Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN INDUSTRI OLEOKIMIA

TRIACETIN

DISUSUN OLEH :

1. Tania Angellita 1810017411003


2. M. Fakhri Bayu F. 1810017411011
3. Durga Lorenzi Ginsky 1810017411022
4. Nafisa Rafikati N 1910017411019

Dosen pembimbing

Dra. Munas Martynis, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “TRIACETIN”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Potensi Pasar Produk Triacetin

Permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu produksi bahan bakar minyak bumi
tidak dapat mengimbangi besarnya konsumsi bahan bakar minyak, sehingga Indonesia
melakukan impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi bahan bakar minyak setiap harinya.
Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang diharapkan dapat mengganti bahan bakar
solar yang saat ini masih sangat banyak digunakan. Di Indonesia, biodiesel yang berasal dari
minyak tanaman seperti kelapa sawit, jarak, kelapa, dan lain sebagainya dapat dengan mudah
diperoleh. Hal ini membuat pemerintah mengadakan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional yang menyebutkan pengembangan biodiesel sebagai energi
terbarukan akan dilaksanakan selama 25 tahun.

Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, dan terbuat dari bahan yang dapat diperbarui seperti lemak nabati maupun
lemak hewani. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang diperoleh dari reaksi
transesterifikasi antara trigliserida dan alkohol. Dari reaksi transesterifikasi tersebut akan
menghasilkan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) atau biodiesel. Selain biodiesel sebagai hasil
utama, proses pembuatan biodiesel pada reaksi transesterifikasi trigliserida menghasilkan hasil
samping yaitu gliserol (gliserin) kurang lebih 10% dari jumlah biodiesel yang dihasilkan
(Khayoon, 2011)

Gliserol adalah produk samping dari proses produksi biodiesel dari reaksi
transesterifikasi. Gliserol merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumlah 3 dan
dikenal dengan nama 1,2,3-propanatriol. Gliserol berbentuk cairan kental tidak berwarna, tidak
berbau, dan memiliki rasa manis (Pagliaro,2008). Saat ini, gliserol belum banyak diolah
sehingga masih memiliki nilai jual yang rendah. Oleh karena itu, pengolahan gliserol diperlukan
agar dapat mengubah gliserol menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Salah satu produk turunan gliserol yakni triacetin. Triacetin atau Gliseril Triasetat
(C9H14O6) merupakan liquid yang memiliki kandungan minyak, rasa yang pahit, tidak
berwarna, bau seperti minyak, dan mudah terbakar. Zat ini dapat larut dalam air, kloroform,
benzene, dan eter. Triacetin memiliki titik didih sebesar 258°C, titik leleh sebesar -78°C, titik
nyala sebesar 280°F, dan suhu nyala otomatis sebesar 812°F (Fiume,2003). Triacetin dapat
diproduksi dari reaksi gliserol dan asam asetat menggunakan katalis yang bersifat asam. Katalis
yang digunakan dapat berbentuk homogen maupun heterogen. Pembuatan triacetin dari gliserol
dan asam asetat dapat dilakukan menggunakan katalis padat melalui tahap esterifikasi
(Liao,2009). Katalis yang digunakan adalah amberlyst-15. Proses pembuatan dilakukan selama 4
jam pada suhu 105°C dengan perbandingan rasio mol gliserol dan asam asetat 1:3 dan diperoleh
konversi sebesar 100% (Gonçalves ,2008). Kegunaan triacetin sendiri cukup banyak di kalangan
industri, baik industri makanan maupun non makanan. Kegunaan triacetin banyak digunakan
sebagai penambah aroma, platisizer, pelarut, bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi
knocking pada mesin (menaikkan nilai oktan), serta dapat digunakan sebagai zat aditif untuk
biodiesel (San Kong,2016).

Kebutuhan impor triacetin di dunia, khususnya wilayah Asia mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Sebanyak 35% kebutuhan triacetin di dunia dipasok oleh Negara Tirai Bambu
tersebut. Kapasitas produksi China mencapai 55.000 ton per tahun, dengan 38.500 ton dipakai
untuk konsumsi dalam negeri, dan 16.500 ton di ekspor ke negara lain. Permintaan akan triacetin
akan terus meningkat dalam 5 –10% per tahun. Namun, di Indonesia sendiri belum ada yang
mengembangkan triacetin ini. Oleh karena itu, peluang pasar untuk membangun pabrik triacetin
sangatlah besar.

1.1.2 Teknologi Proses Triacetin

Ada dua macam proses pembuatan dan pemurnian triacetin dengan bahan baku crude
glycerol. Proses-proses yang dimaksud antara lain proses Howell (batch) dan proses Bremus
(kontinyu) . Kedua proses tersebut dibandingkan dengan beberapa parameter dapat dilihat pada
Tabel 1.1. Dapat dilihat bahwa proses Howell bisa menghasilkan nilai GPM yang lebih tinggi
dibandingkan proses Bremus. GPM antara kedua proses tidak jauh berbeda dan hanya memiliki
selisih sebesar Rp 1.308,93. Selain itu, bahan baku yang digunakan pada proses Howell lebih
sederhana dibandingkan pada proses Bremus yang membutuhkan bahan lebih banyak. Dari segi
alat, proses Howell lebih sedikit untuk jumlah alatnya. Oleh karena itu, dipilih proses Howell
sebagai proses pembuatan triacetin dalam pabrik ini.

Tabel 1.1.Uraian Perbandingan Proses Pembuatan Triacetin


Kriteria Proses Howell Proses Bremus
Ketersediaan Bahan Baku Gliserol (PT. Wilmar Gliserol (PT. Wilmar
Bioenergy Indonesia) Asam Bioenergy Indonesia) Asam
Asetat (PT. Indo Acidatama Asetat (PT. Indo Acidatama
Tbk) Tbk) Asetat Anhidrat
(Shangzai Ruizheng
Chemical

Technology Co., Ltd)


GPM Rp 80.248,368 T = 50 – 60°C Rp 78.939,438 T = 100 –
P = Atmosferik 250°C P = 0,2 – 30 bar
Tipikal Kondisi Proses Waktu kontak reaktan (t) = ± Waktu kontak reaktan (t) =
160 menit Ratio Gliserol : ± 1 jam Ratio Gliserol :
Asam Asetat = 1:3 Asam Asetat = 1:3 Ratio
Gliserol : Asetat Anhidrat =
1:1
Konversi 100% 98,5%

Adapun tahap - tahap teknologi proses triacetin, antara lain :

A. Tahap Pre Treatment Gliserol

Pada Gambar 1.1 di bagian pre-treatment, crude glyceroldari tangki penyimpanan F-111
dipompa menuju heat exchanger E-113 untuk dipanaskan hingga 111oC. Kemudian memasuki
flash tower D-110 yang bertujuan untuk membuang air dalam gliserol dengan memanfaatkan
prinsip kesetimbangan fase uap-cair. Flash tower D-110 beroperasi pada kondisi vakum yaitu
0,1 bar. Kemudian, crude glycerol yang mengandung kemurnian 96% memasuki heat
exchangerE-121 untuk dipanaskan hingga 122oC. Selanjutnya, memasuki kolom distilasi D-120
untuk dimurnikan hingga 99,99%. Kolom distilasi D-120 beroperasi pada kondisi vakum.
Gliserol yang telah dimurnikan kemudian didinginkan dengan heat exchanger E-113 dan cooler
E-213 sebelum memasuki tangki intermediet gliserol F-214.

Gambar 1.1. Tahap Pre Treatment Gliserol. Gliserol sebagai bahan baku utama pembuatan
triacetin dimurnikan terlebih dahulu sebelum direaksikan bersama asam asetat.
B. Tahap Esterifikasi

Pada Gambar 1.2 , Gliserol dari tangki intermediet gliserol F-214 dan asam asetat dari
tangki penyimpanan F-216 dialirkan menuju reaktor esterifikasi R-210. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam asetat membentuk monoacetin, diacetin,
dan triacetin. Jenis reaktor yang digunakan adalah batch dan katalis yang digunakan berupa
amberlyst-15. Setelah 4 jam reaksi, dihasilkan konversi 100% dengan menghasilkan 2%
monoacetin, 54% diacetin, dan 44% triacetin. Hasil reaksi esterifikasi diumpankan menuju
proses selanjutnya yaitu decanter H-220 untuk dilakukan pemisahan dari perbedaan massa jenis
sehingga didapatkan produk bawah triacetin sebesar 52%.

Gambar 1.2. Tahap esterifikasi. Terjadinya reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam
asetat menghasilkan triacetin.

C. Tahap Pemurnian Produk

Pada Gambar 1.3, produk bawah dekanter H-220 memasuki kolom distilasi D-310.
Kolom distilasi D-310 berada dalam kondisi vakum. Produk bawah dari kolom distilasi D-310
diumpankan ke cooler E-3110 untuk memasuki tangki penyimpanan triacetin F-3111. Distilat
dari kolom distilasi D-310 diumpankan ke kolom distilasi D-320. Distilat dari kolom distilasi D-
320 diumpankan ke WWT. Sedangkan produk bawah yang berupa diacetin dari kolom distilasi
D-320 diumpankan ke cooler E-326. Kemudian, diacetin disimpan sebagai produk samping ke
dalam tangki penyimpanan F-327.
Gambar 1.3. Tahap pemurnian produk. Triacetin sebagai produk utama dimurnikan sehingga
sesuai dengan spesifikasi produk yang akan dipasarkan.

1.1.3 Alasan Pemilihan Proses Triacetin

Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin merupakan salah satu produk esterifikasi dari
gliserol. Keguanaan Triacetin sangat banyak diantaranya sebagai zat tambahan makanan seperti
penambah aroma, plastisizer untuk permen karet, pelarut, pemadatan serat selulosa asetil dalam
pembuatan filter rokok dan plastik, bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi knocking pada
mesin (menaikkan nilai oktan), serta dapat digunakan sebagai zat aditif biodiesel (Fiume,2003).
Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin dibuat dari proses esterifikasi antara gliserol dan asam
asetat dengan bantuan katalis. Selain produk Tiriasetat, produk lain yang terbentuk dari
esterifikasi gliserol dengan asetat adalah Mono Asetyl Gliserol (MAG) dan DiAsetyl Gliserol
(DAG). Dalam industri pangan MAG dan DAG digunakan untuk meningkatkan performa dari
margarin, shortening dan aplikasi pangan yang lain. Triacetin memiliki rumus kimia C9H14O6
dan berat molekul sebesar 218,2 g/mol (Fiume,2003).

Di Indonesia, belum ada pabrik triacetin. Padahal kebutuhan triacetin sangatlah


dibutuhkan dalam berbagai industri pangan. Diacetyl Glycerol (DAG) atau Diacetin merupakan
salah satu produk esterifikasi dari gliserol. Diacetin ini pada umumnya digunakan untuk
tambahan pada industri semen, cat, dan juga kosmetik. Diacetin terbentuk sebagai produk
samping dari proses esterifikasi antara gliserol dan asam asetat dengan bantuan katalis. Diacetin
memiliki rumus kimia C7H12O5 dan berat molekul sebesar 176,17 g/mol (Fiume,2003).
BAB II

SIFAT FISIK KIMIA, SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

2.1 Bahan Baku

Triasetin atau gliserol triasetat dengan nama IUPAC 1,2,3-Triacetoxypropane, 1,2,3-


Triacetylglycerol, Glyceryl triacetate dengan rumus kimia C9H14O6 (Sigma-Aldrich, 2019).
Triasetin adalah ester tidak berwarna, mudah larut dalam hidrokarbon aromatik bahkan hingga
sebagian besar pelarut organik tetapi tidak larut dalam hidrokarbon alifatik, minyak mineral, dan
minyak nabati ataupun hewani dan memiliki kelarutan yang rendah dalam air (Lanxess, 2010).
Triasetin diperoleh dengan menggunakan reaksi antara gliserol dan asam asetat, serta gliserol
dan anhidrida asetat dengan menggunakan katalis asam homogen atau heterogen
(Lacerda;dkk, 2015).

2.1.1 Gliserol sebagai bahan baku

Gliserol dikenal sebagai 1,2,3-propanetriol. Gliserol memiliki sifat fisik tidak berwarna,
tidak berbau, higroskopis, dan merupakan cairan viskos yang memiliki rasa manis. Gliserol
merupakan gula alkohol dan mempunyai tiga grup hidroksil hidrophilik alkoholik (-OH) yang
bertanggung jawab terhadap kelarutannya terhadap air. Gliserol memiliki sifat higroskopis
sehingga dapat menyerap air dari udara, dari sifat ini gliserol banyak digunakan sebagai
pelembab kosmetik. Gliserol hadir dalam bentuk ester (gliserida) dalam semua lemak dan
minyak hewan dan tumbuhan.

Gliserol merupakan hasil samping dari proses pembuatan biodiesel, gliserol belum
banyak diolah sehingga nilai jualnya masih rendah. Oleh karena itu perlu pengolahan terhadap
gliserol agar dapat menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggu dan banyak manfaatnya.
Diantaranya adalah pembuatan turunan gliserol melalui proses esterifikasi. Dan salah satu
produk turunan gliserol adalah esterifikasi (Ari dkk, 2012).

Gliserol mencapai nilai komersialnya sebagai produk samping ketika lemak dan minyak
dihidrolisa menjadi asam lemak atau garam metalnya (sabun). Gliserol digunakan secara luas
sebagai solven, sebagai pemanis, kosmetik, dan sabun cair, sebagai kultur fermentasi dalam
produksi antibiotik, dan dalam obat-obatan. Berikut tabel 2.1 karakteristik dari Gliserol.
Tabel 2.1 Karakteristik Gliserol.
Sifat Fisis Sifat Kimia
Rumus Molekul : C3H8O 1. Jika direaksikan dengan sodium
acetate akan menghasilkan
Berat Molekul : 92.09 kg/kgmol Triacetin dan Acetic Anhydrid

Fase Penyimpanan : Cair 2. Jika direaksikan dengan K2Cr2O


dengan bantuan H2SO4 akan
Titik Didih (1 atm) : 290°C teroksidasi sempurna menghasilkan
CO2 dan H2O.
Titik Lebur (1 atm) : 17.9 °C
3. Jika direaksikan dengan HNO3
Densitas pada 0°C : 0.815 g/cm3 dengan bantuan H2SO4 akan
menghasilkan Nitrogliserin dan air.
Panas Pembentukan (25°C) : -582.8 kJ/mol

Energi Bebas pembentukan (25°C) : -448.49 kJ/mol

Sumber : Jurnal Prarencana Pabrik Triacetin dari Gliserol dan Asam Asetat

2.1.2 Asam Asetat sebagai bahan baku

Asam asetat adalah cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2. Memiliki titik
leleh 62,06°F (16.7°C) dan mendidih pada 244,4°F (118°C), kerapatan 1,049g/mL pada 25oC
dan flash point 39°C. Dalam konsentrasi tinggi,asam asetat bersifat korosif, memiliki bau tajam
dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil
(−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+(proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat
(kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4. Tabel 2.2
Karakteristik Asam Asetat dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2.2 Karakteristik Asam Asetat


Nama sistematis Asam etanoat, Asam asetat
Nama alternatif Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida (AcOH)
Hidrogen asetat (HAc) Asam cuka
Rumus molekul CH3COOH
Massa molar 60.05 g/mol
Densitas dan fase 1.049 g cm−3, cairan 1.266 g cm−3, padatan
Titik lebur 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)
Titik didih 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)
Penampilan Cairan tak berwarna atau kristal
Keasaman (pKa) 4.76 pada 25°C

Sumber : Jurnal Prarencana Pabrik Triacetin dari Gliserol dan Asam Asetat

2.2 Produk

2.2.1 Triacetin sebagai produk

Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin merupakan salah satu produk esterifikasi dari
gliserol. Keguanaan Triacetin sangat banyak diantaranya sebagai zat tambahan makanan seperti
penambah aroma, plastisizer, pelarut, bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi knocking pada
mesin (menaikkan nilai oktan), serta dapat digunakan sebagai zat aditif biodiesel (Widayat dkk,
2013).

Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin dibuat dari proses esterifikasi antara gliserol dan
asam asetat dengan bantuan katalis. Selain produk Tiriasetat, produk lain yang terbentuk dari
esterifikasi gliserol dengan asetat adalah Mono Asetyl Gliserol (MAG) dan DiAsetyl Gliserol
(DAG). Dalam industri pangan MAG dan DAG digunakan untuk meningkatkan performa dari
margarin, shortening dan aplikasi pangan yang lain. Karakteristik Monoacetin, Diacetin dan
Triacetin disajikan pada tabel I.2 – tabel I.4.

Tabel I.2 Karakteristik Monoacetin


Nama Produk Monoacetin
Berat Molekul 134.1305gr/mol
Kepadatan 1.22 g/cm3
Titik Nyala 107.3°C
Kelarutan air soluble
Titik didih 253°C at 760 mmHg
Titik lebur 158°C
Struktur Molekul

Sumber : Jurnal Prarencana Pabrik Triacetin dari Gliserol dan Asam Asetat

Tabel I.2 Karakteristik Diacetin


Nama Produk Diacetin
Berat Molekul 176.1672 gr/mol
Kepadatan 1.182 g/cm3
Titik Nyala 90.7°C
Kelarutan air -
Titik didih 240.3°C at 760 mmHg
Titik lebur -30°C
Struktur Molekul

Sumber : Jurnal Prarencana Pabrik Triacetin dari Gliserol dan Asam Asetat

Tabel I.2 Karakteristik Triacetin


Nama Produk Triacetin
Berat Molekul 218.2039 gr/mol
Kepadatan 1.161 g/cm3
Titik Nyala 9.39°C
Kelarutan air 64.0 g/L (20°C)
Titik didih 258°C at 760 mmHg
Titik lebur 3°C
Struktur Molekul

Sumber : Jurnal Prarencana Pabrik Triacetin dari Gliserol dan Asam Asetat

BAB III

DESKRIPSI PROSES TRIACETIN

3.1 Blok Diagram


3.1.1 Proses-Proses Pembuatan Triacetin

Esterifikasi gliserol dengan asam asetat akan membentuk triacetin. Selain dengan
menggunakan proses esterifikasi, triacetin apat juga dapat diperoleh dengan beberapa proses
atau cara. Triacetin dapat diproduksi dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut

1. Reaksi Asetilasi

Gambar 3.1 Mekanisme Reaksi Asetilasi (Mufrodi, 2012)

Gambar 3.2 Blok Diagram Reaksi Asetilasi

2. Reaksi Transesterifikasi
Gambar 3.3 Mekanisme Reaksi Trans-esterifikasi (Tan dkk., 2011)

Gambar 3.4 Blok Diagram Reaksi Trans-esterifikasi

3. Reaksi Interesterifikasi
Gambar 3.5 Reaksi Inter-esterifikasi (Casas dkk., 2011)

Gambar 3.6 Blok Diagram Reaksi Inter-esterifikasi

4. Reaksi Interesterifikasi Enzimatis


Gambar 3.7 Blok Diagram Reaksi Interesterifikasi Enzimatis

Adapun keempat proses dalam pembuatan triacetin tersebut memiliki mekanisme dan produk
samping yang berbeda-beda.

3.2 Flowsheets

Adapun flowsheet traicetin, sebagai berikut :


BAB IV

NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI

4.1 Perhitungan Neraca Massa

Kapasitas pabrik : 20.000 ton/tahun = 20.000.000 kg/tahun triacetin

Operasi Pabrik : 330 hari/tahun

kg
20.000.000
tahun kg
Kapasitas per hari : =60.606,061
hari hari
330
tahun

kg
60.606,061
hari kg
Kapasitas per jam : =2.525,253
jam jam
24
hari
Alat Fungsi Kode
Mixer Mencampurkan Umpan MX-01
Gliserol dan Katalis asam
sulfat
Input (kg/jam) Output (kg/jam)
Komponen
F1 F2 F3
Gliserol 1077,223 - 1077,223

Air 3,133 5,32129 3,2035

Asam Sulfat - 00,07023 5,32129

Impuritis 0,1080 0,0180 0,11885

Neraca Massa Bubble Column


Alat Fungsi Kode
Bubble Column Mendispersikan/mereaksikan BC-01
senyawa fasa cair oleh
senyawa fasa gas

Input (kg/jam) Output (kg/jam)


Komponen
F3 F4 F6 F5 F7
Gliserol 1077,223 - - - 323,167

Asam Asetat - 1181,7 932,2535 21,8799 616,745


Monoacetin - - - - 457,661

Diacetin - - - - 711,89

Triacetin - - - - 160,453

Air 3,2035 1,7725 18,645 853,319 70,3511

Asam Sulfat 5,32129 - - - 5,32129

Impuritis 0,1188 - - - 0,1188

4.2 Perhitungan Neraca Energi

Neraca Massa di HE-01

Panas Masuk F3

=4.1868

Suhu Umpan 298 K 1 kcal/jam kJ/jam

Suhu Referensi 298 K

Q
Komponen m (kgmol/jam) CpdT Q(kJ/jam)
(Kcal/jam)

Gliserol 1077.223739 0.0000E+00 0.0000E+00 0.0000E+00

Air 3.322430213 0.0000E+00 0.0000E+00 0.0000E+00


Asam Sulfat 5.321290787 0.0000E+00 0.0000E+00 0.0000E+00

Jumlah 1085.86746 0 0 0

Panas Keluar F3

Suhu Keluar 120 C

393 K

Suhu Referensi 298 K

Q
Komponen m (kgmol/jam) CpdT Q(kJ/jam)
(Kcal/jam)

Gliserol 1077.223739 2.5465E+04 2.7431E+07 1.1485E+08

Air 3.322430213 7.2666E+03 2.4143E+04 1.0108E+05

Asam Sulfat 5.321290787 1.3307E+04 7.0810E+04 2.9647E+05

Jumlah 1085.86746 46037.96622 27525971.31 115245736.7

Neraca Energi Bubble Column


Panas Masuk F3

Suhu Masuk 120 C

393 K

Suhu Referensi 298 K

Q
Komponen m (kgmol/jam) CpdT Q(kJ/jam)
(Kcal/jam)

Gliserol 1077.223739 2.5465E+04 2.7431E+07 1.1485E+08

Air 3.322430213 7.2666E+03 2.4143E+04 1.0108E+05

Asam Sulfat 5.321290787 1.3307E+04 7.0810E+04 2.9647E+05

Jumlah 1085.86746 46037.96622 27525971.31 115245736.7

Panas Masuk F6

Suhu Masuk 120 C

393 K

Suhu Referensi 298 K

Q
Komponen m (kgmol/jam) CpdT Q(kJ/jam)
(Kcal/jam)

Asam Asetat 932.2535041 9.6818E+03 9.0259E+06 3.7789E+07

Air 18.64507008 7.2666E+03 1.3549E+05 5.6725E+05

Jumlah 950.8985742 16948.33856 9161338.285 38356691.13

Panas Masuk F4
Suhu 120 C

393 K

Suhu Referensi 298 K

m
Komponen CpdT Q (Kcal/jam) Q(kJ/jam)

(kgmol/jam)

Asam Asetat 1181.70002 9.6818E+03 1.1441E+07 4.7901E+07

Air 1.77255003 7.2666E+03 1.2880E+04 5.3928E+04

Jumlah 1183.47257 16948.33856 11453813.43 47954826.07

Panas Keluar F5

suhu Keluar 120 C

393 K

Suhu Referensi 298 K

Q
Komponen m (kgmol/jam) CpdT Q(kJ/jam)
(Kcal/jam)

Asam Asetat 21.8799783 7.2244E+03 1.5807E+05 6.6181E+05

Air 853.319153 3.2127E+03 2.7414E+06 1.1478E+07

Panas Keluar F7

Suhu Keluar 120 C

393 K
Suhu Referensi 298 K

m
Komponen CpdT Q (Kcal/jam) Q(kJ/jam)
(kgmol/jam)

Air 69.7957292 7.2666E+03 5.0718E+05 2.1234E+06

Asam Asetat 616.74538 9.6818E+03 5.9712E+06 2.5000E+07

Monoacetin 457.66155 2.1269E+04 9.7342E+06 4.0755E+07

Diacetin 711.89502 2.8917E+04 2.0586E+07 8.6188E+07

Triacetin 160.45341 3.7678E+04 6.0455E+06 2.5311E+07

Gliserol 323.16712 2.5465E+04 8.2293E+06 3.4454E+07

Asam Sulfat 5.3212908 1.3307E+04 7.0810E+04 2.9647E+05

Jumlah 2345.0395 143583.4605 51143799.91 214128861.5


BAB V

SPESIFIKASI PERALATAN
Spesifikasi Alat
Nama Alat Tangki Penyimpanan Gliserol
Kode T-101
Fungsi Menyimpan bahan baku gliserol pada suhu 30°C
Bahan Konstruksi Carbon Steel SA-334 Grade C
Tipe Silinder Tegak dengan tutup atas torispherical dan tutup bawah flat
Kondisi Operasi
Temperatur 300 K
Tekanan 1 atm
Densitas 1260 kg/m3
Laju Alir Masa 713,1877 kg/jam
Waktu Penyimpanan 7 hari
Material dan Desain
Kapasitas Tangki 170 bbl
Diameter Shell 120 ft
Tinggi Shell 144 ft
Jumlah Courses 2
Tebal Shell 1,5 in
Jenis Head Torispherical
Tegangan yang diizinkan 11700 psi
Jenis Sambungan Double welded butt joined
Efisiensi 0,85
Tebal Head 1,5 in
Tinggi Head 2,24 ft
Sf Head 3 in
Spesifikasi Alat
Nama Alat Tangki Penyimpanan Asam Asetat
Kode T-102
Fungsi Menyimpan bahan baku Asam Asetat pada suhu 30°C
Bahan Konstruksi Carbon Steel SA-334 Grade C
Tipe Silinder Tegak dengan tutup atas torispherical dan tutup bawah flat
Kondisi Operasi
Temperatur 300 K
Tekanan 1 atm
Densitas 1049 kg/m3
Laju Alir Masa 4650,5508 kg/jam
Waktu Penyimpanan 7 hari
Material dan Desain
Kapasitas Tangki 755 bbl
Diameter Shell 180 ft
Tinggi Shell 288 ft
Jumlah Courses 4
Tebal Shell 1,5 in
Jenis Head Torispherical
Tegangan yang diizinkan 11700 psi
Jenis Sambungan Double welded butt joined
Efisiensi 0,85
Tebal Head 1,5 in
Tinggi Head 3,04ft
Sf Head 3 in

Spesifikasi Alat
Nama Alat Tangki Penyimpanan Propyl Asetat
Kode T-103
Fungsi Menyimpan bahan baku Propyl Asetat pada suhu 30°C
Bahan Konstruksi Carbon Steel SA-334 Grade C
Tipe Silinder Tegak dengan tutup atas torispherical dan tutup bawah flat
Kondisi Operasi
Temperatur 300 K
Tekanan 1 atm
Densitas 888 kg/m3
Laju Alir Masa 2895,4337 kg/jam
Waktu Penyimpanan 7 hari
Material dan Desain
Kapasitas Tangki 565 bbl
Diameter Shell 180 ft
Tinggi Shell 216 ft
Jumlah Courses 3
Tebal Shell 1,46 in
Jenis Head Torispherical
Tegangan yang diizinkan 11700 psi
Jenis Sambungan Double welded butt joined
Efisiensi 0,85
Tebal Head 1,44 in
Tinggi Head 48,0637 in
Diameter Nozzle 3,3539 in2

Spesifikasi Alat
Nama Alat Tangki Penyimpanan Triasetin
Kode T-104
Fungsi Menyimpan bahan baku Triasetin pada suhu 30°C
Bahan Konstruksi Carbon Steel SA-334 Grade C
Tipe Silinder Tegak dengan tutup atas torispherical dan tutup bawah flat
Kondisi Operasi
Temperatur 300 K
Tekanan 1 atm
Densitas 1160 kg/m3
Laju Alir Masa 1554,726kg/jam
Waktu Penyimpanan 7 hari
Material dan Desain
Kapasitas Tangki 755 bbl
Diameter Shell 120 ft
Tinggi Shell 216 ft
Jumlah Courses 3
Tebal Shell 1,5in
Jenis Head Torispherical
Tegangan yang diizinkan 11700 psi
Jenis Sambungan Double welded butt joined
Efisiensi 0,85
Tebal Head 1,5 in
Tinggi Head 2,09 ft
Sf Head 3 in

Equipment
P-101
Centrifugal Pump Data No.
Sheet Mengalirkan Asam Asetat dari Tanki (T-101) ke
Function Reaktor (R-101)
Operating Data
Temperatur 30 °C
Densitas Campuran 1,048 gr/cm3
Viskositas 1,072 cp
Laju Alir Massa, F 4650,550 kg/jam
Material dan Desain
Material commercial steel
Kapasitas Pemompaan 5115,605 kg/jam
Laju Volumetrik, Q 0,001 m3/s
Jenis Aliran Turbulen
Diamter Pipa 0,052502 m
Kecepatan Linear Aliran 0,626 m/s
ΔZ 9,000 m
ΣF 1,859 lbf ft/lbm
WS -34,306 lbf ft/lbm
Efisiensi Pompa 80%
Daya Motor 0,543 hp

Equipment No. P-102


Centrifugal Pump Data Sheet Mengalirkan Gliserol dari Tanki (T-102)
Function ke Reaktor (R-101)
Operating Data
Temperatur 30 °C
Densitas Campuran 1,260 gr/cm3
Viskositas 538,384 cp
Laju Alir Massa, F 713,187 kg/jam
Material dan Desain
Material commercial steel
Kapasitas Pemompaan 784,506 kg/jam
Laju Volumetrik, Q 0,000173 m3/s
Jenis Aliran Laminer
Diamter Pipa 0,040894 m
Kecepatan Linear Aliran 0,132 m/s
ΔZ 8,000 m
ΣF 11,233 lbf ft/lbm
WS -42,189 lbf ft/lbm
Efisiensi Pompa 80%
Daya Motor 0,184 hp
Equipment No. P-103
Mengalirkan Asam Asetat, Air, Gliserol,
Centrifugal Pump Data Sheet
dan Monoacetin dari Reaktor (R-101) ke
Function Reaktor (R-102)
Operating Data
Temperatur 120 °C
Densitas Campuran 1,078 gr/cm3
Viskositas 0,400 cp
Laju Alir Massa, F 5363,525 kg/jam
Material dan Desain
Material commercial steel
Kapasitas Pemompaan 5899,877 kg/jam
Laju Volumetrik, Q 0,002 m3/s
Jenis Aliran Turbulen
Diamter Pipa 0,052502 m
Kecepatan Linear Aliran 0,702 m/s
ΔZ 8,000 m
ΣF 1,357 lbf ft/lbm
WS -27,603 lbf ft/lbm
Efisiensi Pompa 80%
Daya Motor 0,472 hp
2m

Z1 = 1 m

Z2 = 10 m

R-101 5m
R-102
1m 3m

P-103
Equipment No. P-104
Centrifugal Pump Data Sheet Mengalirkan Asam Asetat, Air, Gliserol, dan
Diacetin dari Reaktor (R-102) ke Reaktor (R-
Function 103)
Operating Data
Temperatur 120 °C
Densitas Campuran 1,080 gr/cm3
Viskositas 0,384 cp
Laju Alir Massa, F 5363,525 kg/jam
Material dan Desain
Material commercial steel
Kapasitas Pemompaan 5899,877 kg/jam
Laju Volumetrik, Q 0,002 m3/s
Jenis Aliran Turbulen
Diamter Pipa 0,052502 m
Kecepatan Linear Aliran 0,701 m/s
ΔZ 8,000 m
ΣF 1,337 lbf ft/lbm
WS -27,584 lbf ft/lbm
Efisiensi Pompa 80%
Daya Motor 0,472 hp
2m

Z1 = 1 m

Z2 = 10 m

R-102 5m
R-103
1m 3m

P-104
Equipment No. P-105
Mengalirkan Asam Asetat, Gliserol, Air dan
Centrifugal Pump Data Sheet
Triacetin dari Reaktor (R-103) ke Kolom
Function distilasi (DC-101)
Operating Data
Temperatur 120 °C
Densitas Campuran 1,091 gr/cm3
Viskositas 0,428 cp
Laju Alir Massa, F 5363,525 kg/jam
Material dan Desain
Material commercial steel
Kapasitas Pemompaan 5899,877 kg/jam
Laju Volumetrik, Q 0,002 m3/s
Jenis Aliran Turbulen
Diamter Pipa 0,053 m
Kecepatan Linear Aliran 0,694 m/s
ΔZ 0,000 m
ΣF 1,264 lbf ft/lbm
WS -34,057 lbf ft/lbm
Efisiensi Pompa 80%
Daya Motor 0,608 hp

2m

DC-101

Δz = 8 m
8m
R-103
1m 3m

P-105
BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dari laporan tentang triacetin dapat disimpulkan bahwa :

1. Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin merupakan salah satu produk esterifikasi dari
gliserol. Keguanaan Triacetin sangat banyak diantaranya sebagai zat tambahan makanan
seperti penambah aroma, plastisizer, pelarut, bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi
knocking pada mesin (menaikkan nilai oktan), serta dapat digunakan sebagai zat aditif
biodiesel (Widayat dkk, 2013).

2. Triacetyl Glycerol (TAG) atau Triacetin dibuat dari proses esterifikasi antara gliserol dan
asam asetat dengan bantuan katalis. Selain produk Tiriasetat, produk lain yang terbentuk
dari esterifikasi gliserol dengan asetat adalah Mono Asetyl Gliserol (MAG) dan DiAsetyl
Gliserol (DAG). Dalam industri pangan MAG dan DAG digunakan untuk meningkatkan
performa dari margarin, shortening dan aplikasi pangan yang lain.

3. Triacetin dapat diproduksi dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: dapat
diproduksi dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: Reaksi Asetilasi,
Reaksi Transesterif, Reaksi Interesterifikasi dan Reaksi Interesterifikasi Enzimatis

4. Asetilasi dari gliserol merupakan salah satu cara yang umumnya digunakan untuk
memproduksi monoacetin, diacetin, dan triacetin, Asetilasi juga dikenal sebagai reaksi
etanolisis. Reaksi ini berlangsung dengan menggantiatom hidrogen dari gugus hidroksil
dengan gugus asetil. Senyawa kimia yang digunakan adalah gliserol yang memiliki gugus
hidroksil dan asam asetat yang memiliki fungsi as hidroksil dan asam asetat yang
memiliki fungsi asetil (Wepoh, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
M. S. Khayoon and B. H. Hameed, “Acetylation of glycerol to biofuel additives over sulfated
activated carbon catalyst,” Bioresour. Technol., vol. 102, no. 19, pp. 9229–9235, Oct.
2011, doi: 10.1016/j.biortech.2011.07.035.

M. Pagliaro and M. Rossi, The Future of Gycerol, 2nd ed. Cambridge: Royal Society of
Chemistry, 2008.

M. Z. Fiume, “Final report on the safety assessment of triacetin.,” Int. J. Toxicol., vol. 22, pp. 1–
10, 2003.

X. Liao, Y. Zhu, S.-G. Wang, and Y. Li, “Producing triacetylglycerol with glycerol by two steps:
Esterification and acetylation,” Fuel Process. Technol., vol. 90, no. 7–8, pp. 988–
993, 2009.

V. L. C. Gonçalves, B. P. Pinto, J. C. Silva, and C. J. A. Mota, “Acetylation of glycerol catalyzed


by different solid acids,” Catal. Today, vol. 133, pp. 673–677, 2008

P. San Kong, M. K. Aroua, W. M. A. W. Daud, H. V. Lee, P. Cognet, and Y. Pérès, “Catalytic


role of solid acid catalysts in glycerol acetylation for the production of bio-additives:
a review,” RSC Adv., vol. 6, no. 73, pp. 68885–68905, 2016.

Anda mungkin juga menyukai