Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/280385689

Memaknai Hutan dan Pohon

Article · March 2015

CITATIONS READS

0 1,976

1 author:

Ferisman Tindaon
Universitas HKBP Nommensen
48 PUBLICATIONS   43 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Soil Biology View project

Higher Education View project

All content following this page was uploaded by Ferisman Tindaon on 25 July 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Memaknai Hutan dan Pohon
Rabu, 25 Maret 2015 | Dibaca 541 kali

http://analisadaily.com/opini/news/memaknai-hutan-dan-
pohon/118840/2015/03/25

Url Berita

Oleh: Ferisman Tindaon. Bagi kita masyarakat awam jika membaca atau mendengar
kata “hutan” maka akan terbayang dibenak kita yaitu sekumpulan pohon-pohon yang
rimbun di suatu lokasi. Memang, hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh
pohon, tetapi hutan bukan hanya sekedar pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan
yang kecil seperti lumut, semak belukar dan bunga-bunga hutan.

Di dalam hutan juga terdapat beranekaragam burung, serangga dan berbagai jenis
binatang besar dab kecil yang menjadikan hutan sebagai habitatnya. Pohon tidak dapat
dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan
tersebut.

Sedangkan pohon atau ada juga yang menyebutnya “pokok” adalah tumbuhan atau
tanaman yang mempunyai batang dan cabang terbentuk dari berkayu. Membedakan
pohon dari semak dapat dilihat dari bentuk dan penampilan, dimana pohon memiliki
batang utama yang biasanya tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Semak sebenarnya
juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak.

Adapula yang memberikan batasan pengertian hutan sebagai Suatu kawasan dengan
luas paling sedikit 0,001 – 1 hektar dengan tutupan atas berupa pohon lebih dari 10-
30%, dan tumbuh di kawasan tersebut sehingga mencapai ketinggian minimal 2-5
meter (FAO).

Pemerintah dalam undang-undang memberi definisi bahwa hutan adalah suatu


kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU.41/1999).

Memang, definisi hutan yang aktual dapat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya
karena Protokol Kyoto 1997 memperbolehkan masing-masing negara untuk membuat
definisi yang tepat sesuai dengan parameter yang digunakan untuk penghitungan emisi
nasional.

Khusus bagi para ilmuwan ataupun data statistik kehutanan berbagai pemaknaan kata
hutan ini dapat memiliki implikasi yang luas. Misalnya untuk menetapkan data statistik
luasan hutan yang sesungguhnya. Karena mungkin saja perkebunan karet atau perke-
bunan kelapa sawit dapat diartikan sebagai hutan misalnya hutan sawit atau hutan
karet.
Masyarakat awan tidaklah begitu mempermasalahkan berbagai definisi hutan tersebut.
Terpenting sebenarnya apakah fungsi dan manfaat hutan bagi kehidupan kita. Keun-
tungan dan kerugian apakah yang akan kita peroleh jika hutan dan pohon dikelola
dengan baik atau jika hutan mengalami kerusakan atau semakin berkurang luasnya.

Arti Penting Hutan

Hutan ternyata menutup sekitar sepertiga daratan permukaan bumi yang menjadi
rumah bagi flora dan fauna yang hidup di darat. Oleh karenanya hutan dianggap sangat
penting sebagai gudangnya keaneka ragaman hati bagi bumi ini. Sekitar 1,6 miliar
orang menggantungkan mata pencahariannya pada hutan. Hutan juga memberi
kontribusi bagi keseimbangan oksigen, karbon dioksida dan kelembaban di udara.
Mereka melindungi daerah aliran sungai, yang memasok 75% dari air tawar di seluruh
dunia. Jadi tidak bisa kita bayangkan dunia ini tanpa adanya hutan ataupun pohon.

Sehingga kehadiran hutan sangat berkaitan dengan proses-proses perubahan yang


terjadi pada iklim, hidrologis, kesuburan tanah, keanekaragaman genetik flora dan
fauna, sumber daya alam bahkan berhubungan dengan wilayah wisata alam.

Hidrologis, artinya hutan merupakan tempat penyimpanan air dan tempat menye-
rapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-
sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama
alam.

Hutan menyediakan jasa lingkungan yang penting selain penyimpanan karbon, seperti
perlindungan daerah tangkapan air, pengaturan aliran air, mendaur ulang nutrisi,
pengaturan curah hujan, dan pengendalian penyakit. Hutan menghisap karbon dioksida
dari atmosfer yang kemudian mengimbangi emisi hasil kegiatan manusia.

Hutan berkaitan dengan iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari
unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat
mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi. baik iklim makro maupun
mikro. Karena ternyata, sekitar 16% emisi gas rumah kaca ke atmosfir tersebut
berasal penebangan dan penggundulan (Global GHG Emissions, 2005).

Hutan berkaitan dengan kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk
humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Hutan sebagai
sumber keanekaan genetik, artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora
dan fauna.

Hutan sebagai sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil
alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri. Selain itu hutan
juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Hutan sebagai wilayah wisata alam, artinya hutan mampu
berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika dan sebagainya.

Kerusakan Hutan
Kerusakan hutan yang sering disebut deforestasi adalah konversi lahan hutan yang
disebabkan oleh manusia menjadi areal pembukaan lahan. Tekanan lokal muncul dari
masyarakat yang memanfaatkan hutan sebagai sumber bahan pangan, bahan bakar, dan
lahan pertanian. Disisi lain, jutaan orang masih menebang pohon untuk menghidupi
keluarganya, penyebab utama deforestasi hutan saat ini semakin meluas yaitu mening-
katnya aktifitas pertanian berskala besar yang didorong oleh permintaan konsumen.

Saat ini, deforestasi hutan tidak lagi sekedar pembalakan liar (illegal logging) oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Akan tetapi telah beralih dari program besar
pemerintah, yaitu ke proses yang didorong oleh hadirnya berbagai perusahaan,
misalnya perkebunan untuk berbagai komoditi dan industri kayu. Pendorong
permintaan untuk lahan pertanian bervariasi secara global. Permintaan untuk kayu juga
mendorong laju deforestasi hutan dan oleh karena itu menyumbang emisi sebagai
akibat perubahan pemanfaatan lahan.

Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar utama disebabkan kegiatan industri,
terutama industri kayu dan pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi
perkebunan. Industri, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga
mengarah pada pembalakan liar.

Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih
dari jutaan ha hutan yang terus berlangsung hingga saat ini. Kegiatan penebangan yang
mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang
pada akhirnya sering meningkatkan berbagai peristiwa bencana alam, seperti tanah
longsor dan banjir.

Dampak negatif lainnya akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa
dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna yang bersifat endemik.

Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan ini.
Misalnya terusiknya atau hilangnya habitat orang hutan, gajah, harimau dan satwa
lainnya.

Hari Hutan Sedunia

Dunia Internasional sangat memberikan perhatian besar pada hutan terutama dikaitkan
dengan perubahan iklim, pemanasan global, deforestasi dan degradasi hutan yang
terjadi.

Terdorong oleh arti penting hutan, European Confederation of Agriculture mendukung


terciptanya Hari Kehutanan Sedunia pada November 1971. Selanjutnya oleh Badan
Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ditetapkan tanggal 21 Maret setiap tahunnya.

Tema Hari Hutan Internasional Tahun 2015 (International Forest Day=IFD) kali ini
adalah “Hutan dan Perubahan Iklim” menyoroti solusi berbasis hutan untuk mengatasi
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dan arti lebih luas lagi yaitu hutan dan
pembangunan berkelanjutan. Hutan dan Perubahan Iklim yang sengaja dipilih untuk
menyoroti bagaimana keterkaitan hutan dengan perubahan iklim. Dimaksudkan untuk
menggalang dukungan global untuk tindakan dan perubahan perubahan yang lebih
besar.

Peran Masyarakat

Apa sih manfaat pohon bagi masyarakat.? Sebuah pertanyaan yang tidak sulit dijawab,
namun jawabannya haruslah secara riil, logis dan benar-benar menguntungkan bagi
kehidupan nyata tidka sekedar idealisme peduli lingkungan. Menaman pohon di kota
dan maupun di desa dapat dianggap memberi arti tabungan/investasi di hari tua,
menyediakan udara bersih dan air dengan menghasilkan oksigen dan menyerap CO2,
estetika (indah hijau), mencegah banjir dan longsor, menghasilkan buah, mengurangi
pencemaran dan lainnya.

Sebenarnya, sebagian besar masyarakat telah paham betul akan fungsi dan manfaat
dan keberadaan hutan. Namun, persepsi yang timbul umumnya adalah bahwa hutan
sedang terancam dan harus dilindungi dari perusakan oleh manusia.

Deforestasi, pembalakan liar, kebakaran hutan, hilangnya keanekaragaman hayati,


kekeringan merupakan perlu diketahui dan dipahami dengan baik. Masyarakat
perkotaan yang semakin bertambah tidak hanya disuguhi oleh semacam pesan negatif
tentang hutan. Namun perlu pula diberdayakan peran aktif dan partisipasi dalam solusi
pemecahan masalahnya.

Terkadang dalam diskusi pemberdayaan masyarakat desa dan kota tentang pentingnya
hutan dan pohon sering muncul pertanyaan. Jika kami atau mereka menanam pohon di
pekarangan sendiri, di kebun atau di hamparan lahan milik yang cukup luas, apakah ada
jaminan bahwa hasil hutan misalnya berupa kayu tersebut dapat kami nikmati
kemudian hari?.

Sudah barang tentu dijamin oleh pemerintah sebab dalam undang-undang, peraturan
pemerintah, Keputusan Menteri hal-hal tersebut sudah diatur dengan baik. Oleh
karenanya dikenal hutan rakyat, hutan tanaman rakyat/industri (tanaman diartikan
sengaja ditanam), hutan pada lahan hak milik, ijin pemanfaatan kayu (IPK) dan lainnya.
Tinggal sekarang ini adalah untuk mensosialisasikannya agar dipahami baik oleh
masyarakat.

Penulis adalah pemerhati lingkungan dan staf pengajar di Fakultas Pertanian


Universitas HKBP Nommensen Medan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai