Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM 7
“PENENTUAN KADAR KLOROFIL SECARA SPEKTROSKOPI”

DISUSUN OLEH
ANDREAS HENDRO
F1071201016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
ABSTRAK
Fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada klorofil. Hal ini dapat kita lihat pada spektrum
absorbsi. Bentuk spektrum absorbsi klorofil tidak banyak berbeda dengan spektrum absorbsi
fotosintesis. Cahaya merah dan biru merupakan dua jenis cahaya yang efektif dalam fotosintesis.
Untuk memperoleh spektrum absorbsi, pertama pigmen klorofil di ekstraksi, kemudian dengan
spektrofotometer di tentukan nilai absorbannya pada panjang gelombang tertentu. Warna daun
berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang
diserap klorofil inilah yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas. Klorofil
merupakan molekul organik yang kompleks. Didalam tumbuhan terdapat 2 jenis klorofil yaitu
klorofil a dan b. Klorofil a merupakan klorofil yang paling efektif dalam proses fotosintesis karena
memiliki warna biru-hijau yang merupakan warna yang paling efektif dalam fotosintesis. Daun
setengah tua memiliki kadar klorofil yang lebih tinggi dibandingkan daun dewasa dan muda karena
pada daun setengah tua ini memiliki jaringan yang telah sempurna, sehingga penyerapan cahaya
dan air menjadi lebih efektif. Berdasarkan hal tersebut, tujuan utama dari percobaan ini adalah
untuk mempelajari dan memberikan latihan cara penggunaan spektrofotometer. Untuk keperluan
ini, penentuan kadar klorofil adalah salah satu contoh dalam penggunaan spektrofotometer ini.
Spektrofotometer yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah BAUSCH & LOMB
SPECTRONIC 20 SPECTROPHOTOMETER.
Kata kunci : Daun muda, Daun Setengah Tua, Daun Tua, Fotosintesis,Klorofil, Klorofil a dan
b, Spektrofotometer
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam
kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis molekul
makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan
yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen
keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata (Campbell, dkk, 2002).
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan
Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno: choloros = green
(hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi
dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia
dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan
air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).
Salah satu cara untuk menentukan kadar klorofil daun dengan metoda atau alat
spektofotometer. Spektofotometer temasuk dalam analisa kuantitatif yang di dasarkan pada
sifat warna larutan yang terjadi, atau merupakan salah satu pembagian kalorimetri. Disini
dipakai alat spektrofotometer. Metoda ini dapat digunakan apabila, sample yang di ukur
harus berwarna, kestabilan warna cukup lama, intensitas warna terjadi cukup tajam, warna
larutan harus bebas dari gangguan. Warna larutan yang terjadi berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan (Khopkar dalam Razone, 2013).
Cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh daun tidak efektif bagi fotosintesis,
sebab untuk menghasilkan perubahan kimia cahaya itu harus diabsorbsi terlebih dahulu.
Diketahui bahwa hanya bagian hijau pada tumbuhan yang melaksanakan fotosintesis daun,
cukup alasan untuk menduga bahwa hanya bagian pigmen hijau klloroplaslah yang
menyerap cahaya yang dipantulkan untuk proses tersebut. Cahaya yang diserap ini dapat
ditentukan dengan spektrofotometer (Dwijosepturo dalam Razone, 2013).
Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat diukur
dengan spektrofotometer. Grafik penyerapan cahaya untuk kisaran panjang gelombang
tertentu disebut dengan spektrum serapan (Dermawan dalam Razone, 2013). Menurut
Noggle dan Fritz dalam Razone (2013), klorofil akan memperlihatkan flouresensi
berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang
diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan.
Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil dan
hampir tidak berwarna, dengan sedikit ataupun membrane dalam). Pada umumnya
proplastid berasal hanya dari sel telur yang tidak terbuahi, sperma tidak berperan disini.
Proplastid membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas
ketika daun dan batang terbentuk. Kloropals muda juga aktif membelah, khususnya bila
organ mengandung kloroplas terpanjang pada cahaya. Jadi, tiap sel dewasa sering
terkandung beberapa ratus kloroplas yang terdapat pigmen klorofil membantu proses
fotosintesis organisme (Salisbury and Ross, 1995). Klorofil tidak larut dalam air,
melainkan larut dalam etanol, methanol, eter, aseton, bensol dan klorofrom. Untuk
memisahkan klorofil a dan klorofil bbeserta pigmen- pigmen lain karotin, xantofil, organ
menggunakan suatu teknik spektrofotometri.

B. LANDASAN TEORI
Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2
dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesis
terdiri atas 2 fase, yaitu fase I yang berlangsung pada grana dan menghasilkan ATP dan
NADPH2 serta fase II yang berlangsung pada stroma dan menghasilkan karbohidrat.
Molekul air tidak dipecah dalam fotosintesis primitif dan setelah evolusi molekul air
dipecahkan melalui 2 fotosistem sehingga O2 dilepaskan ke atmosfir. Fotosintesis
berkembang menjadi lebih kompleks secara biokimia sampai terjadinya pemisahan antara
respirasi dan fotosintesis beserta regulasinya. Evolusi tipe-tipe fotosintesis seperti C4 dan
CAM merupakan akibat menurunnya rasio CO2/O2 dan radiasi yang intensif pada
atmosfir.
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim palisade dan
parenkim spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan
xantofil terdapat pada membran tilakoid(Salisbury, F.B. and Ross, 1992)
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap sinar
dengan panjang gelombang antara 400- 700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia
klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang
lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila
dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitin yang
berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994).
Dua macam klorofil yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua
dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil a dan klorofil b
paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600- 700 nm), dan paling sedikit menyerap
cahaya hijau (500-600 nm) (Nio Song & Banyo, 2011).
Kandungan klorofil pada daun akan mempengaruhi reaksi fotosintesis. Kadar
klorofil yang sedikit tentu tidak akan menjadikan reaksi fotosintesis maksimal. Ketika
reaksi fotosintesis tidak maksimal, senyawa karbohidrat yang dihasilkan juga tidak bisa
maksimal. Pada tumbuhan karbohidrat terdapat sebagai selulosa, yaitu senyawa yang
membentuk dinding sel tumbuhan. Serat kapas dapat dikatakan seluruhnya terdiri atas
selulosa (Pratama & Laily, 2015). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
kadar klorofil pada suatu spesies tumbuhan (klorofil a, b).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda,
dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah
energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan
ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut
dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Ketika tingkat radiasi tinggi, biasanya kloroplas tersusun berbaris di sepanjang
dinding radial sel, menjadi terlindung satu sama lain dari kerusakan akibat cahaya. Dalam
cahaya redup dan sering dalam gelap, kloroplas terpsah menjadi dua kelompok yang
tersebar di sepanjang dinding di sisi terdekat dan terjauh dari sumber cahaya; dengan
demikian, memaksimumkan penyerapan cahaya. Pergerakan plastid ini, yang bergantung
pada arah cahaya dan juga tingkat iradiansi, merupakan contoh adanya fototaksis.
Pada semua spesies, kloroplas itu sendiri tidak menyerap cahaya yang
mengakibatkan fototaksis; sebaliknya, cahaya yang diserap di tampat lain di dalam sel
menyebabkan pergerakan kloroplas melalui efeknya pada aliran sitoplasma, dan efek itu
berasal dari interaksi antara mikrofilamen dan mikrotubul. Secara ekologis, pergerakan
kloroplas tampak penting, terutama untuk meningkatkan penyerapan cahaya pada iradiansi
rendah dan untuk mengurangi penyerapan ketika iradiansi tinggi sekali, yang mungkin
akan menyebabkan solariasi atau perusakan lainnya oleh cahaya (Salisbury dan Ross,
1995).
Peningkatan kandungan klorofil a dan b menyebabkan kemampuan dalam
menangkap energi radiasi cahaya klon toleran lebih efisien dibandingkan dengan klon
peka, sehingga fotosintesis klon toleran lebih tinggi dibandingkan dengan klon peka.
Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai
antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya. Peningkatan kandungan klorofil b yang
pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan
meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II (LHC
II). Penyesuaian tanaman terhadap radiasi yang rendah juga dicirikan dengan membesarnya
antena untuk fotosistem II. Membesarnya antena untuk fotosistem II akan meningkatkan
efisiensi pemanenan cahaya (Hidema et al., 1992).
Klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian
ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah
menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi
dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).
Sejak tipe-tipe atom atau molekul yang sedikit berbeda pada tingkat energinya,
yang substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang gelombang yang
berbeda. Ini biasanya ditunjukkan selama penyerapan sinar pada tiap gelombangnya.
Sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660 nm pada sinar merah
dan paling rendah pada panjang gelombang 430 nm pada sinar biru. Ketika gelombang itu
berpindah maka sinar yang ada di sebelah kiri adalah sinar hijau yang bisa kita lihat
(Guiltmond and Hopkins, 1983).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap
oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang
yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi melewati
banyaknya panjang gelombang tertentu. (Noggle dan Fritz, 1979).
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu
yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang
berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya
merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400
nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini
terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang
terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda
(Pratama, 2009).
Alat Spektrofotometer sangat mahal, sehingga hanya sedikit tempat yang
memilikinya. Penggunaan alat penunjang seperti cuvet, pemakaiannya juga harus dengan
hati-hati. Untuk itulah, tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan
memberikan latihan cara penggunaan Spektrofotometer. Untuk keperluan ini, penentuan
kadar klorofil adalah salah satu contoh dalam penggunaan Spektrofotometer ini.
Spektrofotometer yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah Spektrophotometer
UV-1800 V merk Rayleigh.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan utama dari percobaan ini yaitu untuk mempelarai dan memberikan latihan cara
penggunaan spektrofotometer. Adapun untuk keperluan ini, penetuan kadar klorofil adalah
satu contoh dalam penggunaan spektrofotometer ini. Spektrofotometer yang akan
digunakan dalam praktikum ini adalah VAUSCH & KOMB SPECTRONIC 20
SPECTROPHOTOMETER.
METODOLOGI
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum acara 7 mengenai penentuan kadar klorofil secara spektroskopi
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 November 2022 pada pukul 10.00 hingga selesai
pembuatan ekstraks klorofil di laboratorium bawah Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Kemudian, pada hari Rabu 9
November 2022 dilanjutkan dengan mengukur kadar klorofil menggunakan alat
spektrofotometer di laboratorium Fakultas pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
B. ALAT DAN BAHAN
Bahan :
• Daun bayam dan aseton 60%

Alat :

• Mortar dan alu, gelas ukur, Spektrofotometer Genesys 10, kertas saring,
Erlenmeyer, jarum, alumunium foil dan corong.
C. METODE
Untuk percobaan pengukuran kadar klorofil, kita mencoba mengukur kadar klorofil
dari suatu daun tanaman yang umumnya berbeda-beda. Untuk memperoleh umur yang
berbeda ini kita ambil patokan sebagai berikut:
• Daun muda diambil daun pada pucuk
• Dan daun dewasa/tua diambil daun nomor 3-5 dari pucuk

Untuk membandingkan kadar klorofil dari daun-daun tadi kita gunakan cara
pengukuran yang dilakukan oleh Arnon (1940) sebagai berikut:

1 gr daun yang masih segar drajang kecil-kecil Rajangan diekstrak dengan aceton
60% sebanyak 100 ml dengan cara menggerusnya di dalam mortal selama 5 menit
Yakinkan bahwa semua pigmen klorofl dari daun telah keluar seluruhnya dan hal ini dapat
dilihat dari ampasnya yang berwarna puth Saring ekstrak korofi ini dengan saringan
Buchner dan selanjutnya masukan ke dalam labu ukur 100 m Penambahan Aceton 80%
hanya diperlukan apabila volume ekstrak dalam labu ukur belum mencapai batas 100 ml
Dengan menggunakan cuvet, ukur Optica Density (00) dari ekstrak dengan menggunakan
panjang gelombang 663 nm dan 645 nm. Konsentrasi klorofa dapat dihitung dengan rumus
Amon (1949) dengan membandingkan 00 pada 663 nm dan 645 nm dalam sel yang
lebatnya 1 om dengan menggunakan koefisien absorbs spesifik yang telah ditentukan oleh
Mac Kinner (1941) sebagai berikut:

Klorofil Total (mg/l) = 20,2 D645 + 0,02 D663


Klorofil a = 12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil b = 22,9 D645 + 0,02 D663
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Ulangan
Daun I II III
663 645 663 645 663 645
Muda 0,163 0,092 0,64 0,098 0,166 0,097
Tua 0,350 0,239 0,378 0,175 0,331 0,244

1. Hasil Pengamatan untuk Kadar Klorofil Daun Muda


Jenis Klorofil
No Klorofil a Klorofil b Klorofil Total
1 2,317 2,110 1,861
2 8,391 2,257 1,991
3 2,369 2,224 1,962
Rata-rata 4,359 2,197 1,938

2. Hasil Pengamatan untuk Kadar Klorofil Daun Tua


Jenis Klorofil
No Klorofil a Klorofil b Klorofil Total
1 5,087 8,019 4,834
2 5,271 8,659 3,542
3 4,860 8,236 4,934
Rata-rata 5,073 8,305 4,436

B. PEMBAHASAN

Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap sinar
dengan panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia
klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang
lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila
dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitin yang
berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1981).
Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis
merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa
organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan
pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Klorofil menyebabkan cahaya berubah
menjadi radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya
matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi
seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil.
Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen
lainnya melali fotosintesisi, sehingga fotosintesis disebut sebagai pigmen pusat reaksi
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar
matahari dengan bentuk panjang gelombang antara 400-700 nm (Ai, 2011).
Pada tumbuhan didapatkan bermacam-macam pigmen yang berperan menyerap
energi cahaya. Pigmen fotosintetis terdapat dalam kloroplas yang terdiri dari klorofil a,
klorofil b, xantofil, karotenoid, bakterioklorofil pada bakteri. Pigmen ini menyerap warna
atau gelombang cahaya yang berbeda-beda. Masing-masing menyerap maksimum pada
gelombang cahaya tertentu. Pigmen umumnya mempunyai penyerapan maksimum pada
gelombang cahaya pendek dan juga panjang. Untuk memaksimalkan penyerapan energi
cahaya, maka pada kloroplas terdapat kelompok pemanen cahaya yang disebut dengan
antena yang terdiri dari bermacam-macam pigmen, pigmen yang paling banyak pada
kloroplas adalah klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang berwarna hijau yang terdapat
pada kloroplast. Pigmen ini berguna untuk melangsungkan fotosintesis pada tumbuhan .
Aneka bentuk dan ukuran kloroplast ditemukan pada berbagai tumbuhan (Salisburydan
Ross, 1995).
Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu) yang berwarna hijau tua
dan berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah
(600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan
cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid. Karotenoid ternyata
berperan membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spektrum matahari dapat dimanfaatkan
dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid diteruskan kepada klorofil-a untuk
diserap digunakan dalam proses fotosintesis, demikian pula dengan klorofil-b. Perbedaan
klorofil a dan b adalah pada atom C3 terdapat gugusan metil untuk klorofil a dan aldehid
untuk klorofil b. karena itu keduanya mempunyai penyerapan gelombang cahaya yang
berbeda. Peranan pigmen klorofil adalah dalam reaksi fotosistem. Klorofil mempunyai
banyak electron yang mampu berpindah ke orbit eksitasi karena menyerap cahaya (Nurdin
dalam Razone, 2013).
Kloroplas terutama berfungsi adalah sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Pigmen-pigmen pada membran tilakoid akan menyerap cahaya matahari atau sumber
cahaya lainnya dan mengubah energi cahaya tersebut menjadi energi kimia dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP) (Lakitan 2001). Pigmen atau zat warna, pada tumbuhtumbuhan
tingkat tinggi pada umumnya terdapat dalam sel-sel jaringan meristem yang dalam
perkembangannya akan membentuk chloroplast ataupun chromoplast. Chloroplast pada
alga mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat beragam, sedangkan pada tumbuh-
tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya seragam (BOGORAD, 1962). Chloroplast
tersusun dari stroma yang diliputi selaput membran, di dalamnya tersebar granula kecil
yang mengandung pigmen klorofil berwarna hijau dan pigmen-pigmen lainnya, antara lain
carotenoid yang berwarna merah-kuning. Chromoplast mengandung pigmen-pigmen
merah dan kuning tetapi bentuk dan ukurannya sangat berbeda dengan chloroplast. Pigmen
dalam chloroplast, khususnya klorofil mempunyai peranan yang esensial dalam proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan dasar dari produksi zat-zat organik dalam alam
(produksi primer). Proses fotosintesis merupakan reaksi berantai yang amat panjang dan
kompleks. Proses ini tidak dapat dilakukan secara in-vitro dengan menggunakan larutan
klorofil ataupun dengan menggunakan chloroplast yang telah diisolir dari sel. Proses
tersebut hanya dapat berlangsung di dalam sel hidup yang mengandung klorofil. Fungsi
utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah sebagai katalisator dan menyerap energi
cahaya (kinetic energy) yang akan digunakan dalam proses tersebut (STRICKLAND,
1960).
Bahan percobaan yang digunakan ekstraknya untuk mengetahui kadar klorofil
adalah tumbuhan Bayam. Daun bayam yang dipakai adalah daun muda dan daun tua. Dari
hasil pengamatan saat bayam dengan masing-masing umur daun yang berbeda tersebut
diekstrak, terlihat adanya perbedaan warna hijau pada masing-masing estrak daun tersebut.
Dapat dilihat warna ekstrak daun tua/dewasa lebih pekat hijaunya dibanding dengan warna
ekstrak daun muda.
Dari penghitungan kadar klorofil dengan menggunakan alat Spektrofotometer,
ternyata kadar rata-rata klorofil pada daun tua/dewasa memang lebih banyak yaitu 4,436
mg/l dibandingkan dengan daun muda yaitu 1,938 mg/l.
Hal tersebut dapat terjadi mungkin pada daun muda, klorofil mulai terbentuk
sehingga, kadarnya masih relative sedikit. Sedangkan pada daun sedang/tua, daun sudah
terbentuk maksimal. Sehingga, kadar klorofil yang dikandung juga tinggi. Maka, proses
fotosintesis akan dipusatkan pada daun sedang.
Pada hasil pengamatan, dapat dilihat pula bahwa pada daun muda , kadar rata-rata
klorofil a lebih tinggi dari kadar klorofil b sedangkan kadar rata-rata klorofil a pada daun
dewasa/tua lebih rendah dari pada kadar klorofil b. Kadar klorofil a seharusnya lebih
banyak dibanding kadar klorofil b, seperti yang dikemukakan oleh Subandi, yaitu semua
tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Klorofil a terdapat sekitar 75 % dari
total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Kondisi
pada daun muda tersebut mungkin disebabkan karena bayam berupaya untuk menangkap
energy cahaya matahari yang lebih banyak. Seperti yang diungkapkan Djukri dan Purwoko
(2003) dalam penelitiannya, Peningkatan kadar klorofil b yang lebih tinggi dibandingkan
klorofil a pada klon peka, merupakan upaya tanaman untuk meningkatkan antenna dalam
penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis.
Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ini:
a. Pembawa faktor, dimana pembentukan klorofil misalnya pada pembentukan pigmen-
pigmen lain seperti hewan dan manusia yang dibawah oleh suatu gen tertentu di dalam
kromosom. Begitu pula dengan tanaman, jika tidak ada klorofil maka tanaman tersebut
akan tampak putih (albino), contoh seperti tanaman jagung.
b. Sinar matahari, dimana klorofil dapat terbentuk dengan adanya sinar matahari yang
mengenai langsung ketanaman.
c. Oksigen, pada tanaman yang dihasilkan dalam keadaan gelap meskipun diberikan sinar
matahari tidak dapat membentuk klorofil, jika tidak diberikan oksigen.
d. Karbohidrat ternyata dapat membantu pembentukan klorofil dalam daun-daun yang
mengalami pertumuhan. Tanpa adanya karbohidrat, maka daun-daun tersebut tidak
mampu mengahasilkan klorofil.
e. Nitrogen, Magnesium, dan Besi merupakan suatu keharusan dalam pembentukan
klorofil, jika kekurangan salah satu dari zat-zat tersebut akan mengakibatkan klorosis
pada tumbuhan.
f. Unsur Mn, Cu, dan Zn meskipun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit dalam
pembentukan klorofil. Namun, jika tidak ada unsur-unsur tersebut maka tanaman akan
mengalami klorosis juga.
g. Air, kekurangan air pada tumbuhan mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti
terjadi pada rumput dan pohon-pohon dimusim kering.
h. Temperatur 30-400C merupakan suatu kondisi yang baik untuk pembentukkan klorofil
pada kebanyakkan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah pada temperatur antara
26-300C (Dwidjoseputro, 1981).
Prinsip kerjanya adalah menentukan kadar klorofil dengan spektrum cahaya
(panjang gelombang) tertentu yang dipancarkan ke molekul klorofil didalam alat tersebut.
Senyawa tertentu hanya menyerap foton yang bersesuaian dengan panjang gelombang
tertentu dan oleh karena itu setiap pigmen memiliki spektrum absorbsinya yang unik.
Klorofil a dan klorofil b karena memiliki absorbsi spektrumnya yang kuat pada kisaran
panjang gelaobang 600-700 nm. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan
klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat
menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya
hijau (500-600 nm).
Dari pengukuran kadar klorofil menggunakan alat Spektrofotometer, ternyata
kadar klorofil pada daun tua memang lebih banyak yaitu 4,8603 mg/l dibandingkan
dengan daun muda yaitu 4,47364 mg/l dan daun setengah tua yaitu 4,41548 mg/l.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung klorofil total yaitu:

Klorofil Total (mg/l) = 20,2 D645 + 0,02 D663

Diperolehnya hasil tersebut dapat dikarenakan pada daun bayam berusia setengah
tua memiliki kadar klorofil yang paling maksimal karena pada usia ini daun melakukan
proses fotosintesis secara aktif sedangkan pada daun muda diperoleh hasil kadar klorofil
terendah dikarenakan kadar klorofil yang terbentuk masih sedikit dan masih dalam proses
pembentukan, selanjutnya pada daun dewasa kadar klorofilnya sudah sedikit berkurang
dibandingkan dengan daun setengah tua. Hal ini dapat terjadi karena rusaknya klorofil
yang ada.
Dari hasil percobaan juga diperoleh hasil bahwa dari ketiga ekstrak daun bayam
dengan umur yang berbeda diperoleh kadar klorofil a lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar klorofil b. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subandi (2008) bahwa Semua tanaman
hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total
klorofil.
Untuk menghitung klorofil a dan klorofil b menggunakan rumus:
Klorofil a = 12,7 D663 + 2,69 D645
Klorofil b = 22,9 D645 + 0,02 D663
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Penentuan Kadar Klorofil secara Spektoskopi maka
dapat disimpulkan bahwa
• kadar klorofil total tertinggi didapatkan pada ekstrak daun bayam (Amaranthus
spinosus) yang dewasa/tua sebesar 4,436 mg/l. Sedangkan pada daun muda
hanya 1,938 mg/l
• Pada daun muda , kadar rata-rata klorofil a lebih tinggi dari kadar klorofil b
sedangkan kadar rata-rata klorofil a pada daun dewasa/tua lebih rendah dari
pada kadar klorofil b
• Pengukuran jumlah klorofil dapat dengan dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer BAUSCH & LOMB SPECTRONIC 20
SPECTOPHOTOMETER dan dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
khusus dalam penggunaannya. Pada daun yang masih muda konsentrasi klorofil
masih rendah, sedangkan daun setengah tua sangat tinggi dan menurun drastis
pada daun dewasa akibat penuaan. Tingginya konsentrasi klorofil
menunjukkan tingginya penyerapan energi cahaya oleh daun itu sendiri.
Semakain tinggi penyerapan cahaya pada daun maka semakin maksimal
kinerja dalam proses fotosintesisnya.

B. SARAN
Diharapkan dalam setiap acara praktikum, praktikan dapat mengikuti arahan
assisten laboratorium dan mengikuti praktikum dengan baik agar terciptanya suasana yang
serius dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Dwidjoseputro, D. (1994). Pigmen Klorofil. Erlangga.
Lawendatu, O. P. G., Pontoh, J., & Kamu, V. (2020). ANALISIS KANDUNGAN KLOROFIL PADA
BERBAGAI POSISI DAUN DAN ANAK DAUN AREN (Arrenga pinnata). Chemistry
Progress, 12(2), 67–72. https://doi.org/10.35799/cp.12.2.2019.27925 .
Nio Song, A., & Banyo, Y. (2011). Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air
Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 15(1), 166.
https://doi.org/10.35799/jis.11.2.2011.202 .
Noggle, Ray, R dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor Plant Physiology. New Delhi: Mall of
India Private Ilmited.
Pratama, A. J., & Laily, A. N. (2015). Analisis Kandungan Klorofil Gandasuli (Hedychium
gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah Perkembangan Daun yang
Berbeda. Seminar Nasional Konservasi Dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, 216–219.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kpsda/article/view/5377 .
Pratama, Tomi Anugrah. 2009. Fotosintesis. (online).
(http://thetom022.files.wordpress.com/2009/06/fotosintesis.pdf., diakses tanggal 8
November 2022).
Salisbury, F.B. and Ross, C. . (1992). Plant Physiology, Hormones and Plant Regulators: Auxins
and Gibberellins. Wadsworth Publishing.
Sasmitamihardja, D. and A. H. S. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Akademik
Dirjen Dikti. Depdikbud.
Sumenda, L. (2011). Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.) pada
Tingkat Perkembangan Daun yang Berbeda. Jurnal Bios Logos, 1(1).
https://doi.org/10.35799/jbl.1.1.2011.372.
LAMPIRAN:

Anda mungkin juga menyukai