Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

MENENTUKAN KADAR KLOROFIL DENGAN MENGGUNAKAN


SPEKTOFOTOMETER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan
yang dibimbing oleh Ibu Nugrahaningsih

Oleh:

Kelompok 3 /Offering I
Anggi Klaritasari/ 160342606275
Hakimatush Shadiqah / 160342606204
Imroatun Nafiah / 160342606231
Nina Bunga A / 160342606206
Nurma Yustika / 160342606298
Puji Lestari / 160342606278

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2017
A. TOPIK
Topik permasalahan yaitu menentukan kadar klorofil dan karotenoid dengan
spektrofotometer

B. TUJUAN
Mengukur kadar klorofil dan karotenoid dari daun suatu tanaman

C. DASAR TEORI
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam
kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis
molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil,
yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam
daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell,
dkk, 2002). Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman,
Algae dan Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno:
choloros = green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah
menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu
suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati),
dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).
Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang
berfotosintesis. Berdasarkan penelitian, klorofil ternyata tidak hanya berperan sebagai
pigmen fotosintesis. Proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya
disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada
tiap spesies tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi sintesis klorofil meliputi: cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur,
faktor genetik dan unsur-unsur nitrogen, magnesium, besi, mangan, Cu, Zn, sulfur, dan
oksigen.
Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan
unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N
diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Tanaman yang
kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun. Tanaman
tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh
bakteri menjadi amonia (NH3) (Hendriyani dan Setiari, 2009).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein.
Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom
magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar
75% dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis
kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak
yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus
fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya.
Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg
(klorofil b) (Subandi, 2008). Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan
fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya,
klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi
kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut
dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa
aseton (Devlin, 1975).
Ketika tingkat radiasi tinggi, biasanya kloroplas tersusun berbaris di sepanjang dinding
radial sel, menjadi terlindung satu sama lain dari kerusakan akibat cahaya. Dalam
cahaya redup dan sering dalam gelap, kloroplas terpsah menjadi dua kelompok yang
tersebar di sepanjang dinding di sisi terdekat dan terjauh dari sumber cahaya; dengan
demikian, memaksimumkan penyerapan cahaya. Pergerakan plastid ini, yang
bergantung pada arah cahaya dan juga tingkat iradiansi, merupakan contoh adanya
fototaksis.
Pada semua spesies, kloroplas itu sendiri tidak menyerap cahaya yang mengakibatkan
fototaksis; sebaliknya, cahaya yang diserap di tampat lain di dalam sel menyebabkan
pergerakan kloroplas melalui efeknya pada aliran sitoplasma, dan efek itu berasal dari
interaksi antara mikrofilamen dan mikrotubul. Secara ekologis, pergerakan kloroplas
tampak penting, terutama untuk meningkatkan penyerapan cahaya pada iradiansi
rendah dan untuk mengurangi penyerapan ketika iradiansi tinggi sekali, yang mungkin
akan menyebabkan solariasi atau perusakan lainnya oleh cahaya (Salisbury dan Ross,
1995).
Peningkatan kandungan klorofil a dan b menyebabkan kemampuan dalam menangkap
energi radiasi cahaya klon toleran lebih efisien dibandingkan dengan klon peka,
sehingga fotosintesis klon toleran lebih tinggi dibandingkan dengan klon peka. Klorofil
a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena
fotosintetik yang mengumpulkan cahaya. Peningkatan kandungan klorofil b yang pada
kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan
meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II
(LHC II). Penyesuaian tanaman terhadap radiasi yang rendah juga dicirikan dengan
membesarnya antena untuk fotosistem II. Membesarnya antena untuk fotosistem II
akan meningkatkan efisiensi pemanenan cahaya (Hidema et al., 1992).
Klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian
ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan
diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk
proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
Sejak tipe-tipe atom atau molekul yang sedikit berbeda pada tingkat energinya, yang
substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang gelombang yang
berbeda. Ini biasanya ditunjukkan selama penyerapan sinar pada tiap gelombangnya.
Sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660 nm pada sinar
merah dan paling rendah pada panjang gelombang 430 nm pada sinar biru. Ketika
gelombang itu berpindah maka sinar yang ada di sebelah kiri adalah sinar hijau yang
bisa kita lihat (Guiltmond and Hopkins, 1983).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer
dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh
klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang
diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi melewati
banyaknya panjang gelombang tertentu. (Noggle dan Fritz, 1979).
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang
berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya
merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (<
400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal
ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen
yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang
yang berbeda (Pratama, 2009).
Alat Spektrofotometer sangat mahal, sehingga hanya sedikit tempat yang memilikinya.
Penggunaan alat penunjang seperti cuvet, pemakaiannya juga harus dengan hati-hati.
Untuk itulah, tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan
memberikan latihan cara penggunaan Spektrofotometer. Untuk keperluan ini,
penentuan kadar klorofil adalah salah satu contoh dalam penggunaan Spektrofotometer
ini. Spektrofotometer yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah
Spektrophotometer UV-1800 V merk Rayleigh.

Anda mungkin juga menyukai