120.000 TON/TAHUN
Prarancangan Pabrik Etilen Oksida dari Etilen dan Udara Kapasitas 120.000 Ton / Tahun
GABY SABRINA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri khususnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan intermediate maupun bahan jadi di Indonesia aat ini terus mengalami peningkatan.
Salah satu bagian dalam perkembangan industri ini adalah industri kimia, baik yang
memproduksi bahan baku hulu maupun bahan hasil olahannya. Seiring dengan
perkembangan zaman, kebutuhan akan bahan-bahan kimia di Indonesia semakin besar.
Namun, kebutuhan berbagai bahan baku dan bahan penunjang tersebut masih banyak
didatangkan dari luar negeri. Jika bahan baku dan bahan penunjang ini bisa dihasilkan di
dalam negeri, hal ini tentunya akan menghemat pengeluaran devisa, meningkatkan
ekspor, mengembangkan penguasaan teknologi dan membuka lapangan pekerjaan.
Etilen oksida merupakan senyawa organik golongan eter dengan rumus molekul
C2H4O yang merupakan hasil oksidasi langsung antara etilen dan udara dengan bantuan
katalis perak. Bahan kimia yang juga dikenal sebagai oxirane ini berwujud gas tidak
berwarna, terkondensasi pada suhu 10 oC, mudah terbakar pada suhu ruangan dan berbau
manis.
Etilen oksida ini banyak dimanfaatkan dalam industri kimia dan farmasi. Secara
langsung etilen oksida digunakan sebagai bahan desinfektan yang efektif dan banyak
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Bidang kedokteran biasa memanfaatkan etilen
oksida untuk sterilisasi peralatan bedah, plastik dan alat-alat lain yang tidak tahan panas
yang tidak dapat disterilkan dengan uap. Dalam bidang industri, penggunaan etilen
oksida juga cukup luas. Selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan etilen glikol,
etilen oksida juga digunakan sebagai bahan insektisida, bahan intermediet pembuatan
etanol amine, glikol eter dan polietilen oksida (Kirk-Othmer, 2007). Konsumsi terbesar
dari etilen oksida adalah untuk bahan baku pembuatan etilen glikol, yang mencakup 77%
dari total konsumsi etilen oksida (Hanna Perzon, 2015). Konsumsi terbesar kedua dari
etilen oksida (11% dari total konsumsi etilen oksida) adalah pada surface active agents,
terutama non-ionic alkylphenol ethoxylates (APEs) dan deterjen alcohol ethoxylates
(AEs) (ICIS, 2007).
(Devanney, 2007)
Gambar 2. Produk Industri Turunan dari Etilen Oksida secara Global
21.5
y = 0.62x - 1225
20.5
20
19.5
19
18.5
18
17.5
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Dengan meningkat kebutuhan pasar terhadap etilen oksida di masa yang akan
datang. Pendirian pabrik etilen oksida di Indonesia diharapkan akan mendorong
pertumbuhan industri hilir (industri turunan) dari etilen oksida sehingga dapat
mengurangi ketergantungan impor.
Perkembangan industri khususnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan intermediate maupun bahan jadi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Salah
satu bagian dalam industri ini adalah industri kimia, baik yang memproduksi bahan baku
hulu maupun bahan hasil olahannya. Namun, kebutuhan berbagai bahan baku dan bahan
penunjang tersebut masih banyak didatangkan dari luar negeri. Jika bahan baku dan
bahan penunjang ini bisa dihasilkan di dalam negeri, hal ini tentunya akan menghemat
pengeluaran devisa, meningkatkan ekspor, mengembangkan penguasaan teknologi dan
membuka lapangan pekerjaan.
Etilen oksida adalah salah satu bahan kimia yang jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri di Indonesia, dan banyak digunakan dalam industri kimia dan farmasi.
Secara langsung etilen oksida digunakan sebagai bahan desinfektan yang efektif dan
banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kebutuhan etilen oksida dalam untuk
berbagai keperluan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dari tahun ke tahun
terus meningkat dan sebagian besar kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari impor. Hal
tersebut dapat diamati dari data impor etilen oksida di Indonesia sebagai berikut.
Dari data di atas kemudian dibuat persamaan garis lurus untuk memproyeksikan
jumlah impor etilen oksida hingga tahun 2020, yaitu sebagai berikut:
y = 100,48x – 201.699
dengan y merupakan jumlah impor, dan x merupakan tahun.
Dari persamaan tersebut maka proyeksi jumlah impor etilen oksida hingga tahun
2020 ditampilkan pada grafik berikut.
1400
1200
Volume Impor (Ton)
1000
800
600
400
200
0
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Waktu (Tahun)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan etilen oksida cenderung
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,33 % per tahun.
Etilen Glikol merupakan produk turunan dari etilen oksida. Di mana etilen glikol
sangat diperlukan sebagai bahan baku untuk membuat serat sintetis polyester dan resin
polyester terephthalate. Seiring naiknya kebutuhan etilen glikol maka kebutuhan akan
etilen oksida meningkat. Sebagai contoh, PT. Polychem Indonesia Tbk. (Annual Report
Polychem, 2014) yang memproduksi etilen glikol sebanyak 246.000 ton/tahun dan
membutuhkan etilen oksida sebagai bahan bakunya.
Berikut adalah nama – nama pabrik atau produsen etilen oksida dengan skala besar
di dunia. Rata – rata pabrik tersebut berlokasi di US dan Eropa.
Produksi etilen oksida di dunia sebenarnya cukup besar. Menurut data produksi
etilen oksida di Indonesia mencapai 175.000 ton / tahun pada tahun 2004 (WHO – IARC,
2008). Pada tahun 2013 di Asia produksi etilen oksida mencapai 12 juta ton / tahun,
Afrika 7,4 juta ton / tahun, Eropa 3,5 juta ton / tahun, dan untuk Amerika utara dan
Amerika selatan secara berturut – turut yaitu 5,1 juta ton /tahun dan 0,5 juta ton /tahun.
140
100
80
60
40
20
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun
B. Tinjauan Pustaka
Etilen oksida pertama kali disintesis oleh Wurtz tahun 1859 dan kemudian dikenal
dengan proses klorohidrin. Produksi pertama etilen oksida secara komersial dimulai
tahun 1914 hingga sekarang. Pada tahun 1931, Lefort mengembangkan proses oksidasi
langsung yang menggeser keberadaan proses klorohidin hingga sekarang. Pada dasarnya
proses pembuatan etilen oksida C2H4O ada 2 macam, yaitu:
1. Proses Wurts (Kursawe, A., 2009)
Proses ini dikenal juga dengan proses klorohidrin yang merupakan proses
pertama pembuatan etilen oksida dan saat ini sudah tidak dioperasikan lagi secara
komersial. Proses ini terdiri dari dua reaksi utama yaitu reaksi pembentukan etilen
klorohidrin dari asam hipoklorat dan etilen serta reaksi pembentukan etilen oksida
dari etilen klorohidrin dan basa Ca(OH)2. Reaksinya adalah :
Etilen Lb 0,8
Klorin Lb 2,0
CaO Lb 1,6
Steam Lb 12
Water Lb 30
Asetaldehid 0,007
Reaksi samping yang dapat terjadi dalam jumlah kecil adalah (Hanna Perzon,
2015):
CH2-CH2O → CH3-CHO (Acetaldehyde) (6)
CH3-CHO + 2½O2 → 2CO2 + 2H2O (7)
CH2=CH2 + O2 → 2CH2O (Formaldehyde) (8)
Pada proses oksidasi langsung ini diperlukan adanya inhibitor berupa ethyl
chloride (2,5-3,0 ppm) atau vinyl chloride (4-6 ppm) untuk mencegah terjadinya
reaksi oksidasi total dan meningkatkan selektivitas etilen oksida (Hanna Perzon,
2015).
a. Oksidasi Langsung dengan Oksigen
Pada proses oksidasi langsung dengan oksigen ini, dibutuhkan oksigen
teknis dengan kemurnian yang tinggi (>95 mol% O2). Selektivitas etilen
oksida dan konversi yang dihasilkan adalah 75-82 mol% dan 8-12% (Kirk-
Othmer, 2007).
b. Oksidasi Langsung dengan Udara
Pada proses oksidasi langsung dengan udara, komponen nitrogen
menjadi komponen dominan pada reaksi campuran gas. Nitrogen merupakan
gas inert yang dapat mengurangi eksplosivitas dan juga berfungsi sebagai
pendingin selama reaksi (McKetta, 1984).
Dengan digunakan udara yang kadar pengotornya masih cukup tinggi,
maka dibutuhkan suatu unit purging untuk mengurangi akumulasi gas inert
yang ada di reaktor. Namun dengan menggunakan udara langsung, maka air
fractioning plant sudah tidak diperlukan lagi. Pada proses ini didapatkan
selektivitas etilen oksida dan konversi sebesar 63-75mol% dan 20-65%
(Kirk-Othmer, 2007).
produksi oksigen
kemurnian tinggi.
Membutuhkan unit absorpsi
etilen oksida dengan air
untuk memisahkannya
dengan etilen, oksigen, dan
gas inert.
Membutuhkan CO2
removal section, more
stainless steel, dan
beberapa instrument mahal.
Proses Oksidasi Langsung Udara mudah didapat. Untuk memperoleh
dengan Udara Jauh lebih aman dan selektivitas yang sama
lebih mudah (proses oksidasi dengan
penanganannya oksigen) diperlukan katalis
dibandingkan dengan lebih banyak, reaktor lebih
oksigen. banyak (2-3 reaktor seri),
Selektivitas dan konversi air purification, multi-stage
proses ini cukup tinggi compressor, dan vent gas
berkisar 63-75mol% dan treating.
20-65%.
Tidak diperlukan air
fractionation plant.
N2 pada udara
merupakan diluent yang
berfungsi sebagai
pendingin/penyerap
panas selama reaksi.
(Hanna Perzon, 2015)
Proses yang dipilih dalam Prarancangan Pabrik Etilen Oksida ini adalah proses
pembentukan etilen oksida dengan oksidasi langsung menggunakan udara. Pemilihan
proses oksidasi langsung dengan udara karena bahan yang digunakan mudah didapatkan
dan relatif murah. Proses ini dipilih juga berdasarkan pertimbangan safety, karena udara
jauh lebih aman dan mudah penanganannya dibandingkan dengan oksigen murni (>95
mol% O2).