JOHANNES SIGALINGGING
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
penelitian yang berjudul “Analisis Biaya Dan Produktivitas Penebangan Kayu
Di Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan”.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
tingkat sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Marwoto, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Riana Anggraini,
S.Hut., M.Si., I.PM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan
proposal penelitian ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pihak-pihak yang memerlukan. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................2
I. PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................7
1.3 Hipotesis Penelitian.......................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................9
2.1 Penebangan....................................................................................................9
2.2 Penebangan Menggunakan Alat Berat..........................................................9
2.3 Topografi lahan............................................................................................11
2.4 Waktu Penebangan......................................................................................11
2.5 Elemen Kerja Penebangan...........................................................................12
2.6 Produktivitas................................................................................................12
2.7 Biaya............................................................................................................14
III. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................15
3.3 Rancangan Penelitian..................................................................................15
3.4 Prosedur Penelitian......................................................................................16
3.4.1 Jenis Data...............................................................................................16
3.4.2 Sumber Data..........................................................................................16
3.4.3 Penentuan Sampel..................................................................................16
3.5 Pengolahan data...........................................................................................17
3.5.1 Produktivitas penebangan......................................................................17
3.5.2 Biaya penebangan..................................................................................18
3.6 Analisis Data...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan alur penelitian..........................................................................................21
3
I. PENDAHULUAN
4
terdapat dua pemegang saham yaitu Barito Pacific Group (sebanyak 60%) dan
Inhutani V (sebanyak 40%). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 038/Kpts-II/1996 tanggal 29 Januari 1996, diberikan areal konsesi seluas
296.400 Ha di Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2004, Barito Pacific Group
menjual sahamnya ke Marubeni Coporation. Lalu, pada tahun 2015 Inhutani V
menjual sahamnya ke Marubeni Coporation. Oleh sebab itu, sejak tahun 2015
Marubeni Coporation menjadi pemilik saham sepenuhnya PT. Musi Hutan
Persada. PT. Musi Hutan Persada awalnya memiliki tanaman pokok yaitu Acacia
mangium, namun karena terserang hama monyet dan juga berbagai penyakit serta
kemerosotan hasil. Maka sejak tahun 2014 berganti menjadi tanaman Eucalyptus
pellita sebagai tanaman pokok. PT. Musi Hutan Persada hanya menyediakan kayu
yang nantinya dijual ke PT. Tanjung Enim Lestari (PT. TEL) untuk diolah
menjadi pulp dan paper. Pemanfaatan kayu dengan cara mengkonfersi pohon
berdiri menjadi beberapa sortimen serta membawanya keluar hutan agar bisa
dimanfaatkan sesuai kegunaannya merupakan usaha dalam pemanenan hutan.
Pemanenan adalah kegiatan memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan
dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk
mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan
meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi local dan regional. Dalam
pemanenan kayu hal yang utama yang diperhatikan adalah produktivitas, jika
produktivitas dapat tercapai sesuai target maka kerugian dapat dihindari.
Produktivitas dibagi menjadi beberapa bagian baik secara departemen maupun
secara elemen kerja, seperti halnya pada pemanenan kayu ada beberapa tahap
kegiatan dan salah satunya adalah penebangan kayu.
Penebangan merupakan kegiatan merobohkan pohon yang kemudian
memotong menjadi bagian batang dan sebagai langkah awal dalam proses
pemanfaatan kayu secara komersial Suhartana (2009). Hutan Tanaman Industri
(HTI) merupakan salah satu program untuk meningkatkan potensi hutan produksi
sebagai sumber penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan. Penyediaan
bahan baku tersebut tidak terlepas dari kegiatan pemanenan hutan salah satu di
antaranya penebangan. Penebangan hanya dilakukan terhadap semua jenis pohon
komersial berdiameter ≥ 40 cm yang telah ditandai. Kegiatan penebangan yang
5
meliputi pembagian batang (bucking), pemotongan cabang (branching) dan
pemotongan bagian ujung (topping) dilakukan di petak tebang.
Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan, yaitu mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan,
melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia
dan hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja,
keamanan dan faktor ekonomi lainnya. Agar tujuan dapat tercapai, perlu adanya
pemilihan alat yang tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang
diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri (Suhartana dan
Yuniawati, 2008).
Produktivitas merupakan salah satu faktor kunci dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi secara optimal. Produktivitas penebangan kayu dihitung
dengan cara mencatat waktu penebangan pohon dan waktu perpindahan ke pohon
selanjutnya. Sukoco (2008) dalam Alfida (2017) menyatakan bahwa dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu,
perusahaan akan mempunyai waktu standar yang dapat membuktikan bahwa
pegawai yang bersangkutan telah bekerja pada level yang diinginkan, sedangkan
bagi pegawai merupakan garansi bahwa mereka akan diberikan kompensasi yang
sesuai dengan kinerja yang telah mereka hasilkan. Waktu standar diartikan
sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan
suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable
rate), serta menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan pengaturan
tempat kerja tertentu. Beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran waktu
standar, antara lain studi waktu, waktu standar yang ditentukan sebelumnya, dan
pengambilan sampel kerja. Studi waktu dilaksanakan dengan menggunakan alat
jam henti (stop watch) untuk mengamati waktu kerja tersebut. Pada saat ini
penggunaan alat berat masih jarang digunakan di Hutan Tanaman Industri di
Indonesia sehingga belum banyak tersedia referensi tentang besarnya
produktivitas dan biaya penebangan alat tersebut. Oleh karena itu, perlunya
adanya penelitian tentang “Analisis Biaya Dan Produktivitas Penebangan
Kayu Di Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada Sumatera
6
Selatan” agar produktivitas yang diperoleh tinggi dan biaya yang dikeluarkan
serendah mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh jenis alat tebang terhadap produktivitas dan biaya
penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan?
2. Bagaimana pengaruh topografi lahan terhadap produktivitas dan biaya
penebangan di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan?
3. Bagaimana pengaruh interaksi topografi lahan dan jenis alat penebangan
terhadap produktivitas dan biaya penebangan di PT. Musi Hutan Persada,
Sumatera Selatan?
7
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
informasi dalam rangka penebangan kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang
lebih efisien. Penelitian yang dilakukan ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi tentang pengaruh tipe alat penebangan terhadap biaya penebangan serta
produktivitas alat penebangan tersebut.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penebangan
Penebangan kayu adalah aktivitas yang mencakup tidak hanya memotong
pohon, namun juga transportasi dan pemrosesan di tempat (misal pemotongan
hingga ukuran kecil). Pohon yang dipotong tidak selalu batang utamanya, namun
juga cabang yang berukuran besar dengan meninggalkan batang utamanya
sehingga pohon tetap hidup. Sedangkan penebangan pohon penuh berarti
memanfaatkan semua bagian pohon yang berkayu (Suhartana et al., 2009).
Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam
pencapaian tujuan, yaitu: (1) mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan; (2)
melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia;
dan (3) hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja,
keamanan dan faktor ekonomi lainnya. Agar tujuan dapat tercapai, perlu adanya
pemilihan alat yang tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
Pemilihan alat yang tidak sesuai dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang
diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri (Suhartana dan
Yuniawati, 2008).
Penebangan pohon terdiri atas 2 sistem yaitu sistem semi mekanis dan
mekanis. Sistem penebangan semi mekanis alat yang digunakan yaitu gergaji
rantai (chainsaw). Sedangkan pada kegiatan penebangan secara mekanis
menggunakan alat berat seperti Harvester. Dengan semakin majunya teknologi
pemanenan hasil hutan, manusia mencari jalan untuk membuat alat-alat
pemanenan yang semakin sempurna dan memudahkan dalam pekerjaan
pemanenan salah satunya adalah penggunaan chainsaw dan menggunakan alat
berat (Suhartana et al., 2009).
9
menguntungkan perusahaan kehutanan, baik perusahaan pemegang izin IUPHHK-
HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam) maupun
IUPHHK-HT (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Tanaman). Namun, dalam skala kecil tentu saja penggunaan alat ini tidak akan
efisien karena membutuhkan modal awal yang sangat tinggi. Harga dari alat berat
ini sendiri biasanya lebih dari 1 M rupiah, tergantung dari jenis dan merek alat
berat yang akan digunakan.
Alat berat merupakan mesin dengan ukuran besar yang dibuat untuk
melakukan berbagai fungsi yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, seperti fungsi
konstruksi dan pembangunan dengan material berbobot berat. Alat berat ini
memiliki motor dengan daya yang sangat tinggi, lebih dari motor pada kendaraan
biasa. Namun kecepatan pada alat berat tentunya tidak secepat kendaraan untuk
bertransportasi. Alat berat kehutanan adalah alat berat yang digunakan untuk
berbagai keperluan pengelolaan hutan, seperti penebangan, pemotongan log,
debarking, penyaradan, bongkar muat, dan pengangkutan.
Ada beberapa jenis alat berat yang digunakan untuk kegiatan penebangan
yaitu Harvester, Shear head, Felling head, dan Grapplesaw. Pada penelitian ini
alat berat yang digunakan untuk penebangan yaitu Harvester dan Shear head.
Harvester memiliki fungsi utama yaitu menebang pohon, mengupas kulit pohon
dan memotong pohon menjadi beberapa bagian. Harverster merupakan mesin
pemanen dan digunakan untuk melakukan penebangan pohon dengan sistem cut
to lenght. Alat berat ini mirip dengan excavator hanya saja pada bagian bucket-
nya digantikan dengan mesin gergaji pemotong pohon dan penggenggam batang
pohon. Mesin ini bekerja baik dan memiliki efisiensi yang tinggi pada hutan
dengan topografi yang tidak terlalu curam. Perusahaan pemegang IUPHHK-HT di
Indonesia banyak menggunakan tipe alat berat ini karena efisiensi sumber daya
dan pengerjaan yang cepat. Sedangkan Shear head memiliki fungsi utama untuk
menebang pohon dan mengumpulkan kayu hasil tebangan untuk kemudian
diangkut oleh forwarder. Alat ini memiliki mesin gergaji dan sistem
penggenggam batang pohon. Umumnya mesin ini digunakan pada hutan dengan
topografi datar atau tidak terlalu curam. Bedanya Shear head dengan Harvester
10
adalah Shear head hanya menebang pohon tanpa mengupas kulit dan memotong
menjadi beberapa bagian.
Menurut Brown (1949) dalam jurnal keteknikan dan pemanenan hasil hutan
penggunaan Timber harvester memiliki produktivitas penebangan secara
konvensional berkisar antara 23,886-36,214 m³/jam dengan rata-rata 28,839
m³/jam. Produktivitas penebangan dengan teknik penebangan serendah mungkin
berkisar antara 26,323-36,647 m³/jam dengan rata-rata 31,344 m³/jam. Biaya rata-
rata penebangan dengan timber harvester untuk teknik konvensional adalah
Rp.22.503/jam sedangkan untuk teknik penebangan serendah mungkin adalah
Rp.20.864/m³.
11
pekerjaan tertentu, sedangkan waktu kerja tidak efektif merupakan waktu kerja
yang digunakan untuk suatu kerja yang tidak efektif dalam suatu kegiatan
produksi (ILO, 1979).
Waktu kerja kegiatan penebangan sangat dipengaruhi oleh diameter.
Disamping itu, jarak antara pohon dengan operator, kelerengan, kecenderungan
pola kerja operator, dan teknik dalam menentukan arah rebah dan merebahkan
pohon dapat memengaruhi waktu kerja penebangan (Campu dan Ciubotaru,
2017).
2.6 Produktivitas
Produktivitas adalah jumlah hasil yang dicapai oleh seseorang pekerja atau
unit faktor lain dalam jangka waktu tertentu. Produktivitas tidak lain ialah rasio
daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi
yang dipergunakan (input). Produktivitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan maupun dengan kebijakan
pemerintah secara keseluruhan seperti pendidikan, dan keterampilan, disiplin,
sikap, dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan dan iklim
12
kerja, hubungan industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan
berprestasi dan kebijakan pemerintah (Priyanto dan Wahyu, 2014).
Dengan pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas
karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok (Simanjuntak, 1985)
yang diacu oleh Priyanto dan Wahyu (2014), yaitu :
1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan
Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah motivasi
kerja, etos kerja, dan sikap mental karyawan. Pemupukan motivasi, etos dan sikap
kerja yang berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan
memerlukan teknik-teknik tertentu, antara lain dengan menciptakan iklim dan
lingkungan kerja yang menyenangkan dan hubungan industrial yang serasi.
2. Sarana pendukung
Perbaikan-perbaikan di bidang lingkungan kerja dapat menumbuhkan
kegairahan, semangat dan kecepatan kerja. Demikian juga dengan perbaikan
perbaikan di bidang pengupahan dan jaminan sosial dapat menumbuhkan motivasi
kerja dan meningkatkan kemampuan fisik karyawan. Disamping itu, dengan
tingkat upah dan jaminan sosial yang lebih baik semakin banyak anggota keluarga
terutama ibu-ibu rumah tangga yang masuk pasar kerja. Adanya kepastian atas
kelangsungan dan penghasilan yang akan diperoleh hingga hari tua merupakan
daya pendorong yang besar untuk peningkatan produktivitas kerja. Dalam hal ini
termasuk adanya jaminan sosial dan kepastian bahwa karyawan dan keluarganya
akan mendapat pelayanan kesehatan dan tunjangan khusus pada saat diperlukan.
3. Supra sarana
Kemampuan manajemen menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan
menciptakan sistem kerja yang optimal akan menentukan produktivitas kerja
karyawan. Peranan manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas,
yaitu dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi,
menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja, dan pembagian
kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat, serta
menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman (Priyanto dan
Wahyu, 2014).
13
2.7 Biaya
Biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomi untuk memperoleh
aktiva, dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara
potensial akan terjadi, dimana pengorbanan tersebut untuk mencapai tujuan
tertentu dan memperoleh manfaat untuk masa yang akan datang. Dalam sebuah
anggaran perusahaan biaya akan bereaksi atau merespon perubahan aktivitas
bisnis. Jika tingkat kegiatan naik atau turun, sebuah biaya dapat mengalami
kenaikan atau penurunan, baik secara proporsional atau tidak, bisa pula biaya
tersebut tidak berubah (Winarso, 2014).
Berdasarkan perilaku biaya maka biaya dikelompokan menjadi, menurut
Nafarin (2007) diacu oleh Winarso (2014) yaitu:
1. Biaya variabel
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan, tetapi biaya variabel per unit tetap walaupun
volume kegiatan berubah. Biaya yang termasuk kedalam biaya variabel antara lain
biaya perawatan, biaya bahan bakar, biaya oli dan pelumas, dll. Contoh biaya
variabel adalah biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu, tetapi biaya tetap per unit berubah bila volume kegiatan
berubah. Biaya yang termasuk kedalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan,
biaya bunga modal, biaya pajak, dll. Contoh biaya tetap adalah biaya penyusutan
dan biaya depresiasi.
3. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mempunyai unsur biaya
variabel dan unsur biaya tetap, sehingga biaya semi variabel disebut juga dengan
biaya campuran (mixed cost). Biaya yang termasuk kedalam biaya semi variabel
antara lain biaya tenaga kerja.
14
III. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stop watch, alat tulis, label
pohon, kamera digital, tally sheet, kalkulator, meteran, phi-band dan GPS. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan siap tebang.
15
∑ijk = Galat percobaan faktor topografi lahan taraf ke-i dan fakor perbedaan
jenis alat penebangan taraf ke-j pada ulangan ke-k
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian iniHarga Harvester per unit
adalah:
Mengukur waktu kerja setiap Umur ekonomis alat
unsur kegiatan
1. Data primer
Data produktivitas
Data volume
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan. Data
Mengukur diameter dan
panjang kayuprimer Analisis
yang dikumpulkan yaitu, waktu kerja dari setiap elemen
tebangan kerja biaya
satu
siklus penebangan, volume pohon rebah dan deskripsi operator (nama,
pengalaman kerja, umur dan merek alat penebangan Biaya
yang digunakan
tetap operator).Biaya variabel
Data Sekunder
2. Data sekunder
Analisis data
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip data atau
literatur-literatur yang ada di perusahaan dan melakukan wawancara langsung
dengan karyawan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum
lokasi penelitian dan potensi hutan tanaman serta data produksi. Data sekunder
yang dikumpulkan dari wawancara langsung dengan karyawan yaitu data biaya
operasional meliputi harga alat penebangan yang digunakan, jam kerja alat
16
berat, biaya pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar alat dan
pelumas, pajak dan asuransi, nilai suku bunga dan upah operator.
c. Mengukur dimensi kayu yang sudah rebah seperti panjang, diameter pangkal
dan diameter ujung (m³).
17
3.5 Pengolahan data
V
P=
W
Keterangan:
1 Du + Dp
V= π( ¿ ²x L
4 2
18
Keterangan:
M-R
D=
Nxt
Keterangan :
D = penyusutan (Rp/jam)
19
M = investasi alat (Rp)
( M-R )( N+1 )
Bm=
2[ ]
+R x 0,0p
Nxt
Keterangan :
Bm = bunga modal (Rp/jam) 0,0p = suku bunga/tahun (%)
20
( M-R ) ( N+1)
Pj=
[ 2N ]
+R x 0,05
Keterangan :
Pj = Pajak (Rp/jam) M = Harga alat (Rp)
N = umur pakai alat (tahun) 0,05 = persentase asuransi (5%)
t = waktu kerja alat dalam setahun (jam/tahun)
R = nilai alat bekas 10% dari harga baru (Rp)
21
Harga alat x 0,005
Biaya oli dan pelumas=
jumlah jam kerja alat (jam)
22
Penebangan
Waktu Kerja
Efektif
Tipe alat
Lama waktu
penebangan
Waktu Kerja
Tidak Efektif
Produktivitas 23
Biaya penebangan
Analisis data
24
DAFTAR PUSTAKA
Campu dan Ciubotaru. 2017. Time Consumption and Productivity in Manual Tree
Felling with a Chainsaw – a Case Study of Resinous Stands from
Mountainous Areas. Silva Fennica. 51(2):1-19.
Idris M, dan Soenarno. 2012. Penerapan Metode Tree Length Logging Skala
Operasional di Areal Teknik Silvikultur Intensif (Studi Kasus di Pt
Sarmiento Parakanca Timber Provinsi Kalimantan Timur). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 1(33): 19-34.
Niebel BW, Freivalds A. 1999. Methods, Standar and Work Design. Singapore
(SG):McGraw-Hill Book.
25
Sagala P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Sitohang, W., Muhdi dan Afifuddin, Y. 2016. Analisis Biaya dan Produktivitas
Produksi Kayu Pada Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus: PT.
Sumatera Riang Lestari-Blok I Sei Kebaro, Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara). Sumatera Utara.
26