KEHUTANAN
Tema Kuliah:
Dasar-dasar Kebijakan Kehutanan
Maksud dan Tujuan Mata Kuliah
Kebijakan Kehutanan
2. hipotesis
Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi. Kebijakan selalu
mengandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu atau
disinsentif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu.
3. tujuan
Arahan yang hendak dicapai
4. Implementasi
Tata cara pelaksanaan Strategi, Program, Juklak, Juknis
Pelaku
Lingkungan Kebijakan
Proses Terbentuknya Kebijakan
- Tujuan
- Tuntutan
- Target
- Rekomendasi
- Pengesahan
- Dukungan
Input/ - dll Proses - finalisasi
Output/
Masukan Keputusan Kebijakan
Feedback, evaluasi
Apa itu ‘Kebijakan Kehutanan’?
• Kebijakan kehutanan adalah suatu rumusan
tindakan yang disepakati dalam mencapai
tujuan atau kepentingan tertentu yang
memberi pengaruh atau akibat penting bagi
sejumlah besar masyarakat dan sumber daya
hutan (Ellefson, 1992 dalam Fraser, 2002)
Amanat UUD 1945 (pasal 33)
Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang luar
biasa besarnya dan berdasarkan UUD 1945,
kekayaan alam tersebut dikuasai negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Hutan Hutan
Negara Hak
Pengertian :
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Daftar Kebijakan/produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait
dengan upaya pengelolaan hutan lestari :
1. UU No.41 Tahun 1999 Kehutanan.
2. UU N0.19 Tahun 2004 Tata Cara Pemberian Ijin Dan Perluasan Areal Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Tanaman Industr dalam Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
3.a. PP No. 34 Tahun 2002 Tata Hutan dan Penyusunan Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (sudah diganti)
3. b. PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (yg berlaku)
4. PP No. 44 Tahun 2004 Perencanaan Kehutanan
5. PP No. 3 Tahun 2008 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
6. Permenhut Nomor : 9/Menhut-II/2007 Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan, dan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman.
7. Permenhut Nomor : P.01/Menhut-II/2008 Rencana Strategis Kementrian Negara/Lembaga (Renstra-KL) Departemen
Kehutanan.
8. Permenhut Nomor : P.6/ Menhut-II/2007 Rencana Kerja dan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi.
9. Permenhut Nomor : P.16/ Menhut-II/2007 Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) Primer Hasil Hutan Kayu.
10. Permenhut Nomor : P.19/ Menhut-II/2007 Tata Cara Pemberian Ijin dan Perluasan Areal Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
11. Permenhut Nomor : P.20/ Menhut-II/2007 Tata Cara Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Alam pada Hutan Produksi Melalui Permohonan.
12. Permenhut Nomor : P.23/ Menhut-II/2007 Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman.
13. Permenhut Nomor : P.35/ Menhut-II/2007 Hasil Hutan Bukan Kayu.
14. Dan lain-lain
Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
menurut UU No. 12/2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
1. UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan.
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu)
4. Peraturan Pemerintah (PP)
5. Peraturan Presiden (Perpres)
6. Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang
berlaku di Nanggroe Aceh Darussalam, serta Perdasus
dan Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua
Barat.
Prinsip Optimasi Pengelolaan Hutan
• Optimasi pemanfaatan dan pengelolaan hutan
maupun kawasan hutan bagi kesejahteraan
masyarakat dapat dilakukan dengan memegang
prinsip bahwa semua hutan dan kawasan hutan
harus dikelola dengan tetap memperhatikan sifat,
karakteristik dan fungsi pokoknya yaitu fungsi
konservasi, lindung dan produksi. Oleh karena itu,
setiap bentuk pengelolaan hutan dan kawasan
hutan harus selalu memperhatikan salah satu
fungsi konservasi, lindung, atau produksi.
PP No. 6 thn 2007
• Pemerintah Indonesia sebagai pemegang
kebijakan publik bidang kehutanan telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2007 yang berisi ketentuan tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan, sebagai wujud
pelaksanaan dari ketentuan Bab V, Bab VII dan
Bab XV Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan
Dasar Lahirnya KPH
• Sebagai tindak lanjut dari UU 41 thn 1999 maka
Pemerintah Indonesia mengeluarkan PP No. 6 tahun 2007
untuk mengatur pengelolaan hutan sesuai dengan prinsip-
prinsip hutan lestari. Salah satu pasal dalam PP No. 6
tahun 2007 memuat tentang pembangunan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH).
• KPH yang dibangun merupakan kesatuan pengelolan
hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya
yang dapat dikelola secara efisien, lestari dan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan serta penyelenggaraan
pengelolaan hutan
Konsep Pembagian Habis Kawasan
Hutan
• Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan telah mengamanatkan
bahwa pemerintah harus melakukan
pembentukan wilayah pengelolaan hutan
pada tingkat unit pengelolaan.
Desentralisasi (penyerahan wewenang)
• Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan
penuh dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah untuk mengurusi urusan
rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam
kerangka NKRI.
• Perwujudan dari sentralisasi: Dinas-dinas,
badan-badan Pemerintah Daerah
• Dana dari daerah dan dilaksanakan oleh
kepala daerah
Dekonsentrasi (pelimpahan wewenang,
penyerahan sebagian urusan)
• Dekonsentrasi merupakan pelimpahan
(pendelegasian) wewenang dari Pemerintah
(Pusat) kepada Gubernur selaku wakil
Pemerintah di daerah
• Pelimpahan wewenangnya sebatas wewenang
administrasi bukan wewenang kebijakan
politik.
• Dana dari Pusat dan dilaksanakan oleh kepala
daerah
Pasca Pengambilan Keputusan
• Implementasi
• Monitoring dan Evaluasi
• Tindak lanjut hasil evaluasi (bisa berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan yang ada,
pembentukan kebijkan baru)
TERIMA KASIH
• Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan sebagai sebuah
kebijakan publik memerlukan sebuah dukungan penuh dari
semua pihak dalam mengimplementasikannya. Hal ini
dikarenakan 60 persen keberhasilan sebuah kebijakan
publik sangat ditentukan oleh efektivitas implementasi
kebijakan publik tersebut (Dwidjowijoto, 2006).
Implementasi kebijakan publik merupakan hal yang paling
terberat dalam semua rangkaian proses sebuah kebijakan
publik baik dibandingkan dengan perumusan, monitoring,
maupun evaluasi kebijakan publik. Hal ini disebabkan dalam
mengimplementasikan sebuah kebijakan publik terkadang
harus berhadapan dengan berbagai kompleksitas
permasalahan yang tidak dijumpai dan diprediksi dalam
konsep awal.
• Sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku
konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun
yang terkena kebijakan (Ealau dan Prewitt, 1973)
• Prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada
tujuan-tujuan tertentu, senantiasa berorientasi kepada
masalah dan tindakan (Titmuss, 1974)
• Kebijakan Publik dapat diartikan sebagai apa saja yang dipilih
oleh pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan
(public policy is whatever governments choose to do or not to
do).
• kebijakan sebagai hasil keputusan untuk mencapai tujuan
melalui suatu sistem pengambilan keputusan.
• Undang Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang
Ketentuan – ketentuan Pokok Kehutanan
bermaksud menerapkan tujuan tersebut melalui
pendekatan timber management tetapi tidak
mengakomodir suatu pola pengelolaan yang
bersifat menyeluruh dalam forest management
atau ecosystem management yang
mengakomodasi-juga aspek sosial budaya
maupun ekonomi dan kelestarian lingkungan
yang berkelanjutan.
• Masyarakat adat merupakan suatu kesatuan
masyarakat adat yang bersifat otonom dimana
mereka mengatur sistem kehidupannya
(hukum, politik, ekonomi dsb) dan selain itu
bersifat otohton yaitu suatu kesatuan
masyarakat adat yang lahir/dibentuk oleh
masyarakat itu sendiri, bukan dibentuk oleh
kekuatan lain misal kesatuan desa dengan
LKMDnya.
• Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
merupakan negara yang memiliki luas hutan tropis
terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire, dengan luas
hutan mencapai 120,35 juta hektar. Luasnya hutan
tropis yang dimiliki telah menempatkan Indonesia
sebagai salah satu wilayah strategis dalam
mewujudkan peran penyangga bagi kelangsungan
kehidupan ekosistem di planet bumi seperti regulator
air, sebagai paru-paru dunia, penyerap emisi gas-gas
polutan penyebab efek rumah kaca, pencegah
terjadinya perubahan iklim dunia secara radikal, dan
sumber plasma nutfah.
• Selama kurun waktu kurang lebih empat
tahun sejak ditetapkannya, Peraturan
Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 masih
dirasakan belum sepenuhnya mampu
mendorong tumbuhnya iklim investasi yang
kondusif dan belum mampu meningkatkan
kapasitas sosial ekonomi masyarakat di dalam
dan sekitar hutan.
• Sedangkan di tingkat daerah terdapat: (1)
Keputusan Gubernur dan bertingkat
keputusan Dinas-Dinas di bawahnya, (2)
Keputusan Bupati, (3) Keputusan walikota dan
bertingkat keputusan dinas-dinas di bawahnya
Kenapa Harus Ada Kebijakan?
• Untuk memastikan tercapainya suatu tujuan
• Untuk mengatasi masalah
• Kebijakan kehutanan merupakan salah satu bentuk
intervensi pemerintah yang ditujukan untuk
menyelesaikan permasalahan di bidang kehutanan
yang muncul. Salah satu bentuk intervensi pemerintah
dalam bidang kehutanan tersebut adalah dengan
dikeluarkannya PP no 6 tahun 2007. PP no 6 tahun
2007 merupakan salah satu bentuk intervensi
pemerintah untuk merubah sistem pengelolaan yang
tidak efektif menjadi sistem pengelolaan hutan yang
efektif dan efisien sesuai dengan tugas pokok dan
peruntukkannya sehingga terdapat kejelasan tanggung
jawab dan wewenang pengelolaan pada suatu areal
hutan.