Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN TEORI

Fotokimia adalah ilmu yang mempelajari reaksi-reaksi kimia yang diinduksi osleh
sinar secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi termal biasa yang berlangsung dalam
gelap memperoleh energy pengaktifannya melalui tunbukan antar molekul yang acak dan
berurutan. Reaksi fotokimia menerima energy pengaktifannya dari penyerapan foton cahaya
oleh molekul-molekulnya. Karena itu reaksi ini memberikan kemungkinan untuk reaksi
tertentu saja. Jadi tahap pengaktifan dalam reaksi fotokimia cukup berbeda dan lebih selektif
dibandingkan pengaktifan reaksi biasa (termal). Keadaan elektronik molekul yang tereksitasi
mempunyai energy dan ditribusi electron yang berbeda dari keadaan dasar, sehingga sifat
kimianya pun berbeda. Dalam fotokimia terdapat proses intramolekul yaitu fluoresensi dan
posforesensi.
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang F dan
nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti "mengalir". Dia merupakan
gas halogen univalen beracun berwarna kuning-hijau yang paling reaktif secara kimia dan
elektronegatif dari seluruh unsur. Fluoresensi adalah pancaran sinar pada saat suatu zat
dikenai cahaya. Hal ini karena sifat butir Kristal suatu zat jika mendapat rangsangan berupa
cahaya akan langsung memancarkan cahayanya sendiri dan berhenti memancar jika
rangsangan itu dihilangkan. Contoh rambu-rambu lalu lintas, beberapa jenis cat, dan stiker
yang bersifat fluoresensi. Selain fluoresensi proses intramokul juga terdapat proses
fosforesensi. Fosforesensi (P) adalah proses suatu molekul melangsungkan suatu transisi
(emisi) dari tingkat triplet ke tingkat dasar. Fosforesensi, pemancaran kembali sinar oleh
molekul yang telah menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10-4 detik).
Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali masih dapat berlangsung.
Fosforesensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet
dalam suatu molekul. Contohnya pada bebatuan, tasbih yang memiliki sifat lumenensi.
Intramolekul dalam kimia menjelaskan suatu proses atau karakteristik terbatas dalam
struktur molekul tunggal, sifat atau fenomena terbatas pada tingkat molekul tunggal. Ketika
molekul kedua berinteraksi dengan molekul dalam keadaan tereksitasi.Interaksi tersebut
(tabrakan) dapat menyebabkan hilangnya energi pada molekul dalam keadaan tereksitasi
dalam bentuk panas, yang disebut pendinginan fisik, atau dapat menyebabkan energi yang
akan ditransfer ke molekul kedua dengan atau tanpa transfer elektron. Banyak senyawa kimia
memiliki sifat fotoluminensi (dapat dieksitasikan oleh cahaya dan memancarkan kembali
sinar dengan panjang gelombang sama atau berbeda dengan semula).Ada dua peristiwa
fotoluminensi : (Fluorosensi dan Fosforesensi).

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan peristiwa flouresensi dan posforesensi
melalui percobaan sederhana dari benda-benda yang ada disekitar dan untuk membuktikan
pengaruh serapan radiasi pada proses fluoresensi dan posforesensi yang terjadi secara
kualitatif. Praktikum ini merupakan salah satu praktikum dari proses fotokimia. Fotokimia
adalah ilmu yang mempelajari reaksi – reaksi kimia yang diinduksi oleh sinar secara
langsung maupun tidak langsung. Reaksi fotokimia menerima energi pengaktifannya dari
penyerapan foton cahaya oleh molekul – molekulnya. Karena itu reaksi ini memberikan
kemungkinan untuk reaksi tertentu saja. Jadi, tahap pengaktifan dalam reaksi fotokimia
cukup berbeda dan lebih selektif dibandingkan pengaktifan reaksi biasa (termal). Keadaan
elektronik molekul yang tereksitasi mempunyai energy dan ditribusi elektron yang berbeda
dari keadaan dasar, sehingga sifat kimianya pun berbeda.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak diterapkan reaksi fotokimia, baik siklus secara
alami maupun yang dimanfaatkan untuk kepentingan perindustrian. Reaksi fotokimia dapat
terjadi pada ozon, pada kunang – kunang, proses fotosintesis, dalam bidang kosmetik dan
lain sebagainya. Benda – benda yang sering kita gunakan juga banyak mengandung bahan-
bahan yang dapat menimbulkan terjadinya reaksi fotokimia, misalkan dalam stabilo berfluor,
terdapat unsur fluor yang mampu memancarkan cahaya apabila benda tersebut diberikan
cahaya. Oleh karena itu, dikenal istilah fluoresensi. Istilah tersebut digunakan untuk benda –
benda yang mampu memancarkan cahaya saat disinari oleh sumber cahaya atau radiasi. Ada
juga benda-benda yang sering kita gunakan banyak mengandung bahan-bahan yang dapat
menimbulkan terjadinya reaksi fotokimia, misalkan pada beberapa jenis tasbih dan
gantungan kunci yang dirancang khusus dibuat dari bahan fosfor, yang mampu menyerap
cahaya dan memancarkan kembali cahaya walaupun sumber cahayanya dimatikan. Oleh
karena itu, dikenal istilah fosforesensi. Istilah tersebut digunakan untuk benda-benda yang
mampu berpendar akibat benda tersebut disinari oleh sumber cahaya misalnya menggunakan
sinar matahari atau sinar senter.
Pada praktikum ini, dilakukan dua kali percobaan yaitu dengan menggunakan isi stabilo,
gantungan kunci dan tasbih. Percobaan ini dilakukan untuk memudahkan dalam memahami peristiwa
reaksi fotokimia dari benda-benda yang ada di sekitar kita. Pada perlakuaan pertama ,dilakukan
percobaan untuk uji flouresensi pembuatan lampu tidur pada cairan stabilo. Cairan stabilo dimsukkan
kedalam botol plastic dan ditempelkan blink-blinnk dibagian luar botol plastic menggunakan doubletif
, dimana hiasan blink-blink digunakan sebagai hiasan lampu tidur. Saat dilakukan penyinaran, terlihat
bahwa cairan stabilo tersebut memancarkan sinar yang berwarna hijau seperti warna isi stabilo.
Setelah penyinaran dihentikan, isi stabilo tersebut tidak menunjukkan adanya pemancaran sinar
kembali. Untuk cairan sabilo, dilakukan penyinaran pada pada ruang yang gelap. Pada ruangan yang
gelap, terlihat pancaran berwarna hijau sedangkan apabila pancaran sinar dihentikan, maka tidak
terlihat cahaya warna hijau. Artinya isi stabilo tersebut yang memancarkan radiasi hanya pada saat
diberikan penyinaran. Hal ini membuktikan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa fluoresensi,
karena yang memancarkan sinar itu adalah benda itu sendiri, bukan sumber radiasinya.
Benda-benda tersebut dapat tereksitasi karena adanya radiasi cahaya yang diberikan oleh
senter.
Keadaan eksitasi

Absorpsi
Keadaan dasar

Ketika benda-benda tersebut diberikan radiasi cahaya, maka benda-benda tersebut akan menyerap
(mengabsorpsi) cahaya yang diterima sehingga energi dari elektron-elektron pada benda tersebut
mengalami peningkatan jumlah energi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada benda tersebut
mempunyai kekuatan untuk menjauh dari inti. Oleh sebab itu secara otomatis elektron tersebut
berpindah ke lintasan berikutnya yang tingkat energinya lebih tinggi. Elektron pada benda-benda
tersebut dapat tereksitasi oleh radiasi elektromagnetik dan dapat mengemisikan kembali radiasi yang
diterima dengan panjang gelombang yang sama besar. Benda-benda yang mengalami proses
fluoresensi memancarkan kembali cahaya yang diterima saat terjadi proses penyinaran.
Pada perlakuan kedua yaitu tasbih dan gantungan kunci ketika dilakukan penyinaran
menggunakan sinar senter hp selama 2 menit di dalam keadaan gelap, setelah dihentikan
penyinarannya teramati bahwa tasbih memancarkan sinar atau berpendar dengan warna yang
dihasilkan berwarna hijau selama 435 detik. Hal yang sama terjadi pada gantungan kunci
yang memiliki warna hijau ketika dilakukan penyinaran menggunakan sinar senter selama 2
menit di dalam keadaan gelap, setelah dihentikan penyinarannya teramati bahwa gantungan
kunci memancarkan sinar atau berpendar dengan warna yang dihasilkan berwarna hijau
selama . Untuk 5 menit berikutnya hasil yang diperoleh tasbih memancarkan sinar selama 20
menit sedangkan gantungan kunci memancarkan sinar selama 1 jam.
Pada perlakuan ketiga yaitu dengan tasbih dan gantungan kunci yang memiliki warna
putih kehijauan ketika dilakukan penyinaran di bawah sinar matahari selama 1 menit lalu
dimasukkan ke dalam ember berwarna hitam dalam keadaan gelap teramati bahwa tasbih
memancarkan sinar atau berpendar dengan warna yang dihasilkan berwarna hijau selama 662
detik sedangkan untuk gantungan kunci teramati sinar yang terpendar yang berwarna hijau
selama…. Untuk 5 menit berikutnya hasil yang diperoleh tasbih memancarkan sinar atau
berpendar selama … tetapi gantungan kunci menghasilkan lama pemancaran cahaya lebih
lama dibandingkan tasbih yaitu sinar yang terpendar selama ….... . dari setiap perlakuan
tersebut dapat diamati bahwa semakin lama benda diberikan sinar atau lama penyinaran maka
akan menghasilkan sinar pendarannya semakin lama pula. Dan terlihat juga pada penyinaran
menggunakan sinar matahari, semakin lama penyinaran semakin lama juga sinar yang
dipendarkan. Hal yang berbeda pula pada benda yang diamati adalah tasbih dan gantungan
kunci dimana setiap waktu penyinaran yang sama antara tasbih dan gantungan kunci namun
gantungan kunci menghasilkan waktu pendaran cahaya lebih lama.
Hal ini disebabkan karena gantungan kunci merupakan produk glow in the dark
photolumenencent/ fosfor. Zat yang dapat bereaksi menyerap cahaya dan lalu mengeluarkan
cahaya yang disimpan disaat sekitar fosfor menjadi gelap. Bubuk fosfor (glow in the dark)
yang terbuat dari strontium dan alkaline rare eart. Aluminate glow lebih tahan lama, saat
menyerap cahaya uv matahari atau lampu bisa tahan sampai 10 tahun. Glow memiliki 3 jenis
sifat reaksi yaitu fosfor (bercahaya setelah menyerap dan menyimpan cahaya(lampu atau
matahari), uv (dapat bereaksi mengeluarkan cahaya hanya bila tersorot cahaya lampu uv,
reflective (bercahay bila tersorot cahaya, effect memantulkan cahaya seperti effect mata
kucing. Cahaya yang dihasilkan akan meredup sejalannya waktu durasi selama ruangan
menjadi gelap. Namun fosfor dapat bercahaya kembali jika telah menyerap cahaya kembali.
Reaksi cahaya berulang bersifat selamanya tidak tertutup oleh lapisan yang berwarna.
Didalam teori, lama bercahaya 18 jam (hasil lab) namun yang dapat dilihat manusia adalah
sekitar 3 sampai 5 jam dengan syarat menyerap cahay yang terang dan bercahaya diruang
gelap gulita. Jika pada ruang hanya bercahaya hanya 1 jam. Reaksi bercahaya uv dapat terjadi
pada ruang gelap atau redup, kontras cahaya yang dihasilkan tergantung dari seberapa terang
lampu uv yang diterima. Reflective dapat bercahaya dengan memantulkan cahaya biasa.
Proses fosforesensi bisa berlangsung dengan syarat ada cahaya. Tidak hanya sinar
matahari sinar senter, lampu, bohlam, bahkan lilin pun dapat digunakan sebagai sumber
cahaya pada proses fosforesensi. Tidak ada cahaya lain yang lebih efektif dari cahaya
matahari. Hingga sekarang pun tidak ada lampu yang menyamai intensitas cahaya matahari,
jadi berdasarkan hasil percobaan dari tasbih dan gantungan kunci daya yang dipancarkan oleh
suatu sumber cahaya mengenai kedua benda tersebut yaitu sinar matahari lebih besar
intensitasnya daripada sinar senter, karena sinar matahari merupakan sinar tampak yang
merupakan sinar polikromatis adalah satu cahaya yang terdiri dari beberapa warna sedangkan
sinar senter merupakan sinar monokromatis adalah satu cahaya yang terdiri dari satu warna.
Pada kondisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa benda-benda tersebut mengalami reaksi
fotokimia, namun lebih terlihat secara fotofisik. Dari kondisi yang terjadi pada tasbih dan
saklar lampu terjadi:

Keadaan eksitasi

Absorpsi

Keadaan dasar
Benda-benda tersebut dapat tereksitasi karena adanya radiasi cahaya yang diberikan
oleh sinar matahari dan sinar senter. Ketika benda-benda tersebut diberikan radiasi cahaya,
maka benda-benda tersebut akan menyerap (mengabsorpsi) cahaya yang diterima sehingga
energi dari elektron-elektron pada benda tersebut mengalami peningkatan jumlah energi
sehingga menyebabkan elektron-elektron pada benda tersebut mempunyai kekuatan untuk
menjauh dari inti. Oleh sebab itu secara otomatis elektron tersebut berpindah ke lintasan
berikutnya yang tingkat energinya lebih tinggi. Elektron pada benda-benda tersebut dapat
tereksitasi oleh radiasi elektromagnetik dan dapat mengemisikan kembali radiasi yang
diterima dengan panjang gelombang yang sama besar. Pada proses fosforesensi, pemancaran
kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih
lama. Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali masih dapat berlangsung.
Hal ini karena waktu paruh keadaan eksitasi dari benda yang mengalami proses fosforesensi
lebih panjang dari waktu paruh keadaan tereksitasi dari benda yang mengalami proses
fluoresensi. Waktu paruh keadaan tereksitasi dari proses fosforesensi itu bervariasi antara 10-4
detik sampai 100 detik atau lebih Fosforesensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat
energi elektronik triplet ke singlet dalam suatu molekul.

Keadaan tereksitasi

Emisi cahaya

Keadaan dasar

Ditinjau dari ilmu kimia, suatu zat bisa menyala dalam gelap diawali dari akibat adanya
eksitasi elektron yang terjadi di dalam zat tersebut karena menerima energi dari luar (seperti
terkena gelombang cahaya), kemudian saat elektronnya kembali ke orbital dasarnya, terjadi
pelepasan energinya kembali (emisi) dalam bentuk gelombang yang tampak berupa
cahaya/pendar.
Proses yang terjadi pada zat yang dapat menyala dalam gelap dimulai eksitasi elektron
yang melibatkan dua orbital dengan tingkat energi berbeda. Pada saat elektron tereksitasi,
elektron berpindah dari orbital berenergi lebih rendah ke orbital yang berenergi lebih tinggi, yang
merupakan reaksi yang non spontan (dibutuhkan sejumlah energi aktivasi untuk menyebabkan
sebuah elektron tereksitasi, misalnya terkenanya gelombang cahaya/elektromagnetik dengan
energi sejumlah x kJ). Tereksitasinya elektron ini menyebabkan keadaan tidak stabil, sehingga
menyebabkan elektron cenderung kembali ke keadaan orbital dasar elektron tersebut. Pada saat
elektron yang tereksitasi kembali ke orbital asalnya (yang memiliki energi lebih rendah), energi
sejumlah x kJ dilepaskan kembali. Energi yang dilepaskan ini berada dalam bentuk gelombang,
yang panjang gelombangnya berada di range visible/tampak (10 nm – 103 nm), sehingga terlihat
menyala di dalam gelap.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
Flouresensi
a. Aplikasi reaksi fotokimia sederhana dapat dilihat pada peristiwa fosforesensi dan fluoresensi.
b. Praktikum ini menggunakan 3 bahan yang akan diuji, yaitu sabun cair, bola – bola gel, dan isi
stabilo.
c. Sabun cair memancarkan warna hijau seperti warnanya sendiri saat diberi penyinaran, bola –
bola gel memancarkan warna orange seperti warnanya sendiri saat diberi penyinaran, dan
sama juga yang terjadi pada isi stabilo.
d. Benda – benda tersebut yang memancarkan radiasi hanya pada saat diberikan penyinaran. Hal
ini membuktikan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa fluoresensi, karena yang
memancarkan sinar itu adalah benda itu sendiri, bukan sumber radiasinya.
e. Benda – benda di atas dapat mengalami eksitasi karena adanya radiasi cahaya yang diberikan
oleh senter.
f. Elektron pada benda-benda di atas dapat tereksitasi oleh radiasi elektromagnetik dan dapat
mengemisikan kembali radiasi yang diterima dengan panjang gelombang yang sama besar.
g. Benda – benda yang mengalami proses fluoresensi memancarkan kembali cahaya yang
diterima saat terjadi proses penyinaran.

Fosporesensi
a. Aplikasi reaksi fotokimia sederhana dapat dilihat pada peristiwa fosforesensi.
b. Fosforesensi istilah untuk benda-benda yang mampu berpendar akibat benda tersebut
disinari oleh sumber cahaya misalnya menggunakan sinar matahari atau sinar senter.
c. Tujuan percobaan ini untuk memudahkan dalam memahami peristiwa fosforesensi dari
benda-benda yang ada di sekitar. Bahan yang digunakan antara lain: tasbih dan saklar
lampu.
d. Penggunaan sinar senter lebih lama pemancaran kembalinya daripada menggunakan
sinar matahari.
e. Semakin lama proses penyinaran menggunakan sinar matahari dan sinar senter hasil
pemancaran kembalinya juga lebih lama.
f. Intensitas yang dipancarkan oleh sinar matahari pada tasbih dan saklar lampu lebih
besar intensitasnya daripada sinar senter, karena sinar matahari merupakan sinar
polikromatis sedangkan sinar senter merupakan sinar monokromatis
g. Peristiwa fosforesensi dapat dilihat dari kemampuan benda menyerap sinar serta
mampu dipancarkan kembali walaupun penyinaran dihentikan.
h. Peristiwa fosforesensi terjadi akibat adanya eksitasi elektron yang terjadi di dalam zat
karena menerima energi dari luar (seperti terkena gelombang cahaya) dan saat
elektronnya kembali ke orbital dasarnya, terjadi pelepasan energinya kembali (emisi)
dalam bentuk gelombang yang tampak berupa cahaya/pendar.

Anda mungkin juga menyukai