ABSTRAK Bukit Lawang merupakan bagian dari TNGL sehingga menyebabkan wilayah ini
memiliki tingkat endemisme flora dan fauna yang tinggi sehingga menjadi salah satu
pusat biodiversitas di dunia. Salah satu flora yang terdapat di kawasan bukit lawang
asalah anggrek. Anggrek merupakan salah satu potensi hayati yang memiliki nilai
komersial tinggi yang menempati 7-10% tumbuhan berbunga Namun, informasi
mengenai distribusi dan karakter ekologis khususnya di beberapa daerah konservasi
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui
keanekaragaman jenis dan habitat anggrek di kawasan Bukit Lawang. Penelitian ini
mengunakan metode eksploratif di sepanjang jalur pendakian dan disesuaikan
dengan keaadaan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
ditemukan 13 spesies anggrek di Bukit Lawang diantaranya, Cymbidium sp, Calanthe
triplicata, Bulbophyllum hamatipes, Oberonia myosurus L., Cymbidium bicolor, Dendrobium
crumenatum, Melaxis sp., Appendiculata ramosa B., Dendrobium sp, Dendrobium
concinnum Miq, Acriopsida liliifolia, Thrixspermum sp., Bulbophyllum stelis. Kesimpulan
hasil penelitian ini adalah terdapat 13 jenis anggrek diantaranya 11 anggrek epifit
dan 2 anggrek terestris.
.
ABSTRACT Bukit Lawang is a part of TNGL, causing this region to have high levels of endemism flora
and fauna that become one of the centers of biodiversity in the world. One of the flora found in
the hill area lawang is orchid. Orchid is one of biological potential that has high commercial
value which occupies 7-10% flowering plants. However, information on the distribution and
ecological character especially in some conservation areas is still very limited. Therefore, this
study aims to determine the diversity of species and orchid habitat in the Bukit Lawang area.
This research used explorative method along the climbing route and adapted to field condition.
The research found 13 species of orchids in Bukit Lawang were Cymbidium sp, Calanthe
triplicata, Bulbophyllum hamatipes, Oberonia myosurus L., Cymbidium bicolor, Dendrobium
crumenatum, Melaxis sp., Appendiculata ramosa B., Dendrobium sp, Dendrobium
concinnum Miq , Acriopsida liliifolia, Thrixspermum sp., and Bulbophyllum stelis. The
conclusion of this study was 13 orchid species consists of 11 epiphytic orchids and 2 terrestrial
orchids.
Bukit lawang merupakan bagian dari TNGL sehingga menyebabkan wilayah ini
memiliki tingkat endemisme flora dan fauna yang tinggi dan menjadi salah satu
pusat biodiversitas di dunia (Indrawan et al. 2007). Bukit lawang memiliki peranan
penting baik dalam fungsi hidrologis maupun dalam upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan potensi alami keanekaragaman jenis flora dan fauna
beserta ekosistemnya. Salah satu flora yang terdapat di kawasan bukit lawang asalah
anggrek. Anggrek merupakan salah satu potensi hayati yang memiliki nilai
komersial tinggi (Lestari dan Santoso 2011). Anggrek merupakan famili terbesar
yang menempati 7-10% tumbuhan berbunga dan 4.000-5.000 jenis di antaranya
merupakan jenis anggrek (Rikardus, 2017). Namun sampai saat ini, informasi pasti
mengenai distribusi dan karakter ekologis khususnya di beberapa daerah konservasi
masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis-jenis anggrek yang
terdapat di Bukit Lawang diperkirakan terdapat sekitar 216 jenis anggrek dan di
antaranya endemik (Kusmana, 2015).
2. MetodePenelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksploratif dengan
melakukan penjelajahan di sepanjang jalur pendakian (Sofiyanti, 2014). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan dengan mencatat jenis, jumlah anggrek, dan
jenis inang. Sampel yang diambil adalah semua jenis anggrek yang berhabitat secara
terestial dan epifit yang ditemukan secara acak selama penjalajahan (Sugiarto, 2016)
Dari hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Bukit Lawang kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL), maka diperoleh 13 jenis anggrek pada trail dan
zona inang yang bervariasi yaitu: Acriopsida sp, Appendiculata sp, Bulbophyllum sp.1,
Bulbophyllum sp.2, Calanthe sp., Cymbidium sp.1, Cymbidium sp.2, Dendrobium sp.1,
Dedrobium sp.2, Dendrobium sp.3, Melaxis sp., Oberonia sp., Thrixspermum sp (Tabel 1).
Dari ke-13 jenis anggrek yang ditemukan hampir semuanya hidup dengan cara
menempel pada tanaman inang (epifit), kecuali spesies Calanthe sp dan Melaxis sp.
Adanya keanekaragaman anggrek epifit pada berbagai jenis pohon, tingkat
pertumbuhan dan bagian-bagian pohon yang menjadi inang disebabkan karena
ketergantungan anggrek pada kondisi iklim mikro tegakan hutan. Hal itu
menyebabkan keberadaan sejumlah anggrek epifit hanya dapat dijumpai pada jenis
pohon tertentu atau pada bagian pohon tertentu saja. Adapun tanaman Inang yang
paling banyak ditempeli anggrek epifit adalah damar dan medang. Hal ini
dikarenakan perawakan pohon damar dan medang merupakan pohon yang tinggi,
besar, bercabang banyak. Selain itu, usia pohon damar dan medang dapat mencapai
Anggek epifit yang berhabitat dipohon yang memiliki permukaan yang tebal dan
lembab. Anggrek ini menempel pada retakan- retakan batang atau bekas dahan yang
patah yang dipenuhi dengan humus atau serasah lapuk (Murtiningsih, 2016). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilaporkan Sadili (2013) bahwa anggrek epifit
tersebut umumnya hidup di pohon–pohon bertekstur batang tidak rata, kasar dan
kadang sedikit retak-retak, dan hal ini cukup beralasan karena memudahkan
kotoran-kotoran untuk menempel pada batang pohon tersebut, dan dalam kurun
waktu yang lama akan menumpuk sehingga menyebabkan batang pohon itu
menjadi lembab. Anggrek epifit umumnya menempel pada daerah yang terkena
cahaya matahari langsung dengan temperatur, kelembaban, ketersediaan nutrisi
yang sesuai dengan fisiologis anggrek. Dalam hal ini Putra (2016) melaporkan bahwa
semua faktor lingkungant saling berhubungan untuk mendukung pertumbuhan
tanaman secara optimal.
Anggrek teresterial yang berhabitat di tanah ditemukan pada daerah yang lembab,
terdapat banyak serasah dengan intensitas cahaya yang cukup dan ternaungi oleh
pohon besar disekitarnya. Anggrek teresterial berbeda anggrek epifit berdasarkan
kebutuhan cahayanya (Febriliani, 2013). Oleh karena itu, anggrek dengan kebutuhan
cahaya yang tinggi umumnya tumbuh sebagai tanaman epifit, sedangkan yang
menyukai naungan akan tumbuh di lantai hutan. Penyebaran spesies anggrek tanah
beranekaragam pada setiap interval ketinggian. Hal tersebut disebabkan oleh faktor
iklim yang mendukung pertumbuhan anggrek tersebut.
4. Kesimpulan
Albarkati, Kurnia. Indriyanto. Dan Yusnita. Kondisi Populasi Dan Pola Penyebaran
Anggrek Eria Spp. Di Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Jurnal Sylva Lestari Vol. 5 No.1, Hlm 1-13.
Febriliani, Ningsih Sari Dan Muslimin, M. 2013. Analisis Vegetasi Habitat Anggrek
Di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Arta Rimba
Volume 1, Nomor 1.
Indrawan M, Primack BR, dan Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Lestari. 2012. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Dan Kecepatan Pembukaan Pada Ibu Bersalin Primigravida.
The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 9 No. 1, Juli 2012: 37–50.
Setyawati T. 2010. Rencana Penelitian Integratif (RPI) Tahun 2010 - 2014; Konservasi
Flora, Fauna,dan Mikroorganisme. P3HKA, Jakarta.
Widyatmoko, D. 2008. The 2008 Cibodas Garden’s Orchid Catalogue. Cibodas: LIPI