Anda di halaman 1dari 7

http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.

id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

KERAPATAN DAN SIFAT MORFOLOGI CIPLUKAN (Physalis sp.)


DI GUNUNG KELUD, JAWA TIMUR
1) 2) 2)
NUGRAHENI HADIYANTI , PARDONO , SUPRIYADI
1)
Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret (UNS)
2)
Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana, dan Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS)
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, 57126, Jawa Tengah, Indonesia
nugraheni0510@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mempelajari kerapatan dan sifat morfologi Physalis sp. di Gunung Kelud, Jawa
Timur. Penelitian dilakukan dengan metode kuadrat dengan transek (5 plot) di sepanjang lereng
Gunung Kelud, Jawa Timur. Stasiun pengamatan ditentukan pada ketinggian 200-400, 400-600, 600-
800, 800-1.000 dan >1.000 m dpl.Pengamatan sifat morfologi dilakukan terhadap variabelbatang,
daun, dan buah meliputi 20 sifat. Hasil penelitian menunjukkan Physalis sp. di Gunung Kelud, Jawa
Timur ditemukan pada ketinggian 200 m dpl, dan populasinya semakin berkurang dengan
meningkatnya ketinggian tempat. Sifat morfologi Physalis sp. di Gunung Kelud, Jawa Timur
dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

Kata kunci: ciplukan, kerapatan, sifat morfologi, Gunung Kelud

ABSTRACT
The objectives of the research was to identify the density and morphological character of wild Physalis
sp.on some gradients of Mount Kelud, East Java. The research had done using square method with
transect (5 plots) in the gradient of Mount Kelud, East Java. The data was collected on 5 stations
based on altitude viz.200-400, 400-600, 600-800, 800-1,000 and >1,000 m above sea level.
Identification of morphological character was focused on stem, leaf, and fruit covering 20 characters.
The research result showed that Physalis sp. in Mount Kelud, East Java had been found at 200 m
above sea level and it would lower populations at the higher altitude. Altitude affected to the
morphological character of Physalis sp. in Mount Kelud, East Java.

Key words: density, morphological caharacter, Mount Kelud, Physalis sp.

PENDAHULUAN kandungan vitamin, mineral dan antioksidan


(Wei et al., 2012). Buah Physalis sp. dilindungi
Dewasa ini merebak trend “back to oleh cangkap/kelopak yang disebut kelopak
nature” dimana masyarakat mulai beralih buah. Kelopak buah merupakan ciri khas
mengkonsumsi obat-obatan berbahan dasar tumbuhan Physalis yang membedakannya dari
tumbuhan. Ada peningkatan permintaan bahan genera lain di keluarga Solanaceae.Buah
baku obat herbal/alamiah pada perdagangan Physalis sp. manis sedikit asam (Rufato et al.,
Internasional karena lebih efektif, lebih murah, 2008; Bertoncelliet al., 2016), kaya vitamin A,
tanpa efek samping. Tumbuhan obat C, E, vitamin B kompleks, mineral (utamanya
dipercaya lebih aman dan berkhasiat besi, kalium), tokoferol, karotenoid (Bravo et
menyembuhkan berbagai penyakit al., 2014), flavonoid dan fitosterol (Rufato et
(Karpagasundari and Kulothungan, 2012). al., 2008; Bertoncelli et al., 2016).
Salah satu tumbuhan obat yang potensial Tumbuhan Physalis sangat toleran
untuk dikembangkan adalah tumbuhan terhadap lingkungan sekitar dan juga toleran
ciplukan (Physalis sp.). Physalis sp. di terhadap naungan parsial. Tumbuhan ini
Indonesia merupakan tumbuhan liar, dimana tumbuh subur di tanah yang kaya bahan
sebagian masyarakat memanfaatkannya untuk organik, lembab dan berdrainase baik.Physalis
makanan ternak dan pengobatan tradisional. angulata L. ditemukan di daerah tropis, sub
Physalis termasuk dalam famili tropis dan beriklim sedang di dunia. Ditemukan
Solanaceace, merupakan tanaman tropis asli tumbuh sebagai gulma dan melimpah di
Amerika Utara dan Selatan (Silva et al., 2005; daerah padang rumput, perkebunan, ladang,
Rengifo-Salgado and Vargas-Arana, 2013). sepanjang pinggir jalan, di lereng terbuka
Spesies dalam genus ini termasuk tanaman bahkan di daerah berhutan yang terbuka.
hortikultura dan mempunyai nilai ekonomi Physalis angulata L. ditemukan tumbuh
penting karena nilai nutrisi tinggi yang kaya

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 71 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

sampai ketinggian 1.650 m dpl di sub- atas/bawah, bentuk dan warna cangkap buah,
Himalaya(Springer, 2013). bentuk buah, warna kulit buah, rasa buah,
Gunung Kelud adalah salah satu dari warna tangkai buah. Hasil pengamatan
gugusan gunung-gunung yang terdapat di ditabulasi dan dilakukan analisis kerapatan
Jawa Timur dengan tinggi sekitar 1731 m dpl. tumbuhan. Kerapatan tumbuhan menunjukkan
Hutan dikawasan Gunung Kelud nilai rata-rata cacah individu tumbuhan per
dikelompokkan dalam tipe hutan hujan dataran satuan luas lahan.
rendah dengan topografi berbukit sangat terjal.
Kawasan hutan Gunung Kelud, Jawa Timur HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan
yang cukup tinggi (Larashati, 2004). Kerapatan Physalis sp.
Tumbuhan Physalis diketahui tumbuh di Hasil pengamatan dan penghitungan
kawasan Gunung Kelud, Jawa Timur.Informasi individu Physalis sp. yang ditemukan di lereng
yang memadai tentang Physalis sp. sangat Gunung Kelud, Jawa Timur pada berbagai
bermanfaat guna menentukan langkah ketinggian tempat disajikan pada tabel 1 dan
selanjutnya dalam usaha pengembangannya gambar 1. Berdasarkan hasil pengamatan
yang lebih luas dan besar. Mengingat masih kerapatan dan frekuensi ditemukannya
sangat terbatasnya informasi terkait kerapatan Physalis sp. di lereng Gunung Kelud, Jawa
tumbuhan dan sifatmorfologi Physalis sp. Timur menunjukkan adanya perbedaan
khususnya di Gunung Kelud, Jawa Timur kerapatanPhysalis sp. pada tiap strata
maka perlu kajian ilmiah lebih mendalam. ketinggian. Physalis sp. ditemukan pada
Kerapatan tumbuhan menunjukkan ketinggian 200 m dpl sampai kurang dari 1.000
jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam m dpl. Dari hasil pengamatan ini
suatu luasan tertentu sedangkan frekuensi menggambarkan bahwa Physalis sp. mampu
suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak tumbuh pada berbagai ketinggian sampai
contoh dimana ditemukannya jenis tersebut kurang dari 1.000 m dpl. Biji Physalis sp. yang
dari sejumlah petak contoh yang dibuat. kecil dan ringan mudah terbawa angin atau
Frekuensi biasanya dinyatakan dalam besaran binatang lain sehingga mudah terdistribusi dan
persentase (Oosting, 1956; Arief, 1994; tersebar pada berbagai ketinggian. Physalis
Sugiyarto, 2004). Sifat morfologi (keragaan sp. mampu tumbuh pada berbagai ketinggian
tanaman) merupakan kenampakan fisik suatu dengan tingkat kesuburan tanah beragam, hal
tanaman yang teramati baik melalui akar, ini menunjukkan bahwa Physalis sp.
batang, cabang, daun, bunga, buah, dan biji mempunyai daya adaptasi cukup luas
maupun habitus (Tjitrosoepomo, 1989). terhadap kondisi lingkungan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari setempat.Lingkungan yang potensial untuk
kerapatan dan sifat morfologi Physalis sp. di tumbuhan Physalis sp. pada ketinggian 200-
Gunung Kelud, Jawa Timur. 400 m dpl.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilakukan di lereng
Gunung Kelud, Jawa Timur pada bulan
September sampai November 2016. Y=1,827-0,002X
2
Pengamatan Physalis sp. dilakukan dengan
Individu Tanaman

metode purposive sampling pada strata


R2=0,893
ketinggian 200-400, 400-600, 600-800, 800- 0
1.000 dan >1.000 m dpl. Pada masing-masing 0 500 1000 1500
stasiun pengamatan dibuat kuadrat berukuran -2
2 Ketinggian tempat (m dpl)
1 m dengan 5 plot yang tersebar secara acak
kemudian dilakukan pencacahan individu
Physalis sp. Gambar 1. Hubungan antara ketinggian
Pengamatan sifatmorfologi dilakukan tempat (m dpl) dengan cacah individu
secara visual pada sampel tumbuhan Physalis Physalis sp. di lereng Gunung Kelud, Jawa
yang menunjukkan sifat morfologi yang Timur
berbeda pada setiap ketinggian tempat.
Pengamatan sifat morfologi meliputi variabel Semakin meningkat ketinggian
batang, daun,dan buah yang meliputi 20 sifat. tempatnya, kerapatan Physalis sp. semakin
Sifat-sifat yang diamati adalah: tegakan berkurang. Populasi Physalis sp. cenderung
batang, warna batang, bentuk batang, lebih banyak pada ketinggian rendah sampai
permukaan batang, percabangan, bentuk menengah (200-800 m dpl). Hal ini
daun, tepi daun, ujung daun, pangkal daun, kemungkinan karena faktor lingkungannya
tulang daun, warna daun, tipe daun, warna mendukung untuk pertumbuhan dan
tangkai daun, permukaan daun bagian perkembangannya. Faktor lingkungan tersebut

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 72 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

antara lain: faktor tanah (pH, kandungan hara, cahaya rendah menyebabkan Physalis sp.
air), iklim/cuaca (suhu, kelembaban, curah tidak mampu tumbuh pada dataran tinggi.
hujan, kecepatan angin)(Barbour et al. 1987; Selain itu pada ketinggian >1.000 m dpl
Harborne, 1988; Larcher, 1995; Polunin, 1999; banyak naungan, lebih didominasi pohon
Sugiyarto et al., 2004). Lingkungan pada kaliandra sehingga mengurangi intensitas
ketinggian rendah sampai menengah di lereng cahaya yang penting untuk pertumbuhan dan
Gunung Kelud, Jawa Timur cenderung perkembangannya. Physalis sp. tidak dapat
0
memiliki rata-rata suhu sedang (18-25 ), tumbuh pada lingkungan yang banyak
kelembaban udara (80-87%), ketersediaan air ternaung. Intensitas cahaya selain
cukup, tanah relatif lebih subur dengan pH 5,8- berpengaruh pada pertumbuhan juga
7. Hal ini sesuai dengan pendapat Fischer et mempengaruhi aktivitas metabolisme baik
al. (2005), Physalis sp. menghendaki tanah metabolit primer maupun sekunder
berpasir - liat, drainase yang baik, kaya bahan (Ghazemzadeh et al., 2010).
organik (lebih dari 4%) dan pH antara 5,5-6,8
dan menghindari tanah yang tergenang. Suhu Sifat Morfologi Physalis sp.
yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan Physalis sp. mempunyai sifat
perkembangan Physalis sp. adalah morfologi yang khas yakni batang menggarpu,
0
18 (Miranda, 2004) dan kelembaban relatif dan berongga serta pelindung (cangkap) buah
rata-rata 70-80% (Popova et al., 2010). berbentuk lampion. Hasil penelitian terhadap
Tabel 1. Kerapatan dan frekuensi morfologi Physalis sp. yang ditemukan di
ditemukannya Physalis sp. di Gunung Kelud lereng Gunung Kelud, Jawa Timur
No Ketinggian Kerapatan Frekue menunjukkan perbedaan sifat morfologi. Dua
Tempat Tumbuhan nsi Physalis sp. berbeda sifat morfologi ditemukan
(m dpl) (individu/m2) (%)
1. 200-400 1,7 100 pada ketinggian 200-400 dan 400-600 m dpl.
2. 400-600 1 100 Satu Physalis sp. berbeda sifat morfologi
3. 600-800 0,8 80 ditemukan masing-masing pada ketinggian
4. 800-1000 0,2 40 600-800 dan 800-1.000 m dpl.
5. >1000 0 0
Perbedaan sifat morfologi yang
ditemukan di lereng Gunung Kelud, Jawa
Physalis sp. yang ditemukan di
Timur tidak hanya terlihat antar ketinggian
lereng Gunung Kelud, Jawa Timur tidak
tempat akan tetapi juga pada ketinggian
membutuhkan naungan akan tetapiselalu
tempat yang sama. Perbedaan sifat morfologi
hidup bersama dengan tanaman lainnya,
Physalis sp. berdasarkan ketinggian tempat
misalnya: jagung, kacang tanah, ketela, ubi
terlihat pada bentuk pertumbuhan tanaman
kayu, tebu, nanas maupun tanaman gulma
dan permukaan daun. Menurut Sitompul dan
lainnya.Pada suatu ekosistem, tumbuhan
Guritno (1995), bahwa penampilan bentuk
hidup saling berinteraksi dalam rangka
tanaman dikendalikan oleh sifat genetik
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain
tanaman dibawah pengaruh faktor-faktor
berinteraksi, tumbuhan juga berhubungan
lingkungan. Faktor lingkungan yang diyakini
dengan sesama jenis maupun antar jenisnya.
dapat mempengaruhi terjadinya perubahan
Interaksi antar jenis tumbuhan ini seringkali
morfologi tanaman antara lain iklim, suhu, jenis
disebut asosiasi. Adanya asosiasi
tanah, kondisi tanah, ketinggian tempat, dan
menunjukkan bahwa Physalis sp. mampu
kelembaban.
hidup berdampingan dengan tanaman lainnya
Pertumbuhan tanaman Physalis sp.
secara ekologi. Sebagai upaya budidaya,
yang ditemukan pada ketinggian 200-400 dan
Physalis sp. dapat tumbuh bersama dengan
400-600 m dpl terlihat tumbuh tegak keatas
tumbuhan lainnya sehingga memungkinkan
sedangkan yang ditemukan pada ketinggian
untuk budidaya secara tumpeng sari.
diatas 600 m dpl terlihat pendek hampir
Physalis sp. di lereng Gunung Kelud,
menjalar (gambar 2). Hal ini kemungkinan
Jawa Timur tidak ditemukan pada ketinggian >
karena pada ketinggian diatas 600 m dpl
1.000 m dpl. Hal ini diduga karena faktor
intensitas cahaya rendah sehingga
genetik dan adanya halangan yang membatasi
pertumbuhan Physalis sp. cenderung melebar
pertumbuhan maupun perkembangannya. Ada
dan bukan meninggi. Hal ini sejalan dengan
banyak jenis Physalis dan tiap jenis Physalis
penelitian Muniz et al. 2014 bahwa ketinggian
secara genetik memiliki karakteristik yang
tempat memiliki pengaruh yang besar
berbeda. Physalis sp. yang tumbuh di
padaPhysalis sp., dengan meningkatnya
kawasan Gunung Kelud, Jawa Timur
ketinggian menghasilkan tanaman lebih kecil,
kemungkinan memiliki syarat tumbuh di
daun kecil dan tipis.
dataran rendah sampai dataran menengah.
Physalis sp. yang ditemukan pada
Halangan yang membatasi pertumbuhan dan
ketinggian 200-800 m dpl mempunyai
perkembangan Physalis sp. diantaranya: suhu
permukaan daun kasap, berkerut sedangkan
rendah, curah hujan tinggi maupun intensitas
yang ditemukan pada ketinggian 800-1.000 m

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 73 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

dpl, permukaan daunnya berbulu halus, rapat


jika diraba terasa seperti beludru. Permukaan
daun berkerut (pada aksesi 3 yang tumbuh
pada ketinggian 400-600 m dpl), kemungkinan
dikarenakan tumbuhan Physalis terkena hama
sehingga daunnya kecil-kecil dan berkerut.
Permukaan daun yang halus seperti belundru
dimungkinkan sebagai bentuk adaptasi
tumbuhan Physalis terhadap lingkungan yang
dingin (bersuhu rendah).Perbedaan- 4
perbedaan morfologis tanaman, proses-proses
fisiologis dan biokimia menggambarkan
keragaman produk dari gen yang dipengaruhi
faktor lingkungan (Stebbins 1951; Yuliastri et
al.2005; Hastuti et al., 2009).

6
Keterangan:
1 dan 2 = Physalis sp. yang ditemukan pada
ketinggian 200-400 m dpl
3 dan 4 = Physalis sp yang ditemukan pada
ketinggian 400-600 m dpl
3 5 = Physalis sp. yang ditemukan pada
ketinggian 600-800 m dpl
6 = Physalis sp. yang tumbuh pada ketinggian
800-1.000 m dpl

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 74 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

Gambar 2. Bentuk pertumbuhan Physalis sp. 600-800 m dpl, batang Physalis sp. ada yang
yang ditemukan di Gunung Kelud, Jawa Timur berwarna hijau keunguan dan ada yang
berwarna ungu sedangkan pada ketinggian
Sifat morfologi Physalis sp. yang 800-1.000 m dpl batang Physalis sp. berwarna
ditemukan pada ketinggian yang sama di hijau keunguan. Sifat morfologi dari bentuk
lereng Gunung Kelud, Jawa Timur juga dan warna cangkap buah dari Physalis sp.
menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut juga menunjukkan keragaman (gambar 3).
terlihat pada warna batang, bentuk daun, tepi Cangkap buah Physalis sp. yang tumbuh pada
daun, ujung daun, permukaan daun, dan ketinggian 200-400 m dpl memiliki ujung
warna cangkap buah. Aksesi 1 yang tumbuh runcing dan meruncing, berwarna hijau
pada ketinggian 200-400 m dpl mempunyai keungguan. Physalis sp. pada ketinggian 400-
bentuk daun lanset oval sedangkan aksesi 3 600 m dpl, ujung cangkap buahnya runcing,
dan 4 yang tumbuh pada ketinggian 400-600 berwarna ungu kehijauan (warna ungu jelas),
m dpl mempunyai bentuk daun lanset. Aksesi sedangkan yang tumbuh pada ketinggian 600-
2 yang tumbuh pada ketinggian 200-400 m dpl 800 dan 800-1.000 m dpl ujung cangkap buah
dan aksesi 5 yang tumbuh pada ketinggian meruncing masing-masing berwarna hijau dan
600-800 m dpl serta aksesi yang tumbuh pada hijau keunguan. Suranto (2002) menyebutkan
ketinggian 800-1.000 m dpl mempunyai bentuk bahwa apabila faktor lingkungan lebihkuat
daun bulat telur. memberikan pengaruh daripada faktor genetik
maka tanaman di tempat yang berlainan
dengan kondisi lingkungan yang berbeda
memiliki morfologi yang bervariasi, dan begitu
juga sebaliknya.

KESIMPULAN
Kerapatan Physalis sp. di lereng
Gunung Kelud, Jawa Timur bagian barat
1 2 adalah tinggi pada ketinggian 200-400 m dpl
2
dengan kerapatan 1.7 individu/m dan rendah
pada ketinggian 800-1000 m dpl dengan
2
kerapatan 0.2 individu/m . Distribusi Physalis
sp. di lereng Gunung Kelud tidak merata
dengan frekuensi tinggi pada ketinggian 200-
800 m dpl (80-100%) dan frekuensi rendah
pada ketinggian >800 m dpl. Sifat morfologi
3 4 Physalis sp. di lereng Gunung Kelud, Jawa
Timur dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

SARAN
Pada penelitian yang sejenis, selain
pengamatan sifat morfologinya juga perlu
diidentifikasi kandungan metabolit sekunder
yang dihasilkan Physalis sp. pada masing-
masing ketinggian.

5 6 DAFTAR PUSTAKA
Keterangan:
1 dan 2 = Ditemukan pada ketinggian 200-400 Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan
m dpl Pengaruhnya Terhadap Lingkungan.
3 dan 4 = Ditemukan pada ketinggian 400-600 Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
m dpl
5 = Ditemukan pada ketinggian 600-800 m dpl Bertoncelli, D.J., Marisa, C.B., Cristiane, O.B.,
6 = Ditemukan pada ketinggian 800-1.000 m Amanda, I.P., Ana, C.A. and
dpl Alexandre, O.O. 2016. Chemical
Gambar 3. Bentuk cangkap buah Physalis sp. Characteristics of Fruits of Two
yang ditenukan di lereng Gunung Kelud, Jawa Spesies of Physalis under Nitrogen
Timur Fertilization. African Journal of
Agricultural Research. 11 (20): 1872-
Batang Physalis sp. yang ditemukan 1878.
pada ketinggian 200-400 m dpl dan 400-600 m
dpl berwarna hijau keunguan. Pada ketinggian

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 75 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

Bravo, K., Sepulveda-Ortega, S., Lara-


Guzman, O.,Navas-Arboleda, A.A., Oosting, H.J. 1956. The Study of Plant
Osorio, E. 2014. Influence of Cultivar Communities: an Introduction to
and Ripening Time on Bioactive Plant Ecology. San Francisco: W.H.
Compounds and Antioxidant Freeman and Company.
Properties in Cape gooseberry
(Physalis peruviana L.). Society of Popova, A.N., Panayotov, K., Kouzmova.
Chemical Industry. J SCI Food Agric 2010. Evaluation of The
2014. Grupo de Investigación en development of Cape gooseberry
Sustancias Bioactivas, Facultad de (Physalis peruviana L.) Plant under
Química Farmacéutica,Universidad the Environment Conditions of South
de Antioquia UdeA, Calle 70 No. 52- Bulgaria. In: Balwois, Ohrid, Anais
21, Medellín, Colombia. Ohrid, Republic of Macedonia. 1-
10p.
Barbour, M.G., Burk, J.H. and Pitts, W.D.
1987. Terrestrial Plant Ecology. San Polunin, N. 1999. Pengantar Geografi
Fransisco: The Benjamin/Cummings Tumbuhan dan Beberapa Ilmu
Publishing Company, Inc. Serumpun. Penerjemah:
Tjitrosoepomo, G. Yogyakarta:
Fischer, G., Piedrahita, W., Miranda, D., Gadjah MadaUniversity Press.
Romero, J. 2005. Avances en
cultivo.poscosecha y exportacion de Rengifo-Salgado, E. and Vargas-Arana, G.
la uchuva (Physalis peruviana L.) el 2013. Physalis angulate L. (Bolsa
Colombia. Bogota: Universidad Mullaca): A Review of its Traditional
Nacional de Colombia. Faculdad de Uses, Chemistry and Pharmacology.
Agronomia. 222p. Boletín Latinoamericano y del Caribe
de Plantas Medicinales y Aromáticas
Ghazembadeh, A., Jaafar, H.Z.E., Rahmat, A., 12 (5): 431 – 445.
Wahab, P.E.M., Halim, R.A. 2010.
Effect of Different Light Intensities on Rufato, A. R., Schlemper, C., Lima, C. S. M.,
Total Phenolics and Flavonoids Kretzschmar, A. A.2008. Aspectos
Synthesis and Anti-oxidant Activities técnicos da cultura da physalis.
in Young Ginger Varieties (Zingiber Lages: CAV/UDESC; Pelotas: UFPel,
officinale Roscoe). Int. J. Mol. Sci. 100 p.
11: 3885-3897.
Hastuti, D., Suranto, Setyono, P. 2009. Variasi Springer. 2013. Physalis angulata. Edible
Morfologi, Karyotipe dan Pola Pita Medicinal and Non Medicinal Plants.
Protein pada Berbagai Varietas Dordrecht. 283-299.
Kamboja Jepang(Adenium obesum).
Nusantara Bioscience 1: 76-83. Silva, M., Simas, S., Batista, T., Cardarelli, P.,
Tomassini, T. 2005. Studies on
Harborne, J.B. 1988. Introduction to Ecological antimicrobial activity, in vitro, of
Biochemistry. London: Academic Physalis angulate L. (Solanaceae)
Press. fraction and physalin B bringing out
the importance of assay
Karpagasundari and Kulothungan, S. 2014. determination. Mem Inst Oswaldo
Analysis of bioactive compounds in Cruz100: 779 - 782.
Physalis minima leaves using GC
MS, HPLC, UV-VIS and Sugiyarto, A.D. Setyawan, A. Pitoyo. 2004.
FTIRtechniques. Journal of Estimasi Kemelimpahan dan
Pharmacognosy and Phytochemistry. Distribusi Plantiago mayor L. di
3(4): 196-201. India. Gunung Lawu. Biodiversitas. Vol. 7
No. 2: 143-146.
Larashati, I. 2004. Keanekaragaman
Tumbuhan dan Populasinya Di Suranto. 2002. Pengaruh Lingkungan terhadap
Gunung Kelud, Jawa Timur. Bentuk Morfologi Tumbuhan. Enviro.
Biodiversitas. 71-76. 1 (2): 37-40.

Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology: Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995.


Ecophysiology and Stress Physiology Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
of Functional Groups. Berlin: Mada University Press. Yogyakarta.
Springer-Verlays.

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 76 -


http://ejournal.fp.uniska-kediri.ac.id/ p-ISSN : 2477-5096 e-ISSN 2548-9372

Stebbins, G.L. 1951. Variation and evolution in and Analysis of Genetic Diversity in
plants. Columbia University Press. Physalis using Molecular Markers.
New York. PLOS ONE 7 (11): e50164.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Yuliastri, Y.E., Purwantoro, A., Sulistyaningsih,


Gadjah Mada University Press. E. 2005. Analisis kariotip beberapa
Yogyakarta. jenis Dieffenbachia spp. Agrosains
18 (4): 421-434.
Wei, J., Hu, X., Yang, J., Yang, W. 2012.
Identification of Single-Copy
Orthologous Genes between
Physalis and Solanum lycopersicum

Jurnal Hijau Cendekia Volume 2 Nomor 2 September 2017 - 77 -

Anda mungkin juga menyukai