KEANEKARAGAMAN HAYATI)
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak spesies telah berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. Hal ini
dapat ketahui melalui catatan fosil. Tetapi, sekarang ini spesies menjadi punah dengan
laju yang lebih tinggi daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hampir
keseluruhannya disebabkan oleh kegiatan manusia. Di masa geologi yang lalu spesies
yang punah akan digantikan oleh spesies baru yang berkembang mengisi celah atau
ruang yang ditinggalkan. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan mungkin terjadi karena
banyak habitat telah hilang.
Kerusakan hutan telah meningkatkan emisi karbon hampir 20 %. Ini sangat
signifikan karena karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang
berimplikasi pada kecenderungan pemanasan global. Salju dan penutupan es telah
menurun, suhu lautan dalam telah meningkat dan level permukaan lautan meningkat
100-200 mm selama abad yang terakhir. Bila laju yang sekarang berlanjut, para pakar
memprediksi bumi secara rata-rata 1oC akan lebih panas menjelang tahun 2025.
Peningkatan permukaan air laut dapat menenggelamkan banyak wilayah. Kondisi cuaca
yang ekstrim yang menyebabkan kekeringan, banjir dan taufan, serta distribusi
organisme penyebab penyakit diprediksinya dapat terjadi.
Hutan dapat mempengaruhi pola curah hujan melalui transpirasi dan melindungi
daerah aliran sungai. Deforestasi menyebabkan penurunan curah hujan dan perubahan
pola distribusinya. Ini juga menyebabkan erosi dan banjir. Apa yang disampaikan di atas
hanya beberapa dampak ekologis dari deforestasi, yang dampaknya berpengaruh
langsung pada manusia. Bencana alam seperti banjir, dan kebakaran hutan yang secara
langsung maupun tidak langsung disebabkan kegiatan manusia, semuanya memberikan
konsekuensi ekonomi serius pada wilayah yang terkena. Biaya untuk mengatasinya bisa
menelas ratusan juta rupiah, termasuk kesengsaraan manusian yang terkena. Erosi dan
terbentuknya gurun karena deforestasi menurunkan kemampuan masyarakat setempat
untuk menanam tanaman dan memberi makan mereka sendiri.
1.1 Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan berbagai
jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih banyak lagi
jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri
sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan
keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup
yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna, dan
sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat
keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300
spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies,
tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur
72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang telah
disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi.
Ekploitasi sumbedaya hutan yang tidak bijaksana pada akhirnya juga berakhir
dengan kehancuran industri hasil hutan. Bila metode lestari yang dipergunakan, areal
yang dipanenan ditanami kembali, maka ini bukan merupakan substitusi untuk hutan
yang telah dipanen. Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang
menjadi sistem yang rumit yang mengandung banyak spesies yang saling tergantung
satu sama lain. Pada tegakan dengan pohon-pohon yang ditanam murni, lapisan
permukaan tanah dan tumbuhan bawahnya diupayakan relatif bersih. Pohon-pohon
muda akan mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada sebelumnya. Pohon-
pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat dipanen dan tidak
dapat digantikan dengan cepat; demikian juga komunitasnya yang kompleks juga juga
tidak mudah digantikan bila rusak.
Kehilangan keanekaragaman hayati secara umum juga berarti bahwa spesies
yang memiliki potensi ekonomi dan sosial mungkin hilang sebelum mereka ditemukan.
Sumberdaya obat-obatan dan bahan kimia yang bermanfaat yang dikandung oleh
spesies liar mungkin hilang untuk selamanya. Kekayaan spesies yang terdapat pada
hutan hujan tropis mungkin mengandung bahan kimia dan obat-obatan yang berguna.
Banyak spesies lautan mempertahankan dirinya secara kimiawi dan ini merupakan
sumber bahan obat-obatan yang penting.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah konservasi keanekaragaman hayati ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan.
2. Menambah wawasan kita dan pembaca akan keanekaragaman hayati dan manfaatnya
bagi kelangsungan hidup manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
3.1.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah suatu istilah
pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat
dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi
dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai
kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis
memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati
terus menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan
di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum
diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan
di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya
sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman
hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan
secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.
Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi
kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama
kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta
mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora
tidak hanya tumbuhan yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan
paku-pakuan. Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia
tetapi juga ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh
pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar
Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung,
dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun
fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.
Keanekaragaman disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan atau
genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan
membawa sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun temurun dari
induk kepada keturunannya. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak
tampak) karena faktor lingkungan. Jika faltor bawaan sama tetapi lingkungannya
berbeda, mengakibatkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi
antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Karena adanya dua faktor tersebut,
maka muncullah keanekaragaman hayati.
Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna
yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu
tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang.
Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan
tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan
bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah
dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.
3.1.3 Keanekaragaman Hayati Dunia
Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan
dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang
besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi
adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber
daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah digunakan,
misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup.
Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan
sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di
permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi
dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut.
a. Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanya memiliki
dua musim.
b. Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini
memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).
c. Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660.
d. Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran
oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan,
penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat
siklik (misalnya musiman, harian).
Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau
ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang
berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap
matahari. Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi
menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki
hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra,
taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
3.2 Pentingnya Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara
berkelanjutan. Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang
tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
1. Sebagai Sumber Pangan, Perumahan dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan
tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung) pada
zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian
dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat
unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan karena
menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan beras.
Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting untuk memenuhi
kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a. Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-
umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan (pisang,
nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam, kambing, sapi).
b. Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c. Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
2. Sebagai Sumber Pandapatan
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk
bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya
kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk industri
minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk
menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur.
Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.
Fauzan,Muhammad.2009.
(http://fauzzzblog.wordpress.com/2009/12/06/keanekaragaman-hayati-
biodiversitas/)