Anda di halaman 1dari 20

18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN


“Analisis Vegetasi Hutan dan Tanaman Bawah”

DARFIAN
M1A120090
KEHUTANAN C
KELOMPOK 7 (SYZIGIUM)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
18

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari berbagai jenis

tumbuhtumbuhan dan hewan. Masyarakat tumbuhtumbuhan dalam suatu

ekosistem hutan memiliki hubungan erat satu sama lain dengan lingkungannya.

Menurut Soerianegara & Indrawan (2005), hutan juga memiliki peran sebagai

tempat tinggal dan makanan bagi berbagai jenis fauna yang hidup di dalamnya.

Populasi tumbuhan dan hewan di dalam hutan membentuk masyarakat yang saling

berkaitan erat satu sama lain dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, hutan

dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau merupakan ekosistem yang sangat

berguna bagi kehidupan manusia. (Nadia et al., 2017)

Morfologi berasal dari kata morf yang berarti membentuk dan logis

memiliki arti ilmu, sedangkan arti morfologi secara harfiah merupakan ilmu

mengenai bentuk kata dan pembentukan katamengungkapkan “morfologi adalah

ilmu yangmempelajari bentuk atau seluk beluk kata dan perubahan kata serta

dampak dariperubahan tersebut yang dapat memengaruhi makna yang dibuat dari

kelas kata yang telah ditentukan”. Selain itu, juga menjelaskan “morfologi adalah

keluasan dalam proses pembentukan suatu morfem dan kata seperti penggunaan

morfem bebas maupun morfem terikat”. Maka dapat disimpulkan bahwa

morfologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kata serta

perubahan makna yang dapat mengakibatkan perubahan makna dari kata tersebut.

(Aulia dan Anggraini, 2020)


18

1.1. Tujuan Praktikum

Adapun Tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengetahui analisis vegetasi hutan.

2. Untuk mengetahu tumbuhan bawah.


18

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hutan

Hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air

hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai

yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam.

Hutan juga berperan penting untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur

haranya. Iklim, merupakan komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-

unsur hujan (air, sinar matahari dan suhu), angin dan kelembaban yang sangat

mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro

maupun mikro dipermukaan bumi. Kesuburan tanah, berarti tanah merupakan

pembentukan humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan

lain. Keanekaragaman genetik, berarti hutan memiliki kekayaan berbagai jenis

flora dan fauna. (Yulita et al., 2018)

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber dayaalam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya,yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU

41/1999). Hutan adalah suatu kumpulan bidang-bidang lahan yang ditumbuhi

(memiliki) utuh untuk mencapai tujuan pemilik lahan berupa kayu atau hasil-hasil

lain yangberhubungan (Davis, 2011).

Hutan juga memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari sudut

pandang mana hutan tersebut dilihat Hutan dapat dilihat sebagai sumber kayu,

ekosistem keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, sumber berbagai jasa

ekosistem, rumah masyarakat adat. Atau bisa juga dipandang secara keseluruhan
18

dari dimensi tersebut. Makna hutan juga berubah-ubah sesuai dengan pola

pengelolaannya. Sejarah pengelolaan hutan berawal dari Jerman sekitar 1700-an.

Saat itu hutan dipandang sebagai sumber komoditas bernilai tinggi dengan konsep

hutan sebagai kayu (Chazdon, 2016).

Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas dan mempunyai

manfaat yang sangat besar terhadap kehidupan mahluk hidup. hutan merupakan

satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati

yang didominasi pepohonan dalam alam lingkungannya, yang satu dan yang

lainnya tidak dapat dipisahkan. Keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dan

berkembang disetiap daerah memiliki perbedaan vegetasi tertentu yang di

pengaruhi oleh tipe iklim kawasan, tinggi tempat dan faktor lingkungan tumbuhan

lainnya. Kalimantan Barat merupakan daerah yang beriklim tropis serta memiliki

kekayaan alam hayati dan berbagai flora yang mempunyai nilai tinggi salah

satunya adalah tanaman buah-buahan. Keanekaragaman hayati ini merupakan

sumber daya hayati yang dapat memberikan arti bagi kehidupan apabila

dimanfaatkan, selain itu juga dapat mendukung pembangunan pertanian

(Melanponty dan Manurung, 2019).

Hutan di Indonesia, seperti halnya sumberdaya alam yang lain,

diamanatkan oleh undang-undang dasar untuk dapat dikelola untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Kita telah menyadari bahwa hutan kita telah menurun

kuantitas dan kualitasnya sejak diundangkannya UU tentang Kehutanan di tahun

1967 dan di dalam UU 41/1999 pun disebutkan bahwa kondisi hutan terus

menurun. Disebutkan pula bahwa hutan merupakan salah satu penentu sistem
18

penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat yang keberadaannya harus

dipertahankan secara optimal dan dijaga daya dukungnya secara lestari agar tetap

terjaga (Emma, 2019).

2.2 Kebun Raya

Kebun raya (Botanic gardens) dikenal sebagai kawasan konservasi ex situ

tumbuhan yang telah bertahan hingga ratusan tahun dan terbukti berhasil menjaga

kelestarian tumbuhan di seluruh dunia. Kebun Raya Indonesia (KRI)

dikembangkan berdasarkan pendekatan kondisi ekoregion yang mencerminkan

keragaman ekosistem dan habitat berbagai jenis tumbuhan di Indonesia. Beragam

jenis tumbuhan yang ada di Indonesia tumbuh dan berkembang pada berbagai tipe

habitat yang spesifik. Kekayaan jenis tumbuhan Indonesia diperkirakan 38.000

jenis atau peringkat ke–5 di dunia dengan tingkat endemisitas ±55% tersebar di

berbagai tipe ekosistem. Indonesia memiliki 47 ekoregion yang tersebar di seluruh

wilayah sehingga idealnya harus ada minimal 47 kebun raya untuk mewakili 47

ekoregion tersebut (Purnomo et al., 2015).

Kebun raya sebagai kawasan pelestarian alam memiliki posisi strategis

dalam mendukung upaya konservasi tumbuhan. Kawasan kebun raya merupakan

sumber informasi terbaik yang dapat digunakan untuk mempelajari tentang

distribusi tumbuhan dan karakteristik habitatnya secara alami. Eksistensi kebun

raya dapat dikembangkan sebagai garda terdepan dalam rangka memberikan

pendidikan lingkungan dan pemahaman prinsip – prinsip konservasi kepada

masyarakat (Mandiriati et al., 2018).


18

Kebun Raya merupakan kawasan konservasi tumbuhan ex-situ yang

memiliki keragaman koleksi. Berdasarkan Perpres 93/2011, definisi kebunraya

adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang memiliki koleksi

tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi,

bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan

konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Dimana

karakteristik utama suatu kebun raya adalah tersedia banyak koleksi tumbuhan

hidup yang terdokumentasi, dan dilengkapi dengan koleksi penunjang berupa biji

dan herbarium (Irawanto, 2011).

Kebun Raya Kendari merupakan kawasan hutan yang berlokasi di Kota

Kendari. Kebun Raya merupakan suatu kawasan konservasi ex-situ yang

mengoleksi jenis tumbuhan dengan bentuk arsitektur lanskap yang diutamakan

pada tumbuhan khas wilayah. Kebun Raya Kendari sebagai kawasan konservasi

tumbuhan ex situ memiliki fungsi yaitu konservasi, penelitian, pendidikan, wisata

dan jasa lingkungan. Kawasan ini memiliki luasan 96 hektar dengan tanaman

konservasi yang menjadi koleksi utama dan khas kita, yaitu ruruhi (Syzigium Sp),

singi (Dilenia Serrata Thumb) dan lobe-lobe ( Hadjar et al., 2020).

Kebun Raya UHO yang mengusung tema Tumbuhan Endemik Sulawesi

dengan visi menjadi Kebun Raya universitas terkemuka di dunia dalam bidang

konservasi, pendidikan, dan penelitian tumbuhan endemik Sulawesi merupakan

salah satu bentuk konservasi sumberdaya alam. Kebun raya UHO di dirikan pada

tanggal 23 Maret 2016, memiliki luas 22,8 hektar dengan konsep Edu Eco

Tourism. Kebun Raya ini memiliki ikon sebagai penciri dan identitasnya.
18

Tumbuhan Macadamialasjiahildebrandii di pilih sebagai ikon Kebun Raya

Universitas Halu Oleo. Macadamialasjiahildebrandii adalah jenis tumbuhan

lokal dan endemik yang memiliki buah kacang atau biasa dikenal dengan kacang

macadamia, ini merupakan jenis tumbuhan asli Sulawesi dan termasuk kedalam

jenis tumbuhan langka. Kebun raya UHO juga membudidayakan tanaman obat-

obatan, palem dan enau. Adapun jenis vegetasi yang ada di Kebun Raya UHO,

meliputi :lonkida (Nauclea orientalis L), ruruhi (Syzygium Sp), kayunona

(Xanthosteman petiolatus), akasia (Acacia urephilia), pakisaji (Cycascircinalis),

benatan (Archidenron pauifforan), pandan hutan (Pandanus toctorius),eha

(Castanopsis buaruana Miq), bungaasoka (Ixera lanceolata), palm (Hydrlastele,

Sp), Rumbe (Lhitorcapus Sp), Kulahi (Artocarpus altilis (Parkinson ex F.AZorn)

Fosberg), Rotan Lambang (Calumus ornatus blume) (Indriasary et al., 2018).

2.3 Analisis vegetasi

Analisis vegetasi hutan merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui

struktur dan komposisi hutan. mengatakan bahwa kehadiran vegetasi akan

memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih

luas. Sebagai contoh secara umum vegetasi akan mengurangi suatu laju erosi

tanah, mengatur keseimbangan karbondioksida dan oksigen di udara, pengaturan

tata air tanah, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Pengaruhnya

bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun

formasi vegetasi daerah tersebut (Cahyanto et al., 2014).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempalajari susunan dan komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan.


18

Analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan

komposisi suatu komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi yang dihitung yaitu

kerapatan relatif, kerapatan mutlak, frekuensi relatif, frekuensi mutlak, dominansi

relatif, dominansi mutlak dan indeks nilai penting (Sari et al., 2018).

Vegetasi merupakan sistem kompleks yang berinteraksi berbagai faktor

yang saling mempengaruhi. Keberadaan vegetasi mempunyai peranan dan

berfungsi sebagai penyangga kehidupan, melindungi sumber air, tanah, baik

dalam mencegah erosi, dan menjaga stabilitas iklim global serta berperan sebagai

paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan (Budiman, 2004). Vegetasi

akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan

menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut

tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari

sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,

semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan

(Oktaviani et al., 2017)

Analisis veghetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi

jenis dan ben-tuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang dipelajari dalam

analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang merupa-kan asosiasi konkret

dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil analisis

vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptif mengenai komposisi spesies dan

struktur komunitasnya (Indriyanto, 2008). Struktur suatu komunitas tidak hanya

dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari

setiap spesies organisme. Namun, persoalan yang sangat penting dalam analisis
18

komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari

semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan

kualitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan interpretasi data agar dapat

mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara

utuh dan menyeluruh (Solikhatun et al., 2019).


18

III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Januari 2022 di kebun raya


UHO.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Ekosistem hutan dan ekosistem non-hutan yang akan diamati Patok,Tali

Rafia, Petunjuk pengenalan jenis tumbuhan bawah.

3.3 Cara Kerja

1. Membuat petak contoh pengamatan dengan ukuran 20 m x 20 m di

masing-masing ekosistem yang akan diamati. Untuk memudahkan

pengukuran dan pengamatan, petak contoh tersebut dibagi lagi menjadi 5

m x 5 m.

2. Menghitung banyak nya jenis dan banyaknya individu-individu setiap

jenis yang ada.

3. Jenis dan individu yang dihitung adalah tumbuhan yang sudah tumbuh

lengkap (dapat di identifikasi)

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh di setiap petak contoh dianalisis dengan menggunakan

formulasi:

1. Indeks kekayaan dari Margalef

R1 = (S – 1) / ln (n)

keterangan R1 = Indeks Margalef


18

S = jumlah jenis

n = jumlah total individu

2. Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wiener


s
H =∑ ❑¿Keterangan:
'

i=1

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener

S = jumlah jenis

ni = jumlah individu jeniske-i

N = Total seluruh individu

3. Indeks kemerataan

E = H’ / ln (s)

keterangan:

E = Indeks kemerataan

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener

S = jumlah jenis
18

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Pengukuran jenis tumbuhan di Kebun Raya UHO.


A. POHON (Plot 20 x 20 cm)
No. Nama Lokal/Jenis Keliling Diameter Tingkatan
(cm)
1. Kayu nona 146 cm 46,5 cm Pohon
2. Pohon A 72 cm 22,9 cm Pohon
3. Pohon B 120 cm 38,2 cm Pohon
4. Kayu nona 138 cm 43,9 cm Pohon
5. Kayu nona 69 cm 21,9 cm Pohon
6. KjellbergiodendronCelebicum 80 cm 25,4 cm Pohon
7. Lithocarpuscelebicus 80 cm 25,4 cm Pohon
8. Lithocarpuscelebicus 108 cm 34,3 cm Pohon
9. Pohon C 68 cm 21,6 cm Pohon

B. TIANG (Plot 10 x 10)


No. Nama Lokal/Jenis Keliling Diameter Tingkatan
(cm)
1. Pandanhutan 26 cm 8,2 cm Tiang
2. Pandanhutan 29 cm 9,2 cm Tiang
3. Pandanhutan 31 cm 9,8 cm Tiang
4. Palem 25 cm 7,9 cm Tiang
5. Pandanhutan 32 cm 10,1 cm Tiang
6. Pandanhutan 32 cm 10,1 cm Tiang
7. Pandanhutan 32 cm 10,1 cm Tiang
8. Pandanhutan 28 cm 8,9 cm Tiang
9. Suji 27 cm 8,5 cm Tiang

C. PANCANG (Plot 5 x 5 cm)


No. Nama Lokal/Jenis Keliling Diameter Tingkatan
(cm)
1. Suji 18 cm 5,7 cm Pancang
2. SyzygiumSp 13 cm 4,1 cm Pancang
3. Syzygium 16 cm 5,1 cm Pancang
4. Pancang A 138 cm 3,5 cm Pancang

D. SEMAI (Plot 2 x 2 cm)


No. Nama Lokal/Jenis Tingkatan
1. Barringtonia Semai
18

2. Garcinia tetranda Semai


3. Syzygium Sp. Semai

E. TUMBUHAN BAWAH (Plot 20 x 20 cm)


No. Nama Lokal/Jenis Tingkatan
1. Jenis A Tumbuhanbawah
2. Jenis B Tumbuhanbawah

Tabel 2 data hasil analisis vegetasi tingkat pohon


NO JENIS POHON JML IND LBDS K KR D DR F FR INP
1 Kayu nona 3 0.358671995 0.0075 33.33333333 0.358671995 48.8519591 0.01 16.66666667 98.85195913
2 pohon A 1 0.041166185 0.0025 11.11111111 0.041166185 5.60693005 0.01 16.66666667 33.38470783
3 Pohon B 1 0.11455034 0.0025 11.11111111 0.11455034 15.6020225 0.01 16.66666667 43.37980025
4 kjellbergiodendorn Celebicum 1 0.05064506 0.0025 11.11111111 0.05064506 6.89797485 0.01 16.66666667 34.67575263
5 Lithocarpus Celebicus 2 0.132543325 0.005 22.22222222 0.132543325 18.0527088 0.01 16.66666667 56.94159773
6 pohon C 1 0.03662496 0.0025 11.11111111 0.03662496 4.98840465 0.01 16.66666667 32.76618243
JUMLAH 9 0.0225 100 0.734201865 0.06 100 300

Keterangan :

Kerapatan (K) = Jumlah Individu Jenis


Luas contoh

Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan dari suatu jenis x 100 %


Kerapatan seluruh jenis

Dominansi (D) = Jumlah Bidang Dasar


Luas petak contoh

Dominansi Relatif (DR) = Dominansi dari suatu jenis x 100 %


Dominansi seluruh jenis

Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu Jenis


Jumlah seluruh plot

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 %


Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR


Summed Dominance Ratio (SDR) = INP
3
18

4.2. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi menggunakan

metode kuadrat. Berdasarkan hasil penelitian analisis vegetasi dengan

menggunakan metode kuadrat yang dilakukan diKebun Raya UHO, dari plot yang

kami buat didapatkan data sebanyak 9 jenis tumbuhan yang berbeda spesiesnya

dan masih banyak yang belum di ketahui namanya. Jenis tumbuhan tersebut yaitu.

Kjellbergiodendron celebicum, Kayu nona dan (Lithocarpus celebicus)

Peraktikum ini bertujuan untuk mengetahui indeks kerapatan,

kerimbunan, frekuensi dan nilai penting untuk dapat memberi nama suatu vegetasi

berdasarkan dominansinya. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis

tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Dari hasil analisa data mengenai tingkat

kerapatan, dapat diketahui bahwa kayu nona. memiliki nilai kerapatan 0,075% ,

dan Indeks nilai penting (INP) dari hasil penelitian ini didominasi oleh spesies

kayu nona. dengan nilai sebesar 98,8%. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh

spesies kayu nona.

Informasi data kerapatan vegetasi, luas lahan, dan keadaan di lapangan

dapat dideteksi dari teknik penginderaan jauh Struktur vegetasi harus diklasifikasi

terlebih dahulu dalam rangka melaksanakan suatu manajemen yang layak

berdasarkan prinsip kelestarian. Menurut Spies & Tunner (1999), manajemen

dinamika suatu landsca pharus didasarkan pada proses-proses vegetasi yang

menjadi dasar dari proses proses ekologi yang berlangsung pada suatu ekosistem

Di samping itu, vegetasi yang beranekaragam turut menciptakan iklim mikro bagi
18

kehidupan organisme lain termasuk serangga yang berpotensi sebagai pakan

tarsius (Irawan dan Sirat, 2017).

Secara umum peranan vegetasi bagi kehidupan satwaliar termasuk tarsius

adalah sebagai tempat untuk berlindung, tidur, dan bersarang. Berdasarkan hasil

penelitian, tarsius dijumpai bersarang di celah tebing karst dan di dalam rumpun

bambu yang rapat. Namun demikian, jenis vegetasi lain yang ada di sekitar sarang

juga berperan penting, yaitu untuk membantu pergerakan tarsius dalam aktivitas

hariannya, seperti mencari makan. Kelimpahan dan keragaman vegetasi perlu

dipertahankan untuk menunjang kehidupan tarsius. Selama penelitian, tidak

dijumpai laporan adanya penebangan pohon untuk berbagai keperluan oleh

masyarakat dan kondisi ini perlu dipertahankan (Qiptiyah, 2012).


18

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi

hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan

sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk

mewakili habitat tersebut.

Analisa vegetasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan

mempelajari kelimpahan serta struktur berbagai jenis vegetasi pada suatu

tempa. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

analisis vegetasi. Salah satunya adalah sampel yang dipersiapkan untuk

dianalisis. Dalam melakukan analisa vegetasi juga perlu dilakukan dua jenis

pengukuran yaitu destructive measures dan non destructive

measures.Destructive measures adalah pengukuran yang bersifat merusak,

sedangkan non destructive measures adalah pengukuran yang tidak bersifat

merusak. Kedua jenis pengukuran ini dilakukan dengan mengambil sampel

terlebih dahulu, misalnya sampel berupa objek hutan dengan cakupan areal

yang cukup luas.

2. Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah

tegakan hutan kecuali anakan pohon. Tumbuhan bawah meliputi rumput

rumputan, herba, semak belukar dan paku pakuan.


18

5.2 Saran

Adapun saran dari saya tentang praktikum kali ini yaitu untuk waktu

praktikum dilakukan pada saat sebelum dimulainya ujian


18

DAFTAR PUSTAKA

Qiptiyah, M dan H. Setiawan. 2012. Kepadatan populasi dan karakteristik habitat


Tarsius (Tarsius spectrum pallas 1779) di kawasan patunuang, Taman
Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. 9 (4) : 363-371.
Irawan, S. dan J Sirait. 2017. Perubahan kerapatan vegetasi menggunakan citra
landsat 8 di Kota Batam berbasis web. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology. 10 (2) : 174-184.
Davis. 2011. Persoalan definisi hutan dan hasil hutan dalam hubungannya dengan
pengembangan HHBK melalui hutan tanaman. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan. 8(3): 210-227.
Emma.2019. Seberapa luas hutan yang kita perlukan. Jurnal Ilmu Kehutanan. 13
(1) : 1-3.
Chozdon. 2013. Rasionalitas kebijakan konsepsi hutan dan penghapusan batas
minimal kawasan hutan 30 persen. Jurnal Manajemen dan Kebijakan
Publik. 5 (2) : 140-155.
Purwanto. 2011. Inventarisasi penambahan koleksi tumbuhan selama 5 tahun
(2015-2019) di kebun raya Purwodadi. Jurnal Proceeding Biologi
Educationconference. 16 (1) : 190-193.
Sri Rahayu. 2018. Pemetaan komponen ekosistem untuk pengembangan edu-
ekowisata. Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi. 2 (1) : 33-40.
Atmawidjaya. 2014. Nilai konservasi dan jasa lingkungan koleksi tumbuhan
kebun raya pada kawasan perkotaan. Jurnal Proses
Emnasmasyblodivindo. 1 (18) : 1815-1855.
Agustina, D.K. 2008. Studi vegetasi pohon di hutan lindung RPH Donomulyo
BKPH Sengguruh KPH Malang. [Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Negri Malang.

Aritonang, C.S.A. 2019. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan


meranti (Shorea Sp) di cagar alam martelu purba, Kabupaten
Simalungun. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Andini, S.K. Y. Prasetyo dan S. Abdi. 2018. Analisis sebaran vegetasi dengan
citra satelit sentinel menggunakan metode NDVI dan segmentasi (Studi
Kasus: Kabupaten Demak). Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Geodesi Undip. Vol, 7, No1, Hal:
14-24.
18

LAMPIRAN

A. Dokumentasi

Mengukur Diameter pohon MengamatiTumbuhan Bawah

Membuat Plot 20x20 m Membuat Plot 10x10 m

Membuat Plot 5x5 m Membuat Plot 2x2 m

Anda mungkin juga menyukai