Oleh:
Ulfa Izza Aprilla
104216068
Oleh:
Ulfa Izza Aprilla
104216068
J.i-rel,"ri ]{e'r' i a F'r a ls'rik Evaluasi Sist*rx F*ng*l*Eaa:a Air Lie*haie Fr*strs
Bal*aegaE?
,1
hir-rrttr-rr Ietr{r rk ,&.4nh*ci qlaii}
-i \ u- r; -E a_Ji ni_f \?+ t+.iL a ? _t-i-,B.-t-f,L4J-aLj y Y L/a i *c[? 6{^}6ft
'! \-, *fu-A \"'\-J\J\-,
tlceli Junaccli
-.{T\ -'', -- i-. -t
I\iH i [*€EJJ
,a" "T"t ! B T-!-T-'B < -/- -.- {\.4p
.\, *i-r i
=.,,--.iil
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan pembelajaran
untuk kedepannya. Semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4.5. Tertiary Treatment ........................................................................................................ 21
3.5. Mengidentifikasi Peraturan dan Dokumen Terkait Pengelolaan Air Limbah PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan ........................................................................................................23
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ................................................................................................ 24
4.1. Analisis Kualitas dan Efisiensi Pengolahan Air Limbah Proses ...............................................24
4.2. Evaluasi Sistem Pengolahan Air Limbah Proses di Unit Effluent Wastewater Treatment Plant
(EWTP) .....................................................................................................................................29
BAB V TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................................... 30
5.1. Umum .......................................................................................................................................30
5.2. Limbah Cair Industri Minyak dan Gas......................................................................................30
5.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Minyak dan Gas ................................................................30
5.3.1. BOD5 (Biological Oxygen Demand) ............................................................................. 30
5.3.2. COD (Chemical Oxygen Demand) ............................................................................... 31
5.3.3. Minyak dan Lemak ....................................................................................................... 31
5.3.4. Sulfida Terlarut (Sebagai H2S) ..................................................................................... 31
5.3.5. Amonia (Sebagai NH3) ................................................................................................. 31
5.3.6. Fenol Total.................................................................................................................... 31
5.3.7. Temperatur.................................................................................................................... 32
5.3.8. pH ................................................................................................................................. 32
5.3.9. Total Suspended Solid (TSS) ........................................................................................ 32
5.4. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak dan Gas ..................................................................32
5.5. Dampak Pencemaran Limbah Cair Industri Minyak dan Gas...................................................33
5.6. Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak dan Gas ..................................................................33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................... 40
6.1. Kesimpulan ...............................................................................................................................40
6.2. Saran .........................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 42
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Parameter, Kadar Paling Tinggi, dan Beban Pencemar Paling Tinggi Air Limbah yang
Diizinkan Dibuang ke Laut ...............................................................................................12
Tabel 5.1 Baku Mutu Limbah Cair bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas
Bumi................................................................................................................................. 32
Tabel 5.2 Tingkatan Pengolahan Limbah Cair................................................................................. 33
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, salah satu industri migas yang berperan besar dalam memenuhi kebutuhan BBM dan
non-BBM masyarakat adalah PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Kilang keenam milik PT
Pertamina (Persero) ini menggunakan bahan baku minyak mentah (crude oil) dan gas alam (natural
gas) untuk menghasilkan produk BBM dan non-BBM. Produk tersebut nantinya akan disuplai ke
Ibu kota Jakarta, Banten, dan sebagian wilayah Jawa Barat. Setiap kegiatan produksi di kilang akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan akibat limbah yang dihasilkan, baik limbah padat, cair,
maupun limbah gas.
1
1.3. Pelaksanaan Kerja Praktik
Nama Perusahaan : PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Alamat Perusahaan : Jalan Raya Balongan KM 9, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, 45217
Nomor Telepon : (0234) 525 6974
Fax : (0234) 428699
Website : www.pertamina.com
Fungsi : Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) – Environment
Email : hse.ru6@pertamina.com
Waktu Pelaksanaan : 17 Juni 2019 s.d. 19 Juli 2019
2
BAB II
Berdasarkan Gambar 2.1, unit pengolahan keenam milik PT Pertamina (Persero) yang dirancang
untuk dapat beroperasi pada kapasitas 125 ribu Barrels per Stream Day (MBSD) ini dibangun pada
bulan Oktober 1990 setelah ditandatangani perjanjian EPC (Engineering Procurement and
Construction), yang dilaksanakan oleh konsorsium dari JGC, Mitsui, FEOT dan Foster Wheeler,
sedangkan sebagai offtaker adalah BP (British Petroleum) dan selesai dalam 51 bulan, sampai
dengan akhir November 1994 yang ditandai beroperasinya seluruh unit.
Misi:
1. Mengolah crude dan naphtha untuk memproduksi BBM, BBK, residu, non-BBM dan petkim
secara tepat jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar.
2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien, dan
berwawasan lingkungan.
3. Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem manajemen yang
tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, dan prinsip saling menguntungkan.
3
Gambar 2.1 Jejak Langkah Refinery Unit VI Balongan
(Sumber: Sustainability Report PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, 2017)
4
2.1.3. Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki logo sebagai berikut:
5
terletak di kawasan lindung atau area konservasi. Ditinjau dari batas ekologis, berikut merupakan
batas ekologis PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan:
Utara : Laut Jawa
Barat : Sungai Prawiro Kepolo
Timur : Sungai Gebeng Sawit
Selatan : Jalan Negara Indramayu – Cirebon
6
2.3. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Berikut merupakan struktur organisasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan:
7
2.4. Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan
Manager HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan membawahi 5 (lima) bagian yang terdiri
dari safety, emergency & insurance, environmental, occupational health, dan security.
Environmental section PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki tugas dan fungsi sebagai
berikut:
8
• Merencanakan, mengoordinasikan, mengevaluasi, memperbaharui, mengembangkan,
mengawasi dan me-review implementasi SML, sehingga memenuhi standar pemenuhan ISO
14001-2004.
• Mengoordinasikan, merencanakan, menganalisa serta mengevaluasi kegiatan target penurunan
kadar masing-masing parameter limbah cair, padat, dan udara sampai di bawah baku mutu
lingkungan dan program Waste Minimization/Reduction.
• Melakukan koordinasi dan evaluasi kegiatan Management Review dalam proses dan strategi
pencapaian PROPER peringkat terbaik.
• Melaksanakan koordinasi dengan lembaga profesi di bidang lingkungan, institusi pendidikan
dan instansi atau badan organisasi terkait lainnya dalam usaha penyusunan, revisi dan evaluasi
AMDAL, RKL & RPL RU VI Balongan serta mengusulkan dan membuat estimasi studi kajian.
9
BAB III
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memanfaatkan air bersih yang berasal dari Water
Intake Facility (WIF) yang berlokasi di Salam Darma. Penggunaan air paling utama disalurkan untuk
unit utilities. Unit utilities merupakan unit yang berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan dasar
kilang seperti air, listrik, uap, angin bertekanan, dan nitrogen. Hasil produksi air dan listrik dari
unit utilites dapat digunakan untuk keperluan kilang, perumahan pegawai, serta perkantoran.
Selain untuk keperluan unit utilities, air digunakan untuk cooling water system (cooling tower),
demin plant, serta fire water system.
Seluruh air yang terpakai di unit proses produksi kilang (utamanya sebagai wash water) akan diolah
di Sour Water Stripper (SWS). Unit SWS merupakan unit pengolahan air buangan dari unit proses
produksi yang berfungsi membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas
yang ada khususnya gas amoniak dan sulfur, sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih
(stripper water). Selanjutnya air yang telah diproses disalurkan ke Effluent Water Treatment Plant
(EWTP) untuk diolah hingga memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan atau disalurkan
kembali ke unit proses (CDU, NPU, HTU, RCC, dan lainnya). Penggunaan air yang tidak melalui
unit proses akan terbuang lewat open ditch/open sewer. Air buangan dari open ditch/open sewer ini
akan bertemu dengan saluran outlet EWTP sebelum akhirnya bermuara di lagoon. Pada akhirnya
seluruh aliran yang bermuara di lagoon akan dibuang ke perairan Laut Jawa.
10
Berdasarkan SK.574/Menlhk-Setjen/2015 sumber limbah cair yang diolah di PT Pertamina RU VI
Balongan dibagi menjadi berikut:
3.1.1. Air Limbah Proses
Air limbah proses yang berasal dari sour water, desalter effluent water, oily water, dan sanitary
water, yang kemudian diolah di Effluent Water Treatment Plant (EWTP) sebelum dibuang ke laut.
11
Air limbah proses berasal dari Desalter Effluent Water dan Sour Water unit – unit proses akan diolah
secara fisika, biologi, dan kimia. Air limbah proses akan dikelola secara biologi dan kimia. Setelah
pemisahan kandungan minyaknya menggunakan unit Corrugated Plate Interceptor (CPI), air
limbah akan bergabung dengan Sanitary Water yang mengalir secara intermitten dari perkantoran.
Kemudian aliran air limbah tersebut akan diproses secara biologi. Air limbah akan dikurangi kadar
kontaminannya (BOD, COD, amonia, fenol, sulfida, dan lainnya) menggunakan teknologi
mikrobiologi. Dengan media lumpur aktif yang teraerasi di Aeration Pit, mikroba akan
mendegradasi kontaminan hingga air limbah yang dibuang ke perairan (laut) memenuhi baku mutu
yang ditetapkan. Proses degradasi limbah ini memanfaatkan daur hidup mikroba dengan
menggunakan kontaminan tersebut menambah populasinya di dalam Aeration Pit. Ekses (kelebihan)
mikroba dalam Aeration Pit akan dikompensasi dengan pembuangan sebagian kecil lumpur aktif
untuk kemudian diolah secara kimia menggunakan prinsip flokulasi-koagulasi. Lumpur aktif akan
dipadatkan menjadi cake IPAL untuk kemudian dikelola sebagai limbah B3. Air limbah yang telah
diproses di IPAL akan bergabung dengan air limbah yang berasal dari oily water yang telah
dihilangkan kandungan minyaknya untuk kemudian mengalami proses pengendapan lebih lanjut
(sedimentasi) di Impounding Basin. Air limbah yang telah tersedimentasi akan mengalir menuju
saluran air menuju laut.
Tabel 3.1 Parameter, Kadar Paling Tinggi, dan Beban Pencemar Paling Tinggi Air Limbah yang
Diizinkan Dibuang ke Laut
Kadar Paling Tinggi Beban Pencemar Paling
No. Parameter Tinggi (gr/m3)
(mg/L)
1. BOD5 80 80
7. Temperatur 45
8. pH 6-9
12
3.4. Sistem Pengolahan Air Limbah Proses di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Gambar 3.3 Skema Effluent Water Treatment Plant (EWTP) PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)
Effluent Water Treatment Plant (EWTP) merupakan salah satu fasilitas RU VI Balongan yang
berfungsi sebagai penerima air buangan dari berbagai sumber untuk diolah menjadi air buangan
yang aman dibuang ke badan air sesuai dengan baku mutu. Air buangan yang diolah dalam unit
EWTP adalah air limbah proses. Tahapan pengolahan air limbah proses pada unit ini adalah proses
fisik yang terjadi pada unit CPI, API, DAF, PEP, Flotasi, Thickener, dan Dehydrator yang berfungsi
untuk memisahkan minyak dan air; proses biologis yang terjadi di Activated Sludge Unit yang
berfungsi untuk mengurangi kontaminan air limbah; serta proses kimia seperti netralisasi, flokulasi,
koagulasi, dan demulsifier yang berfungsi untuk menetralkan zat kimia berbahaya yang terdapat
pada air limbah. Berikut gambaran setiap unit pengolahan air buangan di EWTP:
3.4.1. Preliminary Treatment
1. CPI (Corrugated Plate Interceptor) Separator
Unit CPI berfungsi memisahkan air dengan minyak berdasarkan perbedaan berat jenisnya
(specific gravity). Unit CPI bekerja dengan cara menangkap kandungan minyak dengan sebuah plat
yang berbentuk perforated, kemudian partikel minyak yang terperangkap atau terdispersi akan naik
ke permukaan membentuk gumpalan minyak. Minyak tersebut dipisahkan menggunakan pipa
skimmer, kemudian dipompakan ke tangki Recovery Oil (63-T-110) dan selanjutnya dialirkan ke
Heavy Slop Tank (42-T-502A/B). Air yang berada dibagian bawah bak penampung dialirkan ke
Dissolved Air Floatation (DAF). Air tersebut masih mengandung minyak sekitar 10-15 ppm. Unit
ini dapat memisahkan partikel dan emulsi minyak halus berukuran 60 mikrometer.
13
Gambar 3.4 CPI (Corrugated Plate Interceptor) Separator
(Sumber: Dokumentasi HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, tanpa tahun)
Pada unit EWTP ini PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki 2 (dua) unit CPI, yaitu:
a. CPI Besar (63-S-101)
CPI besar merupakan unit yang berfungsi untuk memisahkan minyak yang terkandung
dalam limbah cair yang berasal dari area proses seperti sour water stripper (SWS), drain
water 42-T-505, dan DEW 42-T-505A, dari oily water area proses dalam jumlah terbatas
(intermitten), serta dari tangki Oil Movement. Debit influen yang masuk ke dalam CPI besar
umumnya berkisar dari SWS = 80 m3/jam dan DEW = 20 m3/jam.
Debit maksimum yang dapat diterima oleh unit CPI Besar adalah 140 m3/jam, namun
masih dapat menampung hingga debit 160 m3/jam jika dalam kondisi hujan. Efluen air
kemudian dialirkan dengan menggunakan gravitasi ke DAF pit A dan minyak dialirkan ke
Recovery Oil Slump.
API separator merupakan bak penampung yang berfungsi memisahkan minyak dengan air
dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis dan resident time. API separator memiliki
fungsi yang sama dengan CPI, perbedaan kedua unit ini terletak dari jenis skimmer yang
digunakan. Unit ini menerima influen dari oily water area tangki Oil Movement dan Utilities.
Setelah minyak dan air terpisah, pada permukaan API minyak tersebut akan mengalir secara
gravitasi yang kemudian dilakukan skimmer. Selanjutnya minyak tersebut dimasukkan ke OS–
104 yang dipompakan ke recovery oil slump (63-OS-110). Air yang keluar dari bagian bawah
unit API akan dialirkan menuju unit DAF–A. Tetapi dalam kondisi aktual, unit API menerima
air limbah yang berasal dari proses 42–T–505A yang dilengkapi dengan skimmer elektrik
sebagai alat penangkap minyak dan ditampung di recovery oil slump (OS–102).
14
Gambar 3.5 API (American Petroleum Institute) Separator
(Sumber: Dokumentasi HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, 2004)
15
dipisahkan secara gravitasi, kemudian minyak dialirkan ke DAF pit B dengan cara overflow
dan air dialirkan menuju bak flotasi. Unit DAF pit A dilengkapi dengan fasilitas injeksi
udara dengan menggunakan blower.
2. Floatation Pit
a. Floatation pit A/B
Floatation pit merupakan bak penampung tempat proses flotasi bertekanan (pressure
floatation) terjadi. Unit ini terdiri dari dua buah bak (A dan B) yang disusun secara paralel.
Influen yang berasal dari DAF pit A dan DAF pit C dipompakan ke unit Floatation pit
melalui vessel bertekanan yang akan menyebabkan munculnya gelembung udara.
Gelembung udara akan naik dan menempel dengan partikel minyak, sehingga minyak
mengapung ke permukaan sebagai buih (scum). Oil Scum yang terkumpul di permukaan
akan ditangkap oleh skimmer dan disalurkan ke Floatation Oil Pit, sedangkan air limbah
akan dialirkan ke CPI kecil untuk pemisahan minyak yang lebih halus lagi. Unit flotation
pit dapat dilihat pada Gambar 3.8.
16
Gambar 3.7 Floatation Pit
(Sumber: Dokumentasi HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, tanpa tahun)
Limbah cair yang berasal dari CPI kecil dialirkan ke PEP untuk di blowing dengan
menggunakan injeksi udara. Proses blowing ini bertujuan untuk menambahkan kadar oksigen
yang diperlukan pada Activated Sludge Unit, mengurangi kandungan H2S dan NH3, serta
menurunkan kadar COD pada air limbah. Unit ini dilengkapi offspec water pit yang berfungsi
untuk menampung air limbah sementara waktu. Apabila kualitas air limbah yang masuk ke PEP
melebihi desain mutu yang telah ditentukan (misal: kadar NH3 dan minyak tinggi), maka untuk
menurunkan konsentrasi tersebut dilakukan penambahan air blow down yang mengandung
alkalinitas tinggi atau penggunaan kembali air hasil olahan di PEP hingga konsentrasi NH3
tereduksi 10 ppm dan pH air limbah tetap terjaga (netral) air olahan dari PEP akan dialirkan
menuju Rapid Mixing Pit.
17
3.4.3. Secondary Treatment
1. ASU (Activated Sludge Unit)
Unit Activated Sludge Unit (ASU) merupakan unit lumpur aktif yang bertujuan untuk
memenuhi baku mutu pada parameter COD, BOD, pH, NH3, H2S, Phenol, dan zat padat terlarut
(suspended solid). Unit ini merupakan gabungan dari proses fisika, kimia, dan biologi. Proses
pengolahan pada unit ini terdiri dari beberapa sub unit berupa bak-bak yang tersusun secara seri,
yaitu:
a. Rapid Mixing Pit
Unit ini dilengkapi mixer yang bertujuan untuk meratakan hasil injeksi FeCl3 (Ferri
Chloride) dan NaOH (Caustic Soda) ke seluruh lapisan air limbah yang berasal dari PEP
yang masih mengandung sedimen halus. Tujuan injeksi FeCl3 (koagulan) adalah agar koloid
menjadi tidak stabil sehingga membentuk flok dan sebagai umpan bakteri pada proses
selanjutnya. Kisaran pH pada proses ini mencapai rentang 3–8, sedangkan injeksi NaOH
bertujuan untuk menormalkan pH. Bila air limbah dari PEP memiliki pH rendah maka
NaOH diinjeksikan hingga pH menjadi normal dengan kisaran 6–9. Jika air limbah tidak
terlalu keruh, maka tidak dilakukan injeksi koagulan. Pada kondisi aktual, bak RMP masih
beroperasi, tetapi injeksi koagulan sudah tidak dilakukan.
b. Floculation Pit
Floculation Pit merupakan bak lanjutan yang menerima air limbah dari Rapid Mixing
Pit. Pada unit ini, air limbah yang masuk akan diinjeksikan larutan FeCl3 dan diaduk dengan
alat pengaduk berkecepatan rendah hingga terbentuk flok. Flok dibiarkan mengendap secara
gravitasi, air limbah selanjutnya dialirkan ke Clarifier Pit.
c. Clarifier Pit
Pada unit ini, flok yang terbentuk dari bak flokulasi akan diendapkan di dasar bak
Clarifier Pit menjadi lumpur (sludge) kemudian disapu dengan menggunakan Rake agar
sludge mengalir ke pipa Sludge Discharge Pit (63-Z-312) dan dipompakan menuju
Thickener Pit untuk bercampur dengan kelebihan lumpur dari Return SludgePit. Unit ini
juga dilengkapi oil boom agar minyak yang masih berada di permukaan air limbah tidak
terbawa ke unit Aeration Pit.
18
d. Aeration Pit
Unit Aeration pit atau biasa disebut dengan bak aerasi merupakan kolom lumpur aktif
yang berkerja pada kondisi aerob menggunakan mikroorganisme berupa bakteri untuk
menghilangkan senyawa organik yang terkandung di air limbah. Mikroorganisme yang
digunakan adalah bakteri heterotrof, autotrof, dan fakultatif. Salah satunya adalah Zooglea
sp. Bakteri tersebut diberi nutrisi berupa asam fosfat (H3PO4) dan nitrogen dengan
perbandingan optimum. Unit ini terdiri dari dua bak aerasi yang tersusun secara seri, yaitu
aeration A dan B. Setiap bak dilengkapi dengan jet aerator yang berfungsi untuk menyuplai
gas oksigen pada proses oksidasi oleh lumpur aktif yang di dalamnya terdapat
mikroorganisme dan juga dilengkapi pipa injeksi udara tambahan yang berada di dasar bak
untuk memaksimalkan ketersediaan oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme
(menjaga kelangsungan bakteri aerob) serta untuk menurunkan kadar NH3 yang tinggi dari
influen.
Parameter operasi yang dikontrol di Aeration Pit A dan B adalah sebagai berikut:
• SRT (Sludge Residence Time) merupakan waktu tinggal dalam aeration pit yang
dibutuhkan dalam unit pengolahan lumpur di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
adalah 26 jam.
• F/M rasio merupakan perbandingan jumlah BOD yang masuk dengan mikroorganisme
yang ada. Umumnya dinyatakan dalam MLSS. F/M rasio pada aeration pit A dan B adalah
0,16 kg BOD/kg MLSS.
19
• Perbandingan BOD : Nitrogen (N) : Phospor (P), merupakan perbandingan BOD masuk
dengan jumlah N dan P yang diambil dari nutrien. Perbandingan ideal BOD : N : P adalah
100 : (3-5) : (0,6-1)
• Excess Sludge merupakan jumlah sludge yang harus masuk ke dalam insenerator.
e. Sedimentation Pit
Bak sedimentasi merupakan bak yang menerima air limbah dan lumpur dari aeration
pit. Lumpur (sludge) yang telah mengendap di dasar bak akan disapu secara kontinyu
dengan rake untuk diresirkulasi ke aeration pit melalui Return Sludge Pump. Apabila MLSS
memiliki kadar di atas 5000 ppm, maka sludge akan dibuang sebagai excess sludge atau
return sludge. Air yang telah diolah dengan kadar minyak <5 ppm akan dialirkan ke Outlet
Impounding Basin (OIB) secara overflow dan gravitasi.
2. Thickener Pit
Lumpur berlebih (excess sludge) yang berasal dari unit Clarifier, Sludge Discharge Pit, dan
Return Sludge Pit ditampung di bak thickener untuk memisahkan kandungan air dengan sludge.
Air akan dialirkan ke PEP secara kontinyu, sedangkan sludge yang berada di dasar tangki akan
disapu dengan rake, kemudian dialirkan menuju Concentrate Sludge Pit.
20
4. Sludge Storage Pit
Sludge yang berasal dari Concentrate Sludge Pit akan diblowing untuk meratakan campuran
sludge. Apabila level sludge sudah mencukupi, sludge akan dipompa menuju unit dehydrator
bersamaan dengan injeksi polimer II (cationic polymer) dengan tujuan mengikat sludge menjadi
cake.
5. Dehydrator
Cake yang telah terbentuk dari unit sebelumnya akan diperas di dalam unit Dehydrator.
Sludge kering akan dimasukkan ke Cake Hopper dengan kapasitas 4,7 kg solid/jam melalui belt
conveyor, sedangkan filtratnya akan dialirkan ke unit PEP. Cake selanjutnya dimasukkan ke
dalam drum besi dan diserahkan ke pihak ketiga untuk diolah dengan tepat.
21
Gambar 3.13 Impounding Basin
(Sumber: Dokumentasi HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, tanpa tahun)
2. Lagoon
Lagoon merupakan terminal terakhir dalam proses pengolahan air limbah di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan sebelum dialirkan ke perairan terbuka/laut. Kolam penampungan
terbuka ini terdiri dari 18 bak penampung yang tersusun secara seri. Pada kolam mini tidak
terjadi proses pengolahan secara fisik ataupun kimia, yang terjadi hanyalah proses pengaliran
air dari satu bak ke bak lainnya. Lagoon yang dimiliki RU VI Balongan ini memiliki biofilter
dan bioindikator berupa eceng gondok (Eichornia, sp.) dan beberapa biota air lainnya. Biofilter
22
berfungsi untuk meminimisasi kadar kontaminan yang masih terkandung di dalam air limbah
yang telah diolah. Sedangkan bioindikator berfungsi sebagai parameter kualitas air limbah yang
telah diolah. Dengan adanya biofilter dan bioindikator, dapat diketahui mutu dari air limbah
yang telah diolah.
23
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
Gambar 4.1 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter COD pada Oktober 2018 –
Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
Gambar 4.2 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter BOD pada Oktober 2018 –
Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
24
Gambar 4.3 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter oil content pada Oktober
2018 – Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
Gambar 4.4 Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter H2S pada Oktober 2018 – Maret
2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
25
Gambar 4.5 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter NH3 pada Oktober 2018 –
Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
Gambar 4.6 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter Fenol pada Oktober 2018
– Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
26
Gambar 4.7 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter Temperatur pada Oktober
2018 – Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
Gambar 4.8 Grafik Kualitas Influen dan Efluen Air Limbah Parameter pH pada Oktober 2018 –
Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
Berdasarkan gambar grafik di atas, selama 6 bulan pemantauan, hampir seluruh parameter di influen
memiliki kadar yang melebihi baku mutu. Kemudian setelah dilakukan pengolahan air limbah di
EWTP, konsentrasi masing-masing parameter berada di bawah baku mutu, sehingga aman untuk
dibuang ke badan air/laut. Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa pengolahan air limbah di
EWTP PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan sudah baik. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kemampuan EWTP dalam mengolah air limbah proses, berikut merupakan gambar grafik
efisiensi penyisihan polutan masing-masing parameter:
27
Gambar 4.9 Grafik Efisiensi EWTP pada Oktober 2018 – Maret 2019
(Sumber: Pengolahan data, 2019)
28
4.2. Evaluasi Sistem Pengolahan Air Limbah Proses di Unit Effluent Wastewater Treatment
Plant (EWTP)
4.2.1. Unit Preliminary Treatment
Selain unit CPI dan API, alat pendukung seperti skimmer dan rake perlu dipelihara agar
minyak dan lemak dapat tersisihkan dengan optimal, sehingga efisiensi penyisihan parameter
minyak dan lemak dapat meningkat.
Air limbah yang berasal dari CPI dan API akan dialirkan ke DAF, kemudian dilanjutkan ke
floatation tank. Tangki flotasi ini sangat penting dalam menyisihkan minyak dan padatan yang
teremulsi, sebelum air limbah diolah lebih lanjut di unit aeration tank. Dari dua tangki flotasi, hanya
satu unit yang masih beroperasi. Kerusakan suatu unit akan menyebabkan proses di unit selanjutnya
terganggu. Oleh karena itu, pemeliharaan dan perbaikan unit-unit pengolah air limbah serta unit
pendukung yang berada di sekitar EWTP sangat diperlukan agar proses pengolahan dapat berjalan
dengan baik.
Aeration pit merupakan sub unit dari Activated Sludge Unit (ASU). Sub unit ini memiliki
peran utama dalam mengurangi konsentrasi parameter BOD, pH, COD, NH3, H2S, Phenol dan zat
padat tersuspensi. Pada kondisi aktualnya, unit aerasi akan menghasilkan banyak buih/scum yang
menutupi permukaan bak, sehingga kondisi ini berpotensi menurunkan oksigen terlarut dan
mengganggu aktivitas mikroorganisme dalam penguraian polutan limbah cair. Dalam mengatasi hal
tersebut, PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan akan menginjeksikan antifoam sebanyak ±4 liter
ketika buih pada bak aerasi dianggap cukup mengganggu.
Pada proses penyisihan polutan, unit aerasi ini ditambahkan enzim mollase yang berfungsi
merangsang pertumbuhan bakteri agar lebih cepat. Apabila pemberian enzim tidak seimbang, maka
bakteri akan mati dan jumlah sludge yang timbul semakin meningkat. Untuk mengetahui jumlah
molase yang dibutuhkan dalam injeksi ke dalam bak aerasi, maka diperlukan pemantauan debit
influen bak aerasi, kualitas influen bak aerasi, serta rasio F/M sebagai faktor penentu jumlah enzim
mollase yang akan diinjeksi, sehingga proses pengolahan air limbah di bak aerasi dapat berlangsung
dengan optimum.
29
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
5.1. Umum
Limbah merupakan semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas makhluk hidup yang dibuang
karena tidak memiliki nilai jual serta tidak diinginkan atau dibutuhkan lagi. Berdasarkan wujudnya,
limbah terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Dari ketiga jenis
limbah tersebut, limbah yang paling banyak dihasilkan perhari adalah limbah cair. Hal ini
dikarenakan sebanyak 60%-80% air bersih yang digunakan untuk aktivitas manusia akan dibuang
ke lingkungan sebagai air limbah.
Air limbah atau dapat dikatakan limbah cair merupakan air bekas yang sudah tidak dimanfaatkan
atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia, disebabkan adanya kandungan
parameter pencemar melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan (Tchobanoglous, Burton, &
Stensel, 2003). Limbah cair terdiri dari air sebanyak kurang lebih 99% dan padatan sekitar 1%.
Selain berasal dari aktivitas manusia, limbah cair dapat berasal dari industri. Limbah cair industri
merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan produksi yang mana keberadaan buangan
tersebut tidak dikehendaki di lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Salah satu industri
yang menghasilkan limbah cair adalah industri minyak dan gas (migas).
Limbah cair industri minyak dan gas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Novie, 2013)
• Oily liquid waste, mengandung sour water (H2S) yang berasal dari area proses
• Oily liquid waste, tanpa kandungan sour water dari area storage
• Non oily liquid waste, mengandung zat anorganik yang berasal dari boiler, cooling system of
power plant, desalination plant, dan water treatment
• Clean liquid waste, air hujan dari area proses
• Grey water dan black water yang berasal dari kegiatan perkantoran di dalam industri minyak
dan gas
30
mengoksidasi bahan organik. Untuk hidupnya, mikroba memerlukan oksigen. Semakin banyak
mikroba, semakin rendah kadar oksigen terlarut dalam air. Hal ini dapat mengganggu kehidupan di
dalam air. BOD dapat menggambarkan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik
yang dapat didekomposisikan secara biologis (biodegradable).
Kandungan minyak dalam dalam limbah cair diklasifikasikan menjadi dua, yaitu air berminyak
mengandung bahan berbau (H2S, NH3, CN-, fenol) dan air berminyak bebas bahan berbau.
31
pembakaran lebih dari 1000˚C). Kontaminan fenol yang masuk ke dalam air baku akibat proses
klorinasi dapat berubah menjadi klorofenol yang berbahaya. Fenol dalam air limbah dapat dioksidasi
dengan ozon atau dapat didegradasi dengan senyawa khusus.
5.3.7. Temperatur
Pada umumnya temperatur pada limbah cair industri lebih tinggi dibandingkan dengan
temperatur limbah cair domestik. Hal ini disebabkan ada tambahan panas pada buangan industri
yang mengakibatkan limbah cair industri lebih tinggi temperaturnya. Jika pengolahan limbah
industri memerlukan organisme, maka temperatur merupakan salah satu parameter kunci yang harus
dicapai kondisi optimumnya. Hal ini dikarenakan temperatur memiliki pengaruh terhadap kehidupan
biologis serta kelarutan oksigen/gas lain (Sugiharto, 2014). Oksigen akan lebih mudah larut pada air
hangat dibandingkan dengan air dingin, temperatur optimum untuk aktivitas bakteri adalah sekitar
25 – 35 ˚C.
5.3.8. pH
Nilai derajat keasaman menunjukkan nilai konsentrasi ion hidrogen untuk menentukan sifat
asam atau basa suatu larutan. Limbah cair harus bersifat netral, secara biologis limbah cair yang
bersifat tidak netral (asam atau basa) akan sulit mengalami penjernihan. Sifat limbah cair yang asam
atau basa akan mempengaruhi jumlah ketersediaan CO2 terlarut bagi kehidupan organisme akuatik.
Nilai pH bisa mempengaruhi jumlah kelarutan logam-logam yang sifatnya beracun.
Tabel 5.1 Baku Mutu Limbah Cair bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas
Bumi
1. BOD5 mg/L 80
32
No. Parameter Satuan Kadar Paling Tinggi
7. Temperatur C
o
45
8. pH - 6-9
Limbah cair yang berasal dari industri minyak dan gas dapat mengandung berbagai senyawa organik
maupun anorganik yang berasal dari kegiatan pengolahan bahan bakar fosil. Sebuah industri yang
tidak melakukan internal recycle diestimasikan menghasilkan limbah cair sebanyak 85 – 95% dari
air bersih yang digunakan (Tchobanoglous, Burton, & Stensel, 2003). Dalam mengolah limbah cair
dalam jumlah yang melimpah dan mengandung berbagai polutan, dilakukan kombinasi proses
pengolahan. Berikut merupakan tingkatan proses pengolahan limbah cair.
Tahapan
Deskripsi
Pengolahan
33
Tahapan
Deskripsi
Pengolahan
Primary Penyisihan sebagian padatan teruspensi dan zat organik dari air limbah.
Advanced Peningkatan penyisihan padatan tersuspensi dan zat organik dari air limbah.
Primary Umumnya dicapai dengan penambahan kimia atau filtrasi.
Penyisihan bahan terlarut dan zat tersuspensi yang tersisa setelah melewati
Advanced
pengolahan biologis. Dibutuhkan untuk air yang akan digunakan kembali.
1. Preliminary Treatment
Pada industri minyak dan gas, Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) umumnya diawali dengan
unit penyaringan (screening), unit CPI (Corrugated Plate Interceptor), dan API (American
Petroleum Institute) yang mana keduanya berfungsi sebagai pemisah minyak.
a. Penyaringan (Screening)
Limbah cair yang mengalir melalui saluran pembuangan akan disaring dengan menggunakan
jeruji saring (screen). Proses penyaringan ini merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan benda padat berukuran besar yang ada pada air limbah.
CPI merupakan unit pemisah dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan perbedaan berat jenis
minyak dan air. Prinsip kerja CPI memiliki kesamaan dengan API, yang membedakan adalah CPI
memiliki media berupa plate yang tersusun secara paralel dengan kemiringan 45°- 60°.
Media plate tersebut berfungsi menambah luas penampang dari aliran sehingga globul-globul
minyak yang berada di bawah permukaan plate dapat berkumpul menjadi satu dan meluncur ke atas
permukaan air. Selain itu, plate juga berfungsi untuk mempersingkat jarak tempuh partikel minyak
di dalam fase air sehingga pembentukan lapisan minyak dapat lebih cepat dan juga mengatur
alirannya agar lebih laminer. CPI biasanya digunakan untuk memisahkan globul minyak yang
ukurannya lebih kecil dari 150 mikron. Peralatan ini digunakan secara luas oleh industri
karena hemat tempat, hemat biaya, dan maintenance yang mudah dibandingkan dengan alat lainnya.
34
c. API (American Petroleum Institute)
Unit API berfungsi mengolah air yang di dalamnya mengandung minyak dan pengotor padat
lainnya (oily water) yang dirancang sesuai standar American Petroleum Institute. Unit ini
menggunakan prinsip Hukum Stokes yang memanfaatkan gaya gravitasi dan perbedaan berat jenis
untuk memisahkan air dari minyak dan pengotor padat lainnya, sehingga pengotor padat akan
tersuspensi di bagian bawah alat dan minyak akan mengapung di atas air. Tingkat pemisahan globul
minyak dari air oleh unit API separator mencapai 150 ppm. API dapat digunakan pada area yang
luas dengan konstruksi yang sederhana dan tidak memerlukan perawatan khusus sehingga biaya
perawatannya rendah.
2. Primary Treatment
Tahap pengolahan primer berfungsi untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan senyawa organik
yang terdapat di dalam air limbah. Unit-unit yang pada tahap pengolahan primer adalah:
a. Pengendapan (Sedimentasi)
Pada proses pengendapan, limbah cair akan didiamkan agar partikel-partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Partikel yang telah terendapkan akan
membentuk lumpur aktif yang kemudian akan dipishakan ke saluran penampung lumpur aktif.
b. Pengapungan (Flotation)
Proses pengapungan merupakan proses pengolahan secara fisik dimana pada proses pengapungan
digunakan sebuah alat yang dapat menghasilkan gelembung udara halus berukuran ± 10–100 mikron
(Templeton & David, 2011). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel minyak
dan lemak ke permukaan, kemudian skimmer akan menghilangkan lumpur dari permukaan air dan
air bersih mengalir melalui pipa pengumpul di dekat bagian bawah tangki. Unit ini efektif dalam
menghilangkan partikel yang sulit untuk diendapkan, seperti yang memiliki kerapatan mendekati
air, dan juga berguna untuk mengentalkan lumpur biologis. Namun, apabila limbah tersebut
mengandung polutan lain yang sulit dihilangkan pada unit ini, seperti senyawa organik dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut harus disalurkan ke pengolahan selanjutnya.
35
3. Secondary Treatment
Tahap pengolahan sekunder merupakan tahap pengolahan secara biologis yang melibatkan
mikroorganisme yang dapat mengurai atau mendegradasi bahan organik. Pengolahan sekunder
bertujuan menghilangkan non settle-able solid colloidal dan stabilisasi senyawa organik. Proses ini
hampir dapat dilakukan terhadap berbagai jenis air buangan dan dapat menurunkan kadar organik
dalam air buangan sampai memenuhi syarat pembuangan ke lingkungan. Secara umum, proses
pengolahan biologis terbagi menjadi dua, yaitu:
Proses pengolahan pada metode ini yaitu air limbah yang berasal dari unit sebelumnya akan
disalurkan ke sebuah bak aerasi. Pada bak ini terjadi pencampuran air limbah dengan lumpur yang
mengandung bakteri sehingga senyawa organik pada air limbah akan terdegradasi selama beberapa
jam. Proses pada bak ini dibantu oleh aerator yang berfungsi untuk memberikan gelembung udara
(oksigen) yang dibutuhkan oleh bakteri pendegradasi. Berdasarkan jenis reaktornya, metode
activated sludge diklasifikasikan sebagai berikut:
36
3. Lumpur Aktif Sequence Batch Reactor (SBR)
Proses pengolahan lumpur aktif dengan mengisi dan mengosongkan reaktor. Proses aerasi
dan pengendapan berlangsung di dalam tangki yang sama.
Metode Trickling Filter menggunakan sebuah media, biasanya berupa serpihan batu atau plastik
dengan ketebalan ± 1-3 m, sebagai tempat tumbuh bakteri pendegradasi. Proses yang terjadi adalah
limbah cair akan disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan meresap melewati media
tersebut. Selama proses peresapan/perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
terdegradasi. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan. Di dalam tangki tersebut, limbah
kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah.
Kolam extended aeration merupakan pengembangan dari proses lumpur aktif konvensional
(standar). Proses extended aeration tidak memerlukan bak pengendap awal. Di dalam bak aerasi air
limbah disuplai oksigen dari blower atau diffuser, sehingga biomassa/mikroorganisme yang ada
akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Unit ini juga mengaduk secara
keseluruhan air limbah pada tangki sehingga terbentuk padatan tersuspensi. Sebagian lumpur yang
terbawa pada aliran outlet dari kolam ini terendapkan, sebagian lainnya dibiarkan terakumulasi di
dalam kolam atau sebagian yang diendapkan kemudian dikembalikan kedalam sistem aerasi untuk
mencapai rasio ideal perbandingan makanan dan mikroorganisme yang disebut F/M ratio.
37
d. Metode Oxydation Ditch
Unit pengolahan oxydation ditch merupakan unit yang menggunakan extended aeration yang
semula dikembangkan berdasarkan saluran sirkular dengan kedalaman 1 – 1.5 m. Lumpur tinja yang
masuk dialirkan berputar mengikuti saluran sirkular yang cukup panjang dengan tujuan terjadinya
proses aerasi. Alat aerasi yang digunakan berupa alat mekanik rotor berbentuk tabung dengan sikat
baja. Rotor diputar melalui poros (axis) horizontal dipermukaan air yang disebut cage rotor.
Kelebihan dari pengolahan ini adalah kemampuannya dalam mengolah senyawa organik dan
menghasilkan lumpur yang sedikit. Kekurangannya dari metode ini yaitu efluen masih mengandung
TSS yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan metode activated sludge.
4. Tertiary Treatment
Pengolahan tersier atau dikenal dengan advanced treatment merupakan proses pengolahan setelah
pengolahan sekunder yang mana proses ini dilakukan apabila efluen dari unit pengolahan sekunder
masih mengandung kontaminan yang tidak aman untuk dibuang ke badan air. Pengolahan tersier ini
meliputi berbagai rangkaian proses kimia-fisika. Metode pengolahan tersier ini jarang diaplikasikan
pada fasilitas pengolahan limbah, disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis bagi beberapa industri. Berikut
merupakan beberapa contoh pengolahan tersier:
a. Filtration (penyaringan)
Proses filtrasi berfungsi menghilangkan sisa mikroorganisme yang tidak mengendap dan padatan
tersuspensi lainnya. Dalam pengolahan air limbah, jenis filter yang umum digunakan adalah sand
filters dan membrane filtration.
38
b. Carbon Adsorption
Pada pengolahan ini, bahan organik terlarut yang masih lolos dari unit pengolahan sekunder akan
diserap oleh karbon aktif.
c. Phosporus removal
Proses penghilangan senyawa fosfor dapat mencegah terjadinya eutrofikasi pada badan air.
Proses ini membutuhkan tangki pengendapan dan tangki reaksi untuk mengendapkan fosfor secara
kimia dengan memanfaatkan reaksi ferric chloride, alum atau lime.
d. Nitrogen control
Penghilangan nitrogen dilakukan agar pertumbuhan alga di badan air dapat terkontrol. Proses
yang terjadi pada penghilangan nitrogen yaitu nitrifikasi/denitrifikasi (proses biologis) atau
ammonia stripping (proses kimiawi).
e. Desinfeksi
Proses desinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang berada di dalam limbah cair.
Keefektifan dari pengaplikasian desinfektan dalam pengolahan tersier bergantung dari kandungan
limbah cair yang akan diolah, jenis desinfeksi yang akan digunakan, serta dosis desinfeksi.
Pada kondisi eksisting di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, setelah air melewati unit
sedimentasi, air limbah langsung dialirkan ke impounding basin dan lagoon. Proses yang terjadi
pada lagoon adalah penyerapan kontaminan yang masih ada dengan memanfaatkan keberadaan
tanaman eceng gondok sebagai biofilter.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan SK.574/Menlhk-Setjen/2015 sumber limbah cair yang diolah di PT Pertamina
RU VI Balongan dibagi menjadi berikut:
a. Air limbah proses, berasal dari sour water, desalter effluent water, oily water, dan
sanitary water, yang kemudian diolah di Effluent Wastewater Treatment Plant (EWTP)
sebelum dibuang ke laut.
b. Air limbah netralisasi, berasal dari water reject pada proses demineralisasi dan boiler
blowdown yang diolah di unit netralisasi sebelum dibuang ke laut.
c. Air limbah cooling tower blowdown, berasal dari resirkulasi air pendingin unit proses,
kemudian dialirkan melalui kanal terbuka sebelum dibuang ke laut.
d. Air Limbah Drainase Terkontaminasi, berasal dari air hujan yang jatuh di area kilang
yang terkontaminasi minyak dan bahan kimia. Air tersebut diolah di oil separator
sebelum bergabung dengan saluran air limbah proses menuju ke laut.
2. Proses pengolahan limbah cair di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan terdiri atas
Preliminary treatment yang terdiri dari unit CPI dan API; Primary treatment yang terdiri
dari unit DAF, PEP dan Floatation pit; Secondary treatment yang terdiri dari unit Activated
Sludge Unit (ASU); Sludge handling and removal; serta Tertiary treatment yang terdiri dari
impounding basin dan lagoon.
3. Kualitas efluen dari Outlet Impounding Basin (OIB) dengan parameter BOD, COD, Phenol,
Ammoniak, Sulfida, pH, Temperatur, serta Minyak dan lemak telah memenuhi baku mutu
yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 mengenai Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi,
sehingga aman untuk dibuang ke badan air (Laut Jawa).
4. Proses penyisihan polutan yang terkandung di dalam air limbah memiliki efisiensi yang baik
untuk parameter BOD, COD, dan Phenol. Sedangkan efisiensi penyisihan polutan untuk
parameter Ammoniak, Sulfida, serta Minyak dan lemak cukup fluktuatif. Walaupun
demikian, air limbah proses yang sudah terolah memiliki konsentrasi polutan di bawah baku
mutu.
5. Evaluasi sistem pengolahan air limbah di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan terdiri
dari evaluasi unit berdasarkan kondisi aktual. Seluruh unit pengolah air limbah telah
beroperasi sesuai dengan standar pengolahan air limbah yang berlaku di Indonesia.
Temperatur, amonia, BOD5, COD, minyak dan lemak, pH, H2S, dan Phenol merupakan
parameter yang dievaluasi berdasarkan regulasi Permen LH No. 19 Tahun 2010. Unit EWTP
di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan tergolong sudah baik karena efluen dari
pengolahan di EWTP memiliki kadar polutan di bawah baku mutu.
6.2. Saran
1. Diperlukan pemantauan kualitas influen dan efluen di setiap unit pengolahan di EWTP agar
dapat diketahui efisiensi penyisihan polutan, sehingga unit pengolahan air limbah dapat
dievaluasi dan dilakukan perbaikan sesuai sasaran.
2. Diperlukan perbaikan unit yang tidak beroperasi agar unit pengolahan limbah cair
selanjutnya dapat beroperasi dengan optimal.
40
3. Diperlukan penambahan unit pengolahan air limbah seiring dengan bertambahnya debit air
limbah yang akan diolah karena unit EWTP yang beroperasi saat ini memiliki desain yang
sama dengan desain awal dibangunnya EWTP.
41
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad & Amir. (2018). Study of Fuel Oil Supply and Consumption in Indonesia. International
Journal of Energy Economics and Policy, 8(4), 13-20
Davis, M. L. (2010). Water and Wastewater Engineering: Design Principles and Practice. New
York: McGraw-Hill.
Eckenfelder, W. Wesley. (2000). Industrial Water Pollution Control Third Edition. Mc Graw Hill
Hazardous Substance Research Centers. (2003). Environmental Impact of the Petroleum Industry.
Environmental Update #12
Pemerintah Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi. Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 582. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Tchobanoglous, G., Burton, F. L., & Stensel, H. D. (2003). Wastewater Engineering: Treatment and
Reuse 4th Edition. New York: Metcalf & Eddy Inc
Templeton, Michael R., David Butler. (2011). An Introduction to Wastewater Treatment. London :
Ventus Publishing ApS
42
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah serta Effluent Water Treatment Plant (EWTP)
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan Periode Oktober 2018 – Maret 2019
2. Surat Tugas Kerja Pratik
3. Daftar Hadir Kerja Praktik
4. Lembar Bimbingan Pembimbing Instansi
5. Lembar Bimbingan Pembimbing Program Studi
6. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik
Data Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah serta Efisiensi Effluent Water Treatment Plant
(EWTP) PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan Periode Oktober 2018 – Maret 2019
1. Inlet IPAL
Tahun 2018 Tahun 2019
Parameter Satuan
Oct'18 Nov'18 Dec'18 Jan'19 Feb'19 Mar'19
Temperatur °C 47 46.9 45.7 43.1 51.5 48.2
NH3 mg/l 13.2 16.63 23.3 10.4 8.33 10.9
BOD5 mg/l 380 386 407 305 282 245
COD mg/l 1086 1103 1164 870 805 699
Oil Content mg/l 10.4 <4 5.2 4.2 <4 8
pH at 25 °C - 7.13 7.73 8.6 7.24 7.59 7.02
H2S mg/l 0.52 0.43 0.53 0.63 0.91 0.26
Phenol mg/l 37.2 160.45 120.9 99.4 125.2 174
3. Efisiensi IPAL
Tahun 2018 Tahun 2019
Parameter Satuan
Oct'18 Nov'18 Dec'18 Jan'19 Feb'19 Mar'19
Temperatur °C 45 45 45 45 45 45
NH3 mg/l 56% 66% 77% 39% 96% 52%
BOD5 mg/l 89% 89% 94% 90% 93% 92%
COD mg/l 89% 89% 94% 90% 93% 92%
Oil Content mg/l 39% 18% 3% -1% 20% 31%
pH at 25 °C - 6–9 6–9 6–9 6–9 6–9 6–9
H2S mg/l 69% 74% 81% 69% 92% 56%
Phenol mg/l 98% 100% 100% 99% 100% 100%
L
PERTAfifiINA
,D
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK
Nama : Aprrlla
UIfa lzza NIM :1A4216068
Program Studi : T. Lingkungan Perguruan Tinggi : Universitas Pertamina
Tanda Tangan
Hari, Durasi
No Kegiatan Pembimbing
Tanggal 0am) Institusi
Senr\, x Sat€e.tra \nAscJ5on\ ac<'ra' uh^e-
I
([ aP.\l 2-o\3 6 > ocLn{-<s\ Rsrg
p BimLtAl<n 6.oal i<<-\ Mrl
Sz\a.s4, <t r9 or14n.ha.9\ KSSE - F{l.('
2.
l8 3!r^\ ?P\9
Rrrbr
d
t $tnotonSan ts4--a w,l
,
3.
la ],zn\ L,"\9 1 + ode.\.\a-sl HSSe -s<fztY
Kams,
\, 7- lvnr 7nl9 t ,{ ode^+4si tlss(= - occup<3s'oncl }tga',t+ln
1u^'4t r
t C- S.{,\JAi lltzr<+\,(^
9.
L\ a.J^r zA\q f mznaus.rn haran6E< [<?oran
tu{
W
(n nlf\, xt lcun\.rngrr F( \es La5"to-rn
( t
d
Z1 Svtt\ ?,\9 + J+rAi \th{.r4+ur-
Se(asa,
1.
LS Juy\l 1a\n
?
o )Anzn3<na-U(;(
(
da.t< -$r{*,J[an t- *hn Lol.9
(e. a.-^+<.ran lc.ratit4J ltr'5p,rn5a"1 W
(
Ba.G.r,
z-(, ar".i 1-o\a
0
a >F F-rn5-rn361.,, V< o<rl.k Q-en3o\a\.,an \f*Ud^
(a.tr ( er^ttt) IW
q
l(anis,
ZT lual Lo\i
(
{J
J- o,ram2ana\\NS
+ c.,Zi3-...a.\ulr
dq.|ar.lp(".rOLe'n
)t<3rar.,t ahr t€nA{a\a^' tt'"IrrL W
W
Sunra{,
10, h )b rn4^15u J!,,^ tolqoran
LE Junl Lal9
le-nrn,
I
t\.
1 jrr\t
\4\ata,
1^>\9 :{- Mgr3ana(rl\r
Atc \\m l"+q\
lc.ra-$fa'3 \nPl.reot\ 4 <-pgven\
Wf
lr. I ,r, nJ-n6o\aL cL2.+a h<z^\i\ar 4\r- tlhtc'\
2- lv\i t o\9 U
a h €^3ana.t ili s- F^E\i<ta.-s a\r \lmb-\ trtu\
K4br,
,- rne^s\USv^ \a.gOra.^,
l3
3 3.Jtr 7-\9
il
(]
* .sn3"oto\l di; Lfi*errli (eogo\a\o'n Ji Etrtit ltrw
learniI r
€ c^Zn-.vJ.r\ t<?Dfa.^
I() o n^gr.da\& Aa\a €-({r$€^s\ fan2sl6\61,-
[,,1. z{ a..lti
",,o(
9
atr- \tr,.ta\ ilW,
W
. tq2n.Juj.\ (ap(-a.^
('.
]..1.,.'a{
S Juli tnta
,
t 5 nle@rraUSrs eHJi<.r\S\ (en6o\a\.ran a-ir
t'.nt^U
t6
S4ntn
E ivt,,
r
z,o \g
N
(.) \6 r^€-^v)eJv\ ta(aCan
W
r, PERTAfYIINA
,,
Nama : Aprrlla
Ulfa lzza NIM : LA4216068
Program Studi : T. Lingkungan Perguruan Tinggi : Universitas Pertamina
Paraf Pembimbing:
No. 2 Hari/Tanggal: Seto"<, fB - o6 -z--lz
Hal yang menjadi perhatian:
ttmbc'ta
?on3,<..,.,,\o^ q-s\ Poseg ?en3o\+\<n
sQ-car6' u''v\\rs!
oq,ir Rru vr Bq\on3q^
Paraf Pembimbing:
No. Z Hari/Tanggal: Rat,, zL 5,.'\ z,o\e
Paraf Pembimbing:
L
PERTAMINA
,,
I\T^ * -
i\.iiiici : ULFA NIM : \0{r-(606
\216- A{R\LLA
E
PrOgram StUdi ' TEg-p.111. Ltsr6Fu s\6fit-r PergUrUan Tinggi : \rr'l.tv eFs \TN 5 PE8-'(/>t"'t t'/ A
Paraf Pembimbing:
No. Harif Tanggal:
Hal yang menjadi perhatian:
Paraf Pembimbing:
No. Hari/Tanggal:
Hal yang menjadi perhatian:
Paraf Pembimbing:
\ 0o
i-
"Y
Pertamrna
Paraf Pembimbing: m,
No. L Hari/Tanggal:
Hal yang menjadi perhatian:
i' ko".s., \\aSl iqgrai^qF< \a'po..*'^t
L- ico^gu t+c(si h^q\geh<l 3':d'r'r\ \<qotq"'' ha!F
FaF-+rtr
Paraf Pembimbing:
No. 3 Hari/Tanggal: lz J..: \.t zo t3
Hal yang menjadi perhatian:
I. p an3,.r r+ar.l ac.F+q" h c" dt-
Paraf Pembimbing:
it,
,!
3
LEMBAR BIMBINGAN KERJA PRAKTIK
NaIJlil
a
'
"'O ...,
Ql "O "O Hari/Tanggal: 1 _ of?-w \."?
� ::, (I)
...
::,
a..
ru 00
:,
Oil
:) 3 C: C
!:!. ,, \. Je"j�k.a..�
-<c» <ti
-6'
3 0,)
"'O
,. ,)__- �"'""'0"'�"\..,C\f'
N. �
:J
t:
er r:::!. :r
�- -
"""' Q. ai,
Cl. ru :,
QI
_,
Q)
c»
_,
C � (tl C
'""C:::,
...�<'
:) (I)
:,
1J.;'
C
CIJ
..... OE.
�
X"'
::,or;-
Paraf Pembimbing:
.....
0,
t: ru
01' ::'l rt,
I Hari/Tanggal: 1 5 - o& - 'L.o \,
3
H�J yang menjadi perhatian:
,:'ti
"O ..� ,e"j�C.n N\R.-�C\.I 1"'"''-"'-C\.
1 r . 1 ""�-ca
...,-·· .J , -
=
tJ�-1,,u �, r«N;S,'.;
3 ..,
Q) t'tJ
O"' -y_qq \... C\ �re;;.-, l=-0]C� f o,_�\<
5·
Qt
L'.I)
:,
�
VI
I
""'
"'C
Q) ro
V,
.:l,
Q,l
<'ti
0- 3
w � "C
OQ � ::,
iii' Q) ::J
:,
(.l
c::
-·
V\
No. b Hari/Tanggal: � - o cl' -'1....:i1'3
Paraf Pembimbing:
QJ c»
C :::,
VI ::ii:- Hal yang menjadi perhatian:
dGL�
<b Q)
Me./,.C:f2,n..C-\i _i=Jwc;\ 4c_ pro,e..&ur f-€;\__
\. fe.."_iQ\c;.SA"
..,
C
0.1 Se,.,, ,Ii"' r ICE. Cf'-. p no.k.+ft<
"'
C:
::r 3 -L. \<'-Clf\Ju\�..t\ rn 12"'::'l«"-O.·, \�O<'\+e,-, f.-e.Jen-{C;.l:t Jtuv\ 11\0. r·
..,
(I]
< ;;j"
fc. e. -:::\
a.__ I' � 'f>li \(
QJ
,-+
....c»
c::
-·
C:
"O
-
n,
:, ::, Paraf Pembimbing:
a.
!:!.
QJ
3 .. .
:,
....
::,
C:
;ill;"
"O
Q,1
'O
t::
:,
z
I
j
=
F c; f
t
c,
ut
L
I
J
+.
^3
OC\ .L
G
o. -y
-J
t0
= 6 .=
L
+,
o SE E A o-
(U
(E
L-
t{r
F
;3
--O
.=E
P=
O N
- EA
EP s
; .C =
(tr
o
(E
e
(-E tR s =
s o\
o)
e
r-
(E
tr
G
cn
+
U)
i
O^O--
S E6
s
8
o
e
o
L
o
-
O-G
F'=
o-=
:-?
(J\1-
,-.N
rFF
E d
c(U
(U
$
O)
o +,
n' C
(U
C
(U
a
II
E
tr
-
o
ils
I
J
F
-
ILL
qE ==
vo) 0
=
o
m l
o
(tr
L $gdg =
-lly'Fir
il =p E''e x
(lrrs trc
g.g o_
E
o P .=L
l|Il
v Ez \'-r-
b la P8 Gr= i
---lt
O.=
tutr c
r
Y , Sf o NE=-6
+.
(tr E St
E
SNE
-\1,
..:ss'= 9
\1r L
;?
t-
L'{=
O'=
E
-O
!.IIJC = o
-J -o:
t- f,= E =Fl-=
tl ll rl !r :E
gtr :;
=
a = YuJO
=lJ.c
f;s c
z5Eo
(U s
Le-
(tl a .vt rfi o-o I-
g
=Yr',- a ctu
F+-
(U
-\rJ
gm o)
6
c o crF
G -'
=(U
3; (U+,
ut'=
([
o=- -frl VL-J =
u)
Eh .(U
l_L=]<
cuiE F
p&,8