Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH DEFORESTASI (PENGGUNDULAN) HUTAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Hutan merupakan sistem penggunaan lahan yang tertutup dan tidak ada campur tangan
manusia, masuknya kepentingan manusia secara terbatas seperti pengambilan hasil hutan untuk
subsistem tidak mengganggu hutan dan fungsi hutan. Tekanan penduduk dan tekanan ekonomi yang
semakin besar, mengakibatkan pengambilan hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu).
Penebangan hutan juga dilakukan untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk mengubah menjadi
ladang pertanian atau perkebunan. Akibat dari gangguan-gangguan hutan tersebut akan
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih menekankan
kearah fungsi ekonomi dengan mengabaikan fungsi sosial atau fungsi ekologis.

Konsep pengelolaan hutan secara bijaksana, harus mengembalikan fungsi hutan secara
menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan lebih menekankan kepada
peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta. Langkah- langkah yang sinergi dari ke tiga
komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) akan mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh
yang menciptakan pengamanan dan pelestarian hutan.
B.

RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.

Dapatkah anda menjelaskan tentang pengertian hutan ?


Dampak yang terjadi akibat deforestasi hutan ?
Bagaimanakah cara kita menanggulangi masalah kerusakan hutan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. HUTAN
Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau kelompok etnik
tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada tiga manfaat hutan yang berpengaruh global
terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Tiga manfaat tersebut adalah: hutan sebagai tempat

resapan air; hutan sebagai payung raksasa; hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan sebagaiwadah-kebutuhan-primer.
Hutan tidak hanya bermanfaat bagi spesies hewan, spesies tumbuhan, atau kelompok etnik
tertentu yang meninggalinya saja. Setidaknya ada tiga manfaat hutan yang berpengaruh global
terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas. Tiga manfaat tersebut adalah: hutan sebagai tempat
resapan air; hutan sebagai payung raksasa; hutan sebagai paru-paru dunia; dan hutan sebagaiwadah-kebutuhan-primer.
Sebagai tempat resapan air, hutan merupakan daerah penahan dan area resapan air yang
efektif. Banyaknya lapisan humus yang berporipori dan banyaknya akar yang berfungsi menahan
tanah, mengotimalkan fungsi hutan sebagai area penahan dan resapan air tersebut. Kerusakan hutan
bisa menyebabkan terganggunya fungsi hutan sebagai penahan air. Daerah dan habitat sekitar hutan
yang rusak itupun sewaktu-waktu bisa ditenggelamkan banjir. Selain itu, kerusakan hutanpun akan
membuat fungsi hutan sebagai area resapan terganggu. Ketiadaan area resapan ini bisa menimbulkan
kelangkaan air yang bersih dan higienis, atau air siappakai. Selain fungsinya sebagai tempat resapan
air, hutan berfungsi pula sebagai payung raksasa. Rapatnya jarak antara tetumbuhan satu dengan
tumbuhan lainnya, juga rata-rata tinggi pohon di segenap lokasinya, berguna untuk melindungi
permukaan tanah dari derasnya air hujan.
Tanpa payung raksasa ini, lahan gembur yang menerima curah hujan tinggi lambat laun
akan terkikis dan mengalami erosi. Maka, dengan begitu, daerah-daerah sekitarnyapun akan rentan
terhadap bahaya longsor. Jika manfaat hutan sebagai daerah resapan terkait dengan keseimbangan
kondisi air, bila fungsinya sebagai payung raksasa terkait dengan kondisi tanah permukaan, maka
sebagai paru-paru dunia hutanpun bertanggung-jawab atas keseimbangan suhu dan iklim.
Melihat lokasinya, hutan bumi terbagi dalam tiga kelompok besar: hutan tropis, hutan
subtropis (temperate), dan hutan boreal. Brazil dan Indonesia adalah negara dengan hektaran hutan
tropis terluas di dunia. Luas lahan hutan Indonesia sendiri adalah 140,3 juta Ha, dengan rincian: 30,8
juta Ha hutan lindung; 18,8 juta Ha cagar alam dan taman nasional; 64,3 juta Ha hutan produksi;
26,6 juta Ha hutan yang dialokasikan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian, perumahan,
transmigrasi dan lain sebagainya. Dari data dan rincian tersebut, berarti sekitar 54% dari total luas
daratan negara kita adalah hutan.
B.

FUNGSI HUTAN

Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat menimbulkan dampak lanjutan
bagi aliran antar ekosistem maupun ekosistem lain di sekitarnya. Kerusakan hutan dipicu oleh
kebutuhan manusia yang semakin banyak dan berkembang, sehingga terjadi hal-hal yang dapat
merusak hutan Indonesia Pengelolaan hutan sangat penting demi pengawetan maupun
pelestariannya karena banyaknya fungsi hutan seperti berikut ini:
1. Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah, dan dapat
diserap oleh akar tanaman.
2. Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan sebagainya.
3. Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan memungkinkan
diperolehnya keanekaragaman gen.
4. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
Dengan terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang gembur mampu
menahan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah, resapan air akan ditahan oleh akar-akar pohon.
Dengan demikian, di musim hujan air tidak berlebihan, sedangkan di musim

kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya tidak kekurangan air. Dalam
mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis).
Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih (penebangan
selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang
telah ditentukan.
Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
pohon-pohon muda di sekitarnya.
Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur
rusak.
Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti
daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain.
Mencegah kebakaran hutan
C.

DEFORESTASI HUTAN
penggundulan hutan atau deforestasi adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan
pohon (stand of trees) sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-hutan (nonforest use), yakni pertanian, peternakan atau kawasan perkotaan.
Deforestasi merupakan suatu kondisi saat tingkat luas area hutan yang menunjukkan
penurunan secara kualitas dan kuantitas.
Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data
laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.
Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the Worlds Forests 2007 yang
dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada
periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness
Book of The Record memberikan gelar kehormatan bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak
hutan tercepat di dunia.
Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi
dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas htan di
Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari
deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama
industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada
pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan
laju penebangan yang sustainable(lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh
Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan
(konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa
sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.
Dampak Deforestasi. Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang
signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang
mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada
akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.

Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora
di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam
kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus),
dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang
jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant
maximus sumatranus).
Kerugian yang diderita negara akibat laju deforestasi hutan di Indonesia diperkirakan dapat
mencapai hingga sekitar Rp71 triliun, menurut lembaga swadaya masyarakat Indonesia Corruption
Watch.
Berdasarkan data riset ICW yang diterima di Jakarta, kerugian dari aspek laju deforestasi
hutan pada periode 2005-2009 mencapai 5,4 juta hektare atau setara Rp71,28triliun. Jumlah
tersebut, terdiri atas kerugian nilai tegakan (Rp64,8 triliun) dan provisi sumberdaya hutan (Rp6,48
triliun). Kerugian tersebut masih ditambah tidak diterimanya dana reboisasi.
ICW juga memaparkan bahwa lembaga swadaya masyarakat Human Rights
Watch pernah meluncurkan riset pada 2009 yang menyebutkan bahwa praktik korupsi dan mafia
sektor kehutanan setidak-tidaknya merugikan negara rata-rata Rp 20 triliun per tahun.

D.

UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH

Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan Departemen


Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat
(log) dan bahan baku serpih. Selain itu, Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melakukan
pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali
areal seluas tiga juta hektar.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki
tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian
lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
1. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
2. Menerbitkan UU No. 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan).

a)
b)
c)

Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan
pokoknya:
Menanggulangi kasus pencemaran.
Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
Jeda penebangan hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau
penghentian sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar (skala industri) untuk
sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau masa

diberlakukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan Hancur, Moratorium Manjur).
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional, metode ini dapat
dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya dapat berupa reformasi hutan yang dilaksanakan oleh
semua pihak sebgai bentuk partisipasi pemerintah, privat, dan masyarakat dalam melindungi hutan
dari kerusakan. Moratorium Logging dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukan restrukturisasi dan
renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over kapasitas yang dihasilkan oleh
indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan sumber daya hutan, dan melakukan
pengawasan illegal logging bersama sector private dan masyarakat.
2. Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu di pasaran, sumber
daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkan efisiensi pemakaian bahan kayu
dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri.
3. Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya hutan disekeliling lingkungan tinggal
mereka, serta dapat terhindar dari potensi bencana akibat kerusakan hutan.
BAB III
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kerusakan hutan adalah kegiatan pembalakan hutan, merupakan kegiatan yang merusak
kondisi hutan setelah penebangan, karena di luar dari perencanaan yang telah ada. Kerusakan hutan
kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi
perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan.
Deforestasi merupakan suatu kondisi saat tingkat luas area hutan yang menunjukkan
penurunan secara kualitas dan kuantitas.
Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan
gelar kehormatan bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Kerusakan hutan telah menimbulkan perubahan kandungan hara dalam tanah dan
hilangnya lapisan atas tanah yang mendorong erosi permukaan dan membawa hara penting bagi
pertumbuhan tegakan. Terbukanya tajuk iokut menunjang segara habisnya lapisan atas tanah yang
subur dan membawa serasah sebagai pelindung sekaligus simpanan hara sebelum terjadinya
dekomposisi
oleh
organisme
tanah.
Terjadinya
kerusakan
hutan,
apabila
terjadi perubahan.yangmenganggu fungsi hutan yang berdampak negatif, misalnya: adanya
pembalakan liar (illegal logging) menyebabkan terjadinya hutan gundul, banjir, tanah lonsor,
kehidupan masyarakat terganggu akibat hutan yang jadi tumpuhan hidup dan kehidupanya tidak
berarti lagi serta kesulitan dalam memenuhi ekonominya.

B.

SARAN
Konsep pengelolaan hutan secara bijaksana, harus mengembalikan fungsi hutan secara
menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan lebih menekankan kepada
peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta. Langkah- langkah yang sinergi dari ke tiga

komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) akan mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh
yang menciptakan pengamanan dan pelestarian hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1992. Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 1992: 20 tahun Setelah Stockholm.
(http://rudyct.com/PPS702- ipb/08234/nuraini_soleiman.htm, diakses 2 Desember 2009).
Kumar, A.D. 1986. Environmental Chemistry. India: Mohender Singh Sejwal.
Manahan, S.B. 1983. Environmental Chemistry. Boston: Willard Grant Press.
Rahardjo, S., Dina, L., dan Suyono. 2006. Pengendalian Dampak Lingkungan. Surabaya: Penerbit
Airlangga.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung: Djambatan, 365 hal.
Soeriaatmadja, R. E. 1989. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB. 133 hal.
https://id.wikipedia.org
https://faridillah.wordpress.com/makalah-pendidikan-lingkungan-hidup-plh/
http://taufik-ardiyanto.blogspot.co.id/2011/07/makalah-penggundulan-hutan-deforestasi.html
http://www.antaranews.com/berita/474271/fwi--laju-deforestasi-indonesia-tertinggi
http://alamendah.org/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai