Anda di halaman 1dari 14

Nama Kelompok : Aftika Khoirunnisa

Maury Tania
Mira Fatmawati
Septi Windri Cahyani
Yusi Yuliana

FOTOKIMIA

A. Pengertian Fotokimia dan Reaksi Fotokimia


Fotokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia yang diinduksi oleh
sinar secara langsung maupun tidak langsung.
Reaksi fotokimia adalah reaksi kimia yang disebabkan oleh cahaya atau radiasi ultraviolet.
Foton yang masuk diserap oleh molekul pereaksi menghasilkan molekul tereksitasi atau molekul
radikal bebas yang selanjutnya bereaksi lagi.

B. Beda Raksi Fotokimia dengan Reaksi Kimia Biasa


Dalam reaksi fotokimia, Ea diperoleh melalui penyerapan foton cahaya, sedangkan pada
rekasi kimia biasa Ea diperoleh melalui dari tumbukkan secara acak dan berurutan.

C. Hukum-Hukum Fotokimia
1. Hukum Grotthus-Draper (1843)

Perubahan fotokimia hanya dapat ditimbulkan oleh cahaya yang diserap. Radiasi yang
tidak diserap tetapi dapat diserap tetapi dapat mendorong molekul tereksitasi untuk
memancarkan sinar.

2. Hukum Stark dan Einstein (1908-1912)


Hukum ini menyatakan bahwa molekul yang menyerap satu kuantum sinar masuk yang
menjadi teraktifkan.
Artinya satu molekul menyerap keseluruhan kuantum, energi dari sorotan cahaya ini tidak
menyebar secara kontinu melewati sejumlah molekul.
Jika kita menentukan peristiwa utama reaksi fotokimia sebagai adsorpsi kuantum, maka
efesiensi kuantum tersebut oleh Stark-hukum Einstein, sama secara keseluruhan. Untuk tiap-tiap
kuantum yang teradsorp, satu peristiwa utama berlangsung. Jika suatu zat X terlibat dalam reaksi
fotokimia, efesiensi kuantum atau perolehan kuantum untuk pembentukkan (dekomposisi) zat X
adalah ∅x, didefenisikan oleh persamaan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑥 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑡𝑒𝑟𝑑𝑒𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖)
∅𝑋 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝
𝑑𝑁𝑥
Lebih mudah lagi, jika kita mengukur laju pembentukkan X dalam molekul per detik, ,
𝑑𝑡

maka perolehan kuantumnya adalah:


𝑑𝑁𝑥⁄
∅𝑥 = 𝑑𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝⁄
𝑑𝑡
Jumlah kuanta yang teradsorpsi per detik adalah intensitas yang teradsorpsi, sehingga:
𝑑𝑁𝑥⁄
∅𝑥 = 𝑑𝑡
𝐼𝑎

D. Proses Fotokimia
E. Contoh - Contoh Fotokimia

Teknologi terkini telah membuat ‘high intensity discharge lamp’ yang memanfaatkan energi
elektrik dari muatan untuk menghasilkan cahaya dari atom logam. Contohnya, pada lampu
kuning yang mengandung Na sedangkan lampu biru-hijau yang mengandung Hg. Warna-warna
dari lampu tersebut berasal dari logam yang dikandungnya. Hal tersebut merupakan fenomena
luminesensi.

a) Luminisensi

adalah proses yang dapat ditafsirkan dengan keadaan eksitasi (excited state) dari terjadinya
emisi luminisensi dan hubungannya ke keadaan dasar (ground state) dari suatu
molekul.Meskipun gambaran sederhana dari absorpsi foton oleh molekul oej reemisi dari foton
untuk menghasilkan luminisensi nampak terus terang , ada proses non radiatif yang mendahului
dan atau bersaing dengan emisi foton.

Terdapat beberapa jenis luminisensi berdasarkan asal atau sumber luminisensi


tersebut.Cahaya dari kunang-kunang, adalah hasil dari proses biologi, sehingga disebut
bioluminesensi. Cahaya yang dihasilkan dari reaksi kimia disebut chemiluminesensi. Cat yang
berpendar mengandung senyawa yang akan bercahaya ketika berinteraksi dengan partikel
radioaktif (ex: tritium) disebut radioluminesensi. Sedangkan fotoluminesensi adalah pendar yang
dihasilkan dari senyawa yang dikeani radiasi sinar uv.

Fluoresensi dan Fosforisensi merupakan bentuk luminesensi. Fluorosensi maupun


fosforesensi berkaitan dengan perubahan energi vibrasi molekul sebagai akibat dari penyerapan
radiasi oleh molekul tersebut.

1. Fosforesensi

Fosforesensi adalah proses pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi
sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10-4 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan,
pemancaran kembali masih dapat berlangsung (after glow). Fosforesensi berasal dari transisi
antara tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet dalam suatu molekul.
2. Fluoresensi

Fluoresensi adalah pemedaran sinar pada saat suatu zat dikenai cahaya berhenti memancar jika
rangsangan itu dihilangkan,hanya radiasi sinar – X yang dapat menghasilkan fluoresens.

Preses flouresensi terjadi ketika molekul dengan level vibrasi yang paling rendah dari keadaan
singlet (singlet state),yang mana molekul tersebut dapat melakukan beberapa hal, salah satunya
kembali ke keadaan dasar (groundstate) melalui emisi foton. Proses ini disebut fluoresensi.

Perbedaan Fluoresensi Dan Fosforesensi

Fluoresensi Aspek Fosforesensi

10-6 – 10-9 detik Waktu penyerapan dan emisi 10-3 detik setelah penyerapan
setelah
penyerapan
suhu sedang Kondisi penyebab timbulnya suhu sangat rendah dan pada
dalam larutan cair media pekat
b) Fotolisis

Fotolisis merupakan proses reaksi kimia yaitu berupa pelisisan senyawa kimia dengan bantuan
sinar atau foton.Terdapat berbagai proses reaksi kimia yang melibatkan fotolisis seperti:

 Fotosintesis.

Fotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut


reaksi terang, yang membutuhkan cahaya dan
melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen,
dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah
karbon dioksida menjadi gula.
Pada proses fotosintesis, cahaya akan diserap
melalui klorofil.Pada reaksi Hill yang ditemukan
oleh Robert Hill pada tahun 1937 menyatakan
bahwa reaksi air dengan akseptor elektron dan
direaksikan dengan cahaya maka akan membentuk
oksigen. Reaksi sebagai berikut:

2H2O (air) + 2A menjadi 2AH2 + O<su>2 (oksigen).

Akseptor elektron yang digunakan dapat berupa 2,6-diklorofenolindofenol yang akan berwarna
biru bila teroksidasi dari tidak berwarna. Beberapa tahun kemudian, Severo Ochoa menemukan
bila air dan NADP+ (Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) akan tereduksi menjadi
NADPH ditambah proton dan oksigen. Reaksi sebagai berikut:

2H2O (air) + 2NADP+ menjadi 2NADPH + 2 H+ + O<su>2 (oksigen).

Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan
reaksi gelap terjadi di dalam stroma.Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi
energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi
siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang
digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak
dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang
mengandung atom karbon menjadi molekul gula.
Reaksi terang

Reaksi terang fotosintesis pada membran


tilakoid

Reaksi terang adalah proses untuk


menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan
cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena.

Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.
Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap
cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi
P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.

Reaksi gelap

Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan
siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5
bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.[22]
Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan
tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim
rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4
karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki
empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
Siklus Calvin-Benson

Siklus Calvin-Benson

Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai


dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-
fosfogliserat. RuBP merupakan enzim
alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis
perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan
kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini
distimulasi oleh peningkatan pH. Jika
kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari
stroma ke dalam tilakoid menghasilkan
peningkatan pH stroma yang menstimulasi
enzim karboksilase, terletak di permukaan luar
membran tilakoid. Kedua, reaksi ini
distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma
daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi
cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama
pemberian cahaya.

Siklus Hatch-Slack

Siklus Hatch-Slack

Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk


menghasilkan molekul glukosa. Namun, ATP ini
dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya
glukosa. Hal ini dapat terjadi jika ada
fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak
menambat CO2 tetapi menambat O2. Tumbuhan
C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan
di daerah tropis. Tumbuhan ini melibatkan dua
enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi
glukosa.]

Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase


(PEPco) adalah enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan kemudian akan menjadi
oksaloasetat.[Oksaloasetat akan diubah menjadi malat.[26] Malat akan terkarboksilasi menjadi
piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali menjadi PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam
siklus Calvin yang berlangsung di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP. Proses ini
dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil. Dalam keseluruhan proses ini,
digunakan 5 ATP.

 Peran di atmosfer.

Klorin yang berasal dari CFC (chloro fluoro carbon berinteraksi dengan ozon
membentuk klorin monooksida dan oksigen. Dua buah klorin monooksida bereaksi
membentuk klorin peroksida. Sinar matahari akan memecah klorin peroksida menjadi
oksigen dan klorin. Klorin akan kembali ke bumi menjadi hujan asam.

c) Photostationary
Keadaan stabil dicapai oleh sistem kimia bereaksi ketika cahaya telah diserap oleh
setidaknya satu komponen. Pada keadaan ini laju pembentukan dan penghilangan adalah sama
untuk masing-masing entitas molekul transien yang terbentuk.
Cahaya yang teradsorb memiliki efek menarik mengenai suatu system dalam kesetimbangan
kimia. Penyerapan cahaya oleh reaktan dapat memperbesar laju reaksi kekanan tanpa secara
langsung mempengaruhi aksi kebalikan (reaksi kekiri), hal ini tentu pula mengganggu
kesetimbangan.konsentrasi produk pun sedikit meningkat , sehingga memperbesar laju reaksi
kebalikan. Dengan cara ini, laju ke kanan dan laju kekiri dapat menjadi seimbang dengan
system dimana konsentrasi produknya lebih tinggi di bandingkan dalam sistem kesetimbangan.
Keberadaan ozon dalam jumlah tertentu di
lapisan atas atmosfer adalah hasil dari keadaan
photostationary kompleks. Lapisan ozon menahan
sinar matahari sehingga tidak ada radiasi dengan
panjang gelombang lebih pendek dari 290 nm
mencapai permukaan bumi. Ozon menyerap kuat
panjang gelombang yang lebih pendek dari 290
nm.
Mekanisme pembentukan ozon :

O2 + hν → O• + O• k1 (s-1)
•O + O2 + M → O3 + M k2 (cm6 molecule-2 s-1)
O3 + hν → •O + O2 k3 (s-1)
•O + O3 → 2O2 k4

Kinetika Reaksi Pembentukan Ozon :

= 2 k1 [O2] – k2 [O∙][O2][M] + k3[O3] – k4 [O∙][O3] (9)


= k2 [O∙][O2][M] - k3[O3] – k4 [O∙][O3] (10)
= =0 (11)
kita dapat memecahkan [•O] dan [O3]
[O•] = (12)
[O3] = (13)

Persamaan (13) dapat disusun kembali menjadi


[O3] =
Sehingga
[O3] ≈

d) Chemiluminescence
Chemiluminescence merupakan emisi radiasi elektromagnetik melalui reaksi kimia.
Chemiluminescence merupakan salah satu fenomena luminescence yang tidak membutuhkan
sumber energi dari luar untuk eksitasi molekul.
Chemiluminescence yaitu reaksi termal biasa dimana intermediate atau produknya di
bentuk dalam keadaan tereksitasi secara elektronik. Molekul ang tereksitasi mengemisikan suatu
kuantum cahaya, biasanya dalam spectrum tampak.jika reaksi berlangsung pada temperature
standar, cahaya yang diemisikan disebut “cahaya dingin”. “cahaya panas” diemisikan oleh nyala
api atau sesuatu yang berpijar. Reaksi chemiluminescence relatif tidak umum dikenal seperti reaksi
yang menghasilkan energi berupa panas. Salah satu jenis reaksi chemiluminescence yang terjadi
pada organisme hidup seperti kunang-kunang dan bakteri-bakteri di laut yang dapat menghasilkan
cahaya, dikenal dengan istilah bioluminescence.

F. FLASH FOTOLISIS

Flash fotolisis adalah suatu metode penting untuk mempelajari fenomena sesaat dalam
sistem fotokimia. Perangkat untuk melakukan percobaan flash fotolisis adalah seperti gambar
berikut ini :
Material reaktif diradiasi dengan cahaya putih secara intens. Cahaya ini memberikan
suatu panjang gelombang kontinum dari inframerah sampai ultraviolet vakum. Energi
untuk membuat flash (kilatan cahaya) berasal dari energi yang disimpan dalam
kapasitor bermuatan besar (~10 µF) hampir sekitas 10kV. Saat kapasitor dihubungkan
melalui sebuah tabung yang berisi gas inert (misalnya kripton) pada tekanan sekitar 100
mm, dihasilkan suatu kilatan cahaya yang brilian. Cahaya intens ini jatuh pada sistem,
menyebabkan material mencapai berbagai keadaan tereksitasi dan menghasilkan
berbagai macam zat antara yang aktif. Rentang lamanya kilatan cahaya adalah dari 1
1
sampai 100 µs. Energi ditentukan oleh kapasitas dan tegangan, 𝑈 = 2 𝐶𝑉 2

Lamanya kilatan cahaya bergantung pada hambatan listrik, yang sebanding dengan
panjang tabung flash, kapasitansi, dan sirkuit induksi. Energi yang biasanya terukur
adalah sebesar 1000 J setiap kilatan cahaya.

Setelah sistem memancarkan flash, sirkuit tunda membakar flash berenergi rendah dari
tabung monitor flash. Sorotan cahaya ini melewati spesi tereksitasi yang dihasilkan
oleh kilatan pertama. Spektrum absorpsi kemudian direkam dengan spektrograf.
Dengan memvariasikan waktu tunda, kita dapat mengamati laju peluruhan berbagai
spesi. Alternatifnya, setelah melakukan studi spektrografik awal untuk mengidentifikasi
spesi yang muncul, kita dapat memilih panjang gelombang tertentu sebagai fungsi
waktu. Kita lakukan dengan mengganti tabung monitor flash dengan suatu sumber
kontinyu seperti lampu filamen tungsten. Jika kita menempatkan monokromator pada
jalur optik, radiasi yang ditransmisikan dikumpulkan dalam tabung foto yang output-
nya dapat kita monitor pada osiloskop. Melalui cara ini kita dapat mengetahui
konsentrasi suatu spesi terpilih sebagai fungsi waktu.

Untuk menentukan peluruhan eksponensial sederhana pada fluoroscence menggunakan


persamaan :

𝐹 −𝑡⁄ 𝐹 −𝑡⁄
𝐼𝑒𝑚 = 𝐴10 [𝑆1 ]0 𝑒 𝜏𝐹 = (𝐼𝑒𝑚 )0 𝑒 𝜏𝐹

Untuk menentukan peluruhan eksponensial sederhana pada phosphorescence


menggunakan persamaan :
𝑝 −𝑡⁄
𝐼𝑒𝑚 =𝑒 𝜏𝑝

Jika kilatan cahaya menghasilkan populasi yang relatif besar dalam keadaan tereksitasi,
maka kita bisa mengamati spektrum absorpsi beberapa spesi yang tereksitasi ini.
Contohnya transisi dari keadaan singlet tereksitasi ke keadaan singlet yang lebih tinggi,
dan transisi dari keadaan triplet ke keadaan triplet yang lebih tinggi. Metode ini
menghasilkan begitu banyak informasi mengenai tingkat energi molekul.

F. SPEKTRA ABSORPSI DAN EMISI MOLEKUL ORGANIK

Jika molekul yang berada dalam keadaan elektronik setimbang secara termal, sebagian
besar molekul – molekul tersebut berada pada tingkat energi vibrasi paling rendah. Olehkarena itu,
spektrum absorpsi terdiri dari sebuah pita yang mula – mula berada pada tingkat vibrasi paling
rendah dalam keadaan elektronik dasar. Sebaliknya, jika proses konversi internal setelah proses
eksitesi berlangsung sangat cepat, seluruh spesi yang tereksitasi langsung turun ketingakat vibrasi
S1 yang paling rendah. Fluoroscene yang teremisi mula – mula berada pada tingkat vibrasi S1
paling
rendah
dan

berakhir pada berbagai tingkat vibrasi S0. Tingkat energi transisi ditunjukkan pada gambar 40

Absorpsi melibatkan kuanta energi yang lebih besar dibandingakan proses


emisi,konsekuensinya, pita absorpsi berada daerah panjang gelombang yang lebih pendek
dibandingkan pita emisi.
Transisi dari kedaaan dasar ke keadaan dasar adalah sama untuk keduanya. Jika jarak
tingakat vibrasi hampir sama dalam kedua keadaan ini, maka spektrum emisi akan muncul
menjadi bayangan dari spektrum absorpsi ( sekurang – kurangnya, posisi garis pada skala

frekuensi akan muncul berdekatan. Gambar 41 memperlihatkan pengaruh terhadap batu bara
dalam tiga keadaan fisika yang berberda
Jumlah fasa uap adalah jumlah kuantum vibrasi pada kedaan lebih tinggi (primer) dan
keadaan lebih rendah (primer ganda). Pita 0-0 untuk absorpsi dan fluoroscence dipisahkan
karena molekul dalam keadaan tereksitasi memiliki lifetime cukup lama untuk mencapai
kesetimbangan dengan molekul didekatnya dan kemudiaan menurunkan energinya dengan cepat
sebelum fluoroscence terjadi. Tidak ada cukup waktu agar terjadi kesetaraan energi dalam proses
absorpsi ini. Pergeseran ke frekuensi lebih rendah (pergeseran merah) dalam fasa larutan dan
padatan bersifat spesifik, pergeseran ini merupakan hasil interaksi molekul dengan molekul
tetangganya absorpsi (kurva yang diarsil) dan spektra fluroscence batu bara dalam fasa uap,cair
dan gas.
DAFTAR PUSTAKA

Aiswarya, AT. Departemen of Pharmachy practice. Grace college of Pharmacy.

Alberts et al. 2002. Molecular Biology of The Cell. 4th Edition. New York: Garland Publishing

IUPAC AD McNaught dan A. Wilkinson.. 1997. Kompendium Terminologi Kimia, edisi ke-2.
("Buku Emas"). Oxford : Blackwell Scientific Publications.

Mon Irma, dkk.2012. Kimia Fisika. Padang : UNP Press

Nelson DL et al. 2008. Lehninger Principles of Biochemistry. New York: W.H. Freeman.

Raven, Peter H, Ray F. Evert, Susan EE. 2005. Biology of Plants, 7th Edition. New York: W.H.
Freeman and Company Publishers.

Rendell, david. 1987. Fluorescence and Phosporescence. London: ACOL, Thames Polytechnic.

Anda mungkin juga menyukai