DOI: 10.24843/metamorfosa.2021.v08.i02.p06
https://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/68065
JURNAL METAMORFOSA
Journal of Biological Sciences
eISSN: 2655-8122
http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa
Arief Widyantoro*
Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate, Badan Karantina Pertanian Republik Indonesia
Jl. Pemuda, Sangadji, Ternate – Maluku Utara 97727, Telp. (0921) 3128686
*Email: widyantoro.arief@yahoo.com
INTISARI
Kegiatan eksplorasi anggrek epifit saat ini sangat penting dilakukan karena rusaknya habitat alami
disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. Anggrek epifit yang sifatnya menempel pada
pohon tersebar di hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi dapat dikonversi.
Namun, perluasan areal perkebunan kelapa, cengkeh dan kakao berdampak menyempitnya areal hutan
sehingga berakibat berkurangnya habitat alami anggrek epifit. Penelitian bertujuan mempelajari jenis-
jenis anggrek epifit di Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Studi menggunakan metode survey
dengan pendekatan deskriptif dan penentuan plot pengamatan. Hasil survey telah ditemukan 6 spesies
anggrek epifit pada 8 plot antara lain Cymbidium finlaysonianum, Grammatophyllum scriptum,
Trichoglottis latisepala, Brachypeza sp., Pomatocalpa spicata, dan Aerides sp. Anggrek epifit C.
finlaysonianum mendominasi kawasan hutan mencapai 77,29%. Terdapat 9 pohon inang sebagai habitat
alami anggrek yang ditemukan meliputi Shorea sp., Cythea sp., Mangifera indica, Heritiera sp.,
Thesphesia macrophylla, Artocarpus sp., Calophyllum inophyllum, Ficus sp. dan Cocos nucifera.
ABSTRACT
Exploration of epiphytic orchids is very important at this time because the natural habitats of the
orchids have begun to be damaged due to the forest conversion into plantations. Epiphytic orchids in
Sula Island, North Maluku is distributed in limited production forest, permanent production forest, and
converted production forest. However, the expansion of coconut, clove and cocoa plantations has
resulted in a narrowing of the forest area, resulting in reduced natural habitat for epiphytic orchids. The
study aimed to establish the species of epiphytic orchids in Sula Islands, North Maluku. The study used
a survey method with a descriptive approach and plots were determined by purposive sampling. The
results found 6 species of epiphytic orchids in 8 plots i.e. Cymbidium finlaysonianum,
Grammatophyllum scriptum, Trichoglottis latisepala, Brachypeza sp., Pomatocalpa spicata, and
Aerides sp. Epiphytic orchids, C. finlaysonianum dominate the forest area reaching 77,29%
respectively. There were 9 host trees that had been found, i.e Shorea sp., Cythea sp., Mangifera indica,
Heritiera sp., Thesphesia macrophylla, Artocarpus sp., Calophyllum inophyllum, Ficus sp., and Cocos
nucifera.
230
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
231
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
Inventarisasi Identifikasi
Inventarisasi anggrek dan pohon inangnya Identifikasi tingkat marga (genus) secara
dilakukan dengan pengamatan jumlah individu morfologi dengan mengamati bentuk daun,
dan frekuensi keterdapatannya dalam satuan batang dan akar yang menempel pada pohon
plot yang telah ditentukan. Persentase jumlah inang. Identifikasi sampai tingkat jenis (spesies)
individu dan frekuensi dihitung dengan dilakukan pada sampel anggrek yang berbunga
membandingkan jumlah individu yang ketika observasi berlangsung dan
ditemukan dan keterdapatannya dengan jumlah membandingkan dengan pustaka menurut
total populasi. Persentase dominasi Thomas dan Schuiteman (2002). Sampel
(kelimpahan) dihitung menurut Puspitaningtyas kemudian dikoleksi dan dipelihara di
(2005) dengan cara menjumlahkan persentase Laboratorium Karantina Tumbuhan, Balai
jumlah individu dan frekuensi. Karantina Pertanian Kelas II Ternate.
232
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
didominasi tanaman cengkeh, kakao dan jambu tersebar di hampir semua plot di Wailau
mede yang ditanam pada area hutan produksi (ketinggian: 13 m dpl), Wainib (11 m dpl),
tetap sebagai tanaman sela (Distan, 2017). Sekom (14 m dpl), Waiman (8 m dpl) dan
Sebagian besar wilayah Kepulauan Sula Waiina (24 m dpl) dengan pohon inang Mangga
terdiri atas perairan dan dua pulau besar yaitu P. (Mangifera indica), Waru Laut (Thespesia
Sulabesi dan P. Mangole serta beberapa pulau macrophylla), Beringin (Ficus sp.) dan Kelapa
kecil, bertipe iklim tropis, curah hujan 1000 (Cocos nucifera).
mm/th dengan rerata suhu harian 28,1 oC dan Kecamatan Sulabesi Selatan memiliki
kelembapan udara 78,9% serta karakteristik keanekaragaman spesies paling banyak seperti
tanah podsolik merah kuning (BMKG, 2018). ditemukannya Pomatocalpa spicata,
Konfigurasi umum lahan kering perbukitan Grammatophyllum scriptum, C. finlaysonianum,
dengan kemiringan lereng 0-45% dan dan Trichoglottis latisepala. Hal ini karena
ketinggian 0-91 m dpl, memiliki garis pantai wilayah tersebut memiliki vegetasi hutan yang
yang panjang dengan vegetasi rapat. Tercatat lebih luas dibanding lainnya dengan topografi
durasi penyinaran matahari minimum 43% dan lahan didominasi perbukitan.
maksimum 78% menjadikan kepulauan ini Brachypeza sp. dan Aerides sp. ditemukan
sangat cocok sebagai habitat anggrek epifit. di Sanana dengan di dominasi pohon inang
Meranti (Shorea sp.) dan Paku (Cythea sp.).
Keragaman anggrek epifit dan pohon inang Trichoglottis latisepala dapat tumbuh pada
Hasil pengamatan komposisi jenis pohon inang Bintangur (Calophyllum
anggrek dan pohon inangnya pada 8 plot inophyllum) dan Waru Laut (Thespesia
tersebar di 6 desa cukup bervariasi (Tabel 1). macrophylla) sedangkan Pomatocalpa spicata
Anggrek jenis Cymbidium finlaysonianum hanya dijumpai pada pohon Meranti.
Karakter pohon inang dengan kulit luar Mariyanti et al., (2015) menambahkan
tebal, kasar dan tajuk yang rindang merupakan pohon inang dengan perawakan (habitus) besar
habitat alami anggrek epifit sehingga tidak dan percabangan banyak mampu menahan air
jarang dalam satu pohon ditemukan beberapa dan serasah daun yang jatuh sehingga cocok
jenis. Anggrek epifit lebih menyukai pohon untuk pertumbuhan anggrek epifit saat
dengan batang yang kasar, retak-retak kulitnya menempel di sela-sela retakan batang. Anggrek
(Puspitaningtyas, 2010), percabangan yang epifit mendapatkan nutrisi dari akumulasi
banyak (Sujalu dan Pulihasih, 2010), dan seresah yang menempel pada sela batang tanpa
berdiameter besar (Sujalu, 2008). merugikan inangnya (Adhikari et al., 2012).
233
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
Dominasi dan morfologi anggrek apifit Bentuk daun dari spesies Cymbidium
Hasil inventarisasi anggrek epifit yang membedakan dengan spesies lain seperti
menunjukkan Cymbidium finlaysonianum C. aloifolium dan C. bicolor yang memiliki
mendominasi kawasan hutan Kepulauan Sula bentuk daun lebih kecil dan ukuran lebih
mencapai 77,29% (Tabel 2). Hal ini karena pendek daripada C. finlaysonianum (Sulistiarini
spesies tersebut relatif mudah ditemukan pada dan Djarwaningsih, 2017).
pohon inang yang beragam dan terkadang Pomatocalpa spicata hanya ditemukan
tumbuh berdampingan dalam satu pohon. satu tanaman dengan persentase dominasi hanya
8,78%. Spesies tersebut hanya ditemukan pada
Tabel 2. Persentase dominasi anggrek epifit perbukitan dengan vegetasi rapat di tepian
% % % sungai dengan kelembapan tinggi dan
No Spesies Jml F pencahayaan minim.
Jml F Do
Cymbidium Tipe pertumbuhannya monopodial, tidak
1 21 6 34,43 42,86 77,29
finlaysonianum berumbi, memiliki akar udara dan akar utama
2
Trichoglottis
23 3 37,71 21,43 59,14
melekat kuat pada batang inang. Daun
latisepala berbentuk loret (lorate), lebar 7-9 cm.
Grammatophyllum panjangnya 15-17 cm, ujung daun membelah
3 10 2 16,39 14,29 30,68
scriptum
tidak simetris. Bunga majemuk berwarna
4 Brachypeza sp. 4 1 6,56 7,14 13,70
5 Aerides sp. 2 1 3,28 7,14 10,42
kuning keluar dari buku-buku daun (Gambar 3).
Pomatocalpa Satu individu P. spicata mampu menghasilkan
6 1 1 1,64 7,14 8,78 empat tandan bunga berukuran kecil.
spicata
Total 61 14 100 100 200
Keterangan: Jml: jumlah, F: frekuensi, Do: dominasi
234
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
perlu dilestarikan dan dimanfaatkan secara Badan Karantina Pertanian [Barantan]. 2019.
bijaksana sebagai tempat hidup anggrek epifit. Data Komoditas Tumbuhan Domestik
Keluar Karantina Wilker Sanana.
KESIMPULAN Ternate: IQFAST.
Enam spesies anggrek epifit yang Badan Pusat Statistik [BPS]. 2019. Kabupaten
ditemukan di Kepulauan Sula antara lain Kepulauan Sula dalam Angka. Sanana:
Cymbidium finlaysonianum, Trichoglottis BPS Kep Sula Publisher.
latisepala, Grammatophyllum scriptum, Badan Meteorologi dan Geofisika [BMKG].
Brachypeza sp., Aerides sp. dan Pomatocalpa 2018. Geografi dan Iklim Kepulauan
spicata. Anggrek jenis C. finlaysonianum Sula. Sanana: Laporan Tahunan BMKG
mendominasi keberadaan anggek epifit Kep Sula.
mencapai 77,29% sedangkan Pomatocalpa Broto, B. W., dan A. A. Pratama. 2015.
spicata hanya ditemukan satu individu dengan Keragaman jenis dan sebaran anggrek
persentase 8,78%. alam di Taman Wisata Alam Cani
Pohon inang anggrek epifit tercatat 9 Sirenreng, Kabupaten Bone, Sulawesi
spesies berupa Mangga (Mangifera indica), Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
Kelapa (Cocos nucifera) dan Sukun 1 (3): 449-454.
(Artocarpus sp.) yang telah dibudidayakan Dinas Pertanian [Distan]. 2017. Luas Tanam
sebagai tanaman perkebunan sedangkan Waru Perkebunan menurut Kecamatan dan
Laut (Thespesia macrophylla), Beringin (Ficus Jenis Tanaman di Kabupaten Kepulauan
sp.), Meranti (Shorea sp.), Teraling (Heritiera Sula. Sanana: Distan Kep Sula.
sp.), Bintangur (Calophyllum inophyllum) dan Dressler, R. L. 1993. Phylogeny and
Paku Pohon (Cythea sp.) sebagai tanaman asli Classification of the Orchids Family.
penutup vegetasi hutan. Portland: Dioscorides Press.
Dressler, R. L. 1981. The Orchids, Natural
UCAPAN TERIMA KASIH History and Classification. Cambridge:
Penulis menyampaikan terima kasih Harvard Univ. Press.
kepada Drh. Wahyu Samurwat selaku Kepala Ivakdalam, L. M., dan D. J. Pugesehan. 2016.
Kantor Karantina Pertanian Wilayah Kerja Keragaman jenis tanaman anggrek
Sanana yang telah memfasilitasi dan (Orchidaceae) di Cagar Alam
mengakomodasi pengambilan sampel. Terima Angwarmase, Kabupaten Maluku
kasih pula kepada Ida Fitriya selaku Dinas Tenggara Barat. J Agroforestri 11 (3):
Perhubungan Kabupaten Kepulauan Sula, 161-168.
Provinsi Maluku Utara yang telah memberi Indrawati, Y. Sabilu, dan Hariani. 2017.
petunjuk lokasi desa selama kegiatan survey Karakterisasi morfologi anggrek alam
berlangsung. (Orchidaceae) asal Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai (TNRAW) koleksi
DAFTAR PUSTAKA Kebun Raya Universitas Halu Oleo.
Adhikari, Y. P., A. Fischer, and H. S. Fischer. Biowallacea 4 (2): 645-654.
2016. Epiphytic orchids and their Mariyanti, R., S. N. Mallombasang, dan S.
ecological niche under anthropogenic Ramlah. 2015. Studi karakteristik pohon
influence in central Himalayas, Nepal. inang anggrek di kawasan Cagar Alam
Mountain Science 13: 1-10. Pangi Binangga desa Sakina Jaya
Adhikari, Y. P., A. Fischer, and H. S. Fischer. Kabupaten Parigi Moutong. Warta Rimba
2012. Host tree utilization by epiphytic 3 (2): 39-48.
orchids in different land-use intensities in Marsusi, C. Mukti, Y. Setiyawan, S. Kholidah,
Kathmandu Valley, Nepal. Plant Ecology dan A. Viviati. 2001. Keanekaragaman
213: 1393-1412. anggrek epifit di hutan Jobolarangan.
Biodiversitas 2 (2): 150-155.
236
Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 8(2): 230-237 (September 2021) eISSN: 2655-8122
237