Anda di halaman 1dari 43

NANOENKAPSULASI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus)-KITOSAN DENGAN METODE


ULTRASONIKASI

VALDA EKA SOFIANA

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nanoenkapsulasi


Ekstrak Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)-Kitosan dengan Metode
Ultrasonikasi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016

Valda Eka Sofiana


NIM G74120027
iii

ABSTRAK
VALDA EKA SOFIANA. Nanoenkapsulasi Ekstrak Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)-Kitosan dengan Metode Ultrasonikasi. Dibimbing oleh
MERSI KURNIATI dan IRZAMAN.

Teknologi nanopartikel saat ini telah menjadi tren baru dalam


pengembangan sistem penghantaran obat. Partikel pada skala nanometer memiliki
sifat fisik yang khas dibandingkan dengan partikel pada ukuran yang lebih besar
terutama dalam meningkatkan kualitas penghantaran senyawa obat. Kelebihan
lain dari teknologi nanopartikel adalah keterbukaannya untuk dikombinasikan
dengan teknologi lain, sehingga membuka peluang untuk dihasilkan sistem
penghantaran yang lebih sempurna melalui proses penyalutan dengan medium
kitosan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembuatan nanopartikel
ekstrak jamur tiram adalah emulsi dengan perlakuan sonikasi. Proses pembuatan
nanokapsul diawali dngan mencampurkan kitosan TPP dengan ekstrak jamur
tiram, kemudian di aduk dan disonikasi dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit,
dan 90 menit dan ukuran magnetic stirrer 3 dan 4 cm. Hasil penelitian
menunjukan ukuran partikel terkecil diperoleh untuk waktu sonikasi 30 menit,
sebaliknya efisiensi penyalutan terbesar 43,2% yang diperoleh pada waktu
sonikasi 90 menit.

Kata kunci : ekstraksi, jamur tiram, kitosan, sonikasi, spry dry.

ABSTRACT

VALDA EKA SOFIANA. White-Chitosan Oyter Mushroom Extract


Nanoencapsulation with Ultrasonication method. Supervised by MERSI
KURNIATI and IRZAMAN.

Nowadays, nanoparticle technology has been a new trend in drug delivery


system development. Particle in nanometer scale has typical physical
characteristic compared to greater particle, especially in improving the quality of
medicinal compounds delivery. Another advantage of nanoparticle technology is
its open characteristic to be combined with other technology, so it opens the
possibility to generate the more perfect delivery system through coating process
with chitosan medium. One of possible methods to produce nanoparticle of oyster
mushroom extract is emultion with sonication treatment. The process of
generating nanocapsule is started by mixing chitosan-TPP with oyster mushroom
extract, tehn stir and sonicated that mixture with time variance of 30, 60, 90
minutes and magnetic size stirrer of 3 and 4 cm. The result of research has shown
that the smallest particle is obtained with the sonication time of 30 minutes,
otherwise the efficiency of the highest coating is 43,2% which is obtained on
sonication time of 90 minutes.

Keywords: extract, oyster mushroom, chitosan, sonication, spry dry.


v

NANOENKAPSULASI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH


(Pleurotus ostreatus)-KITOSAN DENGAN METODE
ULTRASONIKASI

VALDA EKA SOFIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahhirabbal’alamiin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nanoenkapsulasi Ekstrak Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus)-Kitosan dengan Metode Ultrasonikasi” tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan do’a, nasehat, kasih
sayang, dan motivasinya yang tidak pernah terputus untuk penulis.
2. Virda Sofia Rohmawati (adik penulis) yang selalu memberikan canda dan
tawa serta semangat yang tiada henti.
3. Ibu Dr. Mersi Kurniati, M.Si selaku pembimbing I yang telah sabar
memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis.
4. Bapak Dr.Ir Irzaman, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran. Terimakasih atas nasehat dan
motivasinya.
5. Bapak Drs. Sidikrubadi Pramudito, M.Si selaku penguji, terimakasih atas
masukan dan sarannya.
6. Bapak Tri dan Idris dari BPP2T Pasca Panen untuk spray drying, freez
dry, karakterisasi SEM
7. Bapak Bambang dari Laboratorium Analisis Bahan Departemen Fisika
untuk karakterisasi PSA dan FTIR.
8. Bapak/Ibu dosen Departemen Fisika, Bapak Irzaman, Bapak Indro, Bapak
Dahlan, Bapak Irmansyah, Bapak Agus, Ibu Mersi, Bapak Umar, Bapak
Husin, Bapak Sidik, Bapak Faozan, Ibu Ani, Ibu Yessie, Bapak Akhir,
Bapak Jamil, Bapak Doddy, Bapak Mahfudin, Bapak Ardian, Ibu Nur
Aisyah, Bapak Erus terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
9. Seluruh staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB.
10. Sahabat terdekat penulis, Selli Rahmawati, Wida Widiawati, Semmia
Rezky. You are the best my friend till the end of time.
11. Nurika Fitriani (Nurjanah) yang juga merupakan sahabat terdekat penulis
dan tempat sandaran bagi penulis. Terima kasih atas doa, motivasi,
bantuan, keceriaan, serta persahabatan yang indah dan tak terlupakan.
12. Teman seperjuangan dalam penelitian, Leni Aryanti dan Gendis
Nurnazmumah. Terima kasih atas semangat dan kerja samanya.
13. Teman- teman fisika angkatan 49. Senang dan bangga menjadi bagian dari
kalian semua.
14. Rekan-rekan fisika angkatan 47, 48, 50, 51, 52, dan teman- teman kost.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih
atas do’a dan motivasinya terhadap penulis selama ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita
semua.Amin.
Bogor, Juni 2016

Valda Eka Sofiana


xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2
Kitosan 2
Jamur Tiram Putih 3
Metode Ekstraksi 4
Ultrasonikasi 5
Pengeringan Semprot (spray drying) 6
Enkapsulasi 6

BAHAN DAN METODE 7


Waktu dan Tempat Penelitian 7
Alat dan Bahan 7
Metode Penelitian 7
Pembuatan Tepung Jamur Tiram 7
Ekstraksi Jamur Tiram 7
Pembuatan Larutan Kitosan 8
Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Jamur Tiram Tersalut Kitosan 8
Karakterisasi PSA 8
KarakterisasiSEM 9
Karakterisasi UV-Vis 9
Karakterisasi FTIR 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10


Nanopartikel EKstrak Jamur Tiram Tersalut Kitosan 10
Hasil analisis SEM 12
Hasil analisis FTIR 13
Efisiensi Nanoenkapsulasi 14
SIMPULAN 15
SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 27
xiii

DAFTAR TABEL

1 Kandungan gizi jamur tiram putih 3


2 Kode sampel 8
3 Ukuran nanopartikel larutan kitosan dengan waktu sonikasi 1 jam 11
4 Ukuran nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan 11
5 Pita transmitansi standar jamur tiram dan data literatur 14
6 Pengukuran absorbansi menggunakan UV-Vis 14

DAFTAR GAMBAR

1 Alat ultrasonic process 5


2 Diagram alir penelitian 10
3 Grafik hubungan antara ukuran partikel dengan distribusi intensitas
pada sampel; A1(a), A2(b), B1(c), B2(d), dan B3(e) 12
4 Morfologi nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan dengan
perbesaran 5000x; B1, B2, dan B3 13
5 Pola spektra FTIR ekstrak jamur tiram 14
6 Hubungan konsentrasi β-glukan dengan absorbansi (a) Ekstrak,
(b) B1, (c) B2, dan (d) B3 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Proses ekstraksi jamur tiram-kitosan 20


2 Hasil foto SEM pada sampel B1 21
3 Hasil foto SEM pada sampel B2 22
4 Hasil foto SEM pada sampel B3 23
5 Kurva kalibrasi standar Barley 24
6 Perhitungan konsentrasi β-glukan dan efisiensi nanoenkapsulasi 25
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan
nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Jamur tiram putih mempunyai
kemampuan meningkatkan metabolisme dan menurunkan kolesterol.1 Selain itu,
manfaat lain yang dimiliki jamur tiram adalah sebagai anti-bakterial, dan anti-
tumor sehingga jamur tiram juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
macam penyakit mulai dari diabetes, lever, dan lainnya. Jamur tiram juga sangat
baik dikonsumsi terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan karena
memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan
pencernaan. Selain serat, setiap 100 gram jamur kering juga mengandung protein
10.5 – 30.4%, lemak 1.7 – 2.2%, karbohidrat 56.6%, tiamin 0.2 mg, riboflavin 4.7
– 4.9 mg, niasin 77.2 mg, kalsium 314 mg, dan kalori 367.2
Konsumsi ekstrak jamur tiram secara oral dapat mengurangi efisiensi
penyerapan dalam tubuh.3Salah satu upaya yang telah dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah penyalutan dengan metode
enkapsulasi.Salah satu penyalut yang aman digunakan adalah kitosan yang
merupakan hasil ekstraksi limbah kulit hewan golongan Crustace.Dewasa ini,
kitosan banyak dikembangkan dalam berbagai aspek bidang.Salah satunya adalah
dalam bidang medis. Produk-produk hasil teknologi kitosan salah satunya adalah
sudah mulai digunakan sebagai suatu sistem penyampaian obat herbal berupa
membran.4
Selama ini, jamur tiram putih pada kalangan masyarakat hanya dikonsumsi
sebagai lauk maupun sayur sebagai pendamping nasi, tetapi karena kandungan
nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan oleh tubuh menjadikan jamur tiram
putih berpotensi sebagai obat.Struktur jamur yang mudah rusak diperlukan adanya
bahan yang dapat menstabilkannya.Salah satunya menggunakan kitosan. Kitosan
mempunyai sifat yang biokompatibel, biodegradable, tidak beracun, antimikroba,
dan hydrating agen.5 Karena sifat ini, kitosan menunjukkan biokompatibilitas
yang baik dan memiliki sifat matriks dalam sistem penghantaran obat ke dalam
tubuh. Pada saat kitosan berinteraksi dengan tubuh, serbuk ekstraksi jamur tiram
putih ini akan terserap oleh tubuh secara perlahan. Di samping itu, mengolahnya
menjadi nanopartikel memungkinkan kitosan untuk menjadi penghantar senyawa
aktif atau obat yang lebih efektif. Pada sebagian besar pengobatan, khususnya
dalam bentuk dosis konvensional, hanya sebagian kecil dosis yang diberikan
mencapai sisi target, sedangkan sebagian besar obat terdistribusi pada bagian
tubuh lainnya sesuai dengan sifat fisikokimia dan biokimianya.5 Metode yang
sedang berkembang saat ini adalah metode sonokimia dengan memanfaatkan
gelombang ultrasonik yang memberikan hasil yang efektif.3 Pada penelitian kali
ini akan meninjau lebih dalam metode ultrasonikasi dengan memberi variasi
terhadap waktu serta ukuran magnetic stirrer yang akan mempengaruhi besar
ukuran partikel.
2

Tujuan Penelitian

Membuat ukuran partikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan TPP dengan
variasi waktu sonikasi dan ukuran magnetic stirrer dalam proses pembuatannya
serta mengetahui efisiensi penyalutannya.

Hipotesis

Semakin lama waktu sonikasi dan ukuran magnetic strirrer yang digunakan
diharapkan mendapat efisiensi penyalutan ekstrak jamur tiram lebih optimum.

TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan

Kitosan adalah senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu
senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa.6 Kitin ini umumnya
diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca
sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok
jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrata, juga banyak ditemukan pada
bagian insang ikan, trakea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai
sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting,
dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut. Sumber ini diutamakan
karena bertujuan untuk memberdayakan limbah udang.7 Kitosan adalah padatan
amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan
tertentu. Kitosan merupakan molekul polimer yang mempunyai berat molekul
tinggi.7 Kitosan dengan berat molekul yang tinggi didapati dengan mempunyai
viskositas yang baik dalam suasana asam. Kitosan hasil deasetilasi kitin larut
dalam asam encer seperti asam asetat, asam formiat, dll. Kitosan dapat
membentuk gel dalam n–metilmorpin n–oksida yang dapat digunakan dalam
formulasi pelepasan obat terkendali.Kandungan nitrogen dalam kitin berkisar 5–
8% tergantung pada tingkat deasetilasi sedangkan nitrogen pada kitosan
kebanyakan dalam bentuk gugus amino. Kitosan bereaksi melalui gugus amino
dalam pembentukan N–asilasi dan reaksi Schiff yang merupakan reaksi yang
penting.7
Kitosan bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak
mempunyai efek samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan
oleh mikroba (biodegradable). Struktur yang mirip dengan selulosa dan dengan
kemampuannya membentuk gel dalam suasana asam, kitosan mempunyai sifat
seperti matriks dalam sistem penghantaran obat.9 Sifat mekanik kitosan yaitu
rapuh. Untuk menstabilkan sifat mekanik tersebut, digunakan TPP (tripolipospat)
sebagai cross-linknya.10 TPP merupakan polianion yang tidak beracun jika
diinteraksikan dengan kitosan dalam media asam serta meningkatkan sifat
adsorpsi melalui kekuatan elektrostatik ion untuk membentuk jaringan cross-link.7
3

Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu. Jamur ini disebut
tiram atau “osyter mushroom” karena bentuk tudungnya sedikit membulat,
lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram.11 Jamur tiram putih atau dikenal
dengan nama ilmiah Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.) merupakan jamur dengan
famili agaricaceae yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena dapat
tumbuh diberbagai macam jenis substrat dan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan yang tinggi.11
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi
dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat,
lemak dan kalori.12 Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor,
besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Berikut kandungan gizi jamur tiram
menurut Sumarmi, 2006 yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan gizi jamur tiram putih13


Zat Gizi Kandungan
Kalori 367 kal
Protein 10,5-30,4 %
Karbohidrat 56,6 %
Lemak 1,7-2,2 %
Tianin 0,2 mg
Riboflavin 4,7-4,9 mg
Niasin 77,2 mg
Ca (kalsium) 314 mg
K (kalium) 3,793 mg
P (fosfor) 717 mg
Na (natrium) 837 mg
Fe (zat besi) 3,4-18,2 mg
Serat 7,5-87%

Banyaknya kandungan gizi dalam jamur tiram putih membuatnya


dikonsumsi sebagai bahan makanan serta memiliki khasiat sebagai obat. Salah
satu zat yang berperan sebagai obat dalam jamur tiram putih adalah pleura yang
merupakan salah satu senyawa dengan struktur umum β-glukan, dimana senyawa
ini memiliki peran sebagai antikanker yang telah diteliti oleh para peneliti
terdahulu.13
β-glukan adalah suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa D-glukosa,
yang diikat melalui β-(1-3) gukosida dan β-(1-6)glukosida. β-glukan banyak
terdaat pada dinding sel bakteri, tumbuhan dan khamir. β-glukan memiliki
aktivitas biologis seperti antioksidan, antitumor, dan lain-lain.13 β-(1-3) glukan
4

adalah polisakarida yang tersusun dari monomer glukosa dengan ikatan β-(1-3).14
Polisakarida ini dihasilkan oleh ragi, gandum dan bakteri.14 Kelompok bakteri
Rhizobiaceae dilaporkan menghasilkan β-(1-3) glukan, sebagai contoh adalah
Agrobacterium sp. Secara umum β-(1-3) glukan memiliki beberapa manfaat
antara lain sebagai anti infeksi terhadap mikroorganisme seperti Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Candida albicans, Pneumocytis carinii, Litseria
monocytogenesis, Leishmania donovani, Herpes simplex yang meliputi bakteri,
fungi, virus dan parasit. Senyawa ini juga memiliki efek anti tumor dan berpotensi
sebagai antioksidan yang melindungi makrofag darah dari serangan radikal bebas,
serta mampu menyembuhkan luka. Kekurangan jamur tiram ini adalah rasanya
yang masam dengan bau yang kurang sedap saat direbus. Salah satu cara untuk
menutupinya adalah dengan menyalut jamur tiram putih dalam nanokapsul gel
sebagai aplikasi biomedis.

Metode Ekstraksi

Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat
obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Prinsip dasar
ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-
polar dalam pelarut non-polar. Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok
yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang
dipilih dengan zat yang diinginkan larut.15
Menurut Darwis, 2008 ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang
umum digunakan, diantaranya adalah:
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik
yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam
dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.
Efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawaorganik yang
sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode ini
adalah tidak diperlukannya proses pemisahan ekstrak sampel, sedangkan
kerugiannya adalah selama proses tersebut, pelarut menjadi dingin sehingga tidak
melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian
berulang dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang
sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan
5

kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga penggunaan pelarut


dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel.
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
4. Destilasi uap
Destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Proses destilasi uap lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan
terhadap suhu tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri. Keuntungan dari
metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak yang dihasilkan cukup baik, suhu
dan tekanan selama proses ekstraksi dapat diatur serta waktu yang diperlukan
singkat.

Ultrasonikasi

Metode ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang ultrasonik


yaitu gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz.13
Gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi dan momentum mekanik,
sehingga membutuhkan medium untuk merambat sebagai interaksi dengan
molekul. Medium yang digunakan antara lain padat, cair, dan gas.12

Gambar 1 Alat ultrasonics processor

Cara kerja metode ultrasonik adalah sebagai berikut : gelombang ultrasonik


terbentuk dari pembangkitan ultrasonik secara lokal dari kavitasi mikro pada
sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan
tersebut, sehingga melepaskan senyawa ekstrak.13 Terdapat efek ganda yang
dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel sehingga membebaskan kandungan
senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal pada cairan dan
meningkatkan difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan,
diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan
sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair. Efek
mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju
dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan
transfer massa,15 menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah
yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer
material. Pada metode ini partikel pada larutan sampel terjebak dalam kavitasi
(gelembung) yang ditimbulkan dalam proses pengadukan dan distabilkan oleh
surfaktan. Bentuk dan ukuran kavitasi akan sangat menentukan bentuk dan ukuran
6

partikel pada larutan sampel terlapis polimer sebagai hasil akhirnya. Salah satu
cara untuk mendapatkan kavitasi berukuran sangat kecil dan homogen adalah
memanfaatkan alat ultrasonik probe.16

Pengeringan (Freeze Drying dan Spray Drying)

Pengering semprot banyak dipakai karena ekonomis dan fleksibel,


peralatan juga sudah banyak tersedia, dan dapat menghasilkan partikel yang
memiliki kualitas yang bagus.3 Spray drying merupakan suatu proses pengeringan
untuk mengurangi kadar air suatu bahan sehingga dihasilkan produk berupa bubuk
melalui penguapan cairan. Spray drying menggunakan atomisasi cairan untuk
membentuk droplet, selanjutnya droplet yang terbentuk dikeringkan
menggunakan udara kering dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Bahan yang
digunakan dalam pengeringan spray drying dapat berupa suspensi, dispersi
maupun emulsi. Sementara produk akhir yang dihasilkan dapat berupa bubuk,
granula maupun aglomerat tergantung sifat fisik-kimia bahan yang akan
dikeringkan, desain alat pengering dan hasil akhir produk yang diinginkan.3
Prinsip dasar spray drying adalah memperluas permukaan cairan yang
akan dikeringkan dengan cara pembentukan droplet yang selanjutnya dikontakkan
dengan udara pengering yang panas. Udara panas akan memberikan energi untuk
proses penguapan dan menyerap uap air yang keluar dari bahan. Bahan (cairan)
yang akan dikeringkan dilewatkan pada suatu nozzle (saringan bertekanan)
sehingga keluar dalam bentuk butiran (droplet) yang sangat halus. Butiran ini
selanjutnya masuk kedalam ruang pengering yang dilewati oleh aliran udara panas.
Hasil pengeringan berupa bubuk akan berkumpul dibagian bawah ruang pengering
yang selanjutnya dialirkan ke bak penampung.
Metode pengeringan yang digunakan dalam teknik pengeringan pangan
selain spray dring adalah metode freeze drying atau yang dikenal dengan
pengeringan beku.17 Metode freeze drying (liofilisasi) merupakan metode yang
sesuai untuk bahan sampel yang sensitif terhadap panas dan baik sekali digunakan
dalam pengembangan farmasi. Freeze dryer merupakan sarana alat mesin untuk
mengeringkan bahan dengan pemanasan suhu rendah. Freeze drying merupakan
proses penting dalam preparasi sampel dan untuk pengawetan serta penyimpanan
berbahan biologis, farmasi dan makanan. Freeze drying (pengeringan beku) atau
liofilisasi adalah proses pengeringan dari bahan cair yang dibekukan, kemudian
diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam suatu ruang/chamber
hampa udara. Kristal es yang terbentuk selama tahap pembekuan, menyublim jika
dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah secara langsung dari es menjadi
uap air tanpa melewati fase cair kemudian akan dihasilkan produk yang bersifat
porous, tidak merusak bahan/ senyawa dan terjaga kualitasnya serta aman.17

Enkapsulasi

Enkapsulasi merupakan teknik melindungi suatu material yang dapat berupa


komponen bioaktif berbentuk cair, padat, atau gas menggunakan penyalut yang
berbentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti.18 Bahan inti yang dilindungi
dalam proses enkapsulasi disebut sebagai core dan struktur yang dibentuk oleh
bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding, membran, atau
7

kapsul. Melalui teknik enkapsulasi, inti yang berada di dalam kapsul akan
terhindar dari pengaruh lingkungan sehingga akan terjaga dalam keadaan baik dan
inti tersebut akan dilepaskan hanya ketika persyaratan kondisi terpenuhi.
Teknik enkapsulasi yang umumnya dilakukan pada industri makanan adalah
proses pengeringan semprot.19 Enkapsulasi dengan pengering semprot dilakukan
dengan melarutkan, mengemulsifikasi dan mendispersikan zat aktif dalam larutan
pembungkus yang kemudian mengumpalkan larutan zat aktif kedalam hot
chamber sehingga dihasilkan mikrokapsul zat aktif yang telah terenkapsulasi.19

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Januari 2016 sampai dengan
April 2016, yakni di Laboratorium Analisis Bahan, PAU IPB, Laboratorium
Terpadu FKH IPB, BPP2T Pasca Panen, Laboratorium Biofisika Departemen
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahjamur tiram
putih segar, etanol teknis 96%, serbuk kitosan, asam asetat 2%, tween-80,
tripolifosfat (TPP) dengan kosentrasi 0.5% dan aquades. Peralatan yang
digunakan neraca analitik, magnetic stirrer, Ultrasonics Processor (Cole-Parmer
20 kHz 130 Watt), gelas ukur, sudip, pipa voltmetrik, spektroskopi Uv-Vis, FTIR,
saringan ukuran 200 mesh.

Metode Penelitian

Penyiapan Tepung Jamur

Tubuh buah jamur tiram segar yang akan diekstraks dicuci bersih
kemudian dirajang tipis-tipis. Hasil rajangan dikeringanginkan dan dijemur
dibawah sinar matahari hingga kering krispi. Selanjutnya dimasukan oven pada
suhu 45ºC selama 2 jam. Jamur yang sudah kering kemudian dibuat tepung
dengan cara diblender sampai halus dan disaring dengan saringan halus, timbang
beratnya (± 10% berat awal).

Ekstraksi Jamur Tiram

Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi.20


Sebanyak seratus gram (100 g) tepung jamur ditambah 2000 ml air. Lalu panaskan
hingga mendidih selama 2 jam. Bubur jamur disaring dengan menggunakan
saringan untuk dipisahkan filtrat dan residunya. Hasil ekstraksi kemudian disaring
untuk dipisahkan filtrat dan residunya. Filtrat yang diperoleh ditambah etanol
96% sebanyak 3 kali volume filtrat awal, dan diinkubasi pada suhu 4ºC selama 24
jam. Kemudian filtrat yang terbentuk disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm
8

pada suhu 4ºC selama 10 menit. Endapan yang dihasilkan yang dikeringkan
dengan freeze dryer dan dihaluskan.

Pembuatan Larutan Kitosan

Kitosan sebanyak 4 gram dilarutkan dalam 200 ml asam asetat 2%


kemudian stirrer dengan variasi ukuran 3 cm untuk sampel A1 dan 4 cm untuk
sampel A2 hingga menghasilkan larutan konsentrasi 2% (b/v). 200 ml larutan
kitosan kedua sampel ditambah ke dalam 100 ml TPP 0,5% yang dilarutkan
dalam aquades sampai tercampur rata. Larutan sampel disonikasi selama 1 jam
kemudian di PSA untuk mengetahui ukuran mana yang lebih kecil. Selanjutnya
pilih sampel yang ukuran partikelnya lebih kecil lalu di spray drying hingga
memperoleh sampel serbuk.

Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Jamur Tiram Tersalut Kitosan TPP

Serbuk kitosan TPP hasil spry dryer dilarutkan kembali dalam 200 ml
asam asetat 2% dan 100 ml aquades kemudian stirrer dengan pemanasan 30ºC.
300 ml larutan kitosan TPP ditambahkan 2 ml ekstrak jamur tiram putih 5% yang
sudah ditambahkan tween 2% kemudian sonikasi kembali dengan variasi waktu
30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Larutan yang sudah disonikasi kemudian
dilakukan karakteristik PSA dan spray dryer untuk menghasilkan serbuk
kemudian lakukan karakteristik lanjutan.

Tabel 2 Kode sampel


Waktu sonikasi ekstrak jamur tersalut kitosan TPP Kode sampel
30 menit B1
60 menit B2
90 menit B3

Karakterisasi Ukuran Partikel

Uji ukuran partikel dilakukan menggunakan PSA untuk mengetahui


distribusi ukuran partikel pada sampel A1, A2, B1, B2, B3 dengan tahapan :
1. Sampel diambil dengan menggunakan ujung pengaduk, dilarutkan dalam 20
mL aquades kemudian diaduk sampai homogen.
2. Larutan sampel kemudian dimasukan kedalam disposeable plastic cuvet pipet
tetes maksimum 1 tetes.
3. Sampel diukur menggunakan Zeta Sizer Nano Particle Analyzer dengan
diatur run 5 kali pengukuran per sampel pada attenuator lebar celah yang
optimum yaitu sekitar 6-8.
4. Untuk sampel yang terlalu keruh maka attenuator akan berada di bawah 6,
maka sampel perlu diencerkan sedangkan untuk sampel yang terlalu
transparan maka attenuator akan berada di atas 8, maka sampel perlu
ditambahkan.
5. Keluaran grafik PSA yang dihasilkan dalam bentuk intensyti, number, dan
volume distribusi.
9

6. Buat grafik hubungan ukuran nanopartikel dengan waktu sonikasi dari


perlakuan konsentrasi tween-80.

Karakteristis Morfologi Permukaan Menggunakan SEM

Sampel yang sudah di karakteristik dengan PSA kemudian analisis


morfologi permukaan pada sampel B1, B2, B3.
1. Sampel diletakkan pada plat aluminium yang memiliki dua sisi.
2. Kemudian dilapisi dengan lapisan emas dengan waktu coating ± 30 detik.
3. Sampel yang telah dilapisi kemudian diamati menggunakan SEM.

Pengukuran Efisiensi Penyalutan

Rekam sprektrum larutan ekstrak jamur dan ketiga sampel kitosan-jamur


dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm.
Kandungan β-glukan dihitung berdasarkan pustaka kurva kalibrasi yang diperoleh
dari larutan standar β-glukan dari Barley13 dengan memasukan absorbansi yang di
dapat dari hasil pengukuran ke dalam persamaan regresi linear. Hasil yang
didapatkan yaitu konsentrasi dalam satuan ppm yang kemudian di konversi ke
satuan % w/w.

Karakterisasi Gugus Fungsi

Karakterisasi FTIR dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui


gugus fungsi dari ekstrak jamur tiram putih dengan tahapan sebanyak 2 mg
sampel nanopartikel dicampur dengan 100 mg KBr untuk dibuat pelet dengan
pencetak vakum. Pelet yang terbentuk dikenai sinar infra merah dengan jangkauan
bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Latar belakang absorpsi dihilangkan dengan
cara pelet KBr dijadikan satu pada setiap pengukuran.
10

Penelusuran literatur awal

Pembuatan larutan kitosan Pembuatan ekstrak jamur


tiram putih

Larutan kitosan 2% b/v.


Laruta FTIR
Variasi ukuran magnetic
n TPP
stirrer: 3 & 4 cm
PSA (A1, A2)

Sonikasi I Spray dry I


Waktu: 1 jam

Larutan kitosan + 2 ml
jamur tiram 5%

Sonikasi II + tween-80
Variasi waktu: 30, 60, 90 menit

Spray dry II (B1, B2, B3)

PSA SEM UV-Vis

HASIL
Penyusunan Laporan
(skripsi) Pengolahan data

Gambar 2 Diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nanopartikel Ekstrak Jamur Tiram Tersalut Kitosan


Proses pembuatan tepung jamur tiram diawali dengan menyiapkan 1 kg
jamur segar yang kemudian pada tahapan penjemuran bobot jamur akan
berkurang yang dikarnakan kandungan air pada jamur sudah mulai menyusut.
11

Pada proses pengeringan, jamur yang krispi kemudian di masukan oven sampai
benar-benar kering selama 2 jam dan di haluskan, bobot akhir yang didapat pada
pembuatan tepung jamur setelah ditimbang ± 80 gram.
Nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan disintesis melalui dua
variasi yaitu ukuran magnetic stirrer dan waktu sonikasi. Pada penelitian ini
variasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan ukuran magnetic stirrer
terhadap penjalaran energi serta kehomogenan larutan kitosan pada sampel A1
dan A2. Sementara variasi waktu sonikasi selama 30 menit, 60 menit, dan 90
menit untuk mengetahui ukuran nanopartikel serta efisiensi penyalutan dengan
penambahan waktu sonikasi.
Hasil dari pengukuran size dengan PSA pada larutan kitosan sampel A1 dan
A2 didapatkan distribusi ukuran partikel sampel A2 lebih kecil. Nano partikel
yang dihasilkan melalui perlakuan magnetic stirrer rata-rata berukuran sekitar
769-1778 nm yang ditampilkan pada Gambar 3. Laju reaksi akan berbanding lurus
dengan banyaknya tumbukan molekul per detik, atau berbanding lurus dengan
frekuensi tumbukan molekul.12 Semakin cepat putaran, memperbesar intensitas
molekul pelarut untuk bersentuhan dengan kitosan, sehingga semakin besarnya
intensitas kecepatan putaran pada magnetic stirrer partikel yang dihasilkan
semakin homogen. Penambahan jumlah TPP akan menurunkan jumlah
nanopartikel kitosan. Penambahan surfaktan berfungsi untuk menstabilkan emulsi
partikel dalam larutan dengan cara mencegah timbulnya penggumpalan
(aglomerasi) antarpartikel.21 Partikel-partikel kitosan di dalam larutan terselimuti
dan terstabilkan satu dengan yang lain dengan adanya surfaktan, sehingga proses
pemecahan partikel akan semakin efektif. Partikel yang telah terpecah akan
kembali terstabilkan dalam emulsi larutannya, sehingga mencegah terjadinya
aglomerasi.
Dalam proses sonikasi terjadi resonansi, ketika frekuensi gelombang sonic
mendekati frekuensi gelembung kavitasi (f ≈ f0) yang pada waktu tertentu
dianalogikan pecah, karena pada saat itu sistem memiliki energi maksimal yang
dapat diserap oleh gelembung kavitasi. Hal inilah yang menyebabkan nanopartikel
yang terkungkung di dalamnya juga akan dapat terpisah satu sama lain sehingga
didapatkan nanosfer dengan ukuran kecil.22

Tabel 3 Ukuran nanopartikel larutan kitosan dengan waktu sonikasi 1 jam


Kode sampel Kehomogenan Ukuran partikel (nm)
A1 80% 933,5
A2 70% 851,36

Tabel 4 Ukuran nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan


Kode sampel Kehomogenan Ukuran partikel (nm)
B1 64% 537,17
B2 63% 933,50
B3 63% 891,49
12

A1 A2

B1 B2

B3

Gambar 3 Grafik hubungan antara ukuran partikel dengan distribusi intensitas


pada sampel; A1, A2, B1, B2, B3

Hasil Analisis SEM

Hasil karakterisasi SEM nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut yang telah
dibuat dengan metode sonikasi diperoleh bentuk partikel berupa bulatan menyerupai
bola yang tidak simetris dengan ukuran yang beragam (Gambar 4). Ukuran partikel
dapat ditentukan dengan mengukur diameter bola tersebut. Perbesaran yang digunakan
yaitu mulai dari 1000 kali hingga 20.000 kali. Bentuk bola partikel ekstrak jamur tiram
tersalut kitosan masih bisa terlihat jelas hingga perbesaran 5.000 kali.
Secara teori semakin lama waktu sonikasi akan membuat larutan semakin
homogen dengan ukuran yang lebih kecil akan tetapi terlihat pada tabel 3 ukuran yang
paling baik ada pada sampel B1 dengan waktu sonikasi 30 menit, kemudian sampel B3
waktu sonikasi 90 menit dan yang terakhir pada sampel B2 dengan waktu sonikasi 60
menit. Dari hasil SEM terlihat pada ketiga sampel bahwa larutan yang sudah di spray
drying mengalami aglomerasi kembali, terdapat banyak kerutan dan terlihat partikel
13

satu dengan partikel lainnya saling menggumpal seperti kapas. Menurut Yuliana (2007)
keretakan nanokapsul dapat memacu tingkat pelepasan bahan aktif serta kerutan pada
partikel disebabkan oleh penguapan air yang cepat pada saat proses spray drying.23
Penggumpalan pada sampel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dari sifat
jamurnya sendiri memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi, walaupun kadar air
dalam jamur sudah dihilangkan masih banyak tersisa dalam sampel. Kemudian
penambahan surfaktan yang komposisinya kurang sesuai memungkinkan partikel dapat
menyatu kembali, serta terjadi jeda waktu setelah proses spray drying sebaiknya
langsung tempatkan pada wadah yang kedap udara. Kontaminasi sampel dengan udara
luar menyebabkan sampel nano dengan cepat kembali menggumpal.

B1 B2

B3
Gambar 4 Morfologi nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan dengan
perbesaran 5000x; B1, B2, dan B3

Hasil Analisis FTIR

Penentuan derajat deasetilasi dilakukan dengan analisis FTIR22, dalam


analisisnya FTIR akan mendeteksi gugus gugus fungsi yang terdapat dalam
ekstrak jamur tiram apakah di dalam sampel masih ada kandungan senyawa inti
dalamnya atau tidak, salah satunya adalah senyawa β-glukan. Senyawa ini dapat
dimanfaatkan dalam dunia medis sebagai obat anti tumor. Senyawa ini dapat
dideteksi dengan menganalisa bilangan gelombang berdasarkan literatur.
14

Berdasarkan hasil karakterisasi FTIR, ikatan yang teridentifikasi dalam


serbuk jamur tiram yaitu senyawa C-N, C-O, C-H, C=O, O-H, dan N-H. Berikut
hasil analisis gugus fungsi β-glukan menggunakan FTIR :

β-glukan

Gambar 5 Pola spektra FTIR ekstrak jamur tiram

Gugus fungsi di atas menggambarkan struktur senyawa β-glukan secara


keseluruhan. β-glukan adalah suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa D-
glukosa yang diikat melalu ikatan β-(1,3) glukosida dan β-(1,6) glukosida13. Bila
dilihat dari spektrum sampel dan standar β-glukan hasil FTIR serta beberapa
acuan dari hasil penelitian lainnya dapat dipastikan hasil ekstraksi adalah senyawa
β-glukan masih banyak pengotor seperti proteoglukan.13

Tabel 5 Pita transmitansi standar jamur tiram dan data literatur24,25


Bilangan gelombang Bilangan gelombang Ikatan
-1 -1
sampel (cm ) literatur (cm )
2924 2850-3000 C-H
1072 1000-1300 C-O
1149 1000-1350 C-N
1744 1650-1760 C=O
1561 1540-1650 N-H
2361 2000-3600 O-H

Berdasarkan Tabel 5, komponen yang teridentifikasi adalah β-glukan dan


protein. β-glukan ditandai dengan adanya pita serapan pada gugus O-H (2000-
3600), C-H (2850-3000), C-O (1000-1300), dan C=O (1650-1760)23,24. Hasil
penelitian (Tabel 5), gugus fungsi O-H, C-H, C-O, dan C=O berada pada rentang
pita serapan literatur. ini menunjukkan bahwa ekstrak jamur tiram mengandung β-
glukan. Sedangkan gugus N-H dan C-N ini menandakan adanya protein. Protein
ditandai dengan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1540-1650 untuk
gugus N-H, dan 1000-1350 untuk gugus C-N24. Hasil dari bilangan gelombang
sampel (Tabel 5) berada pada rentang bilangan gelombang literatur.

Efisiensi Nanoenkapsulasi

Efisiensi nanoenkapsulasi merupakan salah satu parameter yang dapat


digunakan untuk menentukan berapa banyak suatu zat dapat tersalut dengan baik
pada proses enkapsulasi. Parameter ini menunjukkan berapa persen senyawa aktif
yang berhasil dilindungi dalam kapsul. Efisiensi nanoenkapsulasi didapatkan
dengan memasukkan nilai absorban (Tabel 6) kedalam persamaaan regresi linier:
15

Y = 5.10-6 X + 0.0624

dengan keterangan :
Y : nilai absorbansi sampel
X : nilai konsentrasi sampel

Berdasarkan Gambar 6, efisiensi nanoenkapsulasi yang paling baik berada


sampel B3 dengan waktu sonikasi 90 menit dengan nilai 43,2% kemudian
efisiensi sampel B1 dengan waktu sonikasi 30 menit sebesar 32,4% dan sampel
B2 dengan waktu sonikasi 60 menit sebesar 23,1%. Cara mendapatkan hasil
perhitungan pada sampel B1, B2, dan B3 dapat dilihat pada Lampiran 6.

0.6 0.20

0.18
0.5

Absorbansi (%)
Absorbansi (%)

0.16
0.4

0.14

0.3

0.12
300 350 400 450 500 550 300 350 400 450 500 550
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)

(a) (b)

2.0 0.26

1.8
0.24
Absorbansi (%)

Absorbansi (%)

1.6

0.22
1.4

1.2
0.20

1.0

300 350 400 450 500 550 300 350 400 450 500 550
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)

(c) (d)
Gambar 6 Hubungan konsentrasi β-glukan dengan absorbansi (a) Ekstrak, (b) B1,
(c) B2, dan (d) B3

Tabel 6 Pengukuran absorbansi dengan UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm


Sampel Ekstrak jamur B1 B2 B3
Absorbansi 0,453 0,189 0.968 0,231

SIMPULAN

Pembuatan nanopartikel ekstrak jamur tiram putih dapat dilakukan dengan


metode ultrasonikasi. Pemberian gelombang ultrasonik (frekuensi 20 kHz,
amplitudo 40% dan daya 130 Watt) dalam medium cair pada larutan jamur tiram-
kitosan dengan variasi waktu sonikasi akan menimbulkan efek kavitasi. Pada
peristiwa kavitasi terjadi perubahan suhu dan perubahan tekanan pada gelembung.
16

Waktu yang optimum digunakan dalam proses pembuatan ekstrak jamur tiram-
kitosan pada waktu 30 menit yang menghasilkan ukuran partikel 531 nm tetapi
ukuran nanopartikel yang dihasilkan hanya 63% kehomogenannya. Serta dalam
metode pengadukan stirrer menghasilkan larutan yang lebih homogen pada
ukuran magnetic stirrer 4 cm.
Ukuran nano belum dapat dipastikan memiliki nilai efisiensi lebih baik hal
ini dibuktikan pada ketiga sampel B1, B2, dan B3. Nilai efisiensi paling baik
dimiliki oleh sampel B3 dengan ukuran partikel 665 nm. Dalam dunia medis
semakin tinggi nilai efisiensi yang didapatkan akan semakin baik dalam sistem
penghantaran agar lebih optimal. Bila dilihat berdasarkan foto SEM (Gambar 4),
menunjukan partikel yang dihasilkan berbentuk bola yang tidak simetris.
Keberadaan ekstrak jamur tiram dalam penyalutan kitosan masih terdapat
senyawa β-glukan secara kasar yang dilihat melalui spektrum infra merah.

SARAN

Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat divariasikan lagi untuk


konsentrasi TPP serta penggunaan surfaktan. Sifat kitosan yang rapuh dan dengan
mudah membentuk gel sehingga diperlukan komposisi surfaktan yang tepat
sehingga tidak mudah beraglomerasi kembali dan menjaga kestabilan emulsinya.
Selain itu sifat jamur tiram yang memiliki banyak kandungan lemak membuat
serbuk hasil spry dry dengan mudah beraglomerasi bila terkena kontak udara luar.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Santoso Fajar. 2013. Uji Aktivitas Antihiperkolesterol Ekstrak B-Glukan


Larut Alkali Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.)P.Kumm.) pada
Hamster Hiperkolesterolemia.[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Farmasi dan Sains.
Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka Jakarta.
[2] Ginting A, Herlina N, Tyasmoro SY. 2013. Studi Pertumbuhan dan
Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) pada Media Tumbuh
Gergaji Kayu Sengon dan Bagas Tebu.Jurnal Produksi Tanaman.1(2):17-24.
[3] Wulandary Tyas. 2010. Sintesis Nanopartikel Ekstrak Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Berbasis Polimer-TPP dengan Metode
Emulsi.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor.
[4] Rahmawati A, Putri WDR. 2013. Karakteristik Ekstrak Kulit Jeruk Bali
Menggunakan Metode Ektraksi Ultrasonik (Kajian Perbandingan Lama
Blansing dan Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 1(1):26-35.
[5] Irianto HE, Muljanah I. 2011. Proses dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan
Sebagai Penghantar Obat. Squalen. 6(1):1-8.
[6] Ratnawati A, R. Izak D, Supardi A. 2013. Sintesis dan Karakterisasi
Kolagen dari Teripang-Kitosan Sebagai Aplikasi Pembalut Luka.Jurnal
Fisika dan Terapannya. 1(2):9-20.
[7] Mardila VT, Sabarudin A, Rumhayati B. 2014. Pembuatan Kitosan
Makropori Menggunakan Epichlorohydrin Sebagai Cross-Linker dan
Aplikasinya Terhadap Adsorpsi Methyl Orange.Kimia Student Journal.
1(2):182-188.
17

[8] Saputra Gia. 2016. Karakterisasi Nanoenkapsulasi Kitosan-Ekstrak Etanol


70% Daun Sirih (Piper betle Linn) dengan Metode Gelasi Ionik. [Skripsi].
Pontianak: Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.
[9] Martien R, Adhyatmika, Irianto IDK, Farida V, Sari DP. 2012.
Perkembangan Teknologi Nanopartikel Sebagai Sistem Penghantaran Obat.
Majalah Farmaseutik. 8(1):133-144.
[10] Kurniawan DW, Utami VVRU, Permatasari P. 2012. Formulasi dan
Evaluasi Beads Metformin Hidroklorida Menggunakan Matriks Pautan
Silang Kitosan-Natrium Alginat. Seminar Nasional Pengembangan Sumber
Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II Jurusan Farmasi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto; Purokerto, Indonesia (ID):-.23-31.
[11] Sudaryanto, Mujamilah, Wahyudianingsih, Handayani A, Ridwan, Mutalib
A. 2007. Pembuatan Nanopartikel Magnetik Berlapis Polimer
Biodegradable dengan Metode Sonokimia.Jurnal Sains Materi Indonesia.
8(2):134-138.
[12] Safitri, Dwi K. 2012. Sintesis Nanopartikel Serat Kulit Rotan dengan
Metode Ultrasonikasi.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
[13] Noor Ilhamsyah. 2010. Isolasi Karakterisasi b-glukan dari Tubuh Buah
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Metode Spektroskopi UV-
Visibel dan FTIR.[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
[14] Kusmiati, R Fitriawati, Siregar S. 2006. Produksi Beta-1,3 Glukan dari
Agrobacterium dan Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih.
Jurnal Makara. 10 (1):24-29.
[15] Insraswara Arista. 2008. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora L.) Menggunakan Metode Maserasi dengan Parameter
Kadar Total Senyawa Fenolik dan Flavonoid.[Skripsi]. Sukarta: Fakultas
Farmasi. Universitas Muhammad Surakarta.
[16] Sari DK, Wardhani DH, Prasetyaningrum A. 2012. Pengujian Kandungan
Total Fenol Kappahycus alvarezzi dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik
dengan Variasi Suhu dan Waktu. Prosiding SNST ke-3 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang; Semarang, Indonesia (ID).A41-A44.
[17] Anna R, Suhandar, Jakaria, Suharmadi. 2013. Uji Fungsi Freeze Dryer
Radiofarmaka. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat
Nuklir Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta;
Yogyakarta, Indonesia (ID). 61-67.
[18] Manasika A, Widjanarko SM. 2015. Ekstraksi Pigmen Karotenoid Labu
Kabocha Menggunakan Metode Ultrasonik (Kajian Rasio Bahan: Pelarut
dan Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3):928-938.
[19] Sudaryanto, Mujamilah, Wahyudianingsih, Handayani A, Ridwan, Mutalib
A. 2007. Pembuatan Nanopartikel Magnetik Berlapis Polimer
Biodegradable dengan Metode Sonokimia.Jurnal Sains Materi Indonesia.
8(2):134-138.
[20] Septevani AA, Sondari D, M.Ghozali. 2013. Pengaruh Teknik Pengeringan
Semprot (Spray Drying) dalam Mikroenkapsulasi Asiaticoside dan Ekstrak
Jahe. Jurnal Sains Materi Indonesia. 14(4):248-252.
18

[21] T Donowati. 2015. Diversitas Jamur Pangan Berdasarkan Kandungan Beta-


glukan dan Manfaatnya Terhadap Kesehatan. Prosiding Seminar Nasional
Pusat Teknologi Bioindustri Jakarta; Jakarta, 1520-1523.
[22] Kurniawan C, Waluyo TB, Sebayang P. 2011. Analisis Ukuran Partikel
Menggunakan Free Software Image-J. Seminar Nasional Fisika Pusat
Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Serpong, Indonesia
(ID):-.1-8.
[23] Yusa Dego, Darmaji, Pranoto. 2014. Optimasi Nanokapsulasi Asap Cair
Tempurung Kelapa dengan Response Surface Methodology dan
Karakterisasi Nanokapsul. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 25(1):23-
30.
[24] Widyastuti, N., Baruji, T., Giarni, R., Isnawati, H., Wahyudi, P., Donowati.
2011. Analisis Kandungan Beta-Glukan Larut Air dan Larut Alkali dari
Tubuh Buah Jamur Tiram (Plerotus ostreatus) dan Shiitake (Lentinus
edodes). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 13(3):182-191.
[25] Radzki, W., Kalbarczyk, J. 2010. Water soluble polysaccharides content in
Three spesies of edible Ana medisinal mushrooms: Lentinula edodes,
Pleurotus ostrestus, agaricus blazei. Journal of Food Sciences and
Biotechnology, University of Life Science in Lubin, Poland. 56(4):20-704.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1 Proses ekstrasi jamur tiram-kitosan

Jamur tiram putih tepung jamur ekstrak jamur

Kitosan larutan kitosan Sonikasi I

Larutan ekstrak jamur-kitosan serbuk kitosan PSA

Sonikasi II serbuk nano uji SEM


21

Lampiran 2 Hasil foto SEM pada sampel B1

(Perbesaran 500 kali) (Perbesaran 1.000 kali)

(Perbesaran 2.000 kali) (Perbesaran 5.000 kali)

(Perbesaran 10.000 kali) (Perbesaran 20.000 kali)


22

Lampiran 3 Hasil foto SEM pada sampel B2

(Perbesaran 500 kali) (Perbesaran 1.000 kali)

(Perbesaran 2.000 kali) (Perbesaran 5.000 kali)

(Perbesaran 15.000 kali) (Perbesaran 20.000 kali)


23

Lampiran 4 Hasil foto SEM pada sampel B3

(Perbesaran 500 kali) (Perbesaran 1.000 kali)

(Perbesaran 2.000 kali) (Perbesaran 5.000 kali)

(Perbesaran 10.000 kali) (Perbesaran 20.000 kali)


24

Lampiran 5 Kurva kalibrasi standar Barley13

βglukan (ppm) Absorbansi


5000 0.07
15000 0.158
35000 0.228
50000 0.302

0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2 y = 5E-06x + 0.0624


R² = 0.972
0.15 A
0.1 Linear (A)
0.05
0
0 20000 40000 60000
β-glukan

Grafik Hubungan Konsentrasi β-glukan dengan Absorbansi Standar Barley

. Pengukuran absorbansi menggunakan UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm


Sampel Ekstrak jamur B1 B2 B3
Absorbansi 0,453 0,189 0.968 0,231
25

Lampiran 6 Perhitungan konsentrasi β-glukan dan efisiensi nanoenkapsulasi


pada sampel B1, B2, dan B3

Y = 5.10-6x + 0,062

Ekstrak
0,453 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,453 - 0,062) / 5.10-6
= 0,391 / 5.10-6
= 78200 ppm

Konversi satuan ppm menjadi % w/w


Untuk konsentrasi 1,5%
Ekstrak = 1g / 66,7ml
= 1000mg / 66,7.10-3L
= 15000ppm

%w/w = (78200/15000)x100%
= 521,3%

Sampel B1
0,189 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,189 - 0,062) / 5.10-6
= 0,127 / 5.10-6
= 25400 ppm

Konversi satuan ppm menjadi % w/w


Untuk konsentrasi 1,5%
Sampel B1 = 0,1g / 6,67ml
= 100mg / 6,67.10-3L
= 15000ppm

%w/w = (25400/15000)x100%
= 169,3%

Sampel B2
0,968 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,968 - 0,062) / 5.10-6
= 0,906 / 5.10-6
= 18120 ppm

Konversi satuan ppm menjadi % w/w


Untuk konsentrasi 1,5%
Sampel B2 = 0,1g / 6,67ml
= 100mg / 6,67.10-3L
= 15000ppm
%w/w = (18120/15000)x100%
= 120,8%
26

Sampel B3
0,231 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,231 - 0,062) / 5.10-6
= 0,19 / 5.10-6
= 32800 ppm

Konversi satuan ppm menjadi % w/w


Untuk konsentrasi 1,5%
Sampel B3 = 0,1g / 6,67ml
= 100mg / 6,67.10-3L
= 15000ppm

%w/w = (32800/15000)x100%
= 225,3%

Efisiensi nanoenkapsulasi (%) =%w/w nanokapsul / %w/w ekstrak

Efisiensi nanoenkapsulasi sampel B1 (%) = = 32,4%

Efisiensi nanoenkapsulasi sampel B2 (%) = = 23,1%

Efisiensi nanoenkapsulasi sampel B3 (%) = = 43,2%


27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 2 Juli


1994 dari pasangan Bapak Moch. Mahmudi dan Ibu
Marhamah. Penulis merupakan putri pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SDN
Utama II Cimahi selama enam tahun pada tahun 2006,
pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Negeri 9
Cimahi pada tahun 2009, dan melanjutkan ke SMA
Negeri 4 Cimahi. Pada tahun 2012 , Penulis diterima
sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPN (USMI). Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai
bendahara divisi BOS HIMAFI (2013-2014) , anggota divisi PRESMA HIMAFI
(2014-2015). Penulis juga mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM)
bidang penelitian yang didanai oleh DIKTI tahun 2014. Selama perkuliahan
penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB, penulis pernah
menjadi asisten praktikum Fisika Praktikum TPB (2013-2014), Biofisika (2014-
2015) dan seminar-seminar di dalam maupun di kampus.

Anda mungkin juga menyukai