Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENEBANGAN

KAYU DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI


PT MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELATAN

JOHANNES SIGALINGGING

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
penelitian yang berjudul “Analisis Biaya Dan Produktivitas Penebangan Kayu
Di Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan”.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
tingkat sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Marwoto, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Riana Anggraini,
S.Hut., M.Si., I.PM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan
proposal penelitian ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pihak-pihak yang memerlukan. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Jambi, September 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................2
I. PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................7
1.3 Hipotesis Penelitian.......................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................9
2.1 Penebangan....................................................................................................9
2.2 Penebangan Menggunakan Alat Berat..........................................................9
2.3 Topografi lahan............................................................................................11
2.4 Waktu Penebangan......................................................................................11
2.5 Elemen Kerja Penebangan...........................................................................12
2.6 Produktivitas................................................................................................12
2.7 Biaya............................................................................................................14
III. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................15
3.3 Rancangan Penelitian..................................................................................15
3.4 Prosedur Penelitian......................................................................................16
3.4.1 Jenis Data...............................................................................................16
3.4.2 Sumber Data..........................................................................................16
3.4.3 Penentuan Sampel..................................................................................16
3.5 Pengolahan data...........................................................................................17
3.5.1 Produktivitas penebangan......................................................................17
3.5.2 Biaya penebangan..................................................................................18
3.6 Analisis Data...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

2
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bagan alur penelitian..........................................................................................21

3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan sumber utama pemasok kebutuhan
industri khususnya bahan baku pulp and paper. Sebagai salah satu penyokong
utama untuk kebutuhan industri, HTI harus mampu memenuhi kebutuhan pasar
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga dalam hal ini pihak yang
mengelola hutan tanaman industri haruslah sigap serta menerapkan hal-hal yang
baru mulai dari manajemen penanaman sampai proses pemanenannya sehingga
proses produksi kayu dapat stabil (Nurianto, 2016).
Pengelolaan hutan dengan sistem permudaan sudah diterapkan pemerintah,
untuk menghindari deforestasi hutan yang cukup besar, tetapi hal tersebut belum
maksimal karena masyarakat banyak yang melakukan ladang berpindah sehingga
mengancam hasil permudaan karena pemanenan sistem TPI (Tebang Pilih
Indonesia).Pemerintah juga mencoba membuat kebijakan dimana menghutankan
kembali kawasan tak produktif (padang alang-alang dan semak-belukar). Setelah
beberapa tahun reboisasi dilakukan pemerintah mengeluarkan peraturan tentang
proyek HTI (Hutan Tanaman Industri) yaitu pada tahun 1984, untuk mendorong
pelaksanaan yang kongkrit kemudian dikeluarkan PPNo.7/1990 tentang
pembangunan HTI tersebut.Tetapi, sampai saat ini program HTI hasilnya masih
belum bisa memenuhi permintaan pasar industri (Simon, 2000).
Saat ini kebutuhan kayu untuk industri semakin meningkat sementara jumlah
kayu yang diproduksi dari hutan alam semakin menurun sehingga belum bisa
memenuhi kebutuhan industri tersebut. Untuk memecahkan masalah tersebut
dalam pemasokan kayu untuk industri salah satu alternatifnya ialah kegiatan
Hutan Tanaman Industri (HTI). Pemanenan hutan diperlukan dalam pengelolaan
dan pembangunan hutan tanaman industri seperti penebangan, penyaradan dan
pengangkutan hasil hutan. Proses pengelolaan Hutan Tanaman Industri memiliki
tiga proses produksi, yaitu produksi primer atau pembangunan hutan, produksi
sekunder atau pemanenan hutan, dan pengelolaan hasil hutan (Sulistianto, 2001).
PT. Musi Hutan Persada merupakan perusahaan Hutan Tanaman Industri
(HTI) pertama dan terbesar di Indonesia yang berdiri pada 27 Maret 1991. Saat itu

4
terdapat dua pemegang saham yaitu Barito Pacific Group (sebanyak 60%) dan
Inhutani V (sebanyak 40%). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 038/Kpts-II/1996 tanggal 29 Januari 1996, diberikan areal konsesi seluas
296.400 Ha di Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2004, Barito Pacific Group
menjual sahamnya ke Marubeni Coporation. Lalu, pada tahun 2015 Inhutani V
menjual sahamnya ke Marubeni Coporation. Oleh sebab itu, sejak tahun 2015
Marubeni Coporation menjadi pemilik saham sepenuhnya PT. Musi Hutan
Persada. PT. Musi Hutan Persada awalnya memiliki tanaman pokok yaitu Acacia
mangium, namun karena terserang hama monyet dan juga berbagai penyakit serta
kemerosotan hasil. Maka sejak tahun 2014 berganti menjadi tanaman Eucalyptus
pellita sebagai tanaman pokok. PT. Musi Hutan Persada hanya menyediakan kayu
yang nantinya dijual ke PT. Tanjung Enim Lestari (PT. TEL) untuk diolah
menjadi pulp dan paper. Pemanfaatan kayu dengan cara mengkonfersi pohon
berdiri menjadi beberapa sortimen serta membawanya keluar hutan agar bisa
dimanfaatkan sesuai kegunaannya merupakan usaha dalam pemanenan hutan.
Pemanenan adalah kegiatan memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan
dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk
mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan
meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi local dan regional. Dalam
pemanenan kayu hal yang utama yang diperhatikan adalah produktivitas, jika
produktivitas dapat tercapai sesuai target maka kerugian dapat dihindari.
Produktivitas dibagi menjadi beberapa bagian baik secara departemen maupun
secara elemen kerja, seperti halnya pada pemanenan kayu ada beberapa tahap
kegiatan dan salah satunya adalah penebangan kayu.
Penebangan merupakan kegiatan merobohkan pohon yang kemudian
memotong menjadi bagian batang dan sebagai langkah awal dalam proses
pemanfaatan kayu secara komersial Suhartana (2009). Hutan Tanaman Industri
(HTI) merupakan salah satu program untuk meningkatkan potensi hutan produksi
sebagai sumber penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan. Penyediaan
bahan baku tersebut tidak terlepas dari kegiatan pemanenan hutan salah satu di
antaranya penebangan. Penebangan hanya dilakukan terhadap semua jenis pohon
komersial berdiameter ≥ 40 cm yang telah ditandai. Kegiatan penebangan yang

5
meliputi pembagian batang (bucking), pemotongan cabang (branching) dan
pemotongan bagian ujung (topping) dilakukan di petak tebang.
Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan, yaitu mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan,
melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia
dan hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja,
keamanan dan faktor ekonomi lainnya. Agar tujuan dapat tercapai, perlu adanya
pemilihan alat yang tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang
diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri (Suhartana dan
Yuniawati, 2008).
Produktivitas merupakan salah satu faktor kunci dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi secara optimal. Produktivitas penebangan kayu dihitung
dengan cara mencatat waktu penebangan pohon dan waktu perpindahan ke pohon
selanjutnya. Sukoco (2008) dalam Alfida (2017) menyatakan bahwa dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu,
perusahaan akan mempunyai waktu standar yang dapat membuktikan bahwa
pegawai yang bersangkutan telah bekerja pada level yang diinginkan, sedangkan
bagi pegawai merupakan garansi bahwa mereka akan diberikan kompensasi yang
sesuai dengan kinerja yang telah mereka hasilkan. Waktu standar diartikan
sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan
suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable
rate), serta menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan pengaturan
tempat kerja tertentu. Beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran waktu
standar, antara lain studi waktu, waktu standar yang ditentukan sebelumnya, dan
pengambilan sampel kerja. Studi waktu dilaksanakan dengan menggunakan alat
jam henti (stop watch) untuk mengamati waktu kerja tersebut. Pada saat ini
penggunaan alat berat masih jarang digunakan di Hutan Tanaman Industri di
Indonesia sehingga belum banyak tersedia referensi tentang besarnya
produktivitas dan biaya penebangan alat tersebut. Oleh karena itu, perlunya
adanya penelitian tentang “Analisis Biaya Dan Produktivitas Penebangan
Kayu Di Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada Sumatera

6
Selatan” agar produktivitas yang diperoleh tinggi dan biaya yang dikeluarkan
serendah mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jenis alat tebang terhadap produktivitas dan biaya
penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan?
2. Bagaimana pengaruh topografi lahan terhadap produktivitas dan biaya
penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan?
3. Bagaimana pengaruh interaksi topografi lahan dan jenis alat penebangan
terhadap produktivitas dan biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada,
Sumatera Selatan?

1.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan jenis alat penebangan memberikan pengaruh terhadap produktivitas
dan biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera selatan.
2. Perbedaan topografi lahan memberikan pengaruh terhadap produktivitas dan
biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera selatan.
3. Interaksi topografi lahan dan jenis alat penebangan memberikan pengaruh
terhadap produktivitas dan biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada,
Sumatera Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian Analisis Efisiensi Penggunaan Alat
Penebangan Kayu Di Hutan Tanaman Industri PT Musi Hutan Persada yaitu:
1. Menganalisis pengaruh jenis alat tebang terhadap produktivitas dan biaya
penebangan kayu di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan.
2. Menganalisis pengaruh topografi lahan terhadap produktivitas dan biaya
penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan.
3. Menganalisis pengaruh interaksi topografi lahan dan jenis alat penebangan
terhadap produktivitas dan biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada,
Sumatera Selatan.

7
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
informasi dalam rangka penebangan kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang
lebih efisien. Penelitian yang dilakukan ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi tentang pengaruh tipe alat penebangan terhadap biaya penebangan serta
produktivitas alat penebangan tersebut.

8
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penebangan
Penebangan kayu adalah aktivitas yang mencakup tidak hanya memotong
pohon, namun juga transportasi dan pemrosesan di tempat (misal pemotongan
hingga ukuran kecil). Pohon yang dipotong tidak selalu batang utamanya, namun
juga cabang yang berukuran besar dengan meninggalkan batang utamanya
sehingga pohon tetap hidup. Sedangkan penebangan pohon penuh berarti
memanfaatkan semua bagian pohon yang berkayu (Suhartana et al., 2009).
Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan, yaitu: (1) mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan; (2)
melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia;
dan (3) hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja,
keamanan dan faktor ekonomi lainnya. Agar tujuan dapat tercapai, perlu adanya
pemilihan alat yang tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang
diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri (Suhartana dan
Yuniawati, 2008).
Penebangan pohon terdiri atas 2 sistem yaitu sistem semi mekanis dan
mekanis. Sistem penebangan semi mekanis alat yang digunakan yaitu gergaji
rantai (chainsaw). Sedangkan pada kegiatan penebangan secara mekanis
menggunakan alat berat seperti Harvester. Dengan semakin majunya teknologi
pemanenan hasil hutan, manusia mencari jalan untuk membuat alat-alat
pemanenan yang semakin sempurna dan memudahkan dalam pekerjaan
pemanenan salah satunya adalah penggunaan chainsaw dan menggunakan alat
berat (Suhartana et al., 2009).

2.2 Penebangan Menggunakan Alat Berat


Pada saat ini industri kehutanan membutuhkan alat-alat berat kehutanan.
Industri kehutanan telah banyak berubah dari yang dahulu kala menggunakan
sistem padat karya, sekarang menjadi sistem padat modal yang ditandai dengan
banyaknya pemakaian alat berat dan sedikitnya karyawan teknis lapangan.
Produktivitas dari penggunaan alat berat tentunya dalam skala besar akan

9
menguntungkan perusahaan kehutanan, baik perusahaan pemegang izin IUPHHK-
HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam) maupun
IUPHHK-HT (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Tanaman). Namun, dalam skala kecil tentu saja penggunaan alat ini tidak akan
efisien karena membutuhkan modal awal yang sangat tinggi. Harga dari alat berat
ini sendiri biasanya lebih dari 1 M rupiah, tergantung dari jenis dan merek alat
berat yang akan digunakan.
Alat berat merupakan mesin dengan ukuran besar yang dibuat untuk
melakukan berbagai fungsi yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, seperti fungsi
konstruksi dan pembangunan dengan material berbobot berat. Alat berat ini
memiliki motor dengan daya yang sangat tinggi, lebih dari motor pada kendaraan
biasa. Namun kecepatan pada alat berat tentunya tidak secepat kendaraan untuk
bertransportasi. Alat berat kehutanan adalah alat berat yang digunakan untuk
berbagai keperluan pengelolaan hutan, seperti penebangan, pemotongan log,
debarking, penyaradan, bongkar muat, dan pengangkutan.
Ada beberapa jenis alat berat yang digunakan untuk kegiatan penebangan
yaitu Harvester, Shear head, Felling head, dan Grapplesaw. Pada penelitian ini
alat berat yang digunakan untuk penebangan yaitu Harvester dan Shear head.
Harvester memiliki fungsi utama yaitu menebang pohon, mengupas kulit pohon
dan memotong pohon menjadi beberapa bagian. Harverster merupakan mesin
pemanen dan digunakan untuk melakukan penebangan pohon dengan sistem cut
to lenght. Alat berat ini mirip dengan excavator hanya saja pada bagian bucket-
nya digantikan dengan mesin gergaji pemotong pohon dan penggenggam batang
pohon. Mesin ini bekerja baik dan memiliki efisiensi yang tinggi pada hutan
dengan topografi yang tidak terlalu curam. Perusahaan pemegang IUPHHK-HT di
Indonesia banyak menggunakan tipe alat berat ini karena efisiensi sumber daya
dan pengerjaan yang cepat. Sedangkan Shear head memiliki fungsi utama untuk
menebang pohon dan mengumpulkan kayu hasil tebangan untuk kemudian
diangkut oleh forwarder. Alat ini memiliki mesin gergaji dan sistem
penggenggam batang pohon. Umumnya mesin ini digunakan pada hutan dengan
topografi datar atau tidak terlalu curam. Bedanya Shear head dengan Harvester

10
adalah Shear head hanya menebang pohon tanpa mengupas kulit dan memotong
menjadi beberapa bagian.
Menurut Brown (1949) dalam jurnal keteknikan dan pemanenan hasil hutan
penggunaan Timber harvester memiliki produktivitas penebangan secara
konvensional berkisar antara 23,886-36,214 m³/jam dengan rata-rata 28,839
m³/jam. Produktivitas penebangan dengan teknik penebangan serendah mungkin
berkisar antara 26,323-36,647 m³/jam dengan rata-rata 31,344 m³/jam. Biaya rata-
rata penebangan dengan timber harvester untuk teknik konvensional adalah
Rp.22.503/jam sedangkan untuk teknik penebangan serendah mungkin adalah
Rp.20.864/m³.

2.3 Topografi lahan


Topografi merupakan perbedaan tinggi rendah daerah dipermukaan bumi,
baik berupa daerah dataran/landai, bergelombang/berbukit dan pegunungan.
Topografi sangat berhubungan dengan kemiringan lereng serta beda tinggi relatif
suatu tempat. Menurut M. Suparno dan Marlina Endy (2005), keadaan topografi
adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur lahan,
semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng
yang semakin besar.
Kondisi hutan yang ada di Indonesia tidak semuanya memiliki topografi datar
sebagian memiliki topografi dengan kelerengan yang beragam. Topografi dengan
kelerengan yang tidak datar tersebut merupakan kendala utama dalam kegiatan
penebangan. Secara teknis di lapangan, kegiatan penebangan pada areal dengan
topografi yang curam akan lebih sulit dibandingkan pada areal bertopografi datar.
Menurut SK Menhut No. 387/kpts/Um/II/80 kelas kelerengan dibagi menjadi
kelas kelerengan: A(0-10%) atau datar; B(10-15%) atau sedang; C (15-25%) atau
agak curam; D(25-40%) atau curam; dan E(>40%) atau sangat curam.

2.4 Waktu Penebangan


Waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan seorang pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Waktu
kerja terbagi menjadi waktu efektif dan waktu tidak efektif. Waktu kerja efektif
merupakan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap bagian suatu

11
pekerjaan tertentu, sedangkan waktu kerja tidak efektif merupakan waktu kerja
yang digunakan untuk suatu kerja yang tidak efektif dalam suatu kegiatan
produksi (ILO, 1979).
Waktu kerja kegiatan penebangan sangat dipengaruhi oleh diameter.
Disamping itu, jarak antara pohon dengan operator, kelerengan, kecenderungan
pola kerja operator, dan teknik dalam menentukan arah rebah dan merebahkan
pohon dapat memengaruhi waktu kerja penebangan (Campu dan Ciubotaru,
2017).

2.5 Elemen Kerja Penebangan


Dalam setiap kegiatan terdapat elemen-elemen kerja yang menyusun
terjadinya kegiatan tersebut. Kegiatan penebangan juga memiiki elemen-elemen
kerja yang menyusun kegiatan penebangan tersebut. Elemen-elemen kerja
penebangan seperti yang dinyatakan Roy et al., (2016) yaitu:
1. Waktu persiapan merupakan waktu yang digunakan operator dalam
mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk melaksanakan
pengerjaannya.
2. Waktu potong adalah waktu yang digunakan oleh operator untuk menumbang
atau memotong satu batang pohon.
3. Waktu hilang merupakan waktu yang terbuang seperti mengisi ulang bahan
bakar atau oli, dan yang lainnya.
4. Waktu menumpuk, yaitu waktu yang digunakan untuk menumpuk beberapa
kayu tumbangan menjadi tumpukan yang tersusun rapi.

2.6 Produktivitas
Produktivitas adalah jumlah hasil yang dicapai oleh seseorang pekerja atau
unit faktor lain dalam jangka waktu tertentu. Produktivitas tidak lain ialah rasio
daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi
yang dipergunakan (input). Produktivitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan maupun dengan kebijakan
pemerintah secara keseluruhan seperti pendidikan, dan keterampilan, disiplin,
sikap, dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan dan iklim

12
kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan
berprestasi dan kebijakan pemerintah (Priyanto dan Wahyu, 2014).
Dengan pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas
karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok (Simanjuntak, 1985)
yang diacu oleh Priyanto dan Wahyu (2014), yaitu :
1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan
Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah motivasi
kerja, etos kerja, dan sikap mental karyawan. Pemupukan motivasi, etos dan sikap
kerja yang berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan
memerlukan teknik-teknik tertentu, antara lain dengan menciptakan iklim dan
lingkungan kerja yang menyenangkan dan hubungan industrial yang serasi.
2. Sarana pendukung
Perbaikan-perbaikan di bidang lingkungan kerja dapat menumbuhkan
kegairahan, semangat dan kecepatan kerja. Demikian juga dengan perbaikan
perbaikan di bidang pengupahan dan jaminan sosial dapat menumbuhkan motivasi
kerja dan meningkatkan kemampuan fisik karyawan. Disamping itu, dengan
tingkat upah dan jaminan sosial yang lebih baik semakin banyak anggota keluarga
terutama ibu-ibu rumah tangga yang masuk pasar kerja. Adanya kepastian atas
kelangsungan dan penghasilan yang akan diperoleh hingga hari tua merupakan
daya pendorong yang besar untuk peningkatan produktivitas kerja. Dalam hal ini
termasuk adanya jaminan sosial dan kepastian bahwa karyawan dan keluarganya
akan mendapat pelayanan kesehatan dan tunjangan khusus pada saat diperlukan.
3. Supra sarana
Kemampuan manajemen menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan
menciptakan sistem kerja yang optimal akan menentukan produktivitas kerja
karyawan. Peranan manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas,
yaitu dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi,
menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja, dan pembagian
kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat, serta
menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman (Priyanto dan
Wahyu, 2014).

13
2.7 Biaya
Biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomi untuk memperoleh
aktiva, dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara
potensial akan terjadi, dimana pengorbanan tersebut untuk mencapai tujuan
tertentu dan memperoleh manfaat untuk masa yang akan datang. Dalam sebuah
anggaran perusahaan biaya akan bereaksi atau merespon perubahan aktivitas
bisnis. Jika tingkat kegiatan naik atau turun, sebuah biaya dapat mengalami
kenaikan atau penurunan, baik secara proporsional atau tidak, bisa pula biaya
tersebut tidak berubah (Winarso, 2014).
Berdasarkan perilaku biaya maka biaya dikelompokan menjadi, menurut
Nafarin (2007) diacu oleh Winarso (2014) yaitu:
1. Biaya variabel
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan, tetapi biaya variabel per unit tetap walaupun
volume kegiatan berubah. Biaya yang termasuk kedalam biaya variabel antara lain
biaya perawatan, biaya bahan bakar, biaya oli dan pelumas, dll. Contoh biaya
variabel adalah biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu, tetapi biaya tetap per unit berubah bila volume kegiatan
berubah. Biaya yang termasuk kedalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan,
biaya bunga modal, biaya pajak, dll. Contoh biaya tetap adalah biaya penyusutan
dan biaya depresiasi.
3. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mempunyai unsur biaya
variabel dan unsur biaya tetap, sehingga biaya semi variabel disebut juga dengan
biaya campuran (mixed cost). Biaya yang termasuk kedalam biaya semi variabel
antara lain biaya tenaga kerja.

14
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan,


dilaksanakan di di areal Hutan Tanaman Industri PT Musi Hutan Persada (MHP),
Sumatera Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stop watch, alat tulis, label
pohon, kamera digital, tally sheet, kalkulator, meteran, phi-band dan GPS. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan siap tebang.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak


lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah topografi lahan yang
terdiri dari 2 taraf yaitu kelerengan datar (0-8%) dan kelerengan landai (8-15%).
Faktor kedua adalah perbedaan jenis alat penebangan yaitu Harvester dan Shear
head. Masing-masing pengulangan terdiri dari 30 kali ulangan. Model matematis
yang digunakan dalam rancangan ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006),
adalah:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ijk + ∑ijk


Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan faktor topografi lahan taraf ke-i dan perbedaan jenis
alat penebangan taraf ke-j pada ulangan ke-k
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh faktor topografi lahan taraf ke-i
βj = Pengaruh faktor perbedaan jenis alat penebangan taraf ke-j
(αβ)ijk = Pengaruh interaksi topografi lahan taraf ke-i dan perbedaan jenis alat
penebangan taraf ke-j pada ulangan ke-k

15
∑ijk = Galat percobaan faktor topografi lahan taraf ke-i dan fakor perbedaan
jenis alat penebangan taraf ke-j pada ulangan ke-k
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Jenis Data

1. Data kuantitatif merupakan data biaya dan produktivitas penggunaan alat


penebangan meliputi perhitungan produktivitas, volume kayu,analisis biaya,
biaya usaha

2. Data kualitatif merupakan data yang


Petak digunakan untuk melengkapi data
Tebang
kuantitatif dan memperjelas serta memperkuat data kuantitatif sehingga dapat
Penebangan
mempermudah dalam menganalisis data yang akan diteliti

3.4.2 Sumber Data


Data Primer Data Sekunder

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian iniHarga Harvester per unit
adalah:
Mengukur waktu kerja setiap Umur ekonomis alat
unsur kegiatan
1. Data primer
Data produktivitas

Data volume
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan. Data
Mengukur diameter dan
panjang kayuprimer Analisis
yang dikumpulkan yaitu, waktu kerja dari setiap elemen
tebangan kerja biaya
satu
siklus penebangan, volume pohon rebah dan deskripsi operator (nama,
pengalaman kerja, umur dan merek alat penebangan Biaya
yang digunakan
tetap operator).Biaya variabel
Data Sekunder

2. Data sekunder

Analisis data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip data atau
literatur-literatur yang ada di perusahaan dan melakukan wawancara langsung
dengan karyawan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum
lokasi penelitian dan potensi hutan tanaman serta data produksi. Data sekunder
yang dikumpulkan dari wawancara langsung dengan karyawan yaitu data biaya
operasional meliputi harga alat penebangan yang digunakan, jam kerja alat

16
berat, biaya pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar alat dan
pelumas, pajak dan asuransi, nilai suku bunga dan upah operator.

3.4.3 Penentuan Sampel

Sampel ditetapkan berdasarkan metode secara purposive sampling.


Pengukuran waktu kerja penebangan dilakukan dengan metode Time Study.
Menurut Pawiro (2015) menjelaskan bahwa Time Study adalah teknik pengukuran
pekerjaan dengan cara pengumpulan data berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Metode Time Study digunakan untuk
menghitung nilai standar suatu pekerjaan. Penentuan pohon dilakukan secara
purposive sampling dengan jumlah pengulangan sebanyak 120 ulangan dengan
syarat jarak tanam sama dan jenis tanah (fisik) sama. Adapun langkah-langkah
dalam pengukuran waktu kerja penebangan, sebagai berikut :

a. Mengukur waktu setiap unsur kerja kegiatan penebangan, pemangkasan cabang


& penumpukan log, pembagian batang dan pengupasan kulit.

b. Memisahkan waktu kerja efektif (kegiatan penebangan, pemangkasan cabang &


penumpukan log, pembagian batang dan pengupasan kulit) dan tidak efektif
(mengobrol, merokok, melepas lelah, mesin rusak, atau kejadian tidak terduga
lainnya).

c. Mengukur dimensi kayu yang sudah rebah seperti panjang, diameter pangkal
dan diameter ujung (m³).

d. Menghitung produktivitas penebangan (m³/jam).

e. Menghitung biaya operasional alat tebang (Rp/jam).

17
3.5 Pengolahan data

Pengolahan data meliputi analisis data produktivitas penebangan dan biaya


penebangan yang terdiri dari volume kayu, waktu kerja efektif dan biaya-biaya
yang diperlukan pada kegiatan penebangan (biaya penyusutan, biaya bunga
modal, biaya asuransi, biaya perawatan, biaya bahan bakar, biaya oli dan pelumas,
upah tenaga kerja). (Rosidah, 2011)

3.5.1 Produktivitas penebangan

Produktivitas ialah rasio yang membandingkan antara output terhadap input


yang digunakan dalam proses produksi. Output yang dimaksudkan ialah volume
kayu yang ditebang dan input ialah waktu efektif yang digunakan selama
penebangan. Untuk menghitung produktivitas penebangan adalah dengan cara
membagi jumlah volume kayu yang ditebang dengan waktu efektif yang
digunakan selama penebangan sehingga diperoleh produktivitas. Produktivitas
dihitung menggunakan rumus:

V
P=
W

Keterangan:

P = produktivitas penebangan (m³/jam) V = volume kayu (m³)

W = waktu efektif (jam)

3.5.1.1 Volume kayu

Perhitungan volume kayu menurut Budiyana (2018) adalah sebagai berikut:

1 Du + Dp
V= π( ¿ ²x L
4 2

18
Keterangan:

V = volume kayu (m³) Dp = diameter pangkal (m) π = konstanta (3.14)

L = panjang kayu (m) Du = diameter ujung (m)

3.5.1.2 Waktu kerja


Waktu standar adalah waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
telah ditambahkan terhadap berbagai kelonggaran. Kelonggaran dibutuhkan oleh
pekerja untuk memenuhi keinginan melepaskan lelah dan beristirahat (ILO 1979).
Kelonggaran/allowance merujuk pada penambahan jam kerja yang dialokasikan
untuk beberapa kegiatan tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama
(waktu kerja efektif). Kelonggaran diklasifikasikan berdasarkan acuan dari Niebel
dan Freivalds (1999).

3.5.2 Biaya penebangan

Biaya penebangan merupakan semua variabel yang terkait dengan


pengeluaran biaya penebangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Indikator penghitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha alat
penebangan terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga modal, pajak, perawatan,
bahan bakar

3.5.2.1 Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan dihitung dengan rumus:

M-R
D=
Nxt

Keterangan :

D = penyusutan (Rp/jam)

19
M = investasi alat (Rp)

R = nilai alat bekas 10% dari harga baru (Rp)

N = umur pakai alat (tahun)

t = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun)

3.5.2.2 Biaya bunga modal

Untuk menghitung biaya bunga modal digunakan rumus:

( M-R )( N+1 )
Bm=
2[ ]
+R x 0,0p

Nxt

Keterangan :
Bm = bunga modal (Rp/jam) 0,0p = suku bunga/tahun (%)

M = Harga alat (Rp) N = umur pakai alat (tahun)

R = nilai alat bekas 10% dari harga baru (Rp)

t = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun)

3.5.2.3 Biaya pajak

Biaya pajak dihitung dengan rumus sebagai berikut:

20
( M-R ) ( N+1)
Pj=
[ 2N ]
+R x 0,05

Keterangan :
Pj = Pajak (Rp/jam) M = Harga alat (Rp)
N = umur pakai alat (tahun) 0,05 = persentase asuransi (5%)
t = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun)
R = nilai alat bekas 10% dari harga baru (Rp)

3.5.2.4 Biaya perawatan

Biaya perawatan dihitung dengan rumus:

Harga alat ( Rp ) x 0,1


Biaya perawatan=
1000jam

3.5.2.5 Biaya bahan bakar

Biaya bahan bakar dihitung sebagai berikut:

Jumlah Pemakaian BBK x Harga /Liter


Biaya bahan bakar=
waktu kerja alat

3.5.2.6 Biaya oli dan pelumas

Biaya oli dan pelumas dihitung sebagai berikut:

21
Harga alat x 0,005
Biaya oli dan pelumas=
jumlah jam kerja alat (jam)

3.5.2.9 Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja dihitung dengan rumus:

Gaji (Rp per bulan)


Up =
Hr x W
Keterangan :
Up = Biaya tenaga kerja (Rp/jam) Hr = hari kerja rata-rata per bulan
W = jam kerja per hari (jam/hari)

3.6 Analisis Data

Pengolahan data menggunakan analisis ANOVA (analisis of variant).


Analisis ini menggunakan dua faktor yaitu lama waktu penebangan menggunakan
Harvester dan lama waktu penebangan menggunakan Shear head dengan selang
kepercayaan 95%. Analisis anova menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan uji Adjusted R
Square untuk menilai validitas regresinya.

22
Penebangan

Waktu Kerja
Efektif

Tipe alat
Lama waktu
penebangan

Waktu Kerja
Tidak Efektif

Produktivitas 23
Biaya penebangan

Analisis data

Gambar 1. Bagan alur penelitian

24
DAFTAR PUSTAKA

Bahruni, Suhendang E, Darusman D, dan Alikodra H. 2007. Pendekatan Sistem


Dalam Pendugaan Nilai Ekonomi Total Ekosistem Hutan: Nilai Guna
Hasil Hutan Kayu Dan Non Kayu. Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan. Bogor. Fakultas Kehutanan IPB dan The Ford
Foundation. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat. 3(4): 369-378.

Campu dan Ciubotaru. 2017. Time Consumption and Productivity in Manual Tree
Felling with a Chainsaw – a Case Study of Resinous Stands from
Mountainous Areas. Silva Fennica. 51(2):1-19.

Grace A, Hardjanto U, dan Soemarmi A. 2016. Pengelolaan Limbah Di


Perusahaan Pulp Pt. Toba Pulp Lestari,Tbk Kabupaten Toba Samosir
Sumatera Utara Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal
Hukum Diponegoro. 3(5): 1-19.

Hasanah N. 2016. Produktivitas dan Analisiss Biaya Rangkaian Penebangan dan


Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT Mitra Kembang Selaras
Provinsi Riau. Bogor.

Idris M, dan Soenarno. 2012. Penerapan Metode Tree Length Logging Skala
Operasional di Areal Teknik Silvikultur Intensif (Studi Kasus di Pt
Sarmiento Parakanca Timber Provinsi Kalimantan Timur). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 1(33): 19-34.

Muhdi, Sucipto dan Widyanti. 2006. Studi Produktivitas Penyaradan Kayu


Dengan Menggunakan Traktor Komatsu D70 LE di Hutan Alam. Jurnal
Komunikasi Penelitian. 18(3): 6-13.

Mujetahid, A. 2008. Produktivitas Penebangan Pada Hutan Jati (Tectona grandis)


Rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial. 1(5): 53-58.

Niebel BW, Freivalds A. 1999. Methods, Standar and Work Design. Singapore
(SG):McGraw-Hill Book.

Priyanto dan Wahyu. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Bagian Distribusi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyuwangi).
Jurnal Ilmiah 1(1) : 1-20.

25
Sagala P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.

Sinaga M. 2005. Produktivitas dan Biaya Produksi Penebangan Hutan Tanaman


Industri di PT Inhutani II Pulau Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
1(23): 69-78.

Sitohang, W., Muhdi dan Afifuddin, Y. 2016. Analisis Biaya dan Produktivitas
Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT.
Sumatera Riang Lestari-Blok I Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara). Sumatera Utara.

Suhartana, S. dan Idris, M. 1995. Produktivitas dan Efisiensi Pemanenan Kayu


dengan Teknik Penebangan Pohon Serendah Mungkin di Hutan
Produksi Alam: Studi Kasus di Tiga Perusahaan Hutan di Kalimantan
Tengah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 3(13): 94-100.

Suhartana, S. dan Yuniawati. 2008. Penggunaan Peralatan Pemanenan Kayu yang


Efisien Pada Perusahaan Hutan Tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 3(26): 1-16.

Sutopo, S. dan Tinambunan, D. 1995. Kesesuaian Alat dan Mesin untuk


Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
1(13): 27-36.

Yuniawati., Sukadaryati. dan Dulsalam. 2018. Produktivitas, Efisiensi, dan Biaya


Penebangan Silvikultur Intensif Pada Satu Perusahaan di Kalimantan
Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 1(36).

Winarso W. 2014. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Profitabilitas (Roa) PT.


Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Jurnal Ecodemica. 2(2) :
258-272.

26

Anda mungkin juga menyukai