Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FOTOSINTESIS DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA


“MENGUKUR KADAR KLOROFIL DAUN”

Oleh:
Elisa Kustiyaningsih
15030244008
BIOLOGI 2015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kita jumpai dalam lingkungan sekitar tempat kita hidup beraneka macam
tumbuhan, dan rata-rata tumbuhan hijau yang paling dominan. Tumbuhan hijau menyusun
senyawa organik dari karbondioksida dan air melalui proses fotosintesis.
Fotosintesis pada hakikatnya merupakan satu-satunya mekanisme masuknya energi ke
dalam dunia kehidupan, dalam hal ini fotosintesis merupakan proses mengubah energi
matahari menjadi energi potensial/ kimiawi yang tersimpan dalam karbohidrat dan molekul
organik lainya. Satu-satunya pengecualian terjadi pada bakteri kemostatik. Sebagai mana
reaksi oksidasi penghasil energi, yaitu tempat bergantungnya semua kehidupan,
fotosintesis meliputi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Proses keseluruhan adalah oksidasi
air (pemindahan elektron yang disertai pelepasan O2 sebagai hasil samping) dan CO2 untuk
membentuk senyawa organik yaitu karbohidrat. Proses ini hanya akan terjadi jika ada
cahaya dan melalui pigmen hijau klorofil. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada
tanaman. Senyawa inilah yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan
menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan.
Sebagian besar klorofil terdapat dalam daun namun klorofil juga dapat dijumpai pada
bagian-bagian tanaman yang berwarna hijau seperti akar, batang, buah, biji dan bunga dalam
jumlah yang terbatas. Meskipun sebagian besar klorofil terdistribusi dalam daun, namun
persebarannya juga tidak merata. Banyaknya klorofil pada pangkal daun akan berbeda
dengan ujung, tengah serta kedua tepi daun. Selain itu perbedaan warna daun juga
menunjukan adanya perbedaan jumlah klorofil. Warna hijau daun sangat berkolerasi dengan
kandungan klorofil. Pada umumnya, semakin hijau warna daun semakin tinggi kandungan
klorofilnya.
Pigmen klorofil sebenarnya terdiri atas beberapa molekul pigmen, yaitu klorofil a
dan klorofil b serta karotenoid. Pigmen-pigmen tersebut berfungsi untuk menyerap cahaya
matahari. Pembentukan pigmen klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain unsur
nitrogen yang merupakan bahan pembentuk klorofil dan apabila kekurangan akan
menyebabkan klorosis pada tanaman, dan setiap tanaman memiliki kadar klorofil yang
berbeda-beda.
Pada percobaan ini, untuk mengetahui kandungan pigmen klorofil a dan klorofil b
pada tanaman akan dilakukan pengujian kandungan klorofil pada beberapa macam
tumbuhan dengan metode spektrofotometri, menggunakan alat spektrofotometer visibel
(cahaya tampak) dengan panjang gelombang 649 dan 665 nm.

B. Rumusan Masalah

Pada percobaan ini terdapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil dari suatu tanaman?
C. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan yang dapat diperoleh dari rumusan masalah yang ada adalah:

1. Mengamati pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil dari suatu tanaman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Karakteristik yang hanya dimiliki oleh tumbuhan adalah kemampuan mengubah zat
karbon dari udara menjadi bahan organik, kemudian diasimilasikan dalam tubuh tumbuhan.
Peristiwa ini dapat berlangsung apabila ada cahaya yang cukup. Oleh karena itu, asimilasi
zat karbon disebut juga fotosintesis (Dwidjoseputro, 1995). Persamaan reaksi fotosintesis
adalah sebagai berikut:

cahaya
n CO2 + n H2O (CH2O)n + n O2
klorofil

Pada fotosintesis terjadi penangkapan energi cahaya oleh fotosistem. Aksi dari
cahaya membuat fotosistem mengumpulkan energi dari elektron yang tereksitasi.
Penyerapan panjang gelombang hijau dan kuning sebenarnya lebih tinggi dari yang tampak
oleh spektrum serapan klorofil dan karotenoid karena cahaya tersebut dipantul berulang kali
dalam sel fotosintetik sampai dapat diserap klorofil dan memberi energi pada fotosintesis
(Lakitan, 2007).
Klorofil terdapat di dalam kloroplas tumbuhan. Kloroplas banyak ditemukan pada sel
mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun (Campbell, 2003). Kloroplas
berasal dari proplastid kecil. Pada umumnya proplastid hanya berasal dari sel telur yang tak
terbuahi. Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi
kloroplas ketika daun dan batang telah terbentuk. Setiap sel daun dewasa biasanya
mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas dapat diamati
menggunakan mikroskop cahaya, tapi struktur anatomi secara detail hanya dapat diamati
menggunakan mikroskop elektron (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada umumnya, klorofil merupakan pigmen hijau fotosintesis yang terdapat dalam
tanaman, Algae dan Cynobacteria. Kata “chlorophyll” berasal dari Bahasa Yunani Kuno
yakni choloros yang bermakna hijau dan phyllon yang bermakna daun. Klorofil tergolong
senyawa ester yang larut dalam pelarut organik. Ekstraksi klorofil dapat dilakukan
menggunakan pelarut organik polar, terutama aseton dan alkohol. Kandungan klorofil
bersifat tidak stabil dan lebih mudah rusak bila terkena sinar, panas, asam dan basa
(Proklamasiningsih dkk., 2012).
Biosintesis klorofil dibawa oleh gen-gen tertentu dalam kromosom. Gen-gen tersebut
menyandi enzim yang berperan dalam jalur biosintesis tetrapirol atau inti porpirin sebagai
pusat struktur dari klorofil (Kurniawan dkk., 2010). Faktor eksternalnya yaitu cahaya,
temperatur, air, karbondioksida, nitrogen, besi, magnesium, mangan, tembaga, seng dan
sulfur. Kebanyakan tumbuhan memerlukan cahaya untuk mengaktifkan klorofil, hanya
beberapa tumbuhan yang tidak memerlukan cahaya. Air berfungsi untuk mencegah
desintegrasi klorofil. Temperatur optimal dapat meningkatkan laju fotosintesis melalui
kinerja enzim. Karbondioksida yang banyak bisa meningkatkan jumlah bahan dalam
fotosintesis. Unsur besi, magnesium, mangan, tembaga, seng dan sulfur berperan sebagai
katalis dalam sintesis protein. Laju fotosintesis juga dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan
dan kadar fotosintat. Tumbuhan yang berkecambah memiliki laju yang jauh lebih tinggi
daripada tumbuhan dewasa. Sementara itu, apabila fotosintat atau hasil fotosintesis
berkurang, maka laju akan ditingkatkan (Proklamasiningsih dkk., 2012).
Klorofil pada tumbuhan dibagi menjadi dua macam yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg)
dan klorofil b (C55H70O6N4Mg). Semua tumbuhan hijau mengandung klorofil a maupun
klorofil b. Persentase krolofil a sekitar 75% dari total klorofil yang ada. Klorofil sering
dijumpai bersama-sama dengan protein atau lipid. Klorofil dan protein berikatan melalui
gugus hidrofobik dari cincin porifin, sedangkan klorofil dan lipid berikatan melalui gugus
fitol (Sirait, 2008).
Perbedaan utama antara klorofil a dan klorofil b adalah adanya atom magnesium di
tengah cincin profirin sebagai pengganti besi dan adanya rantai fitol di samping hidrokarbon
yang panjang. Perbedaan kecil terletak pada struktur klorofil dimana sel keduanya terikat
pada protein (Santoso, 2004). Klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan
cahaya, kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun atas klorofil a. Energi
cahaya diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi tersebut sehingga dapat digunakan untuk
proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
Dari semua radiasi yang dipancarkan matahari, hanya panjang gelombang tertentu
yang dimanfaatkan tumbuhan untuk fotosintesis, yaitu panjang gelombang pada kisaran
cahaya tampak 380-700 nm. Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah 610-700 nm, hijau
kuning 510-600 nm, biru 410-500 nm dan violet < 400 nm. Masing-masing jenis cahaya
pengaruhnya berbeda terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap
cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada
panjang gelombang yang berbeda (Proklamasiningsih dkk., 2012).
Spektrofotometer yang terdiri atas spektrometer dan fotometer akan menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut
ditransmisikan, maka akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut. Pada fotometer filter, sinar
dari panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang
mempunyai spesifikasi tertentu (Noggle dan Fritzs, 1979).
B. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diperoleh dari tujuan percobaan ini adalah:
Ha: Adanya pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil dari suatu tanaman.

Ho: Tidak adanya pengaruh umur daun terhadap kadar klorofil dari suatu tanaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa
variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon. Selain itu juga
menggunakan pembanding dalam penelitian.
B. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut:
Hari/ tanggal : Kamis, 06 Oktober 2016
Waktu : Pukul 13.00 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan C10 FMIPA UNESA
C. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi
Umur daun tanaman
2. Variabel kontrol
a. Jenis tanaman
b. Berat daun
c. Larutan pengekstrasi
d. Volume filtrat
e. Panjang gelombang cahaya
3. Variabel respon
a. Kadar klorofil a
b. Kadar klorofil b
c. Kadar klorofil total
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: 4 buah pipet tetes, 1
buah gelas ukur, 1 pasang lumpang porselen, 4 buah kertas saring, 1 paket spektrofotometer,
1 buah neraca, dan 1 buah gunting. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun tanaman
Bunga Sepatu nodus ketiga serta alkohol 95 %.
E. Rancangan Percobaan
1. Menimbang daun tanaman bunga sepatu nodus ketiga yang masih segar sebanyak 1 gram
dan dipotong kecil-kecil.
Daun tanaman bunga sepatu nodus ketiga

Ditimbang
sebanyak 20 gram

2. Menghaluskan 1 gram daun sampai halus dan ditambahkan 100 mL alkohol 95% ke
dalam hasil gerusan.
Alkohol

Dihaluskan bersama alkohol

3. Menyaring hasil gerusan yang telah ditambahkan alkohol 95% dengan menggunakan
kertas saring.

Hasil gerusan
daun
Disaring menggunakan
kertas saring

4. Mengukur kadar klorofil dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang


gelombang 649 nm dan 665 nm dan dihitung hasilnya.

Diukur menggunakan
spektrofotometer
F. Langkah Kerja
1. Ditimbang 1 gram daun tanaman Bunga Sepatu nodus ketiga yang masih segar,
kemudian potong kecil–kecil.
2. Digerus potongan daun tersebut dalam lumpang porselin sampai halus.
3. Diekstraksi gerusan daun dengan menggunakan 100 ml alkohol 95%.
4. Disaring ekstrak menggunakan kertas saring hingga volume akhir 100 ml. Jika volume
kurang dari 100 ml, ditambah kembali dengan alkohol 95%.
5. Diukur kadar klorofil filtrat menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
649 dan 665 nm. Sebelum pengukuran perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Larutan yang
digunakan sebagai pelarut untuk kalibrasi adalah alkohol 95%. Catat nilai absorbansi
(Optical density) larutan.
6. Kadar klorofil a, b dan total dapat dihitung dengan rumus dari Wintermans dan de Mots
sebagai berikut:
- Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649 (mg/l)
- Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 x OD 665 (mg/l)
- Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 x OD 665 (mg/l)
7. Dicatat data kadar klorofil berbagai daun pada umur yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis
1. Data
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar Klorofil pada Berbagai Jenis Daun Tumbuhan


Absorbansi Klorofil a Klorofil b Klorofil total
Tumbuhan Nodus
649 nm 665nm (mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 0,110 A 0,185 A 1,9009 1,4135 3,3285
Pucuk
3 0,370 A 0,626 A 6,445 4,7258 11,2186
Merah
5 0,892 A 1,350 A 13,4106 12,6186 14,69124
1 0,660 A 1,100 A 11,2658 8,558 19,8264
Kembang
3 0,584 A 1,043 A 10,92526 7,0361 18,0423
Sepatu
5 0,957 A 1,677 A 17,47 11,78 29,37
1 0,518 A 0,960 A 10,169 5,972 16,216
Colombus 3 0,466 A 0,896 A 9,591 5,1236 14,7856
5 0,670 A 0,917 A 8,7037 10,2251 18,9937
1 1,079 A 1,746 A 17,7 14,4 32,23
Ruellia 3 0,670 A 1,170 A 12,17 8,277 20,5
5 0,475 A 0,810 A 8,361 6,018 14,441

2. Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh dalam pengukuran kadar klorofil pada tanaman
pucuk merah, kembang sepatu, columbus, dan Ruellia. Secara keseluruhan pada tanaman
tersebut menjukkan kadar klorofil a lebih tinggi dari kadar klorofil b, kecuali pada daun
columbus nodus 5 kadar klorofil b lebih tinggi dari pada kadar klorofil a. Kadar klorofil
total pada nodus 1, nodus 3, dan nodus 5 pada daun pucuk merah semakin tinggi, pada
daun bunga sepatu kadar klorofil semakin tinggi, tanaman columbus kadar semakin
tinggi, sedangkan tanaman ruellia kadar klorofilnya semakin rendah. Pada kadar klorofil
a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total dapat diketahui bahwa kadar klorofil tertinggi
dimiliki oleh daun dari tanaman ruellia pada nodus 1 yaitu dengan kadar klorofil a, b dan
klorofil total berturut-turut 17,705 mg/l, 14,394 mg/l dan 32,231 mg/l. Sedangkan kadar
klorofil terendah dimiliki oleh tanaman pucuk merah pada nodus 1 dengan kadar
berturut-turut 1,901 mg/l, 1,414 mg/l dan 3,328 mg/l.
3. Grafik

35

30
Kadar Klorofil Total

25

20

15

10

0
Nodus 1 Nodus 3 Nodus 5
Bunga sepatu

Gambar 1. Korelasi Kadar Klorofil pada Tanaman Bunga Sepatu dengan berbagai
nodus
4. Analisis grafik
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa kadar klorofil total yang dimiliki
daun bunga sepatu pada nodus 1, 3 dan 5 secara berturut-turut adalah 19,8264 mg/L,
18,0423 mg/L dan 29,37 mg/L. Dari hasil tersebut kadar klorofil total pada daun bunga
sepatu pada nodus 1, 3 dan 5 menunjukkan bahwa kadar klorofilnya naik turun.
B. Pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar klorofil menggunakan berbagai daun tumbuhan
yaitu: pucuk merah, bunga sepatu, colombus, dan ruellia. Daun yang diambil terletak pada
nodus 1, 3, dan 5. Dari data diatas, dapat dilihat bahwa klorofil a memiliki kadar yang lebih
tinggi dibanding klorofil b. Persentase klorofil a sekitar 75% dari total klorofil yang
ada (Sirait, 2008). Klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna biru-hijau, sedangkan
klorofil b bersifat polar dan berwarna kuning-hijau (Suyitno, 2006).
Perbedaan utama antara klorofil a dan klorofil b adalah adanya atom magnesium di
tengah cincin profirin sebagai pengganti besi dan adanya rantai fitol di samping hidrokarbon
yang panjang. Perbedaan kecil terletak pada struktur klorofil dimana sel keduanya terikat
pada protein (Santoso, 2004). Klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan
cahaya, kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun atas klorofil a. Energi
cahaya diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi tersebut sehingga dapat digunakan untuk
proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
Berdasarkan data yang telah didapat, terlihat adanya faktor yang mempengaruhi
perbedaan kadar klorofil pada daun. Setiap jenis daun memiliki kadar klorofil yang berbeda-
beda. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar klorofil adalah umur daun. Menurut Biber
(2007) dalam Setiari, dkk (2009) menyatakan bahwa umur daun dan tahapan fisiologis suatu
tanaman merupakan faktor yang menentukan kandungan klorofil. Tiap spesies dengan umur
yang sama memiliki kandungan kimia yang berlainan dengan jumlah genom yang berlainan
pula. Hal ini mengakibatkan metabolisme yang terjadi juga berlainan terkait dengan jumlah
substrat maupun enzim metabolismenya. Namun pernyataan tersebut kadang juga tidak
berlaku, karena juga terdapat daun yang kadar klorofilnya menurun seiring dengan
pertambahan usia daun. Adapun faktor lain yang mempengaruhi kandungan kadar klorofil
adalah pigmen warna lain yang dominan pada masing-masing daun, seperti karoten dan
xantofil. Misalkan pada daun yang makin tua usianya maka daun tersebut berwarna makin
hijau. Hal ini menandakan kandungan klorofilnya meningkat karena klorofil memantulkan
warna hijau dari sinar tampak dari sinar matahari. Namun pada beberapa daun, makin tua
usianya, warna daun tidak hijau melainkan menjadi berwarna kuning. Peristiwa ini
disebabkan oleh adanya pigmen lain yaitu karoten dan xantofil yang pertumbuhannya lebih
dominan pada umur tertentu atau pada daun tersebut klorofilnya mengalami klorosis karena
kekurangan mineral.
Namun dalam percobaan dengan menggunakan daun sepatu didapatkan hasil yang
berbeda. Klorofil total pada daun yang terletak di nodus pertama memiliki kadar lebih tinggi
dibandingkan dengan daun yang terletak di nodus kedua. Hal tersebut bertentangan dengan
teori yang menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan daun, kemampuan untuk
berfotosintesis juga meningkat sampai daun berkembang penuh dan kemudian mulai
menurun secara perlahan (Salisbury, 1995). Seharusnya, semakin tua umur daun maka
semakin tinggi pula kadar klorofilnya.
Hal tersebut dilihat pada daun yang terletak di nodus ketiga didapat klorofil total
sebesar 18,0423 mg/L, sedangkan pada daun yang terletak di nodus pertama didapat klorofil
total sebesar 19,8264 mg/L. Setelah dianalisis, hal tersebut dapat dimungkinkan terjadi
karena faktor lingkungan misalnya ketersediaan air dan hara pada tempat tumbuh tumbuhan
tersebut kurang mendukung. Faktor lain yang mungkin mendukung adalah bahwa klorofil
daun yang diambil telah mengalami penurunan kemampuan fotosintesis, atau adanya
penyakit pada daun tersebut misalnya klorosis yang merupakan petunjuk terjadinya
kekurangan hara atau serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan.
Kadar klorofil total pada tanaman bunga sepatu semakin tua usia tanaman maka
semakin tinggi atau semakin pekat kadar klorofilnya. Namun, pada praktikum yang telah
dilakukan, diperoleh hasil grafik yang naik turun. Seharusnya pada daun bunga sepatu nodus
1, nodus 3, dan nodus 5 kadar klorofilnya semakin pekat atau meningkat. Hal ini
dikarenakan daun bunga sepatu nodus 1 tumbuhnya di kondisi ternaung atau lebih langsung
terkena paparan cahaya (sinar matahari) dari kedua nodus yang lainnya sehingga kandungan
klorofilnya semakin meningkat dan pekat daripada daun bungan sepatu nodus 3. Menurut
Heriyanto (2006), menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh di kondisi ternaung akan
memiliki kandungan klorofil lebih tinggi dari pada tanaman yang tumbuh di kondisi tidak
atau kurang ternaung sebab dalam kondisi ternaung, tanaman dapat melakukan sintesis
klorofil yang merupakan kompensasi tumbuhan hijau kekuningan untuk dapat
mempertahankan hidupnya secara normal.
Diperolehnya hasil tersebut dapat dikarenakan pada daun bunga sepatu nodus 5
memiliki kadar klorofil yang paling maksimal karena pada usia ini daun melakukan proses
fotosintesis secara aktif sedangkan pada daun bunga sepatu nodus 3 diperoleh hasil kadar
klorofil terendah dikarenakan kadar klorofil yang terbentuk masih sedikit dan masih dalam
proses pembentukan, selanjutnya pada daun dewasa kadar klorofilnya sudah sedikit
berkurang dibandingkan dengan daun setengah tua. Hal ini dapat terjadi karena rusaknya
klorofil yang ada.
C. Diskusi:
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda. Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang mendukung!
Kadar klorofil daun pada berbagai umur memiliki nilai yang tidak sama karena
pengaruh intensitas cahaya. Semakin tua umur daun tanaman, maka kadar klorofilnya
akan semakin meningkat. Daun muda memperoleh intensitas cahaya yang tinggi karena
terletak di bagian pucuk. Oleh karena itu, tanaman hanya memerlukan sedikit klorofil
untuk menangkap cahaya tersebut. Setelah ditangkap, cahaya akan dialirkan ke pusat
reaksi dalam bentuk elektron dan dihasilkan energi eksitasi. Energi eksitasi sangat
berguna bagi proses fotosintesis suatu tanaman (Setiari dan Nurchayati, 2009).
Sementara itu, daun yang sudah tua memperoleh sedikit cahaya sehingga
memerlukan banyak klorofil agar dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang lebih
banyak. Pernyataan ini sesuai dengan teori afinitas elektron yaitu semakin jauh dari
sumber cahaya, maka membutuhkan energi yang lebih banyak untuk menangkap
elektron. Hal inilah yang menjadikan kadar klorofil menjadi lebih banyak (Setiari dan
Nurchayati, 2009).
Faktor lain yang memengaruhi kadar klorofil pada daun yang umurnya berbeda
adalah luas permukaan dan ketebalan daun. Semakin luas dan tebal, maka kadar
klorofilnya akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pengaruh naungan dan
jaringan palisade tanaman yang kaya akan klorofil (Setiari dan Nurchayati, 2009).
2. Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis!
Klorofil diperlukan untuk pigmen fotosintesis. Klorofil berperan sebagai pigmen
utama dalam menangkap cahaya dan pengembali sinar dalam gelombang yang berlainan.
Klorofil pada tumbuhan dibagi menjadi 2 macam yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) dan
klorofil b (C55H70O6N4Mg)(Sirait, 2008). Klorofil b berfungsi sebagai antena yang
mengumpulkan cahaya, kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun atas
klorofil a. Energi cahaya diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi tersebut sehingga
dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
3. Manakah diantara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang
memiliki jumlah klorofil besar? Mengapa demikian?
Tumbuhan yang ternaung memiliki jumlah klorofil lebih besar daripada tumbuhan
yang terdedah. Daun ternaung mempunyai lamina yang tebal karena jaringan
palisadenya lebih panjang sehingga mengandung banyak klorofil. Kadar klorofil b pada
daun yang ternaung lebih tinggi dibanding daun terdedah karena setiap kloroplasnya
mempunyai grana yang lebih banyak. Daun yang ternaung menggunakan lebih banyak
energi untuk menghasilkan pigmen permanen. Hal tersebut memungkinkan tumbuhan
untuk menggunakan semua cahaya dalam jumlah tertentu yang menaunginya. Selain itu,
kloroplas dalam daun juga mempunyai pola susunan yang dapat mengoptimalkan
penyerapan cahaya (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: Kadar klorofil a, b dan total pada daun bunga sepatu lebih rendah daripada daun
yang telah tua.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat lebih cermat dan teliti dalam melakukan
praktikum karena untuk mengukur kadar klorofil dibutuhkan ketelitian
uang tinggi.
2. Laboran sebaiknya selalu mengecek alat -alat laboratorium agar apabila
dibutuhkan untuk praktikum, akan selalu tersedia .
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dwijoseputro. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta: Gramedia.
Heriyanto. 006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Kurniawan, M., M. Izzati dan Y. Nurchayati. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid dan
Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 18(1):28-40.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Noggle, R. R. dan J. G. Fritzs. 1979. Introductor Plant Physiology. Mall of India Private
Ilmited: New Delhi.
Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada, D. Rachmawati dan R. P. Sancayaningsih. 2012.
Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam Masam
dengan Pemberian Garam Aluminium. Agrotrop. 2(1):17-24.
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu: Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Setiari, N. dan Y. Nurchayati. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa Sayuran
Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Suplement. BIOMA. 11(1):6-10.
Sirait, Juniar. 2008. Luas Daun, Kandungan Klorofil dan Laju Pertumbuhan Rumput pada
Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. JITV. 13(2):109-116.
Suyitno, 2006. Faktor-Faktor Fotosintesis. Yogyakarta: UNY Press.
Taiz, L. dan E. Zeiger. 1991. Plant Physiology.. Tokyo: The Benyamin Cumming
Publishing Company Inc.
Lampiran
Perhitungan kadar klorofil pada tanaman bunga sepatu:
1. Klorofil a = 13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649
= 13,7 x 1,043 – 5,76 x 0,584
= 14,2891 – 3,36384
= 10,92526 mg/L
Klorofil b = 25,8 x OD 649 – 7,7 x OD 665
= 25,8 x 0,584 – 7,7 x 1,043
= 15,0672 – 8,0311
= 7,0361 mg/L
Klorofil total = 20,0 x OD 649 + 6,1 x OD 665
= 20,0 x 0,584 + 6,1 x 1,043
= 11,68 + 6,3623
= 18,0423 mg/L
Dokumentasi:

Menimbang daun Menumbuk daun yang telah


sebanyak 1 gram ditimbang sampai halus

Mengekstraksi dengan Menyaring filtrat hingga


100 ml alkohol 95% diperoleh 100 ml
Diperoleh filtrat sebanyak Filtrat dimasukkan tabung
100 ml dan diukur kadar klorofilnya
dengan spektrofotometer

Diukur kadar klorofil dengan Diukur kadar klorofil dengan


spektrofotometer pada spektrofotometer pada
panjang gelombang 649 nm panjang gelombang 665 nm

Anda mungkin juga menyukai