Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

MATA ACARA VIII

PERBENIHAN DAN SUMBER BENIH

Oleh:

Nama : Emanuella Elma Intania Logo

NIM : 2004070029

Kelas : Kehutanan 02

Semester : IV

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan rahmat,
berkat dan perlindunga-Nya kepada kami, sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan Praktikum yang berjudul
“Perbenihan dan Sumber Benih” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Silvikultur. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Silvikultur , Ibu
Wilhelmina Seran S.Hut., M.Si dan Kakak Maria Tania selaku pembimbing pelaksanaan
praktikum.

Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa membantu pembaca dalam
mempraktekkan di kehidupan sehari-hari. Kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Kupang , Mei 2022

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................1
1.3 Manfaat.............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................2
2.1 Dasar Teori........................................................................................................................2
BAB III............................................................................................................................................3
METODE PRAKTIKUM................................................................................................................3
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................................................3
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................................3
3.3 Cara Kerja.........................................................................................................................3
BAB IV............................................................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................4
4.1 Hasil..................................................................................................................................4
4.2 Pembahasan.......................................................................................................................5
BAB V.............................................................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................................................6
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................6
5.2 Saran..................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................7
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mekanisme daur hidup setiap jenis tanaman selalu diawali dengan perbanihan.
Penyediaan benih yang bermutu di bidang kehutanan sangatlah penting guna
mendapatkan tanaman yang bermutu tinggi. Namun dewasa ini penyediaan benih yang
bermutu tinggi dan baik masih menjadi permasalahan karena masih minimnya
penguasaan mengenai teknik pemuliaan pohon.

Pemuliaan tanaman kehutanan memerlukan perencanaan yang matang agar


diperoleh bibit yang berkualitas. Hal ini dikarenakan bibit yang akan ditanam di lapangan
harus merupakan bibit yang rentan terhadap kondisi lingkungan dan tahan terhadap hama
dan penyakit tanaman. Untuk memperoleh bibit yang berkualitas perlu dilakukan proses
seleksi. Proses seleksi ini dapat dilakukan saat akan melakukan persemaian (seleksi
benih) dan saat akan melakukan penanaman (seleksi bibit).

Perbenihan sendiri merupakan pengadaan bibit dan bahan tanam yang diperoleh
secara generative maupun vegetative. Secara generative, benih dapat diperoleh dari
tegakan benih teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, areal produksi benih, maupun
kebun benih semai. Sedangkan secara vegetative, benih dapat berasal dari kebun benih
klonal maupun kebun pangkas.

Sementara itu, seleksi bibit juga diperlukan untuk mengurangi tingkat kematian
bibit di lapangan, sehingga bibit yang ditanam benar-benar merupakan bibit yang tahan
terhadap kondisi lingkungan, hama dan penyakit. Dengan demikian tingkat keberhasilan
penanaman akan lebih tinggi dibanding penanaman yang tanpa proses seleksi. Untuk itu
diperlukan kajian mengenai proses seleksi benih dan bibit ini agar diperoleh pengetahuan
mengenai teknik seleksi benih dan bibit yang tepat cara dan tepat guna dalam kegiatan
pemuliaan tanaman kehutanan. Pengetahuan mengenai perbenihan pinus dan tanaman
hutan lainnya dirasa sangat penting untuk dibahas dan dipelajari agar mengetahui
perbedaan yang terjadi dari kedua jenis perbanyakan tersebut. Sehingga di kemudian hari
dapat dikuasai materi yang berguna saat di lapangan.

1.2 Tujuan
Mengetahui berbagai jenis biji, serta asal usul biji (sumber benih), serta mengetahui
proses dalam membangun sumber benih

1.3 Manfaat

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Sumber benih merupakan suatu tempat dimana koleksi benih dilakukan.


Perbedaan potensi genetik yang dimiliki diantara sumber benih yang berbeda, seringkali
sangat besar dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan kualitas
tegakan yang dihasilkan dalam program pembangunan hutan tanaman. Kegagalan dalam
pembangunan HTI yang disebabkan karena keslahan dalam penggunaan sumber benih,
besar kemungkinan karena keterbatasan informasi dan pengetahuan terhadap kualitas
sumber benih yang tersedia dan diinginkan oleh para pengguna. Kualitas sumber benih
tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga benih sehingga menjadi lebih mahal.
Namun demikian, harga benih pada umumnya tidak akan melebihi 5 % dari biaya total
pembuatan tanaman, akan tetapi akan menghasilkan tegakana dengan peningkatan yang
jauh lebih besar (Leksono dkk., 2004).
Untuk menghindari timbulnya kerugian yang tidak diinginkan dikemudian hari,
perlu diketahui sumber benih yang tersedia dan sesuai dengan tapak dimana jenis tanaman
tersebut akan dikembangkan. Pengetahuan mengenai sumber benih tersebut juga akan
bermanfaat terhdap persiapan dan strategi yang harus dilakukan sebelum diperoleh suber
benih yang diinginkan (Rohandi dan Widyani, 2010).
Beberapa klasifikasi sumber benih menurut Mulawarman dkk. (2002) yang seharusnya
dijadikan sebagai pedoman dalam pembangunan hutan tanaman, yaitu :
1. Kebun Benih Teridentifikasi (Identified seed stand)
Tegakan benih teridentifikasi adalah suatu tegakan alam atau tanaman dengan
kualitas rata-rata yang digunakan untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat
teridantifikasi dengan tapat. Tegakan ini dibangun dengan tidan direncanakan sebagai
sumber benih. Asal-usul benihnya biasanya tidak diketahui. Tegakan yang
diidentifikasi umumya tegakan yang sudah tua, maka penjarangan pada tegakan ini
hanya seperlunya dengan intensitas yang rendah.
2. Kebun Benih Terseleksi (Selected seed stand)
Tegakan benih terseleksi adalah tegakan alam atau tanaman, dimana pohon-
pohonnya memiliki fenotipe di atas rata-rata untuk karakter yang penting seperti
batang lurus, tidak cacat dan percabangan ringan. Tegakan ini mirip dengan tegakan
benih teridentifikasi. Perbedaan utama adalah fenotipe tegakan yang lebih baik (di atas
rata-rata).
3. Areal Produksi Benih (Seed production area)
Suatu tegakan yang dipilih dan direkomendasikan untuk memproduksi bahan
reproduktif berdasarkan kriteria fenotipe. Tegakan terpilih karena sebagian besar
pohon-pohonnya memiliki karakter dengan fenotipe unggul seperti pertumbuhannya

2
cepat, kualitas batang baik, tahan terhadap penyakit, sedangkan tingkat pengendalian
genetik dari suatu karakter dan diferensiasi genetik terhadap populasi lain pada
umumnya tidak diketahui. Faktor lain yang dijadikan pertimbangan adalah ukuran
populasi, kerapatan awal dari populasi, jalur isolasi sekeliling populasi, aksesibilitas
dan kemungkinan untuk melakukan perlindungan hutan.
4. Tegakan Benih Provenansi (Provenance seed stand)
Tegakan benih provenans merupakan keturunan campuran dari banyak pohon
induk dari suatu populasi tunggal. Dalam pembangunan tegakan ini tidak memerlukan
rancangan percobaan sehingga berbeda dengan uji provenans. Tegakan benih
provenans harus diisolasi dengan tegakan lainnya agar tidak terjadi persilangan.
Tujuan utama pembangunan tegakan benih provenans adalah untuk konservasi genetik
secara ex-situ. Tegakan benih provenans dari provenans unggul yang sudah
menghasilkan buah dapat dimanfaatkan sebagai sumber benih untuk materi
pembangunan hutan tanaman.
5. Kebun Benih Semai (Seedling seed orchard)
Kebun benih semai dibangun untuk membentuk suatu populasi yang
bertujuan untuk menghasilkan benih unggul. Pembangunan kebun benih semai tidak
terpisah dari kegiatan uji lapang, selalu dikombinasikan dengan uji keturunan dari
pohon induk tunggal. Kombinasi dari tujuan yang berbeda tersebut dikenal dengan
istilah kebun benih semai uji keturunan. Tanaman uji keturunsn dikonversi menjadi
suatu kebun benih setelah dilakukan satu atau beberapa kali penjarangan selektif.
Benih secara langsung diunduh dari kebun benih untuk membangun hutan tanaman
komersial.
Rancangan dari uji keturunan dapat dimodifikasi jika direncanakan untuk
dikonversi menjadi kebun benih semai. Khususnya dalam hal persilangan antar pohon
yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat harus dihindari dengan
memisahkan secara spasial selama pengujian berlangsung. Seleksi antar famili tidak
perlu intensif dalam hubungannya dengan jumlah famili yang cukup untuk
dipertahankan untuk mencegah terjadinya silang dalam yang kuat. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah isolasi tanaman uji keturunan dari populasi sekitarnya dengan
mengatur jarak yang cukup untuk mencegah aliran serbuk sari dari luar.
6. Kebun Benih Klon (Clonal seed orhcard)
Kebun benih klon dibangun untuk menghasilkan benih dalam jumlah yang
banyak dari pohon-pohon yang bergenotipe unggul yang jumlahnya terbatas. Pohon-
phon bergenotipe unggul dikloning dan beberapa copynya dikumpulkan di dalam
suatu populasi. Perbanyakan vegetatif yang digunakan untuk membangun kebun benih
klon umunya adalah teknik sambungan. Pada tahap awal, pohon-pohon terpilih selalu
dikumpulkan di dalam suatu clonal garden, multiplication garden atau clonal archive.
Klon-klon selalu ditanam mengikuti rancangan tertentu yang bertujuan
memaksimalkan jarak tanam antar dua ramet dari klon yang sama untuk

3
meminimalkan terjadinya selfing dalam klon. Rancangan yanag paling sederhana
adalah membagi areal kebun benih kedalam blok-blok dengan ukuran yang sama.
Setiap klon hanya ditanam sekali dalam setia bloknya. Penempatan klon-klon dalam
setia blok dilakukan secara acak. Rancangan lainnya adalah rancangan sistematis lebih
efisien dalam memaksimalkan jarak rata-rata antar ramet dari klon yang sama
sehingga proporsi selfing dalam klon dapat diminimalkan (Finkeldey, 2005).
7. Kebun Pangkas (Hedge orchard)
Kebun pangkas adalah pertanaman yang dibangun untuk tujuan khusus
sebagai penghasil bahan stek. Kebun pangkas dikelola secara intensif dengan
pemangkasan, perundukan, pemupukan untuk meningkatkan produksi bahan stek.
Kebun pangkas dibangun dari benih atau dari bahan vegetatif yang dikumpulkan dari
pohon plus. Pembangunan kebun pangkas dilakukan dalam suatu areal tertentu yang
akan dimanfaatkan sebagai penghasil stek pucuk. Selain itu dapat dibangun dalam
ukuran mini dalam pot-pot di persemaian untuk diperbanyak dengan teknik stek mini.
Kualitas sumber benih semakin meningkat sesuai dengan urutan dalam klasifikasi. Dari
klasifikasi sumber benih, Areal Produksi Benih (APB) merupakan sumber benih terbaik hasil
penunjukkan. Namun demikian, untuk mendapatkan tegakan yang baik maka pada program
pembangunan hutan tanaman, sumber benih yang digunakan sebaiknya minimal berasal dari
tegakan provenansi dan dapat ditingkatkan lagi menjadi kebun benih dan seterusnya (Wahyudi
dan Basri, 2013).

4
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 30 April 2022 di Balai Diklat Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Kupang

3.2 Alat dan Bahan


a. Tanaman (cari sendiri)
b. millimeter block
c. tali
d. meteran
e. hagameter
f. kompas

3.3 Cara Kerja


1. Dibuat sebuah petak ukur pada tegakan pertanaman Uji Progeni
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,dengan ukuran 20m x 20m, diukur diameter, dan tinggi batang
(batang bebas cabang dan batang sampai ujung) serta diamati kesehatan pohon.
2. Dipetakan letak pohon penyusun tegakan pertanaman uji tersebut
3. Diamati dan dicatat pohon penyusun tegakan yang telah dan atau sedang berbuah,
serta diamati di bagian tajuk dimana letak dari buah.
4. Produksi benih/buah ditaksir per pohon.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil :

4.2 Pembahasan :

6
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan
merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu
sehingga menghasikan pertanaman yang optimal guna mendukung tujuan pengelolaan
pertanaman.

5.2 Saran
Saran dari saya dalam praktikum ini yaitu, lebih baik daerah yang digunakan sebagai
pengambilan data lebih jauh dari intervensi manusia atau lebih masuk ke dalam hutan dan
patok untuk pembuatan petak sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum hari H, sehingga
dalam pembuatan petak lebih terorganisir dan rapi, serta memudahkan praktikan dalam
melaksanakan praktikum dan efisien waktu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Kartasaeputra. 1986. Teknologi Benih, Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina
Aksara. Jakarta

Sagala. 2006. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Vivekandan, 2003. Budidaya Pinus Merkusii. Food and Agriculture Organization Nation. Sri
Langka

8
DAFTAR GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai