Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH CPG

“PEMANFAATAN LIMBAH GAS SO2 DARI INDUSTRI GULA SEBAGAI


BAHAN PEMBUATAN H2SO4”

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Virgin Citra Perdana Sidik (17031010041)


2. Reyna Rahma Nidya Sofi’i (17031010059)
3. Ladian Indah Sari (17031010071)
4. Egidha Safitri Alvi Fawaid (17031010072)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pemicu menurunnya kualitas lingkungan adalah terjadinya peningkatan
pencemaran udara yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambient tidak dapat memenuhi fungsinya. Polusi udara saat ini menjadi salah satu
masalah bagi kehidupan makhluk hidup terutama kesehatan manusia di dunia.
Seiring bertambahnya jumlah pengguna kendaraan bermotor, membuat
lingkungan semakin dipenuhi dengan udara-udara yang tidak sehat. Belum lagi
berdirinya pabrik-pabrik besar yang ikut berkontribusi mencemari udara.
Dalam urutan prioritas masalahnya, sumber polusi udara antara lain
berasal dari sector (1) transportasi, terutama mobil dan truk; (2) pembangkit
tenaga listrik yang membakar batubara atau minyak; dan (3) industry, yang pelaku
utamanya adalah pabrik baja, peleburan logam, kilang miyak, pabrik pulp dan
kertas. Pada saat ini dunia industry adalah sumber terbesar penghasil polusi udara
yang ada di dunia dan terus mengalami pertumbuhan di setiap tahunnya.
Pencemaran SO2 yang melebihi ambang batas baku mutu yaitu sekitas 900
μg/Nm3 (PP RI no.41 tahun 1999) juga secara langsung bisa memberikan dampak
pada makhluk hidup apabila tercampur dengan unsur air pada saat berada di
atmosfer yaitu membentuk suatu ikatan asam sulfat atau lebih dikenal dengan
hujan asam yang berdampak pada makhluk hidup maupun makhluk tak hidup di
permukaan bumi. Bagi makhluk hidup seperti manusia, SO2 maupun asam sulfat
berdampak terhadap kesehatan seperti penyakit pernafasan ataupun pada tanaman
berdampak kematian pada tanaman tersebut. Sedangkan, bagi makhluk tak hidup
seperti benda-benda mati, asam sulfat dapat mengakibatkan korosif pada benda
tersebut
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah gas SO2 dari pabrik gula
2. Untuk mengetahui aspek dan dampak limbah gas SO2
3. Untuk mengetahui pemanfaatan limbah gas SO2
I.3 Manfaat
1. Bagi masyarakat dapat menambah wawasan dalam mengurangi dampak
limbah gas SO2 dari pabrik gula
2. Bagi industri dapat meningkatkan nilai ekonomis
3. Bagi lingkungan dapat mengurangi hujan asam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Limbah Gas SO2


Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap
yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan
gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih
mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan
fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui
penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain
SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning
kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik. Gas ini juga menyebabkan
hujan asam, korosi pada permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain.
Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu reaksi foto sintesa pada
permukaan daun. Dengan air, gas SO 2 membentuk asam sulfat dan dalam udara
tidak stabil. Sumber gas SO2 adalah pabrik belerang, pengecoran biji logam,
pabrik asam sulfat, pabrik semen, peleburan tembaga, timah hitam dan lain-lain.
Dalam konsentrasi melebihi nilai ambang batas dapat mematikan.

II.2 Asam Sulfat


Dalam perkembangan industri di Indonesia yang semakin pesat terutama
industri yang menggunakan bahan kimia, maka diperlukan bahan penunjang yang
dapat memperlancar jalannya proses industri tersebut. Bahan penunjang yang
banyak digunakan adalah asam sulfat. Sampai saat ini asam sulfat masih tetap
merupakan standart tingkat kemajuan industri suatu negara. Asam sulfat sering
digunakan dalam industri pupuk buatan, khususnya amonium sulfat dengan super
fosfat. Dalam skala besar juga digunakan dalam pembuatan pigmen, khususnya
barium sulfat dan titanium dioksida. Asam sulfat digunakan dalam pembuatan
deterjen, bahan pewarna, obat-obatan, dan plastik. Selain itu asam sulfat juga
digunakan untuk memisahkan hidrokarbon, menghilangkan lapisan zat asam dari
besi atau baja sebelum proses pelapisan, pengecatan, mengisi aki atau baterai, dan
pembuatan sutera sintetik. Pembuatan asam sulfat dapat memanfaatkan limbah
SO2 dan SO3 yaitu dengan mereaksikan atau absorbsi gas SO2 atau SO3 dengan
air. Konsentrasi H2SO4 yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan sehingga
dihasilkan asam sulfat dengan kualitas tinggi.

II.3 Pembuatan Asam Sulfat

Gas SO2

Converter Bed 1
Heat
Exchanger Converter Bed 2
Heat
Converter Bed 3 Exchanger

Converter Bed 4

Gas SO3

Cooler

Air Absorbsi

H2SO4

Gambar 2. Diagram alir pembuatan asam sulfat


Limbah gas SO2 dialirkan menuju Converter. Converter ini terdiri dari
empat bed katalis V2O5. Aliran gas masuk ke setiap bed diatur pada temperatur
425-440oC. Dengan bantuan katalis tersebut gas SO2 diubah menjadi SO3. Reaksi
ini merupakan reaksi eksoterm sehingga gas harus didinginkan pada tahap-tahap
katalis. Aliran gas dari bed 1 dan bed 2 didinginkan dalam heat exchanger.
Sedangkan lairan gas dari bed 3 langsung masuk ke bed 4 karena perbedaan
temperatur gas keluar bed 3 dan bed 4 sudah kecil.
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g)
Dari Converter aliran gas SO3 masuk ke dalam cooler untuk didinginkan. Setelah
itu aliran gas tersebut masuk ke Absorbing tower.
Pada absorbing tower terjadi penyerapan gas SO 3 dengan air. Gas SO3
masuk melalui bagian bawah absorber, sedangkan bagian atas absorber
dispraykan air. Reaksi absorbsi diatas membentuk asam sulfat (Putri, 2020):
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(l)

II.4 Aspek dan Dampak


Tabel 1. Aspek dan Dampak dari Limbah SO2 dari Pabrik Gula

No Aktivitas Aspek Lingkungan Dampak Lingkungan


- Kerusakan tanaman
- Dapat menyebabkan
Limbah gas yang
1. Sumber Emisi gangguan pernafasan
diproduksi dari pabrik
- Dapat menyebabkan
hujan asam
- Limbah cair dari proses
produksi - Pencemaran tanah
2. Proses produksi
- Limbah kebisingan dan - Pencemaran udara
debu
Limbah cair bekas - Pencemaran tanah
3. Pembersihan alat
pembersihan alat

II.5 Teknik Penilaian Dampak


Teknik penilaian dampak didasarkan pada 2 penilaian yaitu nilai
severity dan probability. Nilai severity merupakan suatu nilai yang ditetapkan
untuk menentukan suatu tingkatan dampak/akibat suatau kegiatan berdasarkan
tingkat keparahan (keseriusan/severyty) yang disebabkan oleh suatu kegiatan.
Nilai probability merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan
tingkat keseringan kejadian yang disebabkan oleh suatu kegiatan.

Tabel 2. Penilaian Dampak

Severity Probablility
Nilai Nilai
(Keseriusan) (Kemungkinan terjadinya)

Mungkin Terjadi Pada Kondisi


Dampak Yang Timbul :
Darurat, Atau Paling Tidak
1 Tidak Berpotensi Mempengaruhi 1
Terjadi 10 (Sepuluh) Tahun
Lingkungan
Sekali
2 Dampak Yang Timbul : 2
Dapat /Berpotensi
Berbahaya Bagi Lingkungan
Paling Tidak Terjadi 1 (Satu)
- Sudah Dilakukan Pengendalian
Tahun Sekali
- Aspek Lingkungannya Tidak
- Diatur Dalam Perundangan
Lingkungan
3 Dampak yang timbul : 3
- Dapat /berpotensi berbahaya
Mungkin terjadi pada kondisi
bagi lingkungan
abnormal, non rutin, atau
- Belum dilakukan pengendalian
terjadi paling tidak 1 (satu)
- Aspek lingkungannya tidak
kali dalam satu bulan
diatur dalam perundangan
lingkungan
Aspek lingkungan :
- Telah diatur dengan peraturan
Paling tidak terjadi 1 (satu)
4 perundangan lingkungan 4
tahun sekali
- Persyaratan tersebut telah dapat
dipenuhi dalam setahun terakhir
Aspek lingkungan : Mungkin terjadi pada kondisi
5 5
- Telah diatur dengan peraturan rutin, atau terjadi paling tidak 1
perundangan lingkungan terkait
- Persyaratan tersebut tidak dapat
dipenuhi dalam setahun (satu) kali dalam satu hari
terakhir, atau belum diketahui
pemenuhannya

Tabel 3. Penilaian Tingkat Bahaya

Tabel 4. Penentuan Kriteria Penilaian


No Kreteria Nilai Keterangan

1 Tingkat bahaya 12-25 Penghentian kegiatan, keterlibatan


tinggi (penting) manajemen puncak
2 Tingkat bahaya 5-10 Penanganan dengan penjadualan yang
sedang secepatnya
3 Tingkat bahaya 1-4 Penjadualan dan penetapan tanggung jawab
rendah tindakan akan ditetapkan
(tidak penting) kendalikan dengan prosedur yang ada/rutin

Tabel 5. Penilaian Dampak Aktivitas Pabrik Gula


Lokasi Jenis Severity Probablility Aspek
No Nilai
(Kegiatan) Limbah (Keseriusan (Kemungkinan Lingkungan
) Terjadinya)

Gudang Tingkat Bahaya


1 Padat 2 4 8
Bahan Baku Sedang

Stasiun Tingkat Bahaya


2 padat 2 5 10
penggilingan Sedang

Stasiun Tingkat Bahaya


3 Padat 2 5 12
Pemurnian Sedang

Stasiun Tingkat Bahaya


4. Gas 4 3 12
penguapan Tinggi (Penting)

Stasiun Cair Tingkat Bahaya


5. 4 5 20
kristalisasi Padat Tinggi (Penting)

BAB III
KESIMPULAN
III. 1. Kesimpulan
Limbah gas SO2 dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap
kerusakan daun tanaman yang menyebabkan daun berwarna lebih pucat dan bila
disertai dengan partikulat dapat menyebabkan bronchitis terhadap manusia. Gas
SO2 bila bereaksi dengan oksigen dan uap air akan membentuk H 2SO4 yang dapat
menyebabkan hujan asam. Oleh karena itu jumlah gas SO 2 di udara harus
dikurangi dengan memanfaatkan limbah gas SO2 atau dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan.
III.2. Saran
Seharusnya, gas SO2 yang dihasilkan dari pabrik gula diolah menjadi asam
sulfat, sehingga tidak terjadinya hujan asam dan limbah gas SO2 yang dihasilkan
bisa lebih bernilai ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, F, Wignyanto, dan Anggarini, S., 2019, Pemanfaatan dan Pengolahan


Limbah Padat Tahu Menjadi Kecap Bubuk, Universitas Brawijaya.
Putri, AH, et al., 2020, Preparasi Asam Sulfat Skala Industri di Indonesia,
Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai