SYARIFAH AINI
Syarifah Aini
NIM F34090032
ABSTRAK
SYARIFAH AINI. Ekstraksi Senyawa Kurkumin dari Rimpang Temulawak
dengan Metode Maserasi. Dibimbing oleh ERLIZA NOOR.
ABSTRACT
SYARIFAH AINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Disetujui oleh
Pembimbing
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Ekstraksi Senyawa Kurkumin dari Rimpang Temulawak dengan
Metode Maserasi
Nama : Syarifah Aini
NIM : F34090032
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Syarifah Aini
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
variasi (pelarut, nisbah, dan waktu) yang berbeda untuk mendapatkan rendemen
kurkumin tertinggi.
TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak
Kelarutan
- Tidak larut Air, heksana Air, heksana Air, heksana
- Larut sedang Benzena, eter, Benzena, eter, Benzena, eter,
- Sangat larut kloroform kloroform kloroform
Alkohol, Alkohol, aseton, Alkohol, aseton, asam
aseton, asam asam asetat glasial asetat glasial
asetat glasial
Reaksi dengan Warna kuning Warna kuning cerah Warna kuning cerah
asam cerah
Ekstraksi
Indeks Viskositas
Pelarut Td (°C) Kelarutan dalam air (%)
Polaritas (cP)
Etanol 78 100 5.2 1.20
Aseton 56.29 100 5.1 0.32
Asam asetat 118.1 100 6.2 1.26
Sumber : Sadek (2002)
Rendemen
Nisbah Kadar
Ekstrak
Peneliti Waktu Bahan Kurkumin
Metode Pelarut Pengadukan Kasar
(tahun) (jam) Baku- Tertinggi
Tertinggi
Pelarut (%)
(%)
Ria (1989) maserasi 1, 3, 5 metanol 1:4, 1:6, skala 7 19.19 3.06
1:8
Suwiah refluks 3 aseton 1:5, 1:6, skala 7 66.74 1.94
(1991) 1:7
Aan maserasi 2, 6, aseton 1:5, 1:8 280 rpm 10.01 1.52
(2004) 12, 18,
24
Afif ekstraksi 10, 20, etanol 1:1, stirrer 1.96 17.71
(2006) cair-cair 30 1:2, 1:3
menit
Basalmah refluks 1, 2, 3, aseton 1:4, 100 rpm 16.26 20.30
(2006) 4 1:6, 1:8
6
METODE
Bahan
Alat
Metode
Prosedur Penelitian
Ekstraksi
Tahap ekstraksi mengacu pada Aan (2004) dengan modifikasi pada nisbah
bahan dan pelarut, waktu ekstraksi, dan kecepatan putaran yang digunakan.
Serbuk temulawak sebanyak 50 gram diekstrak dengan metode maserasi
7
menggunakan dua pelarut yang berbeda, yaitu etanol dan aseton. Proses ekstraksi
dilakukan dengan variabel nisbah dan waktu. Nisbah yang digunakan 1:5 dan 1:7
dan tiga perlakuan waktu 3, 5, dan 7 jam. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu
ruang dengan putaran 220 rpm. Hasil ekstraksi dipisahkan dari pelarutnya dengan
cara dipekatkan dengan penguap putar menggunakan alat rotary vacuum
evaporator. Hasil ekstrak ditimbang untuk dihitung rendemen ekstraknya.
Selanjutnya dilakukan analisis kandungan kurkumin dengan cara mengukur
serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 530
nm.
Ukuran serbuk yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini berukuran
40 mesh. Hal ini berdasarkan penelitian Bargem et al. (2006), semakin halus
serbuk yang digunakan maka semakin kecil kadar kurkuminnya. Penelitiannya
membandingkan rendemen kurkumin berdasarkan perbedaan kehalusan serbuk
temulawak yaitu 40 dan 60 mesh, diperoleh hasil terbaik dengan kehalusan 40
mesh.
Analisis proksimat rimpang temulawak dilakukan untuk mengetahui
komposisi kimia temulawak yang digunakan diekstrak. Berikut hasil analisis
proksimat yang diperoleh (Tabel 4).
.
Kurkuminoid pada temulawak terdiri dari dua kandungan yaitu kurkumin
dan desmetoksikurkumin. Hasil analisis kadar kurkumin yang terdapat dalam
serbuk temulawak sebesar 2.83%. Hasil ini tidak berbeda jauh dari beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Afif (2006) mendapatkan kadar kurkumin di
dalam temulawak sebesar 2.98%, sementara hasil penelitian kadar kurkumin yang
dilakukan oleh Aan (2004) sebesar 2.43%.
Perbedaan hasil kadar kurkumin dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya umur rimpang, tempat tumbuh, jenis tanah, dan metode analisisnya.
Afif (2006) menggunakan rimpang temulawak usia 9 bulan, metode yang
digunakan adalah ekstraksi cair-cair dan analisisnya menggunakan
sprektrofotometer 420 nm, sedangkan Aan (2004) menggunakan rimpang
temulawak usia yang sama 9 bulan, metode yang digunakan maserasi dan
analisisnya menggunakan spektrofotometer.
Ekstraksi
45 40.8
Rendemen ekstrak kasar (% b/b)
39.1
40 35.8 36.4
35
29.3 29.3
30
25
20 ETANOL
15.8 14.2 15 15.2 15.4
15 13.6 ASETON
10
5
0
A B C D E F
Waktu (jam)
Hasil rendemen ekstrak kasar yang diperoleh dari penelitian ini lebih besar
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Berikut
perbedaan hasil rendemen ekstrak kasar (Tabel 5).
Rendemen ekstrak penelitian ini masih lebih kecil dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh Suwiah (1991) seperti yang terlihat pada Tabel 5. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ukuran serbuk, metode ekstraksi,
jumlah pelarut, waktu ekstraksi, dan kecepatan pengadukan.
0.800
0.500
Absorbansi
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000
-0.100
Konsentrasi (ppm)
117300
120000
100000 92800
87500
80000
56400 ETANOL
60000 51100
43100
ASETON
40000 34500 35600
29606 30100 30900
24522
20000
0
A B C D E F
Waktu (jam)
Persen Terekstraksi
70
63.90
60
37.49 38.76
40
32.02
30
28.56 Etanol
27.13
25.41
22.87 Aseton
20
10
0
A B C D E F
Waktu (jam)
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Departemen Kesehatan RI, hal 150-
154, 162-166 dan 175.
Aan. 2004. Pengaruh waktu, suhu, dan nisbah bahan baku-pelarut pada ekstraksi
kurkumin dari temulawak dengan pelarut aseton [skripsi]. Bogor : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Afif KH. 2006. Peningkatan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol Temulawak dengan
Metode Cair-Cair [skripsi]. Bogor : Departemen Kimia, Fakultas MIPA,
Institut Pertanian Bogor.
Aggarwal BB, Kumar MS, Aggarwal, dan Shishodia S. 2005. Curcumin derived
from turmeric (Curcuma longa): a spice for all seasons. in
phytopharmaceuticals in cancer chemoprevention. CRC
Press. LLC. p.249-387.
Jeffery GH, et al. 1989. Vogel’s Textbook Of Quantitative Chemical Analysis, 5th
ed. John Wiley & Sons. Inc.
15
Ria EB. 1989. Pengaruh Jumlah Pelarut, Lama Ekstraksi, dan Ukuran Bahan
Terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin Temulawak [skripsi]. Bogor :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sadek P. 2002. Solvent Miscibility and Vicosity Chart. Interscience, The HPLC
Solvent Guide.
Suwiah A. 1991. Pengaruh Perlakuan Bahan dan Jenis Pelarut yang Digunakan
pada Pembuatan Temulawak Instant Terhadap Rendemen dan Mutunya
[skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pencucian
Penirisan
Pengirisan 5-7 mm
Penggilingan
Pengayakan 40 mesh
Maserasi
(etanol dan aseton)
Penyaringan
Filtrat
suhu 600°C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu contoh
dihitung dengan rumus sebagai berikut
00 00
Kadar u M 2 M0
M M0 00
Keterangan: M0 = massa cawan kosong (g)
M1 = massa cawan dan contoh (g)
M2 = massa cawan dan abu (g)
H = kadar air contoh (%)
l .000
Kadar 00
s
o ot lemak
Kadar lemak 00
o ot onto
RIWAYAT HIDUP