Anda di halaman 1dari 17

Pemanfaatan Energi cahaya dalam proses fotosintesis

Fotosintesis merupakan salah satu proses kimia pada tumbuhan yang dibantu oleh cahaya
matahari, yaitu untuk mengubah CO2 dan H2O dari udara menjadi karbohidrat. Cahaya merupakan
radiasi matahari yang sampai dibumi setelah melewati beberapa susunan atmosfer sehingga dapat
mencapai bumi. cahaya merupakan faktor utama yang menentukan fotosintesis. Cahaya matahari
berfungsi sebagai energi yang membantu proses fotosintesis.
Intensitas cahaya tinggi atau rendah ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar dan
satuan intensitas cahaya adalah lux (Nurhayati, Lutfi, & Hermanto, 2013). Alat yang dapat
mengukur intensitas cahaya dinamakan Luxmeter. Laju fotosintesis akan meningkat pada waktu
siang hari. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang digunakan dalam fotosintesis tinggi.
Cahaya matahari merupakan faktor utama yang menentukan fotosintesis. Tanpa sinar matahari
proses fotosintesis akan terhambat sebab cahaya yang dibutuhkan oleh fotosintesis tidak tersedia.
Menurut Ferry dan Randriani (2016), intersitas cahaya 100% pada tanaman temulawak dapat
menghasilkan kadar pati yang tinggi. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi tinggi tanaman
semakin tinggi intensitas cahaya saat fotosintesis maka laju fotosintesis akan cepat dan hasilnya
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Tanaman temulawak yang mendapat intensitas
cahaya 100% tumbuh lebih tinggi dibandingkan yang mendapat intensitas cahaya 55%. Selain itu
intensitas cahaya juga dapat merangsang pertumbuhan tunas, pada intensitas cahaya rendah
pertumbuhan tunas akan terhambat. Tingkat penghisapan tanaman terhadap air akan meningkat
seiring dengan tingginya intensitas cahaya (Ferry dan Randriani, 2016).

Spektrum cahaya matahari


Tidak semua cahaya matahari yang diserap tumbuhan digunakan untuk melakukan proses
fotosintesis. Cahaya matahari akan memancarkan panjang gelombang yang berbeda saat mencapai
permukaan bumi. Hal ini disebabkan adanya atmosfer yang melapisi bumi. Umumnya cahaya
matahari yang sampai ke bumi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cahaya tampak dan cahaya
tidak tampak. Cahaya tampak adalah cahaya yang panjang gelombangnya berkisar antara 380-760
nm, cahaya tampak juga disebut dengan gelombang panjang yang tidak memiliki efek kimia yang
buruk namun memiliki panas. Cahaya tidak tampak merupakan cahaya dengan panjang gelombang
pendek yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu ultraviolet dan inframerah. Gelombang pendek ini
memiliki efek kimia yang berbahaya bagi mahkluk hidup tetapi tidak memiliki efek panas.
Cahaya tampak ini akan terdispersi menjadi tujuh warna, yaitu merah dengan panjang
gelombang 625-740, jingga dengan panjang gelombang 590-625, kuning dengan panjang
gelombang 565-590, hijau dengan panjang gelombang 520-565, biru dengan panjang gelombang
435-520, nila dengan panjang gelombang 400-435 dan ungu dengan panjang gelombang 380-400
(Salisbury dan Ross, 1992). Tidak semua sinar matahari digunakan dalam fotosintesis hanya 0,5-
2% yang digunakan dalam fotosintesis. Penyerapan ini bergantung pada kualitas cahaya (panjang
gelombang), intensitas cahaya (banyaknya sinar per 1 cm2/detik).

Gambar 1. Spektrum cahaya tampak dengan berbagai panjang gelombang

Fotosintesis hanya membutuhkan cahaya tampak, yaitu pigmen fotosintesis akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang 380-760 nm. Cahaya tampak ini akan diserap oleh berbagai
pigmen yang terdapat di dalam tilakoid (kloroplas). Klorofil a merupakan klorofil utama yang akan
menyerap cahaya tampak ini. Cahaya yang digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis akan diserap
oleh klorofil a dan klorofil b (Shen, Jiang, & Zheng, 2009). Cahaya biru dan merah merupakan
cahaya yang banyak digunakan dalam proses fotosintesis. Cahaya yang lain seperti kuning, jingga
dan yang lain akan terserap oleh pigmen lain seperti golongan karotenoid yaitu karoten dan
xantofil (Lihat Gambar 1).
Gambar 2. Penyerapan gelombang cahaya oleh pigmen fotosintesis

Menurut Samuolienė, dkk. (2010), kualitas cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan
laju fotosintesis. Proses fotosintesis dibantu cahaya matahari yang akan mempengaruhi hasil
produksi tanaman. Tumbuhan menyerap cahaya tampak merah dan biru untuk mengoptimalkan
pertumbuhannya. Marchetti, dkk, (2013) Cahaya biru banyak digunakan dalam fotosintesis.
Tingginya intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan akan meningkatkan laju fotosintesis.
Sebaliknya, rendahnya intensitas cahaya yang didapatkan oleh tumbuhan maka akan
memperlambat laju fotosintesis. Hal ini menyebabkan lamanya proses distribusi energi keseluruh
tubuh untuk melakukan berbagai proses metabolisme.

Interaksi cahaya dengan materi

Cahaya elektromagnetik dapat dipertimbangkan sebagai bentuk energi cahaya


sebagai transfer gelombang. Bentuk sederhana dari cahaya elektromagnetik dapat dilihat
dalam Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Gerakan gelombang cahaya elektromagnetik


Panjang gelombang () merupakan jarak antara dua gunung/ lembah yang
berdampingan dari gelombang itu. Banyaknya gelombang lengkap yang melewati suatu
fisik yang diam persatuan waktu diberi istilah frekuensi (v). Hubungan antara panjang
gelombang dan frekuensi adalah
=c/v
dengan  adalah panjang gelombang (cm), v adalah frekuensi (dt-1 atau hertz, Hz),
c adalah kecepatan cahaya (3 x 1010 cm dt-1). Bilangan gelombang merupakan kebalikan dari
panjang gelombang, dinyatakan sebagai  (cm-1) yaitu
 = 1/ 

Mekanisme penggunaan cahaya matahari menjadi energi fotosintesis disebabkan sifat


gelombang dan sifat partikel merupakan dua sifat yang dimiliki oleh cahaya, sehingga cahaya
berbentuk foton (sifat partikel). Sebuah foton dapat dipandang sebagai paket energi yang bergerak
dengan sangat cepat. Tidak semua foton mengandung energi. Energi foton berbanding terbalik
dengan panjang gelombang () . Semakin pendek  maka semakin tinggi energinya.
Ketika foton menghantam sebuah molekul maka akan terjadi pelepasan energi apakah
sebagai panas atau akan diserap oleh elektron yang ada dalam molekul tersebut sehinga akan
meningatkan energi elektron tersebut ke level yang lebih tinggi. Foton adalah bentuk cahaya yang
diterima oleh daun. Foton – foton tersebut akan terserap oleh pigmen daun dan setiap molekul
pigmen memiliki daya serap yang khas sesuai dengan spektrum, jangkauan dan efisiensi foton yang
dimilikinya. Sehingga panjang gelombang yang diserap tergantung pada jenis pigmennya.
Terdapat dua jenis pigmen yang berfungsi dalam fotosintesis yaitu klorofil dan karotenoid.
Klorofil menyerap foton dalam kisaran energi yang lebih besar. Ada dua macam klorofil a dan b
yang menyerap cahaya biru violet dan merah (lihat gambar 2). Pigmen ini tidak akan menyerap
cahaya dengan panjang gelombang antara 500 -600 nm, karenanya panjang gelomabang ini akan
dipantulkan oleh tumbuhan sehingga tumbuhan nampak oleh mata berwarna hijau.

Perubahan energi cahaya menjadi energi kimia

Fungsi dan struktur chloroplas

Salah satu ciri khas sel tumbuhan adalah terdapatnya organel kloroplas. Di dalam
kloroplas tertanam pigmen klorofil yang mampu menyerap energi cahaya matahari dan
mengubahnya menjadi energi kimia. Sehingga tidak ada struktur lain di dalam sel tumbuhan
yang mampu melakukan fotosintesis selain kloroplas.
Gambar 3. Struktur kloroplas yang dibangun oleh sistem membran, yaitu membran luar dan membran
dalam. Membran dalam berlipat-lipat dan tertanam pigmen klorofil sehingga berwarna hijau disebut
thilakoid. Klorofil hanya akan menyerap gelombang cahaya merah dan biru sedangkan warna lain akan
dipantulkan atau ditransmisikan.

Kloroplas adalah organel yang berukuran kira-kira 2-4 µm hingga 4-7 µm, yang dibungkus oleh
double membran, yaitu membran luar dan membran dalam. Membran dalam membungkus ruangan
yang dinamakan stroma. Di dalam stroma berisi semi cairan, mineral, dan enzim-enzim yang berfungsi
dalam reaksi fiksasi karbon. Membran dalam tersusun menjadi thilakoid, yang bertumpuk-tumpuk
membentuk grana. Thilakoid ini berwarna hijau karena di dalamnya tertanam klorofil sehingga klroplas
nampak berwarna hijau bahkan menyebabkan tumbuhanpun berwarna hijau.

Fotosintesis terjadi dalam tiga tahap, yaitu (1) menangkap energi cahaya, (2) mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan tenaga pereduksi dalam bentuk senyawa NADPH, dan (3)
penggunaan ATP dan NADPH untuk mensitesis molekul organik (senyawa karbon) dari senyawa karbon
(CO2) dari udara (fiksasi CO2). Tahap pertama dan kedua merupakan tahapan reaksi terang, sedangkan
tahapan reaksi ketiga merupakan reaksi fiksasi senyawa karbon (CO2).

Berikut dalah persamaan reaksi fotosintesis:


6 CO2 + 12 H2O + light —→ C6H12O6 + 6 H2O + 6 O2
Karbon air glukosa air oksigen

Penyerapan energi matahari oleh pigmen

Pigmen di dalam kloroplas terdiri dari klorofil a, klorofil b, golongan karotenoida yaitu
karoten dan xantofil, serta anthosianin. Masing masing menyerap panjang gelombang cahaya
berbeda. Di dalam thilakoid ini klorofil berkelompok membentuk Photosistem. Setiap molekul
klorofil mampu menangkap, sebuah paket energi. Ketika cahaya dengan panjang gelombang
tertentu menghantam klorofil dalam Photosistem, maka akan ada elektron yang kelebihan energi
sehingga terlempar keluar dari orbitnya. Elektron yang kelebihan energi ini akan menghantam
molekul klorofil lainnya sehingga terjadi perpindahan energi dari satu molekul ke molekul
lainnya.

penangkap energi yang bertindak sebagai


antena. Apa fungsi antena? Ya benar,
menangkap energi sesuai dengan
gelombangnya. Molekul pigmen ini
menangkap energi cahaya dan dipindah dari
satu molekul ke molekul lainnya, yang
akhirnya akan di kumpulkan di pusat reaksi
Gambar 4. elektron yang tereksitasi karena dari photosistem. Pusat reaksi ini adalah
menangkap energi maka akan kembali ke suatu protein kompleks yang terdiri dari
posisinya setelah melepaskan energi klrofil a serta molekul akseptor elektron
tambahannya (Campbell & Reece,2007)
primer. Ketika energi di tangkap dan
dipindahkan ke molekul lain itu adalah
Photosistem adalah sebuah unit yang
sebuah bentuk reaksi redoks.
dibangun oleh molekul molekul pigmen

Di dalam thilakoid terdapat banyak photosistem, yang terdiri dari dua jenis yaitu
photosistem I (PS I) dan Photosistem II (PS II). Setiap photosistem bekerja secara berturutan.
Photosistem II berfungsi pertama kali. Setiap pusat reaksi dari photosistem akan menangkap
energi sesuai panjang gelambangnya sehingga photosistem II dinamakan P680 karena menyerap
energi matahari dengan panjang gelombang 680 nm (spektrum cahaya merah), sedangkan
Photositem I dibamakan juga P700, artinya efektif menyerap panjang gelombang 700 nm. Di
lihat dari keefektifan menyerap panjang gelombang maka photosistem mana yang menyerap
energi lebih besar?. Kedua photosistem ini bekerja bersama-sama untuk mengubah energi cahaya
menjaddi energi kimia dan tenaga reduksi. Bagaimana prosesnya?. Prosesnya dinamakan reaksi
terang artinya reaksi yang menggunakan energi cahaya matahari, terdiri dari dua tahap yaitu
reaksi pemindahan elektron secara siklik dan non siklik.

Pemindahan elektron siklik dan nonsiklik

Pemindahan elektron siklik

tidak melibatkan P II.

Terdapat alternatif pemindahan elektron secara


siklik yang terjadi hanya pada P700 tidak
melibatkan P680. Elektron yang tereksitasi dari
P700 akan kembali ke tempat semula setelah
melalui feredoksin masuk ke Cyt kompleks dan
plastosianin. Dalam hal ini terjadi pelepasan
Gambar 5. Proses pemindahan elektron secara energi yang digunakan untuk membentuk ATP
Siklik yang terjadi pada P I dan melalui proses fotophosforilasi. Ternyata untuk
reaksi Calvin (sintesis senyawa Karbon) lebih membentuk ATP. Peristiwa ini dinamakan
banyak dibutuhkan ATP daripada NADPH, chemiosmosis.
karena itu pemindahan elektron siklik
membantu memperkaya ATP.

Pembentukan ATP sama seperti pada


pemindahan elektron non siklik, yaitu dengan
adanya peristiwa chemiosmosis. Ketika terjadi
proses pemindahan elektron dari satu pigmen
ke pigmen lain terjadi proses reaksi reduksi
oksidasi yang menghasilkan ion H+. Ion ini akan
berkumpul di ruang antar membran di dalam
thylakoid sehingga di ruang ini konsentrasi H+
sangat tinggi. Sedangkan di stroma konsentrasi
H+ sedikit sehingga terjadi ketidak seimbangan Gambar 6. Proses photofosforilasi melalui
muatan kimia. Oleh karena itu maka terjadi chemiosmosis.
difusi perpindahan ion H+ melewati membran
melalui ATP synthase yang di tangkap oleh ADP

Pemindahan elektron secara non siklik

Gambar 7. Diagram Z terdiri dari Photosistem I dan II. Dua fotosistem bekerja berurutan. dari pemindahan elektron
non siklik (Jhonson, 2007).

Tahapan reaksi non siklik


(1). Pada tahap ini photon dari cahaya akan menghantam P680 yang akan ditangkap oleh klorofil
dan mengeksitasi elektronnya ke tingkat energi yang lebih tinggi sehingga elektron akan
tereksitasi. Elektron yang tereksitasi akan di transfer dari satu molekul ke molekul lainnya dan di
tangkap oleh akseptor elektron primer. Sehingga P680 akan kekurangan elektron. Dengan
kehilangan elektron, maka P680 ini akan menjadi agen oksidasi yang kuat.
(2). Terjadi pemecahan molekul air oleh enzim menjadi dua elektron dan 2 molekul H2 serta satu
atom Oksigen. Elektron yang dihasilkan akan menggantikan kekurangan elektron yang dialami
P680. Setiap satu elektron akan menggantikan elektron yang hilang dari P680. Atom oksigen
akan segera bergabung memmbentuk molekul O2.
(3). Setiap elektron yang tereksitasi dari P680 akan dipindahkan ke P700 secara bertahap dengan
melepaskan energi sedikit sedikit melalui rantai transfer elektron. Sistem rantai transport elektron
antara P680 dengn P700 dibangun oleh plastoquinon (Pq), sitokrom (Cyt) kompleks dan
plastosianin (Ps).
(4), Reaksi yang terjadi di dalam rantai transport elektron adalah sebuah reaksi edergenik, yaitu
reaksi yang melepaskan energi sedikit sedikit. Elektron yang tereksitasi membawa energi yang
tinggi, agar dia bisa kembali ke orbital atomnya maka harus melepaskan energinya. Pada
diagram Z nampak posisi akseptor elektron dari P680 dengan PQ, Cyt Kompleks, dan Ps yang
berurutan dari tinggi ke rendah menunjukkan level energinya. Jadi ketika elektron berjalan dari
P680 ke PQ maka dia harus melepaskan energinya supaya diterima atau mempunyai level energi
yang sama dengan PQ di dalam rantai transpor elektron, demikian seterusnya dari PQ ke cyt
kompleks sampai ke PS. Setiap kali elektron melepaskan energi maka akan digunakan untuk
mereaksikan ADP + P → ATP yang dinamakan peristiwa fotophosforilasi dengan menggunakan
enzim ATP Synthase. Akhir perjalanan lektron ini akan mengisi kekosongan elektron pada P700.
(5) sementara itu, photosistem I (P700) juga menerima hantaman photon sehingga elektronnya
tereksitasi ke level energi yang lebih tinggi, yang diterima oleh PS sebagai akseptor elektron
pertama. Kemudian elektron akan dipindahkan ke Feredoksin (sebuah protein) dan akhirnya akan
diambil oleh NADP+ dengan bantuan enzim NADP reduktase. Untuk mereduksi NADP+ ini
dibutuhkan dua buah elektron. Dengan demikian akibatnya P700 kekurangan elektron, dan akan
diisi oleh elektron yang berasal dari P680 tentunya setelah mengalami pengurangan energi pada
sistem tarnsfer elektron.
Dari proses rantai transport elektron non siklik ini dhasilkan ATP dan NADPH yang akan
digunakan untuk reaksi fiksasi CO2 sebagai bahan baku membentuk senyawa organik atau
senyawa karbon.

Fiksasi CO2 menjadi biomassa

CO2. Setiap satu siklus langsung masuk 3


molekul CO2. Sehingga membutuhkan 3
molekul RuBP menjadi 6 molekul PGA. Tahap
kedua, yaitu reduksi Molekul PGA akan
mengalami peningkatan energi dengan
pengambilan satu molekul ATP untuk setiap
molekul PGA menjadi 1,3-biphosfogliserat.
Karena ada dua molekul untuk satu siklus maka
di butuhkan dua molekul ATP. Kemudian akan
terjadi penambahan dua elektron dari NADPH
mereduksi setiap molekul 1,3-biphosfogliserat.
Dalam hal ini elektron tersebut akan mereduksi
Gambar 8. Pengubahan CO2 menjadi gula gugus karboksil menjadi gugus aldehid sehingga
melalui Siklus Calvin. terbentuk molekul 1,3 – phosfogliseraldehid
(PGAL) yang lebih potensial menyimpan energi.
Siklus Calvin menggunakan ATP dan NADPH Dari satu kali siklus ini terbentuk 6 molekul
untuk mengubah CO2 menjadi molekul gula. PGAL, satu molekul PGAL (3C) akan disimpan
Siklus calvin ini terbagi menjadi tiga tahap. untuk membentuk gula maka untuk satu
Tahap pertama adalah fiksasi karbon dioksida molekul glukosa (C6) diperlukan dua kali siklus.
dari udara, yang diikat oleh molekul Ribulosa Tahap tiga regenerasi akseptor CO2 . Dari 6
biphospat (RuBP). Dikatalis oleh enzim Rubisco molekul PGAL ini lima molekul harus kembali
menghasilkan molekul C6 yang tidak stabil dan disusun membentuk 3 molekul RuBP. Untuk itu
segera pecah menjadi dua buah molekul 3- membutuhkan energizer dari 3 molekul ATP.
phosfogliserat (PGA) untuk setiap satu molekul
Untuk satu kali siklus Calvin ini menghasilkan tumbuhan padi akar, batang, daun, bulir padi,
satu molekul PGAL maka dibutuhkan 9 molekul sekam padi termasuk jerami.
ATP dan 6 molekul NADPH. Maka perlu berapa
ATP dan NADPH untuk membentuk satu Faktor – faktor umum yang mempengaruhi
molekul glukosa. fotosintesis
Glukosa akan digunakan oleh sel • Intensitas cahaya
sebagai sumber energi untuk aktifitas hidupnya, Laju fotosintesis maksimum ketika banyak
selain itu juga digunakan untuk membangun cahaya.
biomassa tumbuhan tersebut, menjadi batang, • Konsentrasi karbon dioksida
akar, daun, bunga, buah, biji, umbi, dan Semakin banyak karbon dioksida di udara,
sebagainya. Untuk itu glukosa akan diubah makin banyak jumlah bahan yang dapt
menjadi molekul lain, bisa menjadi molekul lain digunakan tumbuhan untuk melangsungkan
yang sederhana atau berupa polimer. Molekul fotosintesis.
lain bisa berupa asam lemak dan asam organik • Suhu
lainnya, sedangkan molekul yang lebih besar Enzim-enzim yang bekerja dalam proses
berupa polimer, yaitu molekul pati, selulosa, fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
lignin, lemak, asam nukleat dan protein. optimalnya. Umumnya laju fotosintensis
Biasanya tumbuhan menyimpan glukosa dalam meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
bentuk pati. Dalam biji seperti yang terdapat hingga batas toleransi enzim.
pada padi, dan kacang hijau, dalam daging • Kadar air
buah misalnya mangga, dalam batang misalnya Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan
sagu, dan kentang, dalam akar misalnya ubi stomata menutup, menghambat penyerapan
jalar. karbon dioksida sehingga mengurangi laju
Misalnya pada tumbuhan padi, batang, fotosintesis.
daun, bunga dan bijinya itu semua adalah hasil • Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
fotosintesis. Jadi walaupun beras (biji)nya saja Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat
yang dimakan manusia tapi sekam padi dan berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar
jeraminya masih bisa dimanfaatkan manusia fotosintat bertambah atau bahkan sampai
karena masih terkandung energi hasil jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
fotosintesis di dalamnya, dengan cara apa?. • Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis
jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang
berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa.
Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi
Gambar 9. Tumbuhan hijau akan berfotosintesis
dan makanan untuk tumbuh.
membentuk biomassa, contohnya untuk

2. Penyelidikan Ilmiah (BuSri dan Pak Wahyudin)

a. Brainstorming to find problem (penyajian masalah kontekstual di sekitar lingkungan mahasiswa) serta
bimbingan merencanakan percobaan
Jenis tumbuhan apa yang biomassanya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi? Bagaimana
efisiensi proses pembentukan biomassanya melalui fotosintesis? Jika persamaan reaksi untuk
proses fotosintesis diserderhanakan menjadi
Supaya reaksi fotosintesis berjalan ke arah kanan maka faktor-faktor apa yang
mempengaruhinya?
Ya betul! CO2, H2O, cahaya, klorofil (jumlah/ada tidaknya klorofil, jenis tumbuhan, umur
tumbuhan), suhu (karena reaksi bersifat enzimatis). Seluruh faktor-faktor ini dinamakan variabel.
Bagaimana jika Anda ingin mengubah-ngubah nilai setiap variabelnya? Yap benar, untuk CO2
dengan mengubah-ngubah kadarnya di dalam udara atau air; untuk air, jika lingkungan
tumbuhan di perairan maka tidak menjadi pembatas tapi jika lingkungan tumbuhan di udara
maka air menjadi pembatas bisa diubah-ubah kadarnya); untuk cahaya bisa dengan mengubah-
ngubah kekuatan sinarnya atau panjang gelombangnya; untuk klorofil bisa dengan mengubah-
ubah kadar klorofil melalui luas daun, umur daun, dan jenis tumbuhan; untuk suhu dengan
mengubah-ubah suhu lingkungannya.
Apakah anda ingin mengidentifikasi pengaruh salah satu variabel terhadap laju
pembentukan karbohidrat? atau laju fotosintesis?.
Jika Anda ingin meneliti salah satu variabel tersebut, misalnya intensitas cahaya maka
pertama kali buatlah pertanyaan ilmiahnya; misalnya “bagaimana pengaruh intensitas cahaya
terhadap laju fotosintesis?” dalam pertanyaan tersebut terkandung hubungan variabel yaitu
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika satu variabel sdang Anda teliti maka
variabel lainnya harus dibuat tetap dinamakan dengan variabel kontrol atau variabel tetap, Apa
yangakan terjadi jika variabel lainnya tidak dibuat tetap/konstan? sedangkan variabel yang Anda
teliti yang ingin diketahui pengaruhnya menjadi variabel bebas. Variabel yang terdampak
sebagai akibat dinamakan variabel terikat.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut buatlah lebih dulu hipotesisnya, yaitu sebuah
pernyataan tentang apa yang Anda pikirkan terhadap laju fotosintesis jika variabel yang diteliti
(intensitas cahaya) diubah-ubah, sebagai pijakan atau panduan untuk Anda membuat
perencanaan eksperimennya. Hipotesis bisa dinyatakan dalam kalimat:” jika...(saya melakukan
hal ini dalam fotosintesis).....maka...(akan mempercepat/menurunkan lajunya)..” atau dengan
kata lain jika....(variabel terikat)....maka... (variabel terikat).
Bagimana variabel bebas akan dilakukan? Berapa banyak perlakuan yang akan Anda
berikan? Anda bisa mengubah-ubah dengan menentukan perlakuannya, misalnya dengan
memberikan cahaya lampu dengan intensitas mulai dari 500, 600, 700, 800, 900, 1000 lux. Anda
bisa menggunakan lux meter utnuk mengukurnya. Penentuan perlakuan ini bisa melalui prediksi
atau dengan mendapatkannya dari literatur. Berapa kali untuk setiap perlakuan percobaan akan
dilakukan? Bagaimana cara menentukannya? Mengapa harus ada ulangan? Bagaimana rencana
pengolahan datanya?
Bagaimana variabel terikat (laju fotosintesis) ini diukur? Hal ini sangat tergantung dari
objek & event yang dihadirkan. Misalnya jika objek tumbuhan air seperti Hydrilla sp. Maka
Anda bisa menggunakan model pecobaan Ingenhouse dengan mengukur jumlah volume O2 yang
dihasilkan dari proses fotosintesis, jika objeknya tumbuhan darat maka Anda bisa menggunakan
model percobaan floating disc dengan mengukur waktu mengapungnya keping daun (lihat
https://cpb-us-e1.wpmucdn.com/blogs.cornell.edu/dist/3/1009/files/2015/09/Floating-Leaf-Disk-
Brad-Williamson.pdf), jika objeknya tumbuhan bersel satu seperti Chlorela sp. maka Anda bisa
menghitung kadar DO (Dissolved Oxygen) akhir - awal untuk setiap perlakuan intensitas cahaya.
Tumbuhan air melepaskan oksigen ke dalam air. Oksigen yang dilepaskan tersebut akan larut
dalam air. Mengukur DO bisa menggunakan metode Winkler atau menggunakan alat DO meter.
(lihat https://prezi.com/gkwpvboeurh9/photosynthesis-in-chlorella/).
Jika Anda menggunakan metode floating disc, maka biasanya yang dinamakan itu laju =
jarak/ waktu. Jika jarak dibuat tetap atau sama untuk semua perlakuan maka tinggal parameter
waktu yang menentukan, maka laju fotosintesis bisa dinyatakan dengan waktu mengapungnya
keping daun ke permukaan untuk setiap perlakuan. Mengukur waktu bisa menggunakan jam atau
stopwatch. Hal ini dinamakan Definisi operasional. Definisi operational ini akan berbeda jika
anda menggunakan metode pengukuran yang berbeda untuk menentukan laju fotosintesis.
Setelah menentukan variabel bebas dan objek yang akan diteliti serta variabel terikat
yang akan diukur, maka susunlah langkah-langkah eksperimennya dan tentukanlah alat bahannya
buatlah desain alat yang akan digunakan dalam percobaan Anda serta jangan lupa buatlah tabel
untuk menyimpan datanya dengan ketentuan sebagai berikut:
Judul tabel................................................
Variabel terikat

Variabel bebas

Untuk mempermudah mengolah data rencanakan pula membuat grafiknya dengan


ketentuan sebagai berikut:

.
Silahkan gunakan lembar kerja untuk membuat rancangan percobaanmu!
b. Menjelaskan mengapa masalah tersebut terjadi berdasarkan elaborasi konten

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai
pengganti BBM. Walaupun kebijakan tersebut menekankan penggunaan batu bara dan gas
sebagai pengganti BBM, tetapi juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui seperti
bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM. Selain itu pemerintah juga telah
memberikan perhatian serius untuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) ini dengan
menerbitkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Oleh karena itu
eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber-sumber alternatif saat ini menjadi sebuah kebutuhan.
Saat ini melalui kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pemerintah sedang gencar
memasyaratkan penggunaan biofuel untuk penghematan energi dan penyelamatan lingkungan.
Khususnya, upaya memproduksikan energi biomassa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
melalui proses fotosintesis.
Fotosintesis dengan skema sebagai berikut
Dengan meneliti laju fotosintesis maka identik/setara dengan meneliti laju pembentukan
biomassa.
c. Melakukan penyelidikan ilmiah melalui pengamatan di lapangan atau eksperimen di laboratorium
Susunlah alat serta siapkan bahan bahan yang akan digunakan. Lakukan percobaan sesuai
dengan rencangan yang sudah dibuat dan diperiksa/direview oleh dosen dan teman-teman Anda.
Catatlah data dan simpan di dalam tabel data. Kemudian olahlah data dengan menggnakan
perhitungan statistik/matematik sederhana lakukan interpretasi dan buatlah kesimpulannya.
Berdasarkan data apakah kesimpulanmu? Apakah variabel yang Anda teliti ada pengaruhnya?
Apakah hipotesis diterima atau ditolak?

d. Presentasi hasil analisis serta interpretasi data (dibuat oleh pa Wahyudin)

e. Menggunakan pola pikir secara matematis dan komputasi dalam membangun simulasi serta analisis
data secara statistik (dibuat oleh pa Wahyudin)

f. Membangun pemahaman berdasarakan analisis data untuk menjelaskan hasil penyelididkan ilmiah
(dibuat oleh pa Wahyudin)

g. membuat desain prototype solusi krisis energi secara berkelompok

Pada proses pengolahan sumber daya alam hayati tersebut juga dihasilkan limbah
biomassa, sebagai contoh industri penggergajian kayu (sawmill) akan dihasilkan serbuk gergaji,
industri penggilingan padi akan dihasilkan sekam, industri CPO (crude palm oil) akan dihasilkan
cangkang sawit, tandan kosong dan serabut, industri minyak kelapa akan dihasilkan tempurung
kelapa. Industri-industri pengolahan tersebut hampir tersebar pada semua daerah di Indonesia. Hal
ini mengingat Indonesia merupakan negara tropis sehingga berbagai komoditas pertanian,
perkebunan dan hutan pada semua wilayahnya. Proses penghancuran limbah secara alami
berlangsung lambat, sehingga tumpukan limbah dapat menganggu lingkungan sekitarnya dan
berdampak terhadap kesehatan manusia. Padahal, melalui pendekatan teknologi, limbah pertanian
atau perkebunan tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi bernilai guna dan bernilai ekonomi
tinggi.
Pemilihan biomassa sebagai energi terbarukan menjadi solusi yang paling baik
dibandingkan energi terbarukan yang lainnya untuk saat ini. Biomassa, dalam sektor energi
merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber
bahan bakar. Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
penggunaan tidak langsung, biomassa diolah menjadi bahan bakar.
Potensi energi biomassa di Indonesia sangat besar. Menurut Yulistiani (2009), limbah
biomassa yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi lsitrik bisa berasal dari tandan kosong
kelapa sawit, tongkol jagung, dan sekam padi. Sekam padi merupakan limbah biomassa yang paling
besar menghasilkan potensi listrik bagi Indonesia. Berikut ini adalah penjabaran jenis-jenis limbah
biomassa yang digunakan.
Tabel 1. Potensi listrik limbah biomassa di Indonesia
No. Jenis limbah biomassa Produksi limbah Potensi Bahan Potensi listrik
yang dihasilkan biomassa bakar cair (kWh)
(ton/tahun) (L/tahun)
1 Tandan kosong 3.979.691 497.461.375 1.326.563.667
kelapa sawit
2 Tongkol jagung 4.001.724 500.215.500 1.333.908.000
3 Sekam padi 21.114.074 2.639.259.250 7.038.024.667
Total potensi listrik (kWh) 9.698.496.334

Energi biomasa sebagai sumber energi alternatif harus ditingkatkan melihat dari potensi yang dimiliki
oleh Indonesia. Cukup tepat jika Indonesia menjalin kerjasama dengan Pemerintah Finladia karena saat
ini sumber energi Finlandia 80 persen bersumber dari biomasa. Hasilnya dari implementasi proyek kerja
sama ini di bidang bioenergi, yang telah dimanfaatkan antara lain biogas, lima belas desa menggunakan
biogas dari limbah pertanian dan 1 (satu) unit biogas dimanfaatkan pada pabrik tepung sagu, selain itu
satu unit sistem gasifikasi biomasa dua reaktor menghasilkan gas bakar dibangun di satu kabupaten di
Riau, dan tungku biomasa efisiensi tinggi dimanfaatkan di enam desa (Kementerian ESDM,2014).

Teknologi Konversi Biomassa menjadi Energi


Beberapa teknologi konversi yang dilakukan untuk mengubah biomassa menjadi energi, antara lain:
Densifikasi
Densifikasi adalah teknik konversi biomassa menjadi pellet atau briket. Briket atau pellet akan
memudahkan dalam penanganan biomassa. Tujuannya agar meningkatkan densitas dan memudahkan
penyimpanan dan pengangkutan. Proses ini dapat menaikkan nilai kalori per unit volume, mudah
disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran, dan kualitas yang seragam.
Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik menjadi arang. Pada proses
karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana,
formik dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.
Pirolisis
Pirolisis atau bisa disebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu proses
untuk memperoleh karbon atau arang, tetapi sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan high
temperature carbonization (HTC) yaitu lebih dari 500 derajat C. Proses pirolisis menghasilkan produk
berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk
lain adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan
kecil.
Kenaikan nilai kalor didapat pada proses pirolisis ini, sebagai contoh arang yang dihasilkan dari
pirolisis mempunyai nilai kalor 2 kali nilai kalor kayu bakar pada berat yang sama. Arang dengan
komponen penyusun utamanya berupa karbon dapat digunakan sebagai bahan bakar, filter atau
penjerap dengan diolah menjadi karbon aktif, pewarna dengan diolah menjadi karbon black, arang
briket untuk sumber energi, biochar untuk aplikasi di pertanian dan berbagai kebutuhan industri kimia
lainnya. Penggunaan arang yang lain sebagai reduktor sebagaimana halnya coke pada industri logam,
karena mengandung karbon bebas yang tinggi (>70%) (JFE Project,2011).
Terdapat beberapa cara memanfaatkan energi yang tersimpan dalam biomassa melalui pirolisis.
Pembakaran langsung adalah cara yang paling tua digunakan. Biomassa yang dibakar dapat langsung
menghasilkan panas tetapi cara ini hanya mempunyai efisiensi sebesar 10 %. Cara lain adalah dengan
mengubah biomassa menjadi cairan. Cara ini digunakan karena keuntungannya berupa kemudahan
penyimpanan, pengangkutan, serta pembakaran. Cairan yang dihasilkan dari pengolahan biomassa
dapat berupa crude bio-oil.
Anaerobic digestion
Proses anaerobic igestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen
dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik
ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki kandungan
biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari 15 %
Gasifikasi
Gasifikasi merupakan proses yang menggunakan panas untuk merubah biomassa padat atau
padatan berkarbon lainnya menjadi gas sintetik "seperti gas alam“ yang mudah terbakar. Melalui proses
gasifikasi, kita bisa merubah hampir semua bahan organik padat menjadi gas bakar yang bersih, netral.
Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembangkin listrik maupun sebagai pemanas. Gas yang
dihasilkan pada gasifikasi disebut gas produser yang kandungannya didominasi oleh gas CO, H2, dan
CH4.
Secara sederhana, gasifikasi bisa dijelaskan sebagai proses pembakaran bertahap. Hal ini
dilakukan dengan membakar padatan seperti kayu atau batu bara dengan ketersediaan oksigen yang
terbatas, sehingga gas yang terbentuk dari hasil pembakaran masih memiliki potensi untuk terbakar.
Bahan bakar gasifikasi dapat berupa material padatan berkarbon – biasanya biomassa (kayu atau limbah
berselulosa) atau batubara. Semua senyawa organic mengandung atom karbon (C), hydrogen (H) dan
oksigen (O), dalam wujud molekul komplek yang bervariasi. Tujuan dari gasifikasi adalah untuk
memutuskan ikatan dari molekul komplek ini menjadi gas yang sederhana yaitu Hidrogen dan karbon
monoksida (H2 dan CO). Kedua gas ini merupakan gas yang mudah terbakar serta memiliki kerapatan
energi dan densitas. Keduanya merupakan gas yang sangat bersih dan hanya memerlukan satu atom
oksigen untuk dibakar menghasilkan karbon dioksida dan air (CO2, H2O). Inilah yang menyebabkan
pembakaran yang melalui proses gasifikasi memiliki emisi yang snagat bersih. Dalam prosesnya,
gasifikasi merupakan rangkaian proses termal hingga terbentuk gas. Pembakaran tidak sempurna sangat
kotor dan buruk. Tujuan dari gasifikasi adalah untuk mengendalikan proses termal secara terpisah yang
biasanya tercampur dalam proses pembakaran sederhana dan diatur sehingga menghasilkan produk
yang diinginkan.
Penggunaan gas hasil dari proses gasifikasi dapat dipergunakan sebagai energy pada sel bahan
bakar alkali dengan komposisi 88,8% hydrogen dengan kepadatan karbon dioksida 45% akan
menghasilkan daya maksimal dari kepadatan sel bahan bakar alkali sebesar 9,24 Watt/cm2.
Pengolahan biomassa dari limbah padat dapat menggunakan berbagai proses, yaitu konversi
termal, konversi kimia, dan konversi bio-kimia. Gasifikasi merupakan metode dari termo-kimia. Hasil dari
proses gasifikasi menghasilkan gas alam utama yang unsurnya terdiri dari H2 dan CO, dengan jejak gas
(kandungan) unsure CH4 yang berbeda-beda proporsinya. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa
dapat dipergunakan sebagai bahan bakar mesin boiler, turbin gas atau sel bahan bakar. Salah satu
perangkat yang dipakai dengan menggunakan hasil proses gasifikasi dari biomassa adalah sel bahan
bakar
Buatlah ptototype pemanfaatan biomasa sebagai energi alternatif secara berkelompok !

h. presentasi hasil analisis serta interpretasi data hasil uji coba prototype

Daftar Pustaka :
Campbell, Neil,A & Jane B. Reece. 2007. Biology. 7th ed. San Fransisco, Benyamin
Cumming.

Raven, P.H. & George B. Jhonson.2001. Biology. 6th ed. Mc Graw Hill.

Fatchurrozak, F. (2013). Pengaruh ketinggian tempat terhadap kandungan vitamin c dan zat antioksidan
pada buah Carica pubescens di dataran tinggi dieng. El-Vivo, 1(1).

Ferry, Y., & Randriani, E. (2016). Pengaruh Intensitas Cahaya dan Umur Panen Terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Kualitas Hasil Temulawak Di Antara Tanaman Kelapa. Buletin Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, 20(2), 131-140.

JFE Project.(2011). Pengolahan Limbah Biomassa Menjadi Produk-Produk Bermanfaat Bernilai Ekonomi
Tinggi. fe-pyroproject.blogspot.com/2011/11/pengolahan-limbah-biomassa-menjadi.html

Kementerian ESDM.(2014). 80 Persen Energi Finlandia Berasal Dari Biomassa.

Lakitan, B. (2013). Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers.

Marchetti, J., Bougaran, G., Jauffrais, T., Lefebvre, S., Rouxel, C., Saint-Jean, B., ... & Cadoret, J. P. (2013).
Effects of blue light on the biochemical composition and photosynthetic activity of Isochrysis
sp.(T-iso). Journal of Applied Phycology, 25(1), 109-119.
Nurhayati, T., Lutfi, M., & Hermanto, M. B. (2013). Penggunaan fotobioreaktor sistem batch tersirkulasi
terhadap tingkat pertumbuhan mikroalga Chlorella vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis
oculata. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(3).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional

Williamson, B. 2015. The Floating Leaf Disk Assay for Investigating Photosynthesis. https://cpb-us-
e1.wpmucdn.com/blogs.cornell.edu/dist/3/1009/files/2015/09/Floating-Leaf-Disk-Brad-Williamson.pdf
Manning, W.M. & C. Juday and Michael Wolf. 1938. Photosynthesis in Chlorella. Quantum Efficiency and
Rate Measurements in Sunlight

Anda mungkin juga menyukai