Anda di halaman 1dari 6

JURNAL BIOLOGICA SAMUDRA 1 (2): 22-27, (2019)

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT ANGGREK


(ORCHIDACEAE) DI BUKIT LAWANG

SPECIES DIVERSITY AND ORCHID HABITAT (ORCHIDACEAE)


IN BUKIT LAWANG

Nadia Baiduri1*, Fitriani1


1ProgramStudi Biologi, Fakultas Teknik, Universitas Samudra, Kampus Unsam
Meurandeh, Langsa 24415

KATA Anggrek, Bukit Lawang, keanekaragaman, habitat.


KUNCI Orchidaceae, Bukit Lawang, diversity, habitat.
KEYWORDS

ABSTRAK Bukit Lawang merupakan bagian dari TNGL sehingga menyebabkan wilayah ini
memiliki tingkat endemisme flora dan fauna yang tinggi sehingga menjadi salah satu
pusat biodiversitas di dunia. Salah satu flora yang terdapat di kawasan bukit lawang
asalah anggrek. Anggrek merupakan salah satu potensi hayati yang memiliki nilai
komersial tinggi yang menempati 7-10% tumbuhan berbunga Namun, informasi
mengenai distribusi dan karakter ekologis khususnya di beberapa daerah konservasi
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui
keanekaragaman jenis dan habitat anggrek di kawasan Bukit Lawang. Penelitian ini
mengunakan metode eksploratif di sepanjang jalur pendakian dan disesuaikan
dengan keaadaan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
ditemukan 13 spesies anggrek di Bukit Lawang diantaranya, Cymbidium sp, Calanthe
triplicata, Bulbophyllum hamatipes, Oberonia myosurus L., Cymbidium bicolor, Dendrobium
crumenatum, Melaxis sp., Appendiculata ramosa B., Dendrobium sp, Dendrobium
concinnum Miq, Acriopsida liliifolia, Thrixspermum sp., Bulbophyllum stelis. Kesimpulan
hasil penelitian ini adalah terdapat 13 jenis anggrek diantaranya 11 anggrek epifit
dan 2 anggrek terestris.
.

ABSTRACT Bukit Lawang is a part of TNGL, causing this region to have high levels of endemism flora
and fauna that become one of the centers of biodiversity in the world. One of the flora found in
the hill area lawang is orchid. Orchid is one of biological potential that has high commercial
value which occupies 7-10% flowering plants. However, information on the distribution and
ecological character especially in some conservation areas is still very limited. Therefore, this
study aims to determine the diversity of species and orchid habitat in the Bukit Lawang area.
This research used explorative method along the climbing route and adapted to field condition.
The research found 13 species of orchids in Bukit Lawang were Cymbidium sp, Calanthe
triplicata, Bulbophyllum hamatipes, Oberonia myosurus L., Cymbidium bicolor, Dendrobium
crumenatum, Melaxis sp., Appendiculata ramosa B., Dendrobium sp, Dendrobium
concinnum Miq , Acriopsida liliifolia, Thrixspermum sp., and Bulbophyllum stelis. The
conclusion of this study was 13 orchid species consists of 11 epiphytic orchids and 2 terrestrial
orchids.

*Koresponding penulis: nadiabaiduri@gmail.com

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |22


1. Pendahuluan

Bukit lawang merupakan bagian dari TNGL sehingga menyebabkan wilayah ini
memiliki tingkat endemisme flora dan fauna yang tinggi dan menjadi salah satu
pusat biodiversitas di dunia (Indrawan et al. 2007). Bukit lawang memiliki peranan
penting baik dalam fungsi hidrologis maupun dalam upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan potensi alami keanekaragaman jenis flora dan fauna
beserta ekosistemnya. Salah satu flora yang terdapat di kawasan bukit lawang asalah
anggrek. Anggrek merupakan salah satu potensi hayati yang memiliki nilai
komersial tinggi (Lestari dan Santoso 2011). Anggrek merupakan famili terbesar
yang menempati 7-10% tumbuhan berbunga dan 4.000-5.000 jenis di antaranya
merupakan jenis anggrek (Rikardus, 2017). Namun sampai saat ini, informasi pasti
mengenai distribusi dan karakter ekologis khususnya di beberapa daerah konservasi
masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis-jenis anggrek yang
terdapat di Bukit Lawang diperkirakan terdapat sekitar 216 jenis anggrek dan di
antaranya endemik (Kusmana, 2015).

Dalam ekologi, makhluk-makhluk hidup dan lingkungannya dianggap sebagai satu


kesatuan atau sistem yang disebut “ekosistem”. Kerapatan populasi dalam populasi
anggrek adalah besarnya populasi anggrek dalam hubungannya dengan satuan
ruangan (Albarkati, 2017). Keanekaragaman adalah kekayaan jenis yang dimiliki
pada suatu ekosistem. Komunitas dapat dikatakan mempunyai keanekaragaman
jenis yang tinggi apabila komunitas tersebut disusun oleh jenis yang banyak.
Menurut Paramitha (2012) apabila nilai D (indeks diversitas) berkisar antara 0
sampai 1, makin mendekati satu berarti keanekaragaman jenis komunitas tersebut
makin tinggi. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi suatu vegetasi dapat
berupa faktor-faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi mikroorganisme,
hewan, manusia dan persaingan antar tumbuhan itu sendiri. Faktor abiotik meliputi
intensitas cahaya matahari, suhu, dan kelembaban udara (Sadili, 2013).

Keberadaan anggrek di alam terus mengalami penurunan yang disebabkan oleh


kerusakan habitat dan eksploitasi yang berlebih (Wulanesia, 2017). Upaya konservasi
yang dilakukan selama ini sering mengalami kesulitan dikarenakan data dan
informasi belum cukup memadai sebagai dasar pengelolaan, tidak terkecuali pada
kawasan konservasi (Setyawati 2010). Semakin meluasnya kerusakan hutan akan
mengakibatkan jenis-jenis tersebut menjadi terancam kepunahan (Hamid, 2013).
Selain itu peningkatan jumlah penduduk di kawasan Bukit lawang mengakibatkan
kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Hal ini akan mengancam keberadaan
keanekaragaman anggrek yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan habitat anggrek di kawasan
Bukit Lawang. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |23


rangka pelestarian anggrek di kawasan Gunung Leuser. Lebih jauh, jenis anggrek
yang diperoleh dapat dijadikan media pelatihan dan pelestarian anggrek secara ex-
situ.

2. MetodePenelitian

Penelitian dilakukan di ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser,


Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari sampai April Tahun 2018 di Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) Bukit Lawang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksploratif dengan
melakukan penjelajahan di sepanjang jalur pendakian (Sofiyanti, 2014). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan dengan mencatat jenis, jumlah anggrek, dan
jenis inang. Sampel yang diambil adalah semua jenis anggrek yang berhabitat secara
terestial dan epifit yang ditemukan secara acak selama penjalajahan (Sugiarto, 2016)

Data yang telah ditemukan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku


identitikasi yaitu ”Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung” (Widhiastuti
2007), “the 2008 cibodas botanik garden’s orchid catalogue (Widyatmoko 2008), dan
untuk mengklasifikasikan secara valid dilakukan penelusuran pada situs
www.theplantlist.com (Sofiyanti, 2014)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Keanekaragaman jenis dan habitat anggrek

Dari hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Bukit Lawang kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL), maka diperoleh 13 jenis anggrek pada trail dan
zona inang yang bervariasi yaitu: Acriopsida sp, Appendiculata sp, Bulbophyllum sp.1,
Bulbophyllum sp.2, Calanthe sp., Cymbidium sp.1, Cymbidium sp.2, Dendrobium sp.1,
Dedrobium sp.2, Dendrobium sp.3, Melaxis sp., Oberonia sp., Thrixspermum sp (Tabel 1).
Dari ke-13 jenis anggrek yang ditemukan hampir semuanya hidup dengan cara
menempel pada tanaman inang (epifit), kecuali spesies Calanthe sp dan Melaxis sp.
Adanya keanekaragaman anggrek epifit pada berbagai jenis pohon, tingkat
pertumbuhan dan bagian-bagian pohon yang menjadi inang disebabkan karena
ketergantungan anggrek pada kondisi iklim mikro tegakan hutan. Hal itu
menyebabkan keberadaan sejumlah anggrek epifit hanya dapat dijumpai pada jenis
pohon tertentu atau pada bagian pohon tertentu saja. Adapun tanaman Inang yang
paling banyak ditempeli anggrek epifit adalah damar dan medang. Hal ini
dikarenakan perawakan pohon damar dan medang merupakan pohon yang tinggi,
besar, bercabang banyak. Selain itu, usia pohon damar dan medang dapat mencapai

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |24


puluhan tahun, sehingga memungkinkan substrat yang tertimbun di permukaan
kulit batang lebih banyak. Dalam hal ini Bahari (2010) melaporkan bahwa pohon
yang disukai anggrek epifit yakni pohon yang rindang karena umumnya anggrek
epifit tidak akan terkena sinar matahari langsung.

Anggek epifit yang berhabitat dipohon yang memiliki permukaan yang tebal dan
lembab. Anggrek ini menempel pada retakan- retakan batang atau bekas dahan yang
patah yang dipenuhi dengan humus atau serasah lapuk (Murtiningsih, 2016). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilaporkan Sadili (2013) bahwa anggrek epifit
tersebut umumnya hidup di pohon–pohon bertekstur batang tidak rata, kasar dan
kadang sedikit retak-retak, dan hal ini cukup beralasan karena memudahkan
kotoran-kotoran untuk menempel pada batang pohon tersebut, dan dalam kurun
waktu yang lama akan menumpuk sehingga menyebabkan batang pohon itu
menjadi lembab. Anggrek epifit umumnya menempel pada daerah yang terkena
cahaya matahari langsung dengan temperatur, kelembaban, ketersediaan nutrisi
yang sesuai dengan fisiologis anggrek. Dalam hal ini Putra (2016) melaporkan bahwa
semua faktor lingkungant saling berhubungan untuk mendukung pertumbuhan
tanaman secara optimal.

Anggrek teresterial yang berhabitat di tanah ditemukan pada daerah yang lembab,
terdapat banyak serasah dengan intensitas cahaya yang cukup dan ternaungi oleh
pohon besar disekitarnya. Anggrek teresterial berbeda anggrek epifit berdasarkan
kebutuhan cahayanya (Febriliani, 2013). Oleh karena itu, anggrek dengan kebutuhan
cahaya yang tinggi umumnya tumbuh sebagai tanaman epifit, sedangkan yang
menyukai naungan akan tumbuh di lantai hutan. Penyebaran spesies anggrek tanah
beranekaragam pada setiap interval ketinggian. Hal tersebut disebabkan oleh faktor
iklim yang mendukung pertumbuhan anggrek tersebut.

4. Kesimpulan

Terdapat 13 jenis anggrek diantaranya 11 anggrek epifit dan 2 anggrek terestris


dengan zona dan track yang bervariasi yang di temukan di kawasan Ekowisata Bukit
Lawang Taman Nasional Gunung Leuser. Inang yang paling banyak ditempeli
anggrek epifit adalah damar dan medang

Ucapan Terima Kasih

Penulis ucapkan terimakasih kepada pengelola Ekowisata Bukit Lawang Taman


Nasional Gunung Leuser.

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |25


Daftar Pustaka

Albarkati, Kurnia. Indriyanto. Dan Yusnita. Kondisi Populasi Dan Pola Penyebaran
Anggrek Eria Spp. Di Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Jurnal Sylva Lestari Vol. 5 No.1, Hlm 1-13.

Febriliani, Ningsih Sari Dan Muslimin, M. 2013. Analisis Vegetasi Habitat Anggrek
Di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Arta Rimba
Volume 1, Nomor 1.

Hamid, A, H. Dan Romano. 2013. Upaya Pengembangan Agroforestry Sebagai


Langkah Pengamanan Peyangga Hutan Di Kabupaten Pidie Jaya. Agrisep Vol
(14) No. 2.

Indrawan M, Primack BR, dan Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.

Kusmana, C. Dan Hikmat, A. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia.


Jurnal pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan vol. (5)2 : 187-198.

Lestari. 2012. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Dan Kecepatan Pembukaan Pada Ibu Bersalin Primigravida.
The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 9 No. 1, Juli 2012: 37–50.

Murtianingsih, I. Ningsih, S. Dan Muslimin. 2016. Karakteristik Pohon Inang


Anggrek Di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus Desa Mataue,
Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi). Warta Rimba Vol 4 (2) Hlm 32-39.

Paramitha, I, G, A,G, P. Ardhana, I, G, P. Dan Pharmawati, M. 2012.


Keanekaragaman Anggrek Epifit Di Kawasan Taman Wisata Alam Danau
Buyan-Tamblingan. Jurnal Metamorfosa I (1): hHlm 11-16.

Putra, R, Z. Mercuriani, I, S. Dan Samiarti, E. 2016. Pengaruh Cahaya Dan


Temperatur Terhadap Pertumbuhan Tunas Dan Profil Protein Tanaman
Anggrek Phalaenopsis Amabilis Transgenik Pembawa Gen Ubipro::Paft.
Bioeksperimen Vol 2 (2).

Rikardus. Prayogo, H. Dan Ardian, H. 2017. Analisis Keanekaragaman Jenis Anggrek


Alam (Orchidaceae) Pada Hutan Lindung Gunung Semahung Desa Saham
Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari Vol. 5 (2) :
Hlm 292 – 299.

Sadili, A. 2013. Jenis Anggrek (Orchidaceae) di Tau Lumbis, Nunukan, Propinsi


Kalimantan Timur: Sebagai Indikator Terhadap Kondisi Kawasan Hutan. Jurnal
Biologi Indonesia Vol 9 (1): hlm 63-71

Setyawati T. 2010. Rencana Penelitian Integratif (RPI) Tahun 2010 - 2014; Konservasi
Flora, Fauna,dan Mikroorganisme. P3HKA, Jakarta.

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |26


Sofiyanti, N. 2014. Perbandingan Morfologi Dua Jenis Anggrek Epifit Pada Pohon
Rambutan ( Nephelium Lappaceum L.) : Acriopsis Liliifolia (J.Koenig) Seidenf. Dan
Dendrobium Crumenatum Sw. Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 7 Nomor 1.

Widyatmoko, D. 2008. The 2008 Cibodas Garden’s Orchid Catalogue. Cibodas: LIPI

Widhiastuti. R, Aththorick. T. A, Dan Marliya. 2007. Tumbuhan Anggrek Hutan


Gunung Sinabung. Pustaka Bangsa Press

Wulanesia, W, O, S. Soegianto, A. Dan Basuki, N. 2017. Eksplorasi Dan Karakterisasi


Anggrek Epifit Di Hutan Coban Trisula Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Hlm: 125 – 131

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |27

Anda mungkin juga menyukai