Anda di halaman 1dari 12

A.

Rumusan Masalah
Bagaimana kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang umumnya
berbeda-beda?

B. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang
umurnya berbeda-beda.

C. Hipotesis
Hipotesis0 (H0) : Tidak ada pengaruh umur yang berbeda-beda pada
berbagai daun dari suatu tanaman terhadap kadar
klorofil.
Hipotesis1 (H1) : Ada pengaruh umur yang berbeda-beda pada
berbagai daun dari suatu tanaman terhadap kadar
klorofil.

D. Kajian Pustaka
Fotosintesis merupakan proses karbon dioksida dan air dibawah cahaya
matahari yang diubah ke dalam persenyawaan oganik yang bersi karbon
serta kaya akan energi. Fotosintesis berlangsung di dalam sel hidup lebih
tepatnya dalam kloroplas, proses ini merupakan suatu rentetan yang
terintegrasi dan komplek. Proses fotosintesis dapat berlangsung dengan
kehadiran pigmen yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil merupakan
pigmen yang akan digunakan dalam proses penangkapan cahaya. Namun,
juga terdapat beberapa pigmen dalam tumbuhan yang juga berperan dalam
fotosintesis. Seperti halanya klorofil karotenoid juga merupakan kelompok
pigmen dan atioksidan yang dapat meredam radikal bebas serta berperan
aktif dalam fotosintesis sama seperti klorofil a dan klorofil b (Iriani, 2017).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil
terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya
yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh
tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian
besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang
disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang
transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses
fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang
bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari
ataupun penguapan air yang berlebihan (Salisbury, 2000).
Klorofil dapat ditemukan yaitu di dalam kloroplas, kloroplas adalah
pigmen aktif yang terdapat didalam fotosintesis. Klorofil juga termsuk tetra-
spiral yang dihubungkan oleh atom Mg, yang berbentuk oval dan
terkandung didalamnya. Penyerapan yang dilakukan dalam proses esensial
oleh kloroplas didalam membran tilakoid. Tiap-tiap foton dapat
mengeluarkan elektron yang nantinya akan menuju kedalam klorofil.
Penyerapan terhadap panjang gelombang sangatlah bervariasi dan dapat
dikukur dengan mengguakan spektrofometer. Banyaknya penyerapan yang
terjadi dari fungsi panjang gelombang dapat disebut dengan spektrum
penyerapan (Feryanto, 2011).
Makin pekat suatu larutan zat yang berwarna, makin banyak menyerap
cahaya, sehingga kelihatan makin gelap, adanya hubungan antara
penyerapan cahaya dengan konsentrasi larutan, merupakan prinsip dasar
dari kegunaan spektofotometer. Konsentrasi suatu larutan zat berwarna
dapat pula diketahui dengan mudah, berdasarkan harga absorbansinya (OD
= Optical Density), karena konsentrasi berhubungan secara linear dengan
OD. Selain itu, dengan menggunakan Spektofotometer spektronik 21 D
dapat pula tebaca langsung konsentrasi suatu larutan yang diukur (Ismail,
2011).
Klorofil dibagi menjadi 2, yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
memiliki rumus kimia C55H72O5N4Mg. Klorofil a memiliki warna hijau
kebiruan. Warna pada klorofil a sering terjadi perubahan karena memiliki
sifat tidak stabil. Klorofil yang kedua yaitu klorofil b. Klorofil b memiliki
rumus kimia C55H72O6N4Mg. Klorofil b memiliki warna hijau kekuningan.
Klorofil memiliki sifat yaitu tidak dapat larut dalam air. Kandungan klorofil
yang paling banyak terdapat di daun yaitu klorofil a dikarenakan klorofil a
memiliki warna hijau yang pada semua daun memiliki warna hijau (Arfandi,
2013).
Perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat
pada protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah
karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin
profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. Klorofil
akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti warna
larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua
pada cahaya yang dipantulkan. Spektrofotometri sesuai dengan namanya
adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer akan
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara
relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh
klorofil yang terlarut tersebut. Fotometer filter sinar dari panjang
gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang
punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu
(Lakitan, 2009).
Pigmen klorofil sebenarnya terdiri atas beberapa molekul pigmen, yaitu
klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Pigmen-pigmen tersebut berfungsi
untuk menyerap cahaya matahari. Pembentukan pigmen klorofil di
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain unsur nitrogen yang merupakan
bahan pembentuk klorofil dan apabila kekurangan akan menyebabkan
klorosis pada tanaman. Setiap tanaman memiliki kadar klorofil yang
berbeda-beda. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan.
Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap
cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Pigmen ada yang berwarna
jingga berarti memiliki pigmen karotein, memiliki pigmen xantofil
(kuning), pigmen klorofil a (hijau biru), klorofil b (hijau kuning), dan
pigmen antosianin (merah) (Astawan, 2010).
Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N
merupakan unsur hara makro.Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai
penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan
gejala antara lain klorosis pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan
N2 secara langsung. Gas N22 tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi
amonia (NH3) (Hendriyani, 2009).
Kandungan klorofil a yang lebih banyak dapat menghasilkan nilai
absorbansi yang tinggi daripada klorofil lainnya. Warna merupakan
parameter kualitas suatu tanaman. Klorofil a dan b, karotenoid serta
antosianin merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap warna
pada tanaman, misalnya seperti kandungan klorofil dan karotenoid pada
daun mint. Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun biasanya
dengan dominasi klorofil a dan b (Straumite, 2015).
Kandungan pigmen pada daun tanaman dapat diukur dengan
menggunakan analisis spektrofotometer. Kandungan klorofil pada tanaman
laut yaitu lamun adalah β-karoten dengan uji spektrofotometer dua puncak
satu lekukan (Rosang, 2016).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian
dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet. Sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang (Hasidah, 2017).
Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) (Euphorbiaceae)
berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi mencapai 1.5-3 m (Steenis
2006). Puring dikenal sebagai tanaman hias (Backer dan Bakhuizen, 1963)
dan merupakan salah satu tanaman hias paling populer di Amerika Serikat
dan Eropa (Mollick, 2011). Persilangan antar jenis puring telah banyak
dilakukan yang memberikan peluang munculnya kultivar baru. Saat ini
kultivar puring tersebar di negara tropik, di antaranya Indonesia, Malaysia,
Filipina, India, Thailand, Srilangka, dan Kepulauan Pasifik (Nasib, 2008;
Younis, 2010). Tanaman puring memiliki banyak manfaat, di antaranya
sebagai obat antifungal, antikanker, obat diare berdarah (Njoya, 2014), dan
obat penahan rasa sakit. Selain itu, puring merupakan flora antipolusi yang
mampu menyerap polutan berbahaya seperti timbal (Pb) (Dewi dan Hapsari
2012).
Tanaman puring memiliki bentuk daun dan warna yang beragam, ada
warna hijau, kuning, dan merah. Tanaman puring dapat digunakan sebagai
tanaman hias. Tanaman puring memiliki bermacam-macam pigmen warna
didalam daun tersebut. Daun sangat membutuhkan klorofil atau pigmen
hijau dalam proses fotosintesis, sehingga setiap tanaman membutuhkan
klorofil (Gogahu,2016).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : umur daun.
2. Variabel kontrol : jenis daun, massa daun, volume alkohol.
3. Variabel respon : kadar klorofil.

F. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi
Variabel manipulasi pada pratikum ini ialah umur daun. Umur daun
yang digunakan yaitu daun muda dan daun tua. Daun muda diambil pada
nodus pertama (daun ke-1 dari pucuk), sedangkan daun tua yang
digunakan diambil pada nodus kelima (daun ke-5 dari pucuk).
2. Variabel kontrol
Pratikum kali ini yang menjadi variabel kontrol yaitu jenis daun, massa
daun dan volume alkohol. Jenis daun yang digunakan ialah daun
tanaman Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum sipilis). Massa
daun yang digunakan tiap percobaan sebanyak 0,5 gram dan volume
alkohol yang digunakan tiap percobaan sebanyak 50 mL.
3. Variabel respon
Pada pratikum ini yang diperhatikan yaitu kadar klorofil yang terhitung
dibantu dengan alat Spektrofotometer, yang kemudian dihitung dengan
rumus Winterman dan de Mots.

G. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas ukur 1 buah
2. Pipet tetes 1 buah
3. Lumpang porselin 1 buah
4. Kertas saring Secukupnya
5. Spektrofotometer 1 buah
6. Erlenmeyer 2 buah
7. Neraca digital 1 buah

Bahan
1. Daun tanaman Puring Srilangka
(Codieaeum varrieghatum sipilis)
dengan umur yang berbeda, meliputi:
- Daun muda 0,5 gram
- Daun tua 0,5 gram
2. Alkohol 95% 100 mL

H. Rancangan Percobaan

1 gram daun tanaman


Puring Srilangka 50 mL
(Codieaeum Alkohol 95%
varrieghatum sipilis),
daun tua atau daun muda

-Dipotong kecil-kecil dan digerus


dalam lubang porselin sampai
halus.
-Dicampur ekstrak daun dengan
menggunakan alkohol.
-Disaring ekstrak dengan
menggunakan kertas saring
sampai volume filtrat mencapai
50 mL.

Filtrat klorofil 50 mL

-Diukur kadar klorofil filtrat


tersebut dengan menggunakan
Spectrofotometer pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm.
-Dihitung kadar klorofil a,
klorofil b, dan klorofil total.

Hasil pengamatan

I. Langkah Kerja
1. Menimbang 0,5 gram daun yang masih segar, kemudian memotong
kecil-kecil.
2. Menggerus potongan-potongan daun tersebut dalam lumpang porselin
sampai halus.
3. Mengekstraksi gerusan daun tersebut dengan menggunakan 50 mL
alkohol 95%.
4. Menyaring ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring sampai
volume akhir filtrat mencapai 50 mL. Jika volume filtrat kurang dari 50
mL tambahkan kembali alkohol 95%.
5. Mengukur kadar klorofil filtrat tersebut dengan menggunakan
Spectrofotometer pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm.
Sebelum pengukuran perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Larutan yang
digunakan sebagai pelarut untuk kalibrasi adalah alkohol 95%.
6. Kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total dapat dihitung
dengan rumus Winterman dan de Mots sebagai berikut:
- Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
- Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
- Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 OD 665 (mg/l)

J. Rancangan tabel Pengamatan


Tabel 1. Kadar Klorofil Daun Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum
sipilis)

No Umur Daun Klorofil a (mg/l) Klorofil b (mg/l) Klorofil Total (mg/l)

1.

2.

K. Rencana Analisis Data


Diskusi
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda.
Kemukakan pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang
mendukung!
Jawab: karena menurut Salisbury, kandungan klorofil pada daun yang
berumur tua lebih tinggi daripada daun yang berumur muda,
dikarenakan pada daun yang berumur muda kloroplasnya aktif
membelah khususnya apabila organ yang mengandung kloroplas
tertimpa cahaya, menyebabkan daun dewasa atau tua banyak
mengandung beberapa ratus kloroplas.

2. Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis!


Jawab: fungsi klorofil dalam proses fotosintesis yaitu menyerap energi
matahari untuk memecah molekul air dalam proses reaksi terang
menjadi oksigen dan hidrogen, sebagai mediator pemindahan elektron
dalam proses transmisi elektron pada reaksi kimia di daun, menuntun
energi agar terdapat ATP yang mengumpul di kloroplas, menjaga agar
kloroplas tidak mengalami degenerasi, dan sebagai pigmen fotosintesis.
3. Manakah diantara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang
sama) yang memiliki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?
Jawab: jumlah klorofil terbesar didapat pada tumbuhan yang diletakkan
pada tempat ternaung. Karena pada tempat yang ternaung jumlah
intensitas cahaya yang ada, tidak sebanyak pada tempat yang terdedah.
Akibatnya pada tanaman yang mengalami fotooksidasi pada daun tua
lebih sedikit daripada daun yang lebih muda. Agar tanaman pada tempat
yang ternaung dapat menerima cahaya secara maksimal, maka tanaman
tersebut beradaptasi dengan membentuk lebih banyak klorofil agar
dapat menerima cahaya lebih banyak. Sedangkan untuk tanaman yang
terdedah intensitas cahanya lebih tinggi dan klorofil yang dihasilkannya
pun lebih banyak digunakan pada proses fotosintesis, hal ini
memngakibatkan pada rendahnya kadar klorofil yang dimiliki tananman
terdedah.

L. Hasil Analisis Data


- Tabel
Tabel 2. Kadar Klorofil Daun Puring Srilangka (Codieaeum
varrieghatum sipilis)

No Umur Daun Klorofil a (mg/l) Klorofil b (mg/l) Klorofil Total (mg/l)

1. Daun muda 1,693 1,0565 2,7621

2. Daun tua 3,9247 3,452 7,4112

- Grafik

Perbandingan Kadar Klorofil pada Daun Muda dan Daun Tua


8 7,4112
7
Kadar Klorofil

6
5
3,9247
4 3,452
2,7621
3
1,693
2 1,0565
1
0
Daun muda Daun tua
Umur Daun

Klorofil a (mg/l) Klorofil b (mg/l) Klorofil Total (mg/l)

Gambar 1. Diagram Perbandingan Kadar Klorofil pada Daun Muda dan


Daun Tua Tanaman Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum sipilis).
- Anlisis
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, diperoleh data berupa
tabel dan grafik. Tanaman yang digunakan pada pratikum kali ini ialah
tanaman Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum sipilis). Bagian
yang digunakan pada tanaman yaitu daun tua dan daun muda.
Daun tua diambil daun ke-5 dari pucuk tanaman. Daun digerus dan
dicampur dengan 50 mL alkohol 95%, kemudian disaring menggunakan
kertas saring sehingga didapatkan filtrat sebanyak 50 mL. Kadar klorofil
filtrat daun tua diukur dengan menggunakan Spektrofotometer. Hasil
pengukuran kadar klorofil daun tua dihitung menggunakan rumus
Winterman dan de Mots, diperoleh kadar klorofil yaitu kadar klorofil a
sebesar 3,9274 mg/l, kadar klorofil b sebesar 3,425 mg/l, dan kadar
klorofil total sebesar 7,4112 mg/l.
Daun muda diambil daun ke-1 dari pucuk tanaman. Daun digerus
dan dicampur dengan 50 mL alkohol 95%, kemudian disaring
menggunakan kertas saring sehingga didapatkan filtrat sebanyak 50 mL.
Kadar klorofil filtrat daun muda kemudian diukur dengan menggunakan
Spektrofotometer. Hasil pengukuran kadar klorofil daun muda dihitung
menggunakan rumus Winterman dan de Mots, maka diperoleh kadar
klorofil yaitu kadar klorofil a sebesar 1,693 mg/l, kadar klorofil b sebesar
1,0565 mg/l, dan kadar klorofil total sebesar 2,7621 mg/l.

- Pembahasan
Pratikum kali ini bertujuan untuk mengukur kadar klorofil berbagai
daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda-beda. Pratikum ini
menggunakan daun tanaman Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum
sipilis) yang berumur muda dan tua. Daun muda diambil daun ke-1 dari
pucuk, sedangkan daun tua diambil daun ke-5 dari pucuk tanaman. Kadar
klorofil tanaman diukur dengan menggunakan alat Spektrofotometer.
Pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Hasil yang didapat dari
pengukuran akan dihitung menggunakan rumus dari Winterman dan de
Mots sebagai berikut :

- Klorofil a : 13,7 × OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)


- Klorofil b : 25,8 × OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
- Klorofil total : 20,0 × OD 649 + 6,1 OD 649 (mg/l)
Dari data pengukuran yang diperoleh, maka didapatkan hasil
perhitungan kadar klorofil sebagai berikut:
a. Daun muda
- Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
= 13,7 × 0,161 – 5,76 0,089 (mg/l)
= 2,2057 – 0,51624 (mg/l)
= 1,639 (mg/l)
- Klorofil b = 25,8 × OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
= 25,8 × 0,089 – 7,7 0,161 (mg/l)
= 2,2962 – 1,2397 (mg/l)
= 1,0565 (mg/l)
- Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 OD 649 (mg/l)
= 20,0 × 0,089 + 6,1 0,161 (mg/l)
= 1,78 + 0,9821 (mg/l)
= 2,7621 (mg/l)

b. Daun tua
- Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
= 13,7 × 0,392 – 5,76 0,251 (mg/l)
= 5,3704 – 1,4457 (mg/l)
= 3,9247 (mg/l)
- Klorofil b = 25,8 × OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
= 25,8 × 0,251 – 7,7 0,392 (mg/l)
= 6,4758 – 3,0181 (mg/l)
= 3,454 (mg/l)
- Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 OD 649 (mg/l)
= 20,0 × 0,251 + 6,1 0,392 (mg/l)
= 5,02 + 2,3912 (mg/l)
= 7,4112 (mg/l)
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dan terlihat pada
grafik bahwa kadar klorofil pada daun tua lebih tinggi dari pada kadar
klorofil daun muda. Kandungan klorofil pada daun yang berumur tua
lebih tinggi daripada daun yang berumur muda, dikarenakan pada
daun yang berumur muda kloroplasnya aktif membelah khususnya
apabila organ yang mengandung kloroplas tertimpa cahaya,
menyebabkan daun dewasa atau tua banyak mengandung beberapa
ratus kloroplas (Salisbury, 1995).
Daun muda dan daun tua dapat terlihat perbedaan kadar klorofilnya
melalui pekatnya warna ekstrak daun tersebut. Makin pekat suatu
larutan zat yang berwarna, makin banyak menyerap cahaya, sehingga
kelihatan makin gelap, adanya hubungan antara penyerapan cahaya
dengan konsentrasi larutan, merupakan prinsip dasar dari kegunaan
spektofotometer (Ismail, 2011).
Pada daun muda atau pun daun tua kadar klorofil a lebih tinggi dari
pada kadar klorofil b. Kandungan klorofil a yang lebih banyak dapat
menghasilkan nilai absorbansi yang tinggi daripada klorofil lainnya.
(Straumite, 2015). Kandungan klorofil yang paling banyak terdapat di
daun yaitu klorofil a dikarenakan klorofil a memiliki warna hijau yang
pada semua daun memiliki warna hijau (Arfandi, 2013). Perbedaan
kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah
karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah
cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai
fitol. Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah
yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang
diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan
(Lakitan, 2009).
Banyaknya kadar klorofil juga dipengaruhi tempat tanaman antara
terdedah atau ternaung. Tanaman yang diletakkan pada tempat
ternaung akan cenderung memiliki kadar klorofil yang lebih banyak
karena tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga agar tanaman pada
tempat yang ternaung dapat menerima cahaya secara maksimal, maka
tanaman tersebut beradaptasi dengan membentuk lebih banyak
klorofil agar dapat menerima cahaya lebih banyak.

M. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, pada
tanaman Puring Srilangka (Codieaeum varrieghatum sipilis) semakain
muda umur daun maka akan semakin sedikit kandungan klorofilnya, begitu
pula seblaik nya. Hasil yang diperoleh yaitu kadar klorofil pada daun tua
lebih banyak dengan besar kadar klorofil total 7,4112 (mg/l) daripada kadar
klorofil muda dengan besar kadar klorofil total 2,7621 (mg/l).

N. Daftar Pustaka
Aditya R. P., dan Habibilah P. L., 2017. Pengukuran Kandungan Klorofil.
Universityas Jember.
Anonim. 2011. Pengukuran Kadar Klorofil. http://wikipedia/ Pengukuran
Kadar Klorofil/sains.com. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019.

Arfandi, A., Ratnawulan, dan Y. Darvina. 2013. Proses Pembentukan


Feofitin Daun Suji sebagai Bahan Aktif Photosensitizer Akibat
Pemberian Variasi Suhu. Jurnal Pillar of Physics 1(1) : 68-76.

Astawan, M., A. L. Kasih. 2010. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta:


Gramedia.
Feryanto, I. 2011. Fisiologi Tumbuhan. IPB: Bandung.
Gardiner, Franklin P; dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia UI Press.
Gogahu, Y., N. S. Ai, P. Siahaan, 2016, Konsentrasi Klorofil pada beberapa
Varietas Tanaman Puring ( Codiaeum Varigatum L.), Jurnal Mipa
Unsrat Online. 5(2): 76-80.

Hasidah, Mukarlina dan D.W. Rousdy. 2017. Kandungan pigmen


klorofil, karotenoid dan antosianin daun Caladiu. Jurnal
Protobiont, 6(2): 29-37.
Hendriyani, S.I., N. Setiari. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan
kacang panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air
yang berbeda. Jurnal Sains dan Matematika, 17(3): 14-140.
Iriani, D., B. Hasan, dan Sumarto. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ion Fe3+
Yang Berbeda Terhadap Kandungan Klorofil A Dan B, Karotenoid
dan Antioksida dari Chlorella Sp. Jurnal Perikanan Terubuk,
45(1):48-58.

Ismail. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.
Lakitan, B. 2009. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rosang, C. I dan B. Th. Wagey. 2016. Penentuan Kandungan Klorofil pada
Lamun Jenis Halophila Ovalis di Perairan Malalayang. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis, 1(1): 15-19.
Salisbury, Frank B, dkk. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB
Bandung.
Straumite, E., Z. Kruma and R. Galoburda. 2015. Pigments in Mint Leaves
and Stems. Jurnal Agronomy Research, 13(4): 1104-111.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Daun tua dan daun muda


ditimbang sebanyak 0,5
gram.

Penyaringan ekstrak
untuk mendapatkan
klorofil filtrat.

Hasil akhir filtrat


klorofil 50 mL yang siap
dihitung kadar klorofil.

Anda mungkin juga menyukai