id 155
digilib.uns.ac.id
BAB VI
ANALISA EKONOMI
estimasi harga alat - alat, karena harga ini dipakai sebagai dasar untuk estimasi
tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu pabrik
lamanya modal investasi dapat dikembalikan dan terjadinya titik impas. Selain itu,
modal dalam sebuah pabrik dapat diperkirakan dan dianalisa yaitu (Donald, 1989)
1. Profitability
Harga peralatan proses tiap alat tergantung pada kondisi ekonomi yang
sedang terjadi. Untuk mengetahui harga peralatan yang pasti setiap tahun sangat
sulit sehingga diperlukan suatu metode atau cara untuk memperkirakan harga
suatu alat dari data peralatan serupa tahun-tahun sebelumnya. Penentuan harga
No Tahun Indeks
1 2004 444,20
2 2005 468,20
3 2006 499,60
4 2007 525,40
5 2010 550,80
6 2011 585,70
7 2012 584,60
8 2013 607,30
Y = 17,0085 X - 33628,4207
Dengan dimasukkan nilai X adalah tahun 2017 saat pabrik direncanakan berdiri,
Harga alat dan yang lainnya diperkirakan pada tahun evaluasi (2015).
Sedangkan harga alat pada tahun-tahun sebelumnya dilihat dari grafik pada
referensi. Untuk mengestimasi harga alat tersebut pada masa yang akan datang
digunakan persamaan:
commit to user
sehingga diketahui indeks harga tahun 2015 adalah 643,71 sedangkan 2017 adalah
677,72.
Dengan :
650
550
500
450
400
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
Tahun
commit to user
(PT Indoacidatama,2015)
ekonomi
4. Shut down pabrik dilaksanakan selama 30 hari dalam satu tahun untuk
11. Situasi pasar, biaya dan lain - lain diperkirakan stabil selama pabrik
beroperasi
= Rp 417.412.541.495,00
1. Payroll Overhead
67.490 885.600.000
2. Laboratorium
67.490 885.600.000
3. Plant Overhead
382.442 5.018.400.000
4. Packaging & Shipping
3.450.000 45.270.900.000
Indirect Manufacturing Cost
3.967.421 52.060.500.000
1. Depresiasi
1.849.511 24.269.283.286
2. Property Tax
184.951 2.426.928.329
3. Asuransi
184.951 2.426.928.329
Fixed Manufacturing Cost
2.219.413 29.123.139.943
commit to user
= US$ 46.369.102
= Rp 608.455.352.587,00
TPC = TMC + GE
= US$ 60.018.192
= Rp 787.558.711.557
Penjualan (Sa)
= Rp. 905.418.000,00
= Rp 117.859.288.443,00
= Rp 117.859.288.443,00 – Rp 35.357.786.553,00
= Rp 82.501.501.910,00
POS =
commit to user
dengan :
Untuk industri dengan resiko tinggi, ROI sebelum pajak minimum = 44%,
commit to user
Untuk industri kimia dengan resiko rendah max acceptable POT sebelum
Dimana :
1. Fixed Manufacturing Cost (Fa)
Total = Rp 29.123.139.943,00
Utilitas = Rp 28.038.662.861,00
Royalti = Rp 9.054.180.000,00
Total = Rp 547.252.807.177,00
Labor = Rp 5.904.000.000,00
Supervisi = Rp 2.640.000.000,00
Laboratorium = Rp 835.200.000,00
Maintenance = Rp 14.561.569.971,00
Total = Rp 211.182.764.436,00
= 43,97 %
Yaitu suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar Fixed cost yang
SDP = 30,12 %
Discounted Cash Flow adalah interest rate yang diperoleh ketika seluruh
modal yang ada digunakan semuanya untuk proses produksi. DCF dari suatu
pabrik dinilai menguntungkan jika melebihi satu setengah kali bunga pinjaman
dimana :
FC =Rp 242.692.832.857,00
WC =Rp 174.719.708.638,00
Finance = Rp 19.171.298.969,00
= 31,81 %
commit to user
c. ROI sebelum pajak 48,56% min 44% (resiko tinggi) sebelum pajak
6 Discounted Cash Flow (DCF) 31,81 % 10% (Suku bunga kredit Bank Mandiri)
commit to user
Harga (Rp)
commit to user
156
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan gambar :
Fa : Fixed Expense
Ra : Regulated Expense
Sa : Sales
Va : Variable Expense
6.6 Pembahasan
Dari hasil analisa ekonomi diperoleh nilai BEP berada pada batas
dipengaruhi oleh harga jual produk yang besar dari harga bahan baku, sehingga
jika selisihnya makin besar maka nilai BEP juga akan semakin rendah.
Sebaliknya nilai ROI akan semakin tinggi seiring penurunan nilai BEP. Jika
dilihat dari nilai POT maka pabrik telah sesuai dengan batas toleransi yaitu
6.7 Kesimpulan
commit to user
commit to user