Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI

TUMBUHAN MENGUKUR KADAR KLOROFIL DAUN


JAMBU BIJI (Psidium guajava)

Disusun oleh :

Muhammad Avesina

16030244033

(Biologi 2016)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017
2

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah bagaimana
pengaruh umur daun tehadap kadar klorofil daun pada tanaman?

B. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mendeskripsikan pengaruh umur daun
tehadap kadar klorofil daun pada tanaman

C. Hipotesis
• Ho : Tidak terdapat pengaruh umur daun tehadap kadar klorofil daun pada
tanaman
• HA : Terdapat pengaruh umur daun tehadap kadar klorofil daun pada tanaman

D. Kajian Pustaka
1. Fotosintesis
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya
untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta
diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada
cukup cahaya, dan oleh Karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga
fotosintesis. Lengkapnya kita katakan, bahwa fotosintesis atau asimilasi zat karbon
itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh korofil diubah menjadi
zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar (Dwidjoseputro, 1994).
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti
menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia
kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah
matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan
3

bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-
masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya
terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury dan Ross, 1992).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai
membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang
mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid.
Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O),
konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang
menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan
karbondioksida (Kimball,2000).
Fotosintesis sering didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan karbohidrat
dan karbondioksida serta air yang dilakukan sel-sel yang berklorofil dengan adanya
cahaya matahari yang disebabkan oleh oksigen (O2). Ada juga yang mengartikan
fotosintesis dengan suatu peristiwa pengolahan atau pemasakan makanan yang
terjadi pada daun dengan bantuan cahaya matahari (Kimball,2000).
Menurut Dwidjoseputro (1994), lazimnya peristiwa fotosintesis dinyatakan
dengan persamaan reaksi kimia sebagai berikut :

6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2

(Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada klorofil dan ada cukup cahaya)
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton)
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini
akan digunakan untuk fotosintesis karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,
4

seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya
organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri
fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin, 1975).

2. Daun Jambu Biji


Daun jambu biji merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat menjadi
alternatif untuk mengendalikan penyakit viral (Sugianti, 2005). Daun jambu biji
mengandung ekstrak quersetin yang terdiri dari senyawa tanin dan flavonoid.
Senyawa flavonoid merupakan senyawa bioaktif yang mengubah reaksi tubuh
terhadap senyawa lain, sehingga flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antivirus
dan antioksidan. Quersetin dalam ekstrak daun jambu biji menghambat aktivitas
enzim reverse transkriptase, yaitu enzim yang diperlukan virus untuk mereplikasi diri
(Departemen Pertanian 2008).
3. Energi Cahaya
Sumber energi dari semua makhluk hidup adalah matahari. Radiasi matahari
yang sampai ke bumi ini hanya sebagian kecil saja dari spektrum elektromagnit.
Panjang gelombang cahaya matahari yang sampai di permukaan bumi meliputi 310
hingga 2300 nm. Panjang gelombang 225 nm (ultraviolet) juga diradiasi oleh
matahari, tetapi λ ini adalah foton yang sangat tinggi energinya yang berbahaya bagi
banyak kehidupan, terhalang oleh selapis ozon di atmosfer paling atas. Sinar lebih
panjang dari 2500 nm (2,5 µ) terutama dihilangkan oleh uap air dan CO2 di atmosfir.
Cahaya tampak merupakan sebagian kecil dari cahaya yang sampai ke bumi
(Sasmitamihardja, 1990).
Cahaya mempunyai dua sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat
partikel cahaya biasanya dinyatakan terdapat pada foton dan kuanta, yaitu suatu paket
energi yang mempunyai ciri tersendiri; masing-masing foton mempunyai panjang
gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang
5

gelombang, jadi panjang gelombang cahaya ungu dan biru mempunyai energi foton
yang lebih tinggi dari panjang gelombang cahaya jingga (orange) dan merah
(Sasmitamihardja, 1990).
Cahaya mempunyai dua sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat
partikel cahaya biasanya dinyatakan terdapat pada foton dan kuanta, yaitu suatu paket
energi yang mempunyai ciri tersendiri; masing-masing foton mempunyai panjang
gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang
gelombang, jadi panjang gelombang cahaya ungu dan biru mempunyai energi foton
yang lebih tinggi dari panjang gelombang cahaya jingga (orange) dan merah
(Sasmitamihardja, 1990).
Molekul yang mengaborpsi cahaya tampak adalah pigmen berwarna atau hitam.
Elektron yang menjadi tereksitasi biasanya elektron yang mobil yang berasosiasi
dengan ikatan rangkap yang tidak jenuh. Misal klorofil, mempunyai tingkat
ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya yang efisien, terutama cahaya
biru dan merah (Sasmitamihardja, 1990).
Suatu prinsip mendasar dari absorpsi cahaya disebut hukum Stark Einstein yang
menyatakan bahwa setiap molekul setiap kali hanya dapat menyerap satu foton, dan
foton ini menyebabkan tereksitasinya hanya satu elektron. Elektron yang dalam
keadaan dasar (ground state) stabil pada suatu orbit biasanya tereksitasi, dipindahkan
menjahui keadaan dasarnya (orbit tersebut) dengan jarak (ke orbit lain) sesuai dengan
energi foton yang diabsorpsinya. Jika yang menyerap energi foton itu adalah mplekul
klorofil atau pigmen yang lain, maka molekul itu kemudian akan berada dalam
keadaan tereksitasi, dan energi eksitasi inilah yang digunakan dalam fotosintesis.
Klorofil atau pigmen yang lain itu akan tetap dalam keadaan tereksitasi untuk waktu
yang singkat, biasanya 10-9 detik atau malah kurang dari itu, energi eksitasi akan
hilang pada waktu elektron kembali ke orbitnya semula. Energi eksitasi yang
6

diinduksi dalam suatu molekul atau atom oleh satu foton dapat hilang menurut tiga
cara, yaitu (Sasmitamihardja, 1990) :
1. Energi dapat hilang sebagai panas atau kalor.
2. Energi dapat sebagian hilang sebagai panas dan sisanya sebagai cahaya
tampak dengan panjang gelombang lebih panjang dari panjang gelombang yang
diabsorpsi, dinamakan fluoresensi.
3. Energi dapat dilakukan untuk melakukan suatu reaksi kimia.
Fotosintetsis adalah hasil dari proses yang ketiga.

4. Klorofil

Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae
dan Cynobacteria. Nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno : choloros =
green (hijau), and phyllon = leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah
menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu
suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati),
dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).

Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya


dalam gelombang yang berlainan. Klorofil a tampak hijau tua, tetapi jika sinar
direfleksikan, tampaknya lalu merah darah. Klorofil b berwarna hijau cerah tampak
merah coklat pada fluoresensi. Klorofil banyak meresap sinar merah dan nila
(Dwidjoseputro, 1994).
7

3.1 Terbentuknya Klorofil


Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil dan
hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam). Pada umumnya
proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini.
Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi
kloroplas ketika daun dan batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah,
khususnya bila organ mengandung kloroplas terpajang pada cahaya. Jadi, tiap sel
daun dewasa sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas
mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bias dilihat
dengan mikroskop elektron (Salisbury dan Ross, 1992).
Pembentukan klorofil dalam tubuh tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : faktor pembawaan (gen), cahaya, oksigen, karbohidrat, nitrogen,
magnesium dan besi serta air dan temperature, dimana temperature yang baik untuk
pembentukan klorofil yaitu 35-48 ⁰C (Dwijoseputro, 1994)
Klorofil dibentuk dari kondensasi suksinil Co-A dan asam amino glisin menjadi
senyawa yang tidak stabil yaitu asam amino glisin menjadi senyawa asam amino
ketoda di dapat, kemudian melalui dekarboksilasi dan diubah menjadi asam amino
lovalenat dikatalis oleh enzim amino lovalenat sintetase dengan adanya pridoksal
posfat dan cahaya (Nurdin, 1997).
Dibungkus oleh dua lapis membrane yaitu membrane luar dan membran dalam,
yang dipisahkan oleh ruang intermembran. Membrane luar datar, sedangkan
membrane dalam melebar dan melipat ke arah dalam membentuk tumpukan seperti
kantong-kantong yang disebut tilakoid. Tumpukan tilakoid yang sejajar disebut
granum, satu granum terdiri dari 2-100 tilakoid. Didalam setiap tilakoid terdapat
ruang yang disebut lumen yang berisi garam pelarut (Nurdin, 1997).
Kloroplas merupakan organel yang berbentuk lensa dan berukuran kira-kira dua
micrometer dikali lima micrometer. Kloroplas ini dilingkupi oleh dua membrane
8

yang dipisahkan oleh ruang inter membran yang sempit. Membran dalam melingkupi
cairan yang disebut stroma. Stroma mengelilingi ruangan ketiga, yang dibatasi oleh
membrannya sendiri (membrane tilakoid). Diseluruh kloroplas, kantung tilakoid
ditumpuk membentuk grana yang dihubungkan satu sama lain oleh tubula tipis
diantara masing-masing tilakoid (Campbell, dkk., 2002).

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Menurut A.R.Loveless (1991) terdapat adanya beberapa faktor yang


mempengaruhi laju fotosintesis, antara lain :
1) Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat mempengaruhi laju fotosintesis
hingga kecepatannya sebanding dengan konsentrasi karbondioksida. Namun bila
konsentrasi karbondioksida naik maka dapat dicapai laju fotosintesis maksimum
kira-kira pada konsentrasi 1 % dan diatas persentase ini maka laju fotosintesis akan
konstan pada suatu kisaran lebar dari konsentrasi karbondioksida.
(A.R.Loveless,1991:291)
2) Intensitas Cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil
daripada respirasi. Pada keadaan diatas titik kompensasi yaitu konsentrasi
karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan untuk respirasi
seimbang, maka peningkatan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan sebanding
dengan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis
menurun sedangkan pada intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan.
(A.R.Loveless,1991:292).
9

3) Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC
sampai suhu 35ºC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas 35ºC
menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang mengakibatkan
menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu semakin cepat penurunan
laju fotosintesis. (A.R.Loveless,1991:294)

E. Variabel Penelian
1. Variabel manipulasi : Umur daun ( muda, setengah tua, dan tua)
2. Variabel control : Massa daun dan alkohol 95%
3. Variabel respon : Kadar klorofil pada daun

F. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Manipulasi
Variabel yang dibuat manipulasi pada percobaan ini yaitu jenis daun dan umur
daun. Jenis daun yang dimaksudkan yaitu warna daun yang berbeda-beda yaitu warna
daun hijau, kuning dan merah, untuk warna daun hijau menggunakan daun jambu
(Psidium guajava). Untuk warna daun kuning menggunakan daun puring (Codiaeum
variegatum) dan untuk warna daun merah menggunakan daun pucuk merah
(Syzygium oleana). Sedangkan umur daun yaitu daun muda, daun setengah tua dan
daun tua. Untuk daun muda diambil dari daun pucuk, daun setengah tua diambil dari
daun nomor 3 dari pucuk, dan daun tua diambil dari daun nomor 5 ke bawah.

2. Variabel Kontrol
Variabel yang dibuat kontrol pada percobaan ini yaitu berat daun dan volume
alkohol yang digunakan. Berat daun yang digunakan yaitu masing-masing usia 0,5
10

gram dan volume alkohol yang digunakan untuk masing-masing pelarutan yaitu 50
ml.

3. Variabel Respon
Variabel respon yang diperoleh dari percobaan ini yaitu kadar klorofil. Kadar
klorofil diperoleh dari pengukuran filtrat menggunakan spectrofotometer dan
dihasilkan Optical Density (OD) yang selanjutnya digunkan untuk mengukur kadar
klorofil a, klorofil b dan klorofil total.

G. Alat dan Bahan


Alat :

1. Mortar dan penumbuk porselin 1 buah


2. Tabung spectrofotometer 2 buah
3. Spectrofotometer 1 buah
4. Pipet tetes 2 buah
5. Gelas ukur 2 buah
6. Kertas saring secukupnya

Bahan :

1. Daun dengan umur yang berbeda, meliputi :


a) Daun muda yang diambil daun yang pucuk hingga nodus ke-3
b) Daun tua yang diambil mulai daun pada nodus 5 ke bawah
2. Alkohol 95%
11

H. Rancangan Percoban

Daun yang masih segar

 Ditimbang 1 gram
 Dipotong kecil-kecil

Potongan-potongan daun

 Digerus sampai halus


 Diekstraksi dengan 100 ml alkohol 95%
 Disaring dengan kertas saring sampai
volume akhir filtrat mencapai 100 ml

Filtrat

 Diukur kadar klorofilnya dengan


spektrofotometer pada panjang gelombang
649 nm dan 665 nm
 Sebelum pengukuran perlu dikalibrasi
dahulu dengan alkohol
 Nilai absorbansi dicatat
 Kadar klorofil a, klorofil b dab klorofil
total dihitung

Hasil pengamatan
Kadar klorofil berbagai daun pada umur yang berbeda
12

I. Langkah Kerja
1. Satu gram daun yang masih segar ditimbang, kemudian dipotong kecil-kecil.
2. Potongan-potongan tersebut digerus dalam lumpang porselin sampai halus.
3. Gerusan daun tersebut diekstraksi dengan ditambahkan larutan alkohol 95%
sedikit demi sedikit sampai mencapai volume 100 mL.
4. Ekstrak tersebut disaring menggunakan kertas saring sampai volume akhir filtrat
mancapai volume 100 mL. Jika kurang dari 100 mL maka ditambahkan kembali
alkohol 95%.
5. Kadar klorofil pada filtrat tersebut diukur dengan menggunakan spectrofotometer
pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Sebelum pengukuran perlu
dikalibrasi terlebih dahulu. Larutan yang digunakan sebagai pelarut adalah
alkohol 95%. Nilai absorbansi (Optical Density/DO) larutan tersebut dicatat.
6. Kadar klorofil a, kadar klorofil b, dan kadar klorofil total dapat dihiting dengan
rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai berikut :
b. Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649 (mg/l)
c. Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 x OD 665 (mg/l)
d. Klorofil total : 20,0 x OD 649 – 6,1 x OD 665 (mg/l)
13

J. Rancangan Tabel Pengamatan

Tabel 1. Kadar klorofil daun Ungu (Graptophylum pictum) pada umur daun yang berbeda

Jenis Nilai Optical Density (A) Kadar Klorofil (mg/l)


Daun
tumbuhan 649 nm 665 nm a b Total
Daun Ungu Muda 1,983 2,578 23,8965 31,3108 55,39
(Graptophylum
Tua 2,218 2,296 18,6795 39,5452 58,37
pictum)
Berdasarkan data pengukuran kadar klorofil berbagai jenis tumbuhan, baik klorofil a,
klorofil b maupun klorofil total, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Data kelas tentang kadar klorofil daun pada umur daun yang berbeda

Kadar Klorofil (mg/l)


Morfologi Umur
No. Jenis Daun Klorofil
Warna Daun Daun Klorofil a Klorofil b
Total
Muda 23,8965 31,3108 55,39
1. Daun Ungu
Tua 18,6795 39,5452 58,37
Muda 13,2397 9,1197 22,45
2. Warna Merah Sirih Merah
Tua 20,0867 16,5527 36,78
Daun Bunga Muda 8,9567 7,8041 16,83
3.
Jembel Tua 12,8140 8,7723 21,86
Muda 4,281 3,6858 8,17
4. Wali Songo
Tua 6,1839 4,7154 11,18
Warna Muda 1,8891 0,6079 2,48
5. Daun Brokoli
Kuning Tua 2,2758 1,0223 3,31
Muda 1,8207 1,075 2,91
6. Daun Puring
Tua 2,3885 1,5907 3,99
Daun Jambu Muda 3,8359 5,3574 9,22
7.
Warna Hijau Biji Tua 15,595 10,7516 26,46
8. Daun Suji Muda 3,7434 2,9275 6,70
14

Tua 10,2876 6,6725 17,04


Muda 3,4727 2,1546 5,65
9. Daun Melati
Tua 4,9521 2,8799 7,87

Dari data hasil kegiatan praktikum kelompok yang telah diperoleh, dapat dibuat
grafik yang menyatakan hubungan antara umur daun dan jumlah kadar klorofilnya, yakni:

Gambar 1. Grafik pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil pada daun Ungu
(Graptophylum pictum)

60
50
40
Kadar Klorofil a
30
klorofil Klorofil b
daun (mg/l) 20 Klorofil total
10
0
Muda Tua
Umur daun

K. Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan praktikum mengukur kadar klorofil
daun dapat dianalisa sebagai berikut :

Kadar klorofil daun pada berbagai tumbuhan selalu berbeda-beda. Dalam suatu
tumbuhan pun ditemukan perbedaan kadar klorofil antara daun muda dan daun tua nya.
15

Hal tersebut seperti halnya data yang didapatkan kelompok kami. Pada praktikum
pengukuran kadar klorofil daun kami menggunakan daun Ungu (Graptophylum pictum)
pada umur daun yang berbeda, yakni daun muda dan daun tua. Daun muda didapatkan
dari daun yang paling pucuk hingga daun pada nodus ke-3, sedangkan daun tua
didapatkan dari daun mulai dari nodus ke-5 ke bawah.

Daun Ungu (Graptophylum pictum) yang masih muda memiliki kadar klorofil a
sejumlah 23,8965 mg/l, klorofil b sejumlah 31,3108 mg/l dan klorofil total sejumlah
55,39 mg/l. Pada daun yang sudah tua kadar klorofil a sejumlah 18,6795 mg/l, klorofil b
sejumlah 39,5452 mg/l dan klorofil total sejumlah 58,37 mg/l. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa kadar klorofil b lebih tinggi dibandingkan kadar klorofil a pada daun
yang muda maupun daun tua. Selain itu didapatkan hasil bahwa, kadar klorofil total pada
daun yang tua lebih banyak dibandingkan daun yang muda.

Pada data kelas sesuai dengan tabel yang telah tertera digunakan 3 jenis morfologi
warna daun yakni warna merah, kuning dan hijau. Daun yang mewakili warna merah
adalah daun sirih merah, daun bunga jembel dan salah satunya adalah daun kelompok
kami, yakni daun ungu (Graptophylum pictum). Daun yang mewakili warna kuning
adalah daun wali songo, daun brokoli dan daun puring. Daun yang mewakili warna hijau
adalah daun jambu biji, daun suji dan daun melati. Dari masing-masing data memiliki
perbedaan nilai kadar klorofilnya.

Daun sirih merah yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 13,2397
mg/l, klorofil b sejumlah 9,1197 mg/l dan klorofil total sejumlah 22,45 mg/l/. Daun yang
sudah tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 20,0867 mg/l, klorofil b sejumlah 16,5527
mg/l dan klorofil total sejumlah 36,78 mg/l.

Daun bunga jembel yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 8,9567
mg/l, klorofil b sejumlah 7,8041 mg/l dan klorofil total sejumlah 16,83 mg/l/. Daun yang
16

sudah tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 12,8140 mg/l, klorofil b sejumlah 8,7723
mg/l dan klorofil total sejumlah 21,86 mg/l.

Daun wali songo yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 4,281 mg/l,
klorofil b sejumlah 3,6858 mg/l dan klorofil total sejumlah 8,17 mg/l/. Daun yang sudah
tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 6,1839 mg/l, klorofil b sejumlah 4,7154 mg/l dan
klorofil total sejumlah 11,18 mg/l.

Daun brokoli yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 1,8891mg/l,
klorofil b sejumlah 0,6079 mg/l dan klorofil total sejumlah 2,48 mg/l/. Daun yang sudah
tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 2,2758 mg/l, klorofil b sejumlah 1,0223 mg/l dan
klorofil total sejumlah 3,31 mg/l.

Daun puring yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 1,8207 mg/l,
klorofil b sejumlah 1,075 mg/l dan klorofil total sejumlah 2,91 mg/l/. Daun yang sudah
tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 2,3885 mg/l, klorofil b sejumlah 1,5907 mg/l dan
klorofil total sejumlah 3,99 mg/l.

Daun jambu biji yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 3,8359
mg/l, klorofil b sejumlah 5,3574 mg/l dan klorofil total sejumlah 9,22 mg/l/. Daun yang
sudah tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 15,595 mg/l, klorofil b sejumlah 10,7516
mg/l dan klorofil total sejumlah 26,46 mg/l.

Daun suji yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 3,7434 mg/l,
klorofil b sejumlah 2,9275 mg/l dan klorofil total sejumlah 6,70 mg/l/. Daun yang sudah
tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 10,2876 mg/l, klorofil b sejumlah 6,6725 mg/l dan
klorofil total sejumlah 17,04 mg/l.

Daun melati yang masih muda memiliki kadar klorofil a sejumlah 3,4727 mg/l,
klorofil b sejumlah 2,1546 mg/l dan klorofil total sejumlah 5,65 mg/l. Daun yang sudah
17

tua memiliki kadar klorofil a sejumlah 4,9521 mg/l, klorofil b sejumlah 2,8799 mg/l dan
klorofil total sejumlah 7,87 mg/l/. Dari seluruh data yang ada, nilai klorofil total pada
daun tua lebih banyak dibandingkan daun muda.

L. Pembahasan

Berdasarkan data pengamatan yang telah diperoleh, dapat dianalisis bahwa umur
daun berpengaruh terhadap kadar klorofil yang dikandungnya. Makin tua umur daun
makin banyak kaadar klorofil yang dikandungnya, begitu pula sebaliknya makin muda
umur daun makin sedikit kadar klorofil yang dikandungnya.

Pada praktikum yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kadar klorofil pada daun
tua lebih banyak dibandingkan dengan daun yang masih muda, baik itu klorofil a, klorofil
b maupun klorofil total. Pengecualian terjadi pada daun ungu (Graptophylum pictum)
yang mana kadar klorofil a pada daun muda lebih banyak dibandingkan dengan daun tua.
Hal tersebut dimungkinkan karena terjadi kesalahan oleh praktikan saat mengambil data,
yakni saat proses pengambilan daun muda. Mungkin daun muda yang dipetik tercampur
dengan daun yang sudah tua atau terjadi kesalahan memetik daun yang berada pada nodus
3 ke bawah. Sehingga, hal tersebut menyebabkan data yang diperoleh berbeda dengan
data lainnya.

Perbedaan jumlah klorofil pada daun dengan umur berbeda terjadi karena daun yang
masih muda atau pucuk belum berfungsi sebagai organ fotosistesis layaknya daun yang
sudah tua. Pada daun muda jika sudah berfungsi sebagai organ fotosintesis maka
fotosintesis yang terjadi kemungkinan belum sempurna begitu pula jumlah klorofil yang
ada pun belum sempurna sehingga mempengaruhi proses fotosintesis. Daun yang muda
masih dalam masa pertumbuhan dan kadar klorofilnya juga belum sempurna
pembentukannya. Berbeda dengan daun yang sudah tua, daun tua sudah efisien untuk
melakukan proses fotosintesis. Klorofil terbentuk secara sempurna pada daun tua untuk
18

melakukan proses fotosintesis guna mencukui kebutuhan pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan tersebut.

Diskusi

1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda. Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang mendukung.
2. Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis.
3. manakah di antara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama)
yang memilki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?

Jawaban :

1. Perbedaan jumlah klorofil pada umur berbeda terjadi karena daun yang masih
muda atau pucuk belum berfungsi sebagai organ fotosistesis (jika sudah berfungsi
sebagai organ fotosintesis maka fotosintesis yang terjadi kemungkinan belum
sempurna begitu pula jumlah klorofil yang ada pun belum sempurna). Daun muda
yang masih dalam masa pertumbuhan dan kadar klorofilnya juga belum sempurna
pembentukannya. Berbeda dengan daun yang sudah tua, daun tua sudah efisien
untuk melakukan proses fotosintesis. Klorofil terbentuk secara sempurna pada
daun tua untuk melakukan proses fotosintesis guna mencukui kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut.
Sejalan dengan pertumbuhan daun kemampuannya untuk berfotosintesis
juga meningkat sampai daun berkembang penuh, peningkatan ini juga diikuti
dengan peningkatan kadar klorofil sampai pada titik maksimum. Setelah
mencapai titik maksimum maka kemampuan berfotosintesis dan jumlah klorofil
lebih banyak daripada daun muda sampai titik maksimal juga, setelah mencapai
titik ini maka daun menjadi kuning (yang hampir mati) dan tidak mampu
19

berfotosintesis karena rusaknya klorofil dan hilangnya fungsi kloroplas. Karena


sebab-sebab inilah maka kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda.

2. Fungsi klorofil adalah sebagai pigmen yang utama dalam menangkap cahaya dan
sebagai pengembali sinar dalam gelombang yang berlainan. Proses fotosintesis
hanya dapat berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintesis. Dalam
proses ini, ada tiga fungsi utama dari klorofil yaitu dengan memanfaatkan energi
matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar
energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Berikut merupakan reaksi yang
terjadi dalam proses fotosintesis :

12H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2 + 6H2O

3. Jumlah klorofil terbesar berada pada daun yang terdedah karena terbentuknya
klorofil beriringan dengan terjadinya proses fotosintesis dan adanya cahaya. Daun
yang terdedah di bawah cahaya matahari akan membentuk pigmen fotosintesis
yang berupa klorofil lebih banyak dibandingkan daun yang ternaung. Hal tersebut
karena klorofil merupakan pigmen utama yang digunakan untuk proses
fotosintesis. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Salisbury dan Ross
(1995) bahwa kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila organ
mengandung kloroplas terpajang pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa sering
mengandung beberapa ratus kloroplas.
20

M. Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan praktikum dan hasil data yang diperoleh, dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh umur daun tehadap kadar klorofil daun pada
tanaman. Makin tua daun makin banyak kandungan klorofilnya sampai pada titik
maksimal tertentu, begitu pula sebaliknya, makin muda daun makin sedikit kandungan
klorofilnya.
21

N. Daftar Pustaka

Departemen Pertanian. 2008. Tanaman Yang Berkhasiat Mengatasi Deman Berdarah


Dengue. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Vol. 30.(6).

Dwijoseputro. D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia pustaka


utama.

Hendriyani, Ika Susanti dan Setiari, Nintya. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan
Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda.
J. Sains & Mat. Vol 17 No. 3, Juli 2009: 145-150.

Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada:


Jakarta.

Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Saputra, Edy, 2012. Spektrofotometer. (online). http://www.chem-is-try.org. Diakses


pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 23.07 WIB.

Setiari, N., Nurchayati, Y. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada Beberapa Sayuran
Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Supplement. BIOMA Vol. 11, No.
1, Hal 6-10.

Sugianti, Budi. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian


Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS-702). Institut Pertanian
Bogor. Bogor
22

LAMPIRAN

Berikut dokumentasi selama kegiatan praktikum mengukur kadar klorofil daun :

Tabel 3. Dokumentasi kegiatan praktikum mengukur kadar klorofil daun


Foto Keterangan

Daun Ungu Ungu (Graptophylum


pictum) ditimbang sebanyak 1 gram
kemudian digerus mengguanakan alu
dan mortal dengan batuan 100 ml
alkohol 95%

Ekstrak daun disaring menggunakan


kertas saring sampai volume 100 ml
23

Ekstrak daun yang sudah siap akan


diukur diukur nilai absorbansi (Optical
Density/DO) dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm.

Hasil pengukuran diukur nilai


absorbansi (Optical Density/DO)
dengan menggunakan spektrofotometer

(Kegiatan praktikum dilakukan pada


daun muda maupun daun tua)

Anda mungkin juga menyukai