Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN EKOLOGI

(Analisis Vegetasi Hutan Dan Tanaman Bawah)

WA ODE ZAHARA
M1A1200
KEHUTANAN B
KELOMPOK VI (FICUS)

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I PENDAHULUAN

1.1 Lata Belakang

Tumbuhan bawah merupakan komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi

bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan bawah ini juga sebagai penutup tanah,

penambah bahan organik tanah. Adanya tumbuhan bawah di lantai hutan berperan

sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga dapat meminimalkan

bahaya erosi. Tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah

dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa jenis tumbuhan

bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan yangdapat dimanfaatkan sebagai bahan

pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumberenergi alternatif. Namun, tidak jarang juga

tumbuhan bawah dapat berperan sebagaigulma yang menghambat pertumbuhan

permudaan pohon khususnya pada tanamanmonokultur yang dibudidayakan. Tumbuhan

bawah pada hutan terdiri dari semak,terna, dan sejumlah anakan serta kecambah-

kecambah dari pohon. Tumbuhan bawah memiliki fungsi pokokdalam mengkonservasi

tanah dan air. Hal inidikarenakan tumbuhan bawah memiliki sistem perakaran yang

banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan mampu mencegah erositanah,

sebagai pelindung tanah dari butiranhujan dan aliran permukaan, juga berperan dalam

meningkatkan bahan organik dalam tanah (sebagai pupuk hijau maupun mulsa)

(Aritonang, 2019).

Kerusakan hutan memberikan pengaruh terhadap fungsi ekologis, seperti sistem

perakaran pada pohon hutan akan terganggu, tumbuhan penutup lantai hutan tidak dapat

meningkatkan stabilitas tanah, sehingga tidak mampu mengurangi kecepatan aliran air

yang menyebabkan erosi dan banjir. Selain itu kerusakan hutan mengurangi penyerapan
dan penyimpanan karbon tumbuhan, sehingga mempengaruhi aktivitas biologi tumbuhan

dan berdampak pada keanekaragaman hayati (Agustina, 2008)

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan

langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta

identifikasi vegetasiyang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan

memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih

luas (Mariana, 2014)

Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait

denganpengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam

udara,perbaikan sifatfisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah

danlain-lain. Meskipunsecara umum kehadiran vegetasi pada suatu area

memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur

dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.Struktur dan komposisi

vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang

saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah

tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor

lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh

anthropogenik ( Andini et al., 2018)

1.2 . Tujuan Praktikum

Adapun Tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Untuk mengetahui analisis vegetasi hutan

2. Untuk mengetahu tumbuhan bawah.


II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Puspitojati,

2011). Hutan adalah suatu kumpulan bidang-bidang lahan yang ditumbuhi

(memiliki) atau akan ditumbuhi tumbuhan pohon dan dikelola sebagai satu

kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan pemilik lahan berupa kayu atau hasil-

hasil lain yang berhubungan. Hutan tanaman adalah tegakan hutan yang dibangun

dengan cara penanaman dan atau penyemaian dalam proses afforestasi atau

reforestasi. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak

milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan

tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Hutan dalam kerangka

mekanisme pembangunan bersih (hutan MPB) adalah lahan luas minimal 0,25 ha

yang ditumbuhi oleh pepohonan dengan persentasi penutupan tajuk minimal 30%

yang pada akhir pertumbuhan mencapai tinggi minimal 5 meter. Hutan adalah lahan

yang luasnya minimal 0,5 ha dan ditumbuhi oleh pepohonandengan persentasi

penutupan tajuk minimal 10% yang pada usia dewasa mencapai tinggi minimal 5

meter.

Hutan yang utuh dapat memberikan berbagai jasa lingkungan, seperti

pengendalian terhadap iklim penyakit, kualitas udara dan air; yang tidak satu pun

teknologi manusia dapat menggantikannya. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka

definisi hutan yang ideal yang diharapkan adalah yang mencangkup semua aspek
seperti khazanah Ilmu Kehutanan, yaitu wujud biofisik, fungsi ekologis, tujuan

kegiatan tertentu atau tujuan pengelolaan, dan status hukum hutan dan lahan tidak

bisa diterapkan dengan mudah di semua sektor dan negara. Jika berkaca pada

pemerintahan Indonesia, perumusan definisi ini sebagaimana gagasan awal penulis

sangat tergantung pada aktor dibalik lahirnya kebijakan dan definisi tersebut pada

produk Undang-Undang. Artinya tidak semua definisi ilmiah itu bisa diterapkan

dalam kebijakan dan UU negara, karena faktor lain banyak menentukan. Sehingga,

pendefinisan hutan sangat tergantung pada tujuan akhir da

tersebut. Sebagai analaogi sederhana, jika tujuan pengeloaanya adalah untuk

memberikan kepastian status hukum lahan dan hutan, maka aspek fungsi ekologis

dan wujud biofisik jika tidak diperhatikan, tidak menjadi sebuah masalah, karena

tidak berpengaruh terhadap status hukum dan lahan hutan tersebut. Apabila suatu

bidang lahan sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan walaupun wujud biofisiknya

adalah perumahan, maka statusnya adalah tetap sebagai kawasan hutan. Asumsi ini

lahir dengan cara pandang post-positvistik, bahwa sebenarnya aktor dalam

pemerintah juga paham bahwa definisi hutan yang ditetapkan tersebut

tidak mencakup semua aspek, namun karena adanya dorongan kepentingan dan

kesepakatan politik tertentu, sehingga konsep yang tidak ilmiah digunakan demi

memenuhi janji politik (Gardener dan Engelman, 2012)

Hutan adalah kegiatan praktek penerapan prinsip-prinsip dalam bidang

ekologi, fisika, kimia, analisis kuantitatif, manajemen, ekonomi, sosial, dan analisis

kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau meregenerasikan, membina,

memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk mendapatkan tujuan atau


sasaran tertentu yang telah ditetapkan dengan tetap mempertahankan produktivitas

dan kualitas lahan. Sasaran kegiatan pengelolaan hutan adalah pada totalitas

aktivitas manajemen, dengan unit kegiatan yang lebih sempit daripada pengurusan

hutan, yaitu hanya pada hutan yang terdapat di setiap unit pengelolaan hutan.

Perbedaan mendasar antara kegiatan pengurusan hutan dan pengelolaan hutan

adalah pada aspek ruang lingkup sasaran dan tujuanya. Ruang lingkup dan tujuan

pengurusan hutan adalah memperoleh totalitas manfaat yang sebagaimna mungkin

diperoleh dari seluruh ekosistem hutan, sedangkan pengelolaan hutan terdapat

ketegasan yang mengenai tujuan dan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebagaimana sebelumnya Pengurusan hutan tidak memperhatikan aspek

pengelompokan hutan, baik itu menurut fungsi penggunaan maupun menurut

kesatuan pengelolaanya (Suhendang, 2013).

Pengurusan hutan adalah keselurahan tindakan manajemen terhadap sumber

daya hutan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan totalitas barang-barang,

manfaat-manfaat, dan nilainilai yang dapat diperoleh dengan tetap

mempertahankan kelestarianya untuk generesi sekarang dan generasi yang akan

datang. Pengurusan hutan ini tidak jauh dari proses kegiatan seperi Forest

Governance, Forest administration, Forest Stewardship. Ruang lingkup dari

kegiatan pengurusan hutan adalah pada seluruh kawasan hutan dalam suatu wilayah

(administrasi pemerintahan), dan ruang lingkup aktivitasya adalah pada

keseluruhan kegiatan manajemen hutan. Pada praktiknya kegiatan kegiatan

pengurusan hutan di Indonesia meliputi kegiatan perencanaan kehutanan,

pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan, pelatihan dan


penyuluhan kehutanan (Litbang dan Diklathuh Kehutanan), serta kegiatan

pengawasan (Helms, 2013).

2.2 Kebun Raya

Kebun raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang

memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi

taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan

kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan (Peraturan

Presiden Nomor 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya), sedangkan botani

merupavkan ilmu tentang tumbuh-tumbuhan (Siti Sutarmi, 1983:3). Tujuan

dicantumkannya istilah botani dalam perencanaan kebun raya agar tumbuh-

tumbuhan yang ada mendapat perlakuan secara ilmiah. Wyse Jackson dalam jurnal

Botanic Garden Conservation International tahun 1999 mengatakan, ada lebih

dari 2.500 kebun botani di hampir semua negara dan ekosistem. Kebun ini

memiliki berbagai tujuan, struktur, dan kegiatan. Namun, umumnya sepakat bahwa

kebun botani harus memiliki ilmiah dasar untuk satu atau lebih aspek karena kebun

botani lebih dari sekedar taman publik. (Khairunnisaa, 2021).

Kebun Raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang

memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi

taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan

kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan (Perpres

RI Nomor 93 Tahun 2011).

Definisi kebun Rayaadalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ


yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola

klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut

untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa

lingkungan. Dimana karakteristik utama suatu kebun raya adalah tersedia banyak

koleksi tumbuhan hidup yang terdokumentasi, dan dilengkapi dengan koleksi

penunjang berupa biji dan herbarium (Irawanto, 2011).

Kebun Raya Purwodadi (KRP) merupakan kawasan konservasi ex-situ

dataran rendah kering yang berada di Provinsi Jawa Timur. KRP terletak di kaki

bukit berbatasan dengan TWA Gunung Baung, pada ketinggian 300 m dpl dengan

titik koordinat 7o47’54,9588” dan 112o44’18,2782”. Secara administratif berada

di Desa Purwodadi, Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, dan berada di tepi jalan utama

penghubung Surabaya – Malang pada Km 65. Kebun Raya Purwodadi memiliki

areal seluas 845.148 m2 yang terbagi menjadi 2 wilayah kebun, masing-masing

wilayah dibagi menjadi 3 lingkungan. Seiring dengan perkembangan, area koleksi

dari yang awalnya 25 vak menjadi 183 vak. Dalam satu vak tanaman bisa terdiri

dari beberapa suku, namun satu suku juga bisa menempati beberapa vak. Hal ini

tergantung dari jumlah spesimen tumbuhan dalam satu suku tersebut. Pengaturan

penanaman dalam vak didasarkan atas kekerabatan suku (Irawanto, dkk. 2016).

Tumbuhan yang sudah ditanam dan menjadi koleksi di Kebun Raya Purwodadi

saat ini sejumlah 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku (Lestarini

et al., 2012).
2.3 Analisis Vegtasi

Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau

komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.Satuan vegetasi yang dipelajari

dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan dari berbagai yang merupakan

asosiasi konkret dari semua yang spesies tumbuhan yang menempati suatu

habitat (Maridi, 2015)

Vegetasi juga didefi-nisikan sebagai keseluruhan tumbuhan dari suatu area

yang berfungsi sebagai area penutup lahan, yang terdiri dari be-berapa jenis seperti

herba, perdu, pohon, yang hidup bersamasama pada suatu tempat dan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain, serta lingkungannya dan memberikan

kenampakan luar vege-tasi (Agustina, 2008)

Analisis vegetasi merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan

struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode

dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak

digunakan adalah kombinasi antara jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis

petak (untuk risalah permudaan) (Latifah, 2011).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

pratikum ini di lakukan pada hari selasa, 4 januari 2022 pada pukul 08:00 sampai

selesai. Bertempat di Kebun Raya UHO, Universitas Halu Oleo. Kecamatan

Kambu, Kelurahan Lalolara, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat Dan Bahan

Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Ekosistem hutan dan ekosistem non-hutan yang akan diamati

2. Meteran 20 m dan 1 m

3. Patok

4. Tali Rafia

5. Counter

6. Petunjuk pengenalan jenis tumbuhan bawah

3.3 Prosedur Kerja

Buatlah petak contoh pengamatan dengan ukuran 1 m x 5 m di masing-

masing ekosistem yang akan diamati. Untuk memudahkan pengukuran dan

pengamatan, petak contoh tersebut dibagi lagi menjadi 1 m x 1 m. Hitunglah

banyaknya jenis dan banyaknya individu-individu setiap jenis yang ada. Jenis dan

individu yang dihitung adalah tumbuhan yang sudah tumbuh lengkap (dapat

diidentifikasi).
3.3 Analisis Data

Data yang diperoleh di setiap petak contoh dianasis dengan menggunakan

formulasi:

1. Indeks kekayaan dari Margalef

R1 = (S – 1) / ln (n)

keterangan R1 = Indeks Margalef

S = jumlah jenis

n = jumlah total individu

2. Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wiener

H^'= ∑_(i=1)^s[(ni/N) ln⁡〖(ni/N)]〗

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener

S = jumlah jenis

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = Total seluruh individu

3. Indeks kemerataan

E = H’ / ln (s)

keterangan:

E = Indeks kemerataan

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener

S = jumlah jenis

Lakukan analisis perbandingan baik kekayaan, keragaman, dan kemerataan dari

kedua ekosistem tersebut.


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Tabel 1 data hasil analisis vegetasi tingkat pohon


NO JENIS POHON JML IND LBDS K KR D DR F FR INP
1 Kayu nona 3 0,358671995 0,0075 33,33333333 0,358671995 48,8519591 0,01 16,66666667 98,85195913
2 pohon A 1 0,041166185 0,0025 11,11111111 0,041166185 5,60693005 0,01 16,66666667 33,38470783
3 Pohon B 1 0,11455034 0,0025 11,11111111 0,11455034 15,6020225 0,01 16,66666667 43,37980025
4 kjellbergiodendorn Celebicum 1 0,05064506 0,0025 11,11111111 0,05064506 6,89797485 0,01 16,66666667 34,67575263
5 Lithocarpus Celebicus 2 0,132543325 0,005 22,22222222 0,132543325 18,0527088 0,01 16,66666667 56,94159773
6 pohon C 1 0,03662496 0,0025 11,11111111 0,03662496 4,98840465 0,01 16,66666667 32,76618243
JUMLAH 9 0,0225 100 0,734201865 0,06 100 300

Keterangan :

Kerapatan (K) = Jumlah Individu Jenis


Luas contoh

Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan dari suatu jenis x 100 %


Kerapatan seluruh jenis

Dominansi (D) = Jumlah Bidang Dasar


Luas petak contoh

Dominansi Relatif (DR) = Dominansi dari suatu jenis x 100 %


Dominansi seluruh jenis

Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu Jenis


Jumlah seluruh plot

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi dari suatu jenis x 100 %


Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR

Summed Dominance Ratio (SDR) = INP


3

Tabel 1. Pengukuran Jenis Tumbuhan di Kebun Raya UHO.


No Nama Jenis Keliling(cm) Total Tingkatan
A POHON (Plot 20 x 20 m)
1 Pohon Tirotasi 60 2 Pohon
2 Pohon Makadamia 65 1 Pohon
3 pohon D 52 1 Pohon
4 Pohon E 49 3 Pohon
5 Pohon Kayu Nona 66 2 Pohon
6 Pohon G 56 1 Pohon

B TIANG (Plot 10 x 10 m)
1 Tiang E 17 3 Tiang
2 Tirotasi 13 2 Tiang
3 Tiang A 16,2 1 Tiang
4 Ruruhi 14 1 Tiang

C PANCANG (Plot 5 x 5 m)
1 Ruruhi 3,5 3 Pancang
2 Pancang A 2,5 3 Pancang
3 Tirotasi 1,70 1 Pancang
4 Makadamia 3,5 1 Pancang
5 Pancang C 3,2 1 Pancang
D SEMAI (Plot 2 x 2 m)
1 Semai F - - Semai
2 Semai G - - Semai
3 Semai D - - Semai

4.1. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum menunjukan di daerah kebun raya UHO,

ditemukan Spesies Spesies tumbuhan dari mulai tingkat herba sampai dengan

tingkat pohon pada kawasan tersebut. Spesies-spesies tumbuhan daerah kebun raya

UHO dapat di lihat pada tabel 1.

Pada plot 20x20 terdapat jenis pohon Tirotasi dengan ukuran keliling 60 cm

dengan jumlah total 2, jenis pohon Makadamia dengan ukuran keliling 65 cm

dengan jumlah total 1, jenis pohon D (tidak diketahui) dengan ukuran keliling 52

cm dengan jumlah total 1, jenis pohon E (tidak diketahui) dengan ukuran keliling
49 cm dengan jumlah total 3, jenis pohon Kayu Nona (tidak diketahui) dengan

ukuran keliling 66 cm dengan jumlah total 2, jenis pohon G (tidak diketahui) dengan

ukuran keliling 56 cm dengan jumlah total 1.

Selanjutnya Pada plot 10x10 terdapat jenis Tiang E (tidak diketahui) dengan

ukuran keliling 17 cm dengan jumlah total 3, jenis Tirotasi dengan ukuran keliling

13 cm dengan jumlah total 2, jenis Tiang A (tidak diketahui) dengan ukuran keliling

16,2 cm dengan jumlah total 1, jenis Ruruhi dengan ukuran keliling 14 cm dengan

jumlah total 1.

Berikutnya Pada plot 5x5 terdapat jenis Ruruhi dengan ukuran keliling 3,5

cm dengan jumlah total 3, jenis pancang A (tidak diketahui) dengan ukuran keliling

2,5 cm dengan jumlah total 3, jenis Tirotasi dengan ukuran keliling 1,70 cm dengan

jumlah total 1, jenis Makadamia dengan ukuran keliling 3,5 cm dengan jumlah total

1. Jenis Pancang C (tidak diketahui) 3,2 dengan jumlah total 1

Pada plot 2x2 terdapat jenis Semai F (tidak diketahui) dengan ukuran junlah

total 3, jenis Semai G (tidak diketahui) dengan jumlah total 3, jenis Semai H (tidak

diketahui) dengan jumlah total 2.

Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui indeks kerapatan, kerimbunan,

frekuensi dan nilai penting untuk dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan

dominansinya. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu

luasan tertentu. Dari hasil analisa data mengenai tingkat kerapatan, dapat diketahui

bahwa kayu nona. memiliki nilai kerapatan 0,075% , dan Indeks nilai penting (INP)

dari hasil penelitian ini didominasi oleh spesies kayu nona. dengan nilai sebesar

98,8%. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies kayu nona.


Informasi data kerapatan vegetasi, luas lahan, dan keadaan di lapangan

dapat dideteksi dari teknik penginderaan jauh Struktur vegetasi harus diklasifikasi

terlebih dahulu dalam rangka melaksanakan suatu manajemen yang layak

berdasarkan prinsip kelestarian. Menurut Spies & Tunner (1999), manajemen

dinamika suatu landscapharus didasarkan pada proses-proses vegetasi yang

menjadi dasar dari proses proses ekologi yang berlangsung pada suatu ekosistem

Di samping itu, vegetasi yang beranekaragam turut menciptakan iklim mikro bagi

kehidupan organisme lain termasuk serangga yang berpotensi sebagai pakan tarsius

(Irawan dan Sirat, 2017).


V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Praktikum, maka dapat di tarik sebuah kesimpulan

bahwa pada Plot 20x20 m terdapat 6 jenis pohon dengan jumlah total keseluruhan

10, sedangkan pada Plot 10x10 m terdapat 4 jenis Tiang dengan jumlah total

keseluruhan 7, sedangkan pada Plot 5x5 m terdapat 4 jenis Pancang, sedangakan

Plot 2x2 m terdapat 5 jenis Semai dengan jumlah total keseluruhan 9 dan Plot 2x2

m terdapat 3 jenis tumbuhan bawah dengan jumlah total keseluruhan 8. Masing-

masing mempunyai diameter dan tinggi yang bebeda-beda pada setiap jenis

tumbuhanya.

5.2. Saran

Adapun saran pada praktikum ini perlu adanya panduan yang jelas agar

praktikan dapat mengetahui jenis pohon yang di amati praktikan dan praktikan juga

harus mempersiapkan alat daan bahan yang dibutuhkan agar pada saat praktikum

semuanya berjalan dengan lancar


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D., K. 2008. Studi Vegetasi Pohon di Hutan Lindung RPH Donomulyo
BKPH Sengguruh KPH Malang. [Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Negri Malang, 2008

Aritonang, C., S., A. 2019. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan
Meranti (Shorea Sp) Di Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten
Simalungun. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, 2019.

Andini, S., K., Prasetyo Y. dan S., Abdi. 2018. Analisis Sebaran Vegetasi Dengan
Citra Satelit Sentinel Menggunakan Metode NDVI dan Segmentasi (Studi
Kasus: Kabupaten Demak). Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Geodesi Undip. Vol, 7, No1, Hal:
14-24.

Khairunnisaa, 2021. Kebun Raya Botani Malino Dengan Pendekatan Arsitektur


Biomimikri. [Skripsi]. Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Gowa, 2021.

Mariana 2014. Evaluasi Komposisi dan Struktur Vegetasi Tumbuhan sebagai


Pendukung Strategi Pengembangan Ekowisata Desa Sei. Mempura."
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 2014, Surakarta,
Indonesia, June 2014. Universitas Sebelas Maret, 2014.

Maridi. Saputra. A. Agustina. P. 2015. Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan


Ampel Kabupaten Boyolali/ Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Sebelas Maret. Jurnal Bioedukasi. Vol. 8, No. 1 Hal:28-42.

Puspitojati. T. 2011. Persoalan Definisi Hutan dan Hasil Hutan Dalam


Hubungannya Dengan Pengembangan HHBK Melalui Hutan Tanaman
(The Issues of Forest and Non Wood Definition in Relation to the
Development of NWFP Through Forest Estate). Balai Penelitian
Teknologi Agroforestri, Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 8 No.
3, Hal : 210 – 227.
LAMPIRAN

(a) (b) (c)

(d) (e)

Keterangan :

(a) Mengukur plot ukuran 20 x 20


(b) Mengukur plot ukuran 10 x 10 meter
(c) Mengukur plot ukuran 5 x 5
(d) Mengukur tinggi tanaman
(e) Mengukur luas diameter jenis umbuhn

Anda mungkin juga menyukai