Anda di halaman 1dari 7

BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.

1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL DI


KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) BANTEN

Hanifia Rizky 1), Rosita Primasari 2), Yunita Kurniasih 3, a), dan Diana Vivanti 4)
1, 2, 3, 4
) Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Jakarta,
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Indonesia 13220
a
) Email : yunitaita14@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku terestrial yang ada di KHDTK (Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus), besarnya frekuensi dan frekuensi relatif tumbuhan paku terestrial, dominansi dan dominansi
relatif tumbuhan paku terestrial, indeks nilai penting dari tumbuhan paku terestrial, dan indeks dominansi tumbuhan
paku terestrial. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampling dengan
melihat komposisi jenis dan jumlah tumbuhan paku pada suatu area tertentu. Penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan keanekaragaman jenis paku yang ada di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus),
Pandeglang, Banten. Pengamatan terhadap kondisi lingkungan meliputi intensitas cahaya, suhu lingkungan,
kelembaban lingkungan, pH tanah, dan ketinggian tempat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah ditemukannya tiga
spesies paku pada KHDTK, yaitu Selaginella plana, Lygodium salicifolium, dan Diplazium esculentum. INP tertinggi
terdapat pada spesies Selaginella plana dan terendah terdapat pada Diplazium esculentum. Selaginella plana lebih
dominan dibandingkan spesies lainnya yaitu Lygodium salicifolium dan Diplazium esculentum.

Kata Kunci: Keanekaragaman jenis, Tumbuhan paku, Paku Selaginella plana

Abstract

This study aims to determine the types of terrestrial ferns that exist in KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus), the frequency and relative frequency of terrestrial ferns, the relative dominance and dominance of terrestrial
ferns, the important value index of terrestrial ferns, and the dominance index of terrestrial ferns. The research method
used was descriptive method with purposive sampling technique by looking at the composition of species and number
of ferns in a particular area. This study was used to describe the species diversity of ferns in KHDTK (Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus), Pandeglang, Banten. Observations on environmental conditions include light intensity,
environmental temperature, environmental humidity, soil pH, and altitude. The results of the research obtained were
the discovery of three species of ferns in KHDTK, namely Selaginella plana, Lygodium salicifolium, and Diplazium
esculentum. The highest INP is found in Selaginella plana and the lowest is found in Diplazium esculentum. Selaginella
plana is more dominant than other species namely Lygodium salicifolium and Diplazium esculentum.

Keywords: Species diversity, Pterydophyta, Selaginella plana

I. Pendahuluan KHDTK Carita diawali pada tahun 1915 yang


Indonesia merupakan negara kepulauan de- merupakan kompleks hutan Gunung Aseupan
ngan berbagai macam jenis hutan yang tersebar yang ditunjuk sebagai kawasan hutan. Kemudian
disetiap dataran dan kepulauan. Indonesia adalah tahun 1938 Kawasan Carita dijadikan sebagai hu-
salah satu negara yang memiliki kekayaan flora tan wisata. Tahun 1955 Balai Penyelidikan Kehu-
terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati tanan Bogor menggunakannya sebagai lokasi ri-
tertinggi di dunia setelah Brasilia. Salah satu ke- set dan dilakukan pembangunan koleksi pohon fa-
kayaan yang dimiliki adalah kawasan konservasi mili dipterocarpaceae. Tahun 1978 kawasan hu-
alam KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan tan pantai Carita ditunjuk sebagai Taman Wisata
Khusus). Kronologis penataan dan pengelolaan Alam (TWA). Tahun 1990 pemberian hak penge-

6
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

lolaan pariwisata alam kepada Perum Perhutani. jenis tumbuhan paku memerlukan kondisi ling-
Tahun 1993 penunjukan beberapa lokasi di kawa- kungan yang sesuai untuk tempat hidupnya. Tum-
san hutan sebagai kebun percobaan dan pos pene- buhan ini hidup subur dan banyak dijumpai pada
litian pada kawasan yang dikelola Perum Perhuta- lingkungan yang lembab dan beriklim tropis.
ni. Tahun 1995 penetapan blok pengelolaan TWA Meskipun hanya suatu kelompok kecil tumbuhan,
Carita seluas 30 Ha menjadi blok pemanfaatan namun memiliki peranan yang penting dalam
dan sisanya merupakan blok perlindungan. Baru- pencirian tipe hutan tropis. Peranan pentingnya
lah 2003 penunjukan Kawasan Hutan dengan Tu- yaitu dalam pembentukan humus, melindungi ta-
juan Khusus (KHDTK) seluas ±3.000 ha. Tahun nah dari erosi, menjaga kelembaban tanah dan
2006 penataan batas KHDTK Hutan Penelitian memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi ter-
Carita oleh BPKH XI Yogyakarta. utama pada keindahannya sebagai tanaman hias.
KHDTK yang memiliki wilayah konserva- Tumbuhan paku juga mempunyai nilai ekologis
si alam salah satunya berada di provinsi Banten. sebagai tumbuhan bawah yang berperan dalam
Penetapan kawasan ini disetujui di Banten pada 7 menjaga berlangsungnya ekosistem hutan seperti
Maret 2012. Pembentukannya berdasarkan UU pencampuran serasah bagi pembentukan hara ta-
nomor 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber nah serta sebagai vegetasi penutup tanah karena
daya alam hayati dan ekosistemnya. KHDTK merupakan tumbuhan bawah dan mencegah ter-
adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki jadinya erosi serta produsen dalam rantai makan-
potensi keanekaragaman hayati seperti koleksi an (Luthfiya, 2013).
tumbuhan, satwa alami atau bukan alami, jenis Faktor lingkungan yang mempengaruhi
asli maupun bukan asli yang dimanfaatkan seba- pertumbuhan paku yaitu suhu, intensitas cahaya,
gai media pendidikan, penelitian dan pengem- kelembaban tanah dan udara, dan pH tanah atau
bangan ilmu pengetahuan. Selain itu kawasan ini keasaman tanah. Suhu merupakan faktor yang
dapat dijadikan objek pariwisata dan rekreasi. penting karena menentukan kecepatan reaksi-re-
KHDTK yang kini menjadi objek wisata banyak aksi dan kegiatan kimia dalam proses kehidupan.
dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun na- Suhu dapat berbeda di setiap wilayah karena ada-
sional. Banyaknya pengunjung inilah yang men- nya perbedaan tinggi rendahnya intensitas penyi-
jadi salah satu kekhawatiran adanya pencemaran naran matahari yang bergantung pada sudut da-
dan eksploitasi terhadap kawasan konservasi ter- tang sinar matahari, letak lintang, jarak atau loka-
sebut. si daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan
KHDTK yang terletak di Kabupaten Pan- penutupan lahan oleh vegetasi. Menurut Lubis
deglang-Banten ini termasuk kawasan hutan tro- (2009) rendahnya intensitas cahaya dipengaruhi
pis yang terletak di dataran rendah dan berdekatan oleh ada tidaknya tutupan tajuk dan awan. Menu-
dengan laut, sehingga memiliki flora dan fauna rut LIPI (1980) Paku di hutan umumnya merupa-
yang khas. Wilayah konservasi seluas 1596 hek- kan paku yang menyukai naungan. Paku di hutan
tar ini perlu dijaga kelestariannya. Hutan secara terlindung dari panas dan angin kencang sehingga
umum dikenal sebagai suatu sumber daya yang intesitas cahayanya kurang dan kelembaban ting-
memberi manfaat bagi kehidupan dimana proses gi, dimana kondisi seperti ini sesuai dengan habi-
interaksi antara berbagai komponen biotik dan tat tumbuhan paku yang menyukai kelembaban.
abiotik di dalamnya bersifat saling ketergantung- Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan mem-
an. Salah satu jenis vegetasi yang melimpah pada batasi fotosintesis dan menyebabkan cadangan
kawasan KHDTK adalah tumbuhan paku teres- makanan cenderung lebih banyak dipakai daripa-
trial. Paku terestrial merupakan tumbuhan paku da disimpan. Pada intensitas cahaya yang tinggi
yang tumbuh dan hidup di atas tanah terutama di kelembaban udara berkurang, sehingga proses
lingkungan yang lembab seperti di KHDTK Pan- transpirasi berlangsung lebih cepat (Treshow,
deglang-Banten yang curah hujannya mencapai 1970).
2.853 mm/tahun. Tumbuhan paku sampai saat ini masih ku-
Tumbuhan paku merupakan jenis tumbuh- rang mendapat perhatian dibandingkan dengan
an yang dapat dijumpai di hutan topis. Sastrapraja kelompok jenis tumbuhan lain meskipun sebenar-
dalam Musriadi (2017) menyatakan bahwa setiap nya tumbuhan ini memiliki fungsi bagi kesejahte-
7
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

raan makhluk hidup. Berdasarkan habitatnya pa- Hasil penelitian selanjutnya berupa pengukuran
ku dibagi menjadi paku terestrial, epifit, dan yang dilakukan dengan cara menghitung frekuen-
akuatik. Paku terestrial habitatnya berada di atas si mutlak, frekuensi relatif, dominansi mutlak, do-
tanah. Sebagai salah satu hutan hujan tropis, minansi relatif, INP, dan indeks dominansinya.
KHDTK Pandeglang-Banten sangat cocok untuk Hasil pengukuran tersebut ditunjukkan pada tabel
pertumbuhan paku terestrial. 2 berikut ini.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu
dilakukan kajian khusus mengenai paku terestrial. Tabel 2. Perhitungan Frekuensi Relatif, Dominansi
Kajian ini digunakan untuk mengidentifikasi je- Relatif, INP, Indeks Dominansi
No Spesies FM FR D D INP C
nis, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting M R (%)
(INP), dan indeks keanekaragaman dari jenis 1 Selagin 0,65 48, 1,4 83, 131, 0,4
tumbuhan paku terestrial. Penelitian ini dilakukan ella 15 4 07 22 3
plana
unuk mengumpulkan data mengenai berbagai je- 2 Lygodi 0,65 48, 0,2 14, 62,1 0,0
nis tumbuhan paku yang terdapat di KHDTK (Ka- um 15 4 01 5 96
wasan Hutan dengan Tujuan Khusus) Pandeg- salicifo
lium
lang Banten. Hasil dari pengambilan data ini diha- 3 Diplazi 0,05 3,2 0,0 2,9 6,63 0,0
rapkan menjadi dorongan positif untuk memba- um 3 5 3 01
esculen
ngun daerah ekowisata tumbuhan paku terestrial tum
di KHDTK pada waktu yang akan datang. Jumlah 1,35 1,7 0,5
3 28
I. Metode Penelitian
Keterangan :
Penelitian ini menggunakan metode des- FM = Frekuensi mutlak
kriptif dengan teknik purposive sampling dengan FR = Frekuensi relatif
melihat komposisi jenis dan jumlah tumbuhan pa- DM = Dominansi mutlak
DR = Dominansi relatif
ku pada suatu area tertentu. Pengamatan terhadap INP = Indeks Nilai Penting
kondisi lingkungan meliputi intensitas cahaya, su- C = Indeks Dominansi
hu lingkungan, kelembaban lingkungan, pH ta- Kriteria indeks dominansi dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
0,01-0,30 = dominansi rendah
nah, dan ketinggian tempat. Tumbuhan paku yang 0,31-0,60 = dominansi sedang
ditemukan dilakukan koleksi data dengan pem- 0,61-1,0 = dominansi tinggi
buatan herbarium, identifikasi tumbuhan spesi-
men, dan analisis data yang meliputi (1) Perhi- Identifikasi jenis tumbuhan paku
tungan frekuensi; (2) Dominansi; (3) Perhitungan Tumbuhan paku yang ditemukan pada
INP; dan (4) Perhitungan indeks dominansi. KHDTK berjumlah tiga jenis, yaitu paku Rane
(Selaginella plana), paku Hatta (Lygodium Sali-
II. Hasil dan Pembahasan cifolium), dan paku Diplazium esculentum. Des-
Penelitian di KHDTK (Kawasan Hutan kripsi dari masing-masing jenis paku tersebut di-
dengan Tujuan Khusus) mendapatkan data berupa jelaskan sebagai berikut :
parameter abiotik dan biotik. Parameter abiotik 1. Paku Rane (Selaginella plana)
yang diukur adalah faktor ketinggian, suhu, pH
tanah, dan intensitas cahaya matahari. Parameter
biotik yang didapatkan adalah jenis dan keaneka-
ragaman paku. Tabel 4.1 menyajikan hasil pengu-
kuran parameter abiotik.
Tabel 1. Pengukuran Parameter Abiotik di KHDTK
No Parameter Ketinggian (m) Rata-
23 20 14 8 rata Gambar 1. Selaginella plana
1 Suhu (0C) 21 20,7 21,3 21 21 Klasifikasi Ilmiah
2 pH tanah 6,8 7 6,8 7 6,9
3 Intensitas 1340 1360 1450 19 1532
Kingdom : Plantae
cahaya lux lux lux 80 ,5 Divisi : Lycopodiophyta
matahari lux lux Kelas : Isoetopsida
Ordo : Selaginellales
8
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

Famili : Selaginellaceae buhannya tidak dapat didefinisikan. Rantingnya


Genus : Selaginella biasanya tidak panjang, ranting primernya pen-
Spesies : Selaginella plana dek, ujungnya terhenti dan ditutupi oleh rambut
dan setiap ujungnya terdapat sepasang ranting se-
Deskripsi kunder. Ranting sekunder mengandung daun de-
Paku Rane (Selaginella) adalah marga seke- ngan bentuk menyirip, atau cabang dikotom me-
lompok tumbuhan berpembuluh yang merupakan ngandung daun yang bercuping. Terdapat pula
satu-satunya anggota suku Selaginellaceae. Tum- daun yang steril berbentuk gerigi maupun berlo-
buhan ini berkembang biak dengan spora bebas, bus, sedangkan daun yang fertil menjuntai sepan-
sehingga dianggap sebagai bagian dari tumbuhan jang tepinya dengan cuping sempit yang pendek
paku (Pteridophyta). dan setiap cuping mengandung dua baris spora-
Rane memiliki ciri daun kecil dan sederhana ngia yang ditutupi dengan indusium kecil.
(disebut mikrofil) yang menyerupai sisik pipih Menurut LIPI (1980), bahwa kebanyakan
dan duduk (tidak bertangkai), serta heterospo- Lygodium tumbuh di daerah terbuka dan disinari
rik (menghasilkan dua tipe spora yang berbeda matahari. Menurut Holttum (1963), Lygodium
ukurannya). Pertumbuhan cabang dan daunnya ti- tumbuh di hutan sekunder, atau memanjat pada
dak berupa gulungan membuka seperti paku seja- tumbuhan berpohon di daerah terbuka. Kramer
ti, sehingga memang sebenarnya rane dan kumpai (1990) menyatakan bahwa distribusi Lygodium
bukanlah tumbuhan paku. adalah India, Cina bagian selatan, Malaysia sam-
Habitat Selaginella plana ini tumbuh pada pai Australia, di Malaya dapat dijumpai dimana-
batu-batuan atau tebing sungai, menyukai kelem- pun pada daerah dataran rendah dan tempat terbu-
bapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan ka.
batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah 3. Paku Diplazium esculentum
batu. Habitus pada Selaginella ini yaitu perdu
yang mana mempunyai ciri-ciri pendek, berkayu,
mempunyai percabangan langsung dan biasanya
tinggi di atas permukaan tanah sekitar 1 m.
2. Paku Hatta (Lygodium salicifolium )

Gambar 3. Diplazium esculentum


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Gambar 2. Lygodium salicifolium Ordo : Polypodiales
Klasifikasi Ilmiah Famili: Polypodiaceae
Kingdom : Plantae Genus : Diplazium
Divisi : Pteridophyta Spesies: Diplazium esculentum
Kelas : Filicinae
Ordo : Filicales Deskripsi
Famili : Schizaceae Kelompok kami menemukan Diplazium di-
Genus : Lygodium jalan jalur track KHDTK. Diplazium sebagian be-
Spesies : Lygodium salicifolium sar merupakan genus tropis, di Amerika utara ha-
nya tiga spesies seperti Diplazium pycnocarpon.
Deskripsi Diplazium salah satu termasuk dalam atrium dan
Secara umum Lygodium mempunyai akar asplenium. umumnya alternatif nama dimasukkan
yang merayap, berambut tapi tidak bersisik. berasal dari sebelum asplenium (boughton,2005).
Daun-daunnya monostichous, melilit dan pertum- Diplazium merupakan tumbuhan paku berdaun
9
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

majemuk, tumbuh tidak merambat, sorus berben- Adanya perbedaan jumlah jenis tumbuhan
tuk cincin yang mengikuti tepi daun. paku terestrial yang ditemukan pada suatu daerah
Diplazium tumbuh di daerah pegunungan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tum-
yang ketingiannya sekitar 1.350 m. Oleh karena- buh (Soerianegara dan Indrawan, 1967). Menurut
nya banyak terdapat di gunung arjuna dan gunung Badan Litbang Kehutanan (2005) jenis tanah di
patuha (Setijati Sastrapradja, 1985). Termasuk di KHDTK adalah aluvial kelabu dengan bahan in-
Taman Alam Los Alcornocales, yang berlang- duk endapan liat. Secara umum sifat fisik tanah
sung sebuah habitat yang sama ke hutan salam, aluvial adalah tekstur liat, struktur pejal, konsis-
hangat dan lembab sepanjang tahun (Joan Bibi- tensi teguh (lembab), plastis (basah), keras (ke-
loni, 2011). ring), warna kelabu hingga coklat. Sehingga kon-
Daun paku : tinggi 100 cm sebesar 20 cm, disi tersebut kurang cocok untuk pertumbuhan pa-
agak dimorfik, daun subur lebih tinggi, tegak, ste- ku pada umumnya.
ril melengkung. Stipe: cokelat kemerahan pada Pada kawasan KHDTK Banten yang inten-
pangkal, ke atas hijau, sangat beralur, beberapa si- sitas cahayanya cukup tinggi ditumbuhi oleh tum-
sik dekat pangkalan, bersatu untuk bentuk-v di buhan paku dengan perawakan yang relatif ren-
atas. Pinnae: 20 sampai 40 pasangan, costae ber- dah, seperti Selaginella plana. Sutrisna (1981)
alur terus menerus dari malai ke costae. Sori: lini- menyatakan bahwa faktor lingkungan dan ke-
er sedikit melengkung, indusiumnya linier sedang mampuan beradaptasi terhadap suatu habitat akan
sporangia hitam (Broun, 2011). mempengaruhi jumlah jenis yang ditemukan pada
Hasil pengukuran parameter suhu menunjuk- suatu kawasan. Keberadaan tumbuhan paku di
kan bahwa rata-rata suhu di KHDTK 210C. Suhu suatu tempat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
21-270C merupakan suhu optimal untuk pertum- yang meliputi faktor biotik maupun abiotik. Fak-
buhan paku yang hidup didaerah tropis (Katili, tor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan paku
2013). Berdasarkan hasil tersebut tumbuhan paku adalah kompetisi antara tumbuhan paku itu sen-
dapat tumbuh dengan baik, namun faktanya spe- diri untuk mendapatkan makanan atau tempat hi-
sies yang ditemukan sedikit. Suhu udara yang se- dupnya. Faktor-faktor abiotik yang mempengaru-
makin meningkat akan menyebabkan dominansi hi tumbuhan paku adalah iklim (suhu udara, ke-
jenis paku terutama Selaginella plana semakin lembaban udara, intensitas cahaya), tanah dan
menurun (Sutomo dan Dini, 2013). Setyawan kondisi fisik lingkungan lainnya (Katili 2014).
(2009) menyatakan bahwa sebagian besar masya- Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tum-
rakat di Nusantara mengetahui bahwa jenis paku buhan paku terestrial yang memiliki INP tertinggi
Selaginella plana biasanya terdapat pada lokasi adalah Selaginella plana. Ini menunjukkan bahwa
yang lembab, basah, dan juga ditemukan di dekat tingkat penguasaan Selaginella plana terhadap
jurang atau dekat tebing yang curam. Hal lainnya komunitas dan lingkungannya tinggi sehingga da-
dikarenakan terdapat tumbuhan yang lebih domi- pat mempengaruhi kestabilan ekosistem (Fachrul,
nan yaitu Shorea leprosulla yang termasuk dalam 2007). Selaginella plana ditemukan hampir dise-
kelompok dipterocarpacea berupa anakan pohon, luruh plot dengan frekuensi jenis yang tinggi dan
sehingga pertumbuhan paku menjadi terhambat. dominansi yang besar. Hal ini dikarenakan Selag-
Tumbuhan dipterocarpacea sengaja dikonservasi inella plana bersifat kosmopolitan dan dapat tum-
karena jumlahnya yang semakin sedikit pada ka- buh di berbagai jenis iklim dan tanah (Setyawan,
wasan KHDTK. Ahmad Dwi, 2011). Selaginella plana juga memi-
Rata-rata intensitas cahaya matahari hasil liki akar rhizom dan berfungsi sebagai penutup ta-
pengukuran menunjukkan angka yang cukup nah (Sastrapradja, et.al, 2002). INP tertinggi ke-
tinggi yaitu 1532,5 lux. Sehingga jumlah paku dua adalah Lygodium salicifolium karena seba-
yang ditemukan di KHDTK sedikit karena menu- gian besar anggota dari Famili Lygodiaceae hidup
rut LIPI (1980) paku di hutan lebih menyukai di tempat-tempat yang terbuka sehingga mudah
naungan, terlindung dari panas dan angin ken- ditemukan dan merupakan famili tumbuhan paku
cang, intesitas cahaya kurang, dan kelembaban yang hidup di daerah dataran rendah dan dataran
tinggi. tinggi (Holtum, 1967).

10
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

Indeks dominansi menyatakan tingkat terpu- Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehuta-
satnya dominansi (penguasaan) jenis dalam suatu nan. Institur Pertanian Bogor.
komunitas (Indriyanto 2006). Berdasarkan hasil Jamsuri. (2007). Keanekaragaman Tumbuhan
perhitungan, indeks dominansi didapatkan sebe- Paku Di Sekitar Curug Cikaracak Bogor
sar 0,528 yang artinya indeks dominansi sedang. Jawa Barat. Skripsi UIN Syarif Hidaya-
Hal ini mengindikasikan bahwa spesies tumbuhan tullah: Jakarta.
tertentu yaitu Selaginella plana pada lokasi pene- Katili, A.S. (2013). Deskripsi Pola Penyebaran
litian lebih dominan dibandingkan spesies lain- Dan Faktor Bioekologis Tumbuhan Paku
nya. Kusmana dan Istomo (1997) menyatakan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar alam
bahwa semakin tinggi tingkat dominansi maka se- Gunung Ambang Sub Kawasan Kabupa-
makin sedikit keanekaragamannya. Sehingga da- ten Bolaang Mongondow Timur. Sainstek
pat disimpulkan bahwa keanekaragaman paku te- 7(2).
restrial di KHDTK sedikit atau rendah. Kusumaningrum, B.D. (2008). Analisis Vegetasi
Epifit di Area Warna Wisata Gonoharjo
III. Kesimpulan dan Saran Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Te-
Spesies paku yang ditemukan pada KHDTK ngah. IKIP PGRI. Semarang.
Banten berjumlah 3 spesies, yaitu Selaginella pla- Lindasari, Weri Febri dkk. (2015). Jenis-Jenis Pa-
na, Lygodium salicifolium, dan Diplazium escu- ku Epifit di Hutan Desa Beginjan Keca-
lentum. INP tertinggi terdapat pada spesies Sela- matan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau.
ginella plana dan terendah terdapat pada Dipla- Jurnal Protobiont, 4 (3), 65-73.
zium esculentum. Selaginella plana lebih domi- LIPI. (1980). Jenis-Jenis Paku di Indonesia. Bo-
nan dibandingkan spesies lainnya yaitu Lygodium gor : Lembaga Biologi Nasional.
salicifolium dan Diplazium esculentum. Lubis, Siti Rahma. (2009). Keanekaragaman dan
Penelitian lanjutan dapat dilaksanakan de- Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan
ngan menambah jumlah plot yang digunakan. Se- Wisata Alam Taman Eden Kabupaten To-
lain itu, penelitian dapat dilakukan di tempat yang ba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Se-
mirip kondisi biografisnya. kolah PascaSarjana Universitas Sumatera
Utara Medan (tesis). Tidak terbitkaan
IV. Daftar Pustaka (online).
Diah Irawati. (2012). Keragaman Jenis Tumbuh- Luthfiya, Z.N., Liza, N.,Putri, R.D.A & Sugi-
an Paku (Pterydophyta) Di Cagar Alam yarto. (2015). Keanekaragaman Tumbuh-
Gunung Ambang Sulawesi Utara. BPK an Paku (Pteriodphyta) Di Kawasan Le-
Manado, 2 (1), 8-21. reng Barat Gunung Lawu. Prosiding. Ja-
Dinas Kehutanan dan perkebunan Banten. https:// wa Tengah : Universitas Sebelas Maret.
dishutbun.bantenprov.go.id/read/article- Maulidia, Adinda, dkk. (2017). Keanekaragaman
detail/headline/92/taman-hutan-raya- Tanaman Paku (Pteridophyta) di Jalur Ci-
tahura-banten.html. (Diakses pada 26 Ju- walen Taman Nasional Gunung Gede
ni 2018 Pukul 13.00 WIB). Pangrango Jawa Barat. Jurnal Biosfer.
Holtum, RE., (1967). Flora of Malaya vol II (fern Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2(2).
of malaya), Government Printing office, Michael, P. (1984). Ecologycal System Metode
Singapore. for File and Laboratory Investigations.
Indah, N. (2009). Taksonomi Tumbuhan Tingkat New Delhi: Tata Mcgraw-Hill Publishing
Rendah. Jember: Fakultas MIPA IKIP Company Limited.
PGRI JEMBER Jurusan Biologi. Tidak Musriadi, Jailani dan Armi. (2017). Identifikasi
Diterbitkan. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Sebagai
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah Di
Bumi Aksara. Kawasan Tahura Pocut Meurah Intan
Istomo, Kusmana C. (1997). Penuntun Praktikum Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pendidik-
Ekologi Hutan. Bogor : Laboratorium an Sains Universitas Muhammadiyah Se-
marang. 5(1).
11
BIOSFER, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.3, No.1, Juni 2018 e-ISSN: 2549-0486

Nybakken, J.W. (1992). Biologi Laut: Suatu ture review. Nusantara BIOSCIENCES
Pendekatan Ekologis. Cetakan ke 2. Ter- 1, 146-158.
jemahan H.M. Eidman, Koesoebiono, Soerianegara I dan A Indrawan. (2008). Ekologi
D.G. Bengen M. Hutomo & S. Sukoharjo. Hutan Indonesia. Bogor : Laboratorium
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Insti-
Pesona Keindahan Wisata Taman Hutan Raya tut Pertanian Bogor.
(Tahura) di Carita Pandeglang Banten. Sutomo dan Dini Fardila. (2013). Autekologi
https://www.teluklove.com/2017/03/peso Tumbuhan Obat Selaginella Doederleinii
na-keindahan-wisata-taman-hutan.html. Hieron Di Sebagian Kawasan Hutan Bukit
(Diakses pada 26 Juni 2018 Pukul 13.00 Pohen Cagar Alam Batukahu, Bedugul Ba-
WIB). li. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konserva-
Sastrapradja, S., J.J Afriastini, D. Darnaedi, and si Alam. 10 (2).153-161
E.A Widjaja. (2002). Jenis Paku Syamsiah. (2009). Identifikasi Jenis-Jenis Tum-
Indonesia. Lembaga Biologi Nasional- buhan Lumut (Bryophyta) Di Kawasan Wi-
LIPI, Bogor. 129 p. sata Air Terjun Takapala Malino. Jurnal
Sastrapradja, S,. J.J. Afriastini. (1985). Kerabat Seminar Hasil Penelitian. Makasar: Uni-
Paku. Bogor: Lembaga Biologi Nasional, versitas Negeri Makasar.
Sri Sumber Daya Alam, Lembaga Ilmu Treshow,M. (1970). Environtment and Plant Res-
Pengetahuan Indonesia. pont. Mc Graw Hill Company, New York.
Setyawan, Ahmad Dwi. (2011). Review: Recent Wahyu, Suwasono, Agung. (2015). Identifikasi
Status Of Selaginella (Selaginellaceae) Tumbuhan Paku Epifit Pada Batang Kelapa
Research In Nusantara. Biodiversitas.12 Sawit Di Lingkungan Universitas Brawi-
(2), Pages: 112-124, Issn: 2085-4722, jaya. Jurnal Produksi Tanaaman. 3(1). 65-
Doi: 10.13057/Biodiv/D120209. 74
Setyawan, A.D. (2009). Traditionally utilization Yudianto, Suroso. (1991). Pengantar Cryptoga-
of Selaginella: field research and litera- mae. Bandung: Pen. Tarsit

12

Anda mungkin juga menyukai