolusi : 10x10 menit (+18.5x18.5 km)

Perhitungan rata-rata tinggi gelombang adalah sebagai berikut:

h1 _ h2 _ ......hn
rata-rata (h) 
n
dimana, h adalah tinggi gelombang dan n adalah jumlah data hasil perhitungan.

4.2. Pembuatan Peta Gelombang


 Output hasil running model Windwave-05 dibuat menjadi informasi dalam bentuk
peta dengan menggunakan software GIS, Arcview 3.3.
 Output Peta meliputi rata-rata gelombang dan angin permukaan bulanan.
Analisis variasi dan karakteristik gelombang laut di wilayah Indonesia didasarkan pada hasil
rata-rata bulanan pada kurun waktu tahun 2005- 2010 (5 tahun). Secara keseluruhan hasil

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 27


perhitungan rata-rata tinggi gelombang dari model Windwaves-05 ditunjukkan pada
Gambar 13 hingga Gambar 24.

Gelombang di perairan Indonesia dipengaruih oleh musim barat dan musim timur. Seperti
yang sudah dibahas sebelumnya untuk kondisi di perairan Pasifik biasanya terdapat lebih
dari 1 satu puncak spektrum kerapatan energi gelombang. Namun karena keterbatasan
data pengamatan langsung dilapangan data satelit maka dalam analisa energi gelombang
di lakukan dengan menggunakan gelombang regular. Pada perhitungan energi gelombang
di perairan Indonesia pada musim timur dapat dilihat tinggi gelombang pada pantai bagian
utara (north coast) untuk pulau-pulau di Indonesia gelombang laut menunjukkan angka
yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada perairan di sekitar kepulauan Bangka Belitung,
Kepulauan Natuna dan sekitarnya, dan Kalimantan Barat di perbatasan dengan Malaysia.
Pada wilayah ini tinggi gelombang berkisar antara 2,0 - 3,0 m. Sementara pada musim barat
perairan di selatan Sumatera, sekitar perairan Bengkulu, Mentawai hingga sampai ke
wilayah Nias. Selain itu di perairan selatan Jawa, kepulauan Nusa Tenggara dan perairan
sekitar Merauke menunjukkan tinggi gelombang berkisar 2,0 – 3,0 m.

Gambar 13. Output Windwaves-05 untuk bulan Januari

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 28


Gambar 14. Output Windwaves-05 untuk bulan Februari

Gambar 15. Output Windwaves-05 untuk bulan Maret

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 29


Gambar 16. Output Windwaves-05 untuk bulan April

Gambar 17. Output Windwaves-05 untuk bulan Mei

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 30


Gambar 18. Output Windwaves-05 untuk bulan Juni

Gambar 19. Output Windwaves-05 untuk bulan Juli

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 31


Gambar 20. Output Windwaves-05 untuk bulan Agustus

Gambar 21. Output Windwaves-05 untuk bulan September

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 32


Gambar 22. Output Windwaves-05 untuk bulan Oktober

Gambar 23. Output Windwaves-05 untuk bulan November

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 33


Gambar 24. Output Windwaves-05 untuk bulan Desember

Dari data gelombang keluaran Windwaves tersebut maka didapat lokasi-lokasi potensial
untuk penerapan konveris energi gelombang di perairan Indonesia. Untuk perhitungan
potensi gelombang laut diambil 22 lokasi atau titik yang dinilai memiliki potensi
berdasarkan data BMKG, diantaranya yaitu: Aceh, Nias, Mentawai, Pariaman, Painan,
Sukabumi, Banyuwangi, Nusa Penida, Gili Trawangan, Pontianak, Kepri, Tanjung Bumi,
Pulau Lembeh Bitung, Ambon, Biak, Halmahera, Kendari, Kupang Selatan, Labuhan Bajo,
Makasar, Raja Ampat, Sorong, dan Timika.

4.3. Perhitungan Potensi Energi Gelombang Laut


Dari lokasi-lokasi potensial untuk energi gelombang di perarian Indonesia tersebut maka
didapat panjang garis pantai dimana energi gelombang bisa dimanfaatkan. Dengan
mengetahui panjang garis pantai yang dapat dimanfaatkan maka besar potensi teoritis
energi gelombang dapat dibangkitkan dengan menggunakan persamaan 21 (sebagaimana
telah dijelaskan dalam sub bab 2.1).

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 34


Gambar 25 menunjukkan panjang garis pantai dengan gelombang lebih tinggi dari 1m.
Perhitungan potensi teknis didapat dimana energi gelombang dibatasi pada kemampuan
teknologi yang ada sekarang. Dalam perhitungan ini diambil beberapa teknologi yang
sudah berkembang. Untuk memudahkan perhitungan dalam perhitungan ini hanya
dibatasi pada beberapa teknologi, yaitu AquaBuOY, Offshore EWC, SEADOG, Pelamis,
MRC1000, dan Wave Swing. Untuk perhitungan potensi teknis ini panjang garis pantai pada
potensi teoritis dikurangi dengan kapasitas teknologi yang tersedia saat ini. Tiap-tiap
perangkat membutuhkan jarak minimal dan kedalaman minimal untuk membangkitkan
energi gelombang. Dengan memperhatikan alur pelayaran dan kedalaman perairan maka
perhitungan potensi praktis dapat diperoleh. Panjang garis pantai yang bisa dimanfaatakan
untuk perhitungan praktis diberikan pada Gambar 26.

Gambar 25. Panjang garis pantai dalam perhitungan potensi teoritis untuk energi gelombang di Indonesia

Gambar 26. Panjang garis pantai untuk perairan dalam perhitungan potensi praktis pada energi gelombang

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 35


Hasil perhitungan potensi teoritis, potensi teknis dan potensi praktis energi gelombang di
beberapa lokasi potensial diberikan dalam Tabel 7 hingga Tabel 12.

Tabel 7. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di Aceh, Nias,
Mentawai, Pariaman
Lokasi Unit Aceh Nias Mentawai Pariaman
Garis Bujur 94,72 97,10 98,29 99,27
Garis Lintang 5,06 1,01 -1,36 -0,48
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 1,18 0,86 1,21 0,99
H1/10 (rata-rata) (m) m 1,50 1,09 1,54 1,26
H1/100 (rata-rata) (m) m 1,98 1,43 2,03 1,65
Periode gelombang (T) atau dalam
output windwave-05 Ptot (rata-rata) m 6,56 5,00 6,53 6,60
(m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 320.000 399.500 375.500 169.600
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 2064 2577 2422 1330
Panjang garis pantai yang bisa
m 80.000 99.875 93875 42.400
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 516 644 605 273
Powerflux
Koefisien 0,49 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-
kW/m 7,60 1,91 6,95 3,82
rata
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-
kW/m 15,56 3,92 14,24 8,08
rata
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-
kW/m 35,38 8,92 32,37 17,81
rata
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 11.320 3.563 12.153 3.020
Potensi Teknis MW 639 201 686 170
Potensi Praktis MW 160 50 171 43
Tabel 8. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di Painan,
Kepri, Sukabumi, Banyuwangi
Lokasi Unit Painan Kepri Sukabumi Banyuwangi
Garis Bujur 99,18 108,45 106,89 114,56
Garis Lintang -0,37 3,59 8,20 -9,09
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 0,99 1,19 1,49 1,16
H1/10 (rata-rata) (m) m 1,26 1,51 1,89 1,47
H1/100 (rata-rata) (m) m 1,66 1,99 2,49 1,94

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 36


Lokasi Unit Painan Kepri Sukabumi Banyuwangi
Periode gelombang (T) atau dalam
output windwave-05 Ptot (rata-rata) m 6,69 5,94 5,98 5,90
(m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 206.300 239.200 459.500 163.000
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 1330 1543 2964 1051
Panjang garis pantai yang bisa
m 51.575 59.800 114.875 40.750
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 332 385 741 262
Powerflux
Keofisien 0,49 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-rata kW/m 3,95 10,69 12,96 6,79
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-
kW/m 8,08 21,90 26,54 13,92
rata
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-
kW/m 18,38 49,79 60,35 31,64
rata
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 3.791 11.910 27.731 5.157
Potensi Teknis MW 214 672 1.565 291
Potensi Praktis MW 53 168 391 73
Tabel 9. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di Tanjung
Bumi, Nusa Penida, Gili Trawangan dan Labuhan Bajo
Tanjung Nusa Gili Labuhan
Lokasi Unit
Bumi Penida Trawangan Bajo
Garis Bujur 113,10 115,48 116,05 119,82
Garis Lintang -6,78 -8,81 -7,97 -8,08
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 0,25 0,62 0,82 0,63
H1/10 (rata-rata) (m) m 0,32 0,79 1,04 0,80
H1/100 (rata-rata) (m) m 0,42 1,04 1,36 1,05
Periode gelombang (T) atau dalam
output windwave-05 Ptot (Rata-rata) m 1,87 3,15 5,75 5,06
(m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 182.500 46.370 163.300 146.400
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 1177 299 1053 944
Panjang garis pantai yang bisa
m 45.625 11.592 40.825 36.600
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 294 74 263 236
Powerflux
Keofisien 0,49 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-
kW/m 0,04 0,55 2,33 1,44
rata

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 37


Tanjung Nusa Gili Labuhan
Lokasi Unit
Bumi Penida Trawangan Bajo
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-
kW/m 0,08 1,12 4,78 2,95
rata
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-
kW/m 0,18 2,55 10,86 6,71
rata
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 33 118 1.773 982
Potensi Teknis MW 2 7 100 55
Potensi Praktis MW 0,5 1,7 25 14
Tabel 10. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di
Pontianak, Kupang Selatan, Makasar, Pulau Lembeh Bitung
Kupang P.Lembeh
Lokasi Unit Pontianak Makasar
Selatan Bitung
Garis Bujur 108,33 123,93 118,98 125,48
Garis Lintang -0,49 -10,73 -5,93 -1,35
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 0,91 1,09 0,96 0,91
H1/10 (rata-rata) (m) m 1,15 1,38 1,22 1,15
H1/100 (rata-rata) (m) m 1,51 1,82 1,60 1,51
Periode gelombang (T) atau dalam
output windwave-05 Ptot (rata-rata) m 5,99 5,82 5,64 6,02
(m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 337.100 384.000 291.600 101.600
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 2174 2477 1881 655
Panjang garis pantai yang bisa
m 84.275 96.000 72.900 25.400
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 543 619 470 163
Powerflux
Keofisien 0,49 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-
kW/m 3,86 6,29 4,42 2,86
rata
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-
kW/m 7,91 12,88 9,06 5,85
rata
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-
kW/m 17,99 29,28 20,61 13,30
rata
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 6.066 11.243 6.009 1.351
Potensii Teknis MW 342 635 339 76
Potensi Praktis MW 86 159 85 19

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 38


Tabel 11. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di Ambon,
Halmahera, Sorong, dan Raja Ampat
Lokasi Unit Ambon Halmahera Sorong Raja Ampat
Garis Bujur 127,87 128,90 131,19 130,40
Garis Lintang -3,82 -1,87 -0,63 -1,13
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 1,03 1,08 0,58 1,08
H1/10 (rata-rata) (m) m 1,31 1,37 0,74 1,37
H1/100 (rata-rata) (m) m 1,72 1,80 0,97 1,80
Periode gelombang (T) atau dalam
m 6,06 5,65 4,10 6,48
output windwave-05 Ptot (Rata-rata) (m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 100.600 395.500 235.200 170.600
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 649 2551 1517 1100
Panjang garis pantai yang bisa
m 25.150 98.875 58.800 42.650
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 162 637 379 275
Powerflux
Keofisien 0,49 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-rata kW/m 5,18 5,07 0,80 5,12
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-rata kW/m 10,61 10,38 1,65 10,49
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-rata kW/m 24,12 23,60 3,74 23,85
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 2.426 9.334 880 4.068
Potensii Teknis MW 137 527 50 230
Potensi Praktis MW 34 132 12 57
Tabel 12. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis dan Potensi Praktis Energi Gelombang di Kendari,
Biak, dan Timika
Lokasi Unit Kendari Biak Timika
Garis Bujur 122,71 136,31 136,82
Garis Lintang -3,73 -0,26 -5,31
Data Gelombang
H1/3 (rata-rata) (m) m 0,66 1,04 0,77
H1/10 (rata-rata) (m) m 0,84 1,32 0,98
H1/100 (rata-rata) (m) m 1,10 1,73 1,28
Periode gelombang (T) atau dalam
output windwave-05 Ptot (Rata-rata) m 4,75 6,17 5,79
(m)
Perhitungan Jumlah unit yang dipasang
Panjang garis pantai m 285.200 160.000 1.057.000
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 1840 1032 6819

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 39


Lokasi Unit Kendari Biak Timika
Panjang garis pantai yang bisa
m 71.300 40.000 264.250
dimanfaatkan
Jumlah unit yang dapat dipasang Unit 460 258 1704
Powerflux
Keofisien 0,49 0,49 0,49
Powerflux berdasarkan H1/3 rata-rata kW/m 0,97 5,07 2,74
Powerflux berdasarkan H1/10 rata-rata kW/m 1,99 10,39 5,61
Powerflux berdasarkan H1/100 rata-
kW/m 4,51 23,62 12,75
rata
Potensi Sumberdaya Berdasarkan Tinggi Gelombang Rata-rata H1/100
Potensi Teoritis MW 1.288 3.779 13.477
Potensi Teknis MW 73 213 761
Potensi Praktis MW 18 53 190

Total Perhitungan potensi energi gelombang di 23 titik lokasi tersebut diberikan dalam
Tabel 13.

Tabel 13. Total Hasil Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis, dan Potensi Praktis Energi Gelombang

No. Lokasi Potensi Teoritis (MW) Potensi Teknis (MW) Potensi Praktis (MW)
1 Aceh 11.320 639 160
2 Nias 3.563 201 50
3 Mentawai 12.153 686 171
4 Pariaman 3.020 170 43
5 Painan 3.791 214 53
6 Kepri 11.910 672 168
7 Sukabumi 27.731 1.565 391
8 Banyuwangi 5.157 291 73
9 Tanjung Bumi 33 2 0,5
10 Nusa Penida 118 7 1,7
11 Gili Trawangan 1.773 100 25
12 Labuhan Bajo 982 55 14
13 Pontianak 6.066 342 86
14 Kupang Selatan 11.243 635 159
15 Makasar 6.009 339 85
16 P. Lembeh Bitung 1.351 76 19
17 Ambon 2.426 137 34
18 Halmahera 9.334 527 132
19 Sorong 880 50 12
20 Raja Ampat 4.068 230 57
21 Kendari 1.288 73 18
22 Biak 3.779 213 53
23 Timika 13.477 761 190
TOTAL 141.472 7.985 1.995,2

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 40


Berdasarkan hasil perhitungan potensi yang ditampilkan dalam Tabel 13 di atas diperoleh
besar potensi energi gelombang dari 23 lokasi untuk potensi teoritis sebesar 141.472 MW,
potensi teknis sebesar 7.985 MW, dan potensi praktis sebesar 1.995,2 MW. Potensi di masing-
masing lokasi ini dimasukkan dalam Peta Potensi Energi Gelombang Laut dalam Lampiran
Peta 2.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 41


5. ENERGI PANAS LAUT

5.1. Pengambilan Data


Ocean thermal energy conversion (OTEC) merupakan energi yang dibangkitkan oleh
perbedaan suhu air laut dari permukaan hingga ke kedalaman air laut. Secara teoritis,
perbedaan suhu antara permukaan dan daerah kedalaman sangat tinggi pada perairan
tropis seperti yang dapat dilihat pada Gambar 27. Kondisi tersebut diperkuat dari data
Satelit terhadap suhu permukaan air laut seperti yang digambarkan oleh NCEP NOAA pada
Gambar 28.

Gambar 27. Perbedaan temperatur potensial

Gambar 28. Temperatur permukaanlLaut (NCEP NOAA)

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 42


OTEC memiliki potensi kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara
berkembang kepulauan seperti Indonesia, Fiji, Mauritius, Trinidad, Tobago, Barbados,
Cuba Papua New Guinea dan lain-lain. Sejumlah peneliti (Binger, 2009) mengestimasi
bahwa lautan menyerap sejumlah radiasi sinar matahari ekuivalen dengan 250 milyar barel
minyak. Perbedaan temperature air laut antara permukaan yang hangat dan air laut dingin
pada kisaran 4-7 0 C di kedalaman lebih dari 700 m di daerah ekuator hamper terjadi
sepanjang tahun.

Geomorfologi lautan dari negara-negara kepulauan umumnya memilki karakteristik landas


kontinen yang curam, sehingga jarak antara pantai dengan laut dalam berjarak kurang dari
10 km. Demikian pula dengan Indonesia, beberapa pantai memilki pantai yang sangat
curam hingga kedalaman lebih dari 700 m pada jarak kurang dari 10 km. Beberapa pantai
yang memiliki kharakteristik seperti ini antara lain: pantai barat Sumatera, Selat Makassar
sisi timur, Laut Banda selatan Ambon, pantai timur P. Sangihe, Selat Ombai, selatan
Sumbawa, Laut Maluku barat Halmahera, dan masih banyak lagi. Kombinasi dari suhu
muka laut yang hangat sepanjang tahun, jarak ke pantai yang relatif dekat, dan profil
vertical temperature yang ideal merepresentasikan kondisi ideal untuk pengembangan
OTEC.

Pengambilan data panas laut adalah dengan menggunakan CTD (Conductivity


Temperature Depth), yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik
air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Secara umum, sistem CTD
terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. Unit masukan data
terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dan lain-lain. Sensor berfungsi
untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor tekanan,
temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air
sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi
sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan
memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan, setelah
mengambil sampel air laut.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 43


Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang
dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD,
penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap
kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi
sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas
dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.

Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD
memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).

BPPT dan beberapa instansi kelautan terkait lainnya telah melakukan pengukuran profil
CTD secara vertikal di berbagai area lautan di Indonesia. Data profil vertical temperature
air laut yang diperoleh BPPT dengan armada Kapal Riset Baruna Jaya I, III dan IV, sejak
tahun 1996 telah menunjukkan beberapa daerah yang memiliki potensi pengembangan
OTEC (Pandoe, 1999; Pandoe et. al., 2009; Pandoe et al., 2010; Pandoe et al., 2011). Tabel
14 menunjukkan sebagian data yang telah teridentifikasi hingga saat ini untuk
menggambarkan profil temperatur air laut dan estimasi jarak ke pantai pulau terdekat.
Gambar 29 menunjukkan tentang ilustrasi paket instrumen CTD. Sedangkan Gambar 30
menunjukkan posisi stasiun CTD WOC2009 di beberapa lokasi potensial.

Tabel 14. Identifikasi daerah potensi OTEC berdasarkan data base profil temperature perairan Indonesia
yang dikelola di BPPT

Koordinat ΔT antara 20 Jarak dari Sumber


No. Area
Garis Bujur Garis Lintang dan 700 m ke Pantai (km)
1 Barat P. Enggano 102,074 -55,889 20– 22⁰C <10 km
2 L. Mentawai, timur P.Siberut 993,268 -154,373 21⁰C <10 km
Samudra Hindia, selatan
3 105,178 -687,766 22 – 24⁰C <10 km
Panaitan
115,747 -734,895
Flores Sea, utara Bali
4 117,686 -801,528 22⁰C 10 – 30km
hingga utara Bima
119,662 -82,374
5 Laut Banda 130,067 -354,262 21-22⁰C >30km
Laut Banda, selatan P. 122,717 -585,696
6 22 – 23⁰C >30km
Banda Naira 129,677 -44,985
Laut Maluku, barat Kep.
7 123,644 -127,134 21⁰C < 10km
Banggai

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 44


Koordinat ΔT antara 20 Jarak dari Sumber
No. Area
Garis Bujur Garis Lintang dan 700 m ke Pantai (km)
Laut Maluku, selatan
8 127,093 -0,821 21⁰C < 10km
Halmahera
Selat Makassar, pantai 119,452 -0,723
9 barat Majene – pantai 20-21⁰C 10 – 20km
119,094 -164,805
barat Palu
Sulawesi Sea, Barat P.
10 125,342 284,356 21-23⁰C < 10km
Siau, Sangir
11 Timur laut Kep. Bunaken 124,907 185,752 22⁰C < 10km
12 Utara P. Talaud 126,639 457,111 22 – 23⁰C 10-20km
13 L. Halmahera 129,192 0,107 22⁰C > 10km
Samudra Hindia, selatan
14 Sumbawa hingga selatan 119,974 -104,573 22 – 23⁰C 10-20km
Timor
Selat Alor dan Selat
15 124,101 -812,718 22-24⁰C < 10km
Ombai
Laut Seram, utara P.
16 128,523 -263,297 22 – 23⁰C <10 km
Seram
Samudra Pasifik, utara
17 133,99 -0,655 22-24⁰C < 10km
Irian

Gambar 29. Paket instrumen CTD

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 45


Gambar 30. Posisi stasiun CTD WOC2009

Sejumlah contoh profil CTD maupun profil temperatur dari data pada Tabel 15, disajikan
dalam beberapa urutan Gambar 31 hingga Gambar 36 masing-masing untuk area Enggano,
selatan Panaitan, Laut Flores, Laut Banda, Selat Makassar (Majene-Palu) dan sekitar Kep.
Sangir Talaud.

Gambar 31. Profil vertical salinity, temperature dan pH di Samudra Hindia barat P. Enggano. Data
temperatur diukur pada bulan Oktober 2011

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 46


Gambar 32. Profil vertical salinity, temperature dan pH di Samudra Hindia 10 km selatan P.
Panaitan. Data temperatur diukur pada bulan Desember 2010

Gambar 33. Profil vertical temperature di Laut Flores utara Bali hingga Flores. Data temperatur
diukur pada bulan Mei 2009

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 47


Gambar 34. Profil vertical temperature dan pH di Laut Maluku, timur Kep. Banggai (kiri) dan selatan
Halmahera (kanan). Data temperatur diukur pada bulan Mei 2009

Gambar 35. Profil vertical temperature di Selat Makasar sekitar 10 km dari pantai Majene (kiri) hingga
Palu (kanan). Data temperatur diukur pada bulan Oktober 2009

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 48


Gambar 36. Profil vertical temperature di sekitar Kep. Sangir-Talaud, masing-masing di utara Bunaken
(kiri),utara P. Talaud dan barat P. Siau. Semua titik observasi berjarak kurang dari 10 km dari
pantai. Data temperatur diukur pada bulan Mei-Juni 2010

Dari hasil analisa data-data profil temperatur yang sudah terinventarisir di BPPT hingga
saat ini, serta memperhatikan geomorfologi dari landas kontinen pantai Indonesia, perlu
kiranya dihitung ulang potensi OTEC di Indonesia yang mencakup wilayah-wilayah potensi
di perairan Indonesia.

5.2. Perhitungan Potensi


Berdasarkan rumus perhitungan pada Persamaan 22) dan 23) yang telah dijelaskan pada
subbab sebelumnya didapatkan prediksi nominal daya listrik gross (Pg) dan daya listrik net
(Pnet) untuk beberapa titik lokasi yang potensial sebagaimana diberikan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Perhitungan Daya Listrik Bruto dan Bersih untuk Pembangkit OTEC

Jarak dari sumber


Area Beda Temperatur Pg (MW) Pnet (MW)
ke pantai (km)
Barat P. Enggano 20– 22⁰C <10 km 627 439
L. Mentawai, timur
21⁰C <10 km 632 444
P.Siberut
Samudra Hindia, selatan
22 – 24⁰C <10 km 636 448
Panaitan
Flores Sea, utara Bali
22⁰C 10 – 30 km 636 448
hingga utara Bima
Laut Banda 21-22⁰C >30 km 632 444

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 49


Jarak dari sumber
Area Beda Temperatur Pg (MW) Pnet (MW)
ke pantai (km)
Laut Banda, selatan P.
22 – 23⁰C >30 km 636 448
Banda Naira
Laut Maluku, barat Kep.
21⁰C < 10 km 632 444
Banggai
Laut Maluku, selatan
21⁰C < 10 km 632 444
Halmahera
Selat Makassar, pantai
barat Majene – pantai 20-21⁰C 10 – 20 km 627 439
barat Palu
Sulawesi Sea, Barat P.
21-23⁰C < 10 km 632 444
Siau, Sangir
Timur laut Kep. Bunaken 22⁰C < 10 km 636 448
Utara P. Talaud 22 – 23⁰C 10-20 km 636 448
L. Halmahera 22⁰C > 10 km 636 448
Samudra Hindia, selatan
Sumbawa hingga selatan 22 – 23⁰C 10-20 km 636 448
Timor
Selat Alor dan Selat
22-24⁰C < 10 km 636 448
Ombai
Laut Seram, utara P.
22 – 23⁰C <10 km 636 448
Seram
Samudra Pasifik, utara
22-24⁰C < 10 km 636 448
Irian

Tabel 16 berikut memberikan hasil perhitungan potensi teoritis, potensi teknis dan potensi
praktis untuk 17 lokasi potensial yang telah diukur oleh BPPT.

Tabel 16. Perhitungan Potensi Teoritis, Potensi Teknis, dan Potensi Praktis Panas Laut

Panjang Potensi Potensi Potensi Potensi


No. Area Pantai nominal Teoritis Teknis Praktis
(km) (kW) (MW) (MW) (MW)

1 Barat P. Enggano 118 631.773 74.802 1.895 569

2 L. Mentawai, timur P.Siberut 343 631.773 216.698 6.450 2.085


Samudra Hindia, selatan
3 188,7 640.398 120.843 3.842 1.153
Panaitan
Flores Sea, utara Bali hingga
4 950,2 636.078 604.402 19.718 5.916
utara Bima
5 Laut Banda 600,8 633.924 380.862 12.679 3.804
Laut Banda, selatan P. Banda
6 365 638.236 232.956 7.659 2.298
Naira
Laut Maluku, barat Kep.
7 186,3 631.773 117.699 3.791 1.137
Banggai

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 50


Panjang Potensi Potensi Potensi Potensi
No. Area Pantai nominal Teoritis Teknis Praktis
(km) (kW) (MW) (MW) (MW)
Laut Maluku, selatan
8 517,1 631.773 326.690 10.740 3.222
Halmahera
Selat Makassar, pantai barat
9 644,8 629.626 405.983 13.222 3.967
Majene – pantai barat Palu
Sulawesi Sea, Barat P. Siau,
10 175,3 636.078 11.505 3.180 954
Sangir
11 Timur laut Kep. Bunaken 291,9 636.078 185.671 5.725 1.717

12 Utara P. Talaud 489,8 638.236 312.608 10.212 3.064

13 L. Halmahera 417,3 636.078 265.436 8.269 2.481


Samudra Hindia, selatan
14 Sumbawa hingga selatan 169,4 638.236 108.117 3.191 957
Timor
15 Selat Alor dan Selat Ombai 394 640.398 252.317 8.325 2.498

16 Laut Seram, utara P. Seram 278.2 638.236 177.557 5.744 1.732

17 Samudra Pasifik, utara Irian 551.6 640.398 353.244 11.527 3.458

TOTAL 10.809.095 4.247.389 136.669 41.001

Melalui Tabel 17 diatas diketahui bahwa perhitungan untuk 17 area lokasi telah
mendapatkan potensi praktis sebesar 41.001 MW. Ini belum termasuk titik-titik lain yang
belum dilakukan tes pengukuran. Sehingga dengan asumsi tersebut data ini memberikan
pengembangan atas data perhitungan pada tahun 2011. Sehingga diperkirakan jumlah
total potensi panas laut di perairan Indonesia bisa jauh lebih besar dari 40.000 MW. Hasil
perhitungan di masing-masing titik ini dimasukkan dalam Peta Potensi Energi Panas Laut
dalam Lampiran Peta 3.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 51


6. KESIMPULAN

1. Untuk mendukung upaya percepatan implementasi pengembangan energi laut


diperlukan kegiatan pembaruan (updating) peta potensi energi laut sehingga dapat
memberikan penyempurnaan dari waktu ke waktu secara periodik dan kontinyu atas
data potensi energi laut di perairan Indonesia. Kegiatan pembaruan yang kontinyu dan
berkelanjutan ini akan sangat mendukung proses pengembangan energi laut dalam
mengembangkan proyek percontohan energi laut baik skala kecil, menengah, maupun
besar di Indonesia, diantaranya melalui dukungan terhadap pemilihan lokasi yang
tepat. Peta potensi juga penting untuk mendukung target-target pembangunan energi
laut secara maupun pengembangan usaha bisnis di bidang energi laut.

2. Hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh tim yang terdiri dari Puslitbang Geologi
Kelautan (PPPGL), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)
mendapatkan penambahan besar potensi energi dari data yang telah diperoleh pada
tahun 2011. Berikut hasil perhitungan total potensi energi laut yang telah dihitung
yang telah dihitung pada tahun 2014.

Tabel 17. Perhitungan Total Potensi Energi Laut Tahun 2014

Potensi Teoritis Potensi Teknis Potensi Praktis


Jenis Energi
(MW) (MW) (MW)
Gelombang Laut 141.472 7.985 1.995
Arus Laut 287.822 71.955 17.989
Panas Laut 4.247.389 136.669 41.001
Total 4.676.683 216.609 60.985

3. Pembaruan peta potensi dan hasil perhitungan ini berperan untuk memberikan
arahan dan panduan awal dalam pengembangan energi laut di Indonesia. Adapun
untuk untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan studi-studi yang lebih
komprehensif dan mendetail, diantaranya melalui studi kelayakan dan lain
sebagainya.

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 52


DAFTAR PUSTAKA

ASELI, 2011, Profile Book

Binger, Al., 2009, “Potential and Future Prospects for Ocean Thermal Energy Conversion
(OTEC) In Small Islands Developing States (SIDS)”. Saga University Institute of
Ocean Energy, Saga, Japan, also in University of the West Indies Centre for
Environment and Development, Kingston, Jamaica

Boud, R., 2003, “Status and Research Development Priority for Marine Current and Wave
Energy”, AEAT report number AEAT/ENV/1054, International Energy Agency

Carbon Trust, www.carbontrust.co.uk

Claude, G., 1930, “Power from the Tropical Seas”, Mech. Eng. (Am. Soc.Mech. Eng.) 52(12),
pp. 1039–1044

Duxbury, et.al., 2000. “An Introduction to the World's Oceans”. McGraw-Hill, Boston

EPRI, 2004, “E21 EPRI Assessment in Offshore Energy Conversion Device”. Report E21 EPRI
WP, June2004

EPRI, 2009, “Wave Energy Forecasting Accuracy as a Function of Forecast Time Horizon: EPRI-
WP-013”, October 2009

Erwandi, 2009, “The Study on Marine Current Turbine that Suit to Indonesian Ocean”,
Proceeding Seminar Nasional Kluster Riset Teknik Mesin 2009 Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 13 – 14 Oktober
2009

Erwandi et.al., 2006, “A Preliminary Study on Electricity Generation by Tidal Current in Alas
Strait”, Proceeding of 5th Biennial International Conference on Marine
Technology 2006, Makassar, September 4-5, pp 109-118

Erwandi et.al., 2008, “The Research of Marine Current Turbine in Indonesian Hydrodynamics
Laboratory”, Proceeding of 6th Biennial International Conference on Marine
Technology 2008, University of Indonesia Jakarta, August 2008

Erwandi, 2009, “The Research On Vertical-Axis Marine Current Turbine In Indonesian


Hydrodynamics Laboratory-Surabaya”, International Symposium on Ocean
Science, Technology, and Policy, World Ocean Conference, Manado May 11-
15, 2009

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 53


Fazard, Roben- 2010, “The BRIC Debate: Drop Russia, Add Indonesia?”, Bloomberg
Bussinessweek - Global Economics, November 18, 2010
http://www.businessweek.com/magazine/content/10_48/b4205021134076.
htm

Fraenkel, P.L., 1999, “Tidal Currents: A Major New Source of Energy for the Millennium;
Sustainable Developments International”, United Kingdom

Fraenkel, P.L., 2002, “Power from Marine Currents”, J. Power and Energy, Vol. 216 Part A. 1-
14

Guedes Soares, C., 1984, "Representation of Double-peaked Sea Wave Spectra", Ocean
Engineering, vol. 11, no. 2, pp. 185-207

Hatayama, et.al., 1996,”Tidal Currents in the Indonesian Seas and their Effect on Transport
and Mixing”, Journal of Geophysical Research, Vol. 101, no. C5, pages 12353-
12373, May 15, 1996

Hilmawan, Edi and Said, Mustafa, 2009, “Energy Efficiency Standard and Labelling Policy in
Indonesia”

International Energy Agency - Implementing Agreement on Ocean Energy System, 2009,


OES-IA Annual Report 2009

Johnson, F. A., 1992, “Closed-Cycle Ocean Thermal Energy Conversion”, Ocean Energy
Recovery–The State of the Art, R. J. Seymour, ed., ASCE, NY,Chap. 5, pp. 70–96.

Kantha, L., Clayson, C.A., 2000, “Numerical Models of Oceans and Oceanic Processes”,
International Geophysical Series Vol. 68, Academic Press, pp 375-379

Marine Current Turbine (MCT). www.marineturbines.com

Marine Institute and Sustainable Energy Ireland, 2005, “Ocean Energy in Ireland, An Ocean
Strategy for Ireland”, Report to Department of Communications, Marine and
Natural Resources, October 2005

Mukhtasor, 2013a, “Ocean Energy in Indonesia: An Overview and Notes for Ocean Energy
Development”. Presentasi EBTKE-CONEX. Jakarta Agustus 2013

Mukhtasor, 2013b, “Pelaksanaan Kebijakan Energi Laut Indonesia: Dari Roadmap Menuju
Implementasi”. Presentasi Focus Group Discussion Balitbang ESDM. Bandung
September 2013

Mukhtasor, 2013c, “Country Report: Indonesia”. Presentasi The Exco Meeting Ocean Energy
System. Cape Town, South Africa, October 2013

Mukhtasor, 2013d, “Membaca Perkembangan Dunia di Bidang Energi Laut”. Presentasi


Workshop Energi Laut, Bandung November 2013

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 54


Ministry of Energy and Mineral Resources, 2010, “Handbook Energy and Electrical (EE) 2010
Indonesia”

Nihous, G. C., Syed, M. A., and Vega, L. A., 1989, “Design of a Small OTEC Plant for the
Production of Electricity and Fresh Water in a Pacific Island”, Proc. Int. Conf. on
Ocean Energy Recovery, pp. 207–216

Nihous, Gerard C., 2005, “An Order-of-Magnitude Estimate of Ocean Thermal Energy
Conversion Resources”. Advanced Energy Systems Division of ASME for
publication in the JOURNAL OF ENERGY RESOURCES TECHNOLOGY

NREL, http://www.otecnews.org/whatisotec.html

Nugroho, H. 2011. “A Mosaic of Indonesian Energy Policy”, IPB Press

Pandoe, W. W., 1999. “Transport Estimate of the Indonesian Throughflow Through Ombai
Strait”. Master Thesis, Oceanography Dept., Texas A&M University

Pandoe, W.W., Yogantara, W. W., Rusdiansyah A., Haryanto, D., 2009, Laporan Survei Ina
Buoy TEWS Halmahera dan Sea Mount L. Halmahera. Internal Report, Balai
Teknologi Survei Kelautan, BPPT

Pandoe, W.W., Setiawan, I.E., Rusdiansyah A., Haryanto, D., 2010, INDEX SATAL Cruise
report. Internal Report, Balai Teknologi Survei Kelautan, BPPT

Pandoe, W.W., Haryanto, D., Dannari, A., 2010. Laporan Deployment InaBuoy TEWS
Enggano. Internal Report, Balai Teknologi Survei Kelautan, BPPT, Oktober 2009

Pontes, Teresa, 2009. “Wave Data Catalogue For Resource Assessment In IEA-OES Member
Countries”, Final Technical Report IEA-OES Document No: T0103, March 2009

Ray, et.al., 2005,”A Brief Overview of Tides in the Indonesian Seas”, Oceanography Vol. 18,
No. 4, Dec. 2005

Saulnier, J.-B. and Pontes, M. T., 2006, Wavetrain Deliverable no5: Representative sea states.
Technical report, E.C. WAVETRAIN R.T.N., Contract MRTN-CT-2004-505167

Sumiarso Luluk, 2011, “Kebijakan Energi Baru, Energi Terbarukan, Dan Konservasi Energi”,
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi-
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Bandung, 7
Januari 2011

The Coastal Response Research Center, “Technical Readiness of Ocean Thermal Energy
Conversion (OTEC)”, A Partnership between the National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) Office of Response and Restoration (ORR)
and the University of New Hampshire (UNH)

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 55


Toda Y., Erwandi (2003), “Integration of The Structure Effect in MEC Ocean Model Using Body
Force Distribution in Full-3D region”, the 4th MEC Model Workshop
Proceeding, The Society of Naval Architects of Japan, Marine Environmental
Committee, Fukuoka Kyushu (in Japanese)

UNFCC, 2002, Third Assessment Report of the International Panel on Climate Change

U.S. Department of the Interior, 2006, “ Wave Energy Potential on the U.S. Outer Continental
Shelf Minerals Management Service, Renewable Energy and Alternate Use
Program U.S. Department of the Interior, Available for Downloading at
http://ocsenergy.anl.gov, May 2006

Potensi Energi Laut di Indonesia, 2014 56

Anda mungkin juga menyukai