Anda di halaman 1dari 18

Persebaran Invasive Alien Species (IAS) di TNGM :

Studi kasus Jenis Acacia decurrens

1
Dhani Suryawan, 2Edy Sutiyarto, 3Ruky Umaya, 4Asep Kurnia, 5Yayan Hadiyan
1,2,3,4
Taman NasionalGunungMerapi

Jl. Kaliurang KM 22,5email : dhani_suryawan@yahoo.com


5
BalaiBesarPenelitianBioteknologidanPemuliaanTanamanHutan

Kawasan Taman NasionalGunungMerapi (TNGM) merupakan Kawasan Pelestraian Alam yang memiliki
dua fungsi vital ekologis yang menjadi tujuan utama perlindungan kawasan yang salah satunya adalah
keberadaan keanekaragaman hayati. Dampak awan panas erupsi Gunung Merapi tahun 2010 telah membuka
peluang suatu jenis tumbuhan asing (Invasive Alien Species) yang cepat menyebar dan mendominasi areal
dalam waktu singkat, yakni Acacia decurrens. Tegakan Acacia decurrens tersebut dalam skala dominasi tertentu
berpotensi merubah ekosistem asli setempat, sehingga penanganannya sangat penting. Tulisan ini
dimaksudkan untuk berbagi informasi tentang pertumbuhan dan persebaran Acacia decurrens di TNGM dan
studi awal upaya penanganannya. Melalui analisis vegetasi menunjukkan hasil studi menunjukan bahwa Acacia
decurrens dalam kawasan TNGM mendominasi areal yang terkena awan panas, terutama di wilayah
pengelolaan Resort Cangkringan (Sleman sisi timur) dan Kemalang (Klaten sisi barat) yang telah mengalami
kerusakan berat akibat terjangan awan panas pada tahun 2010.

Kata Kunci :acacia decurrens, invasive, kerapatanjenis, tamannasional

1
I. PENDAHULUAN

Keanekaragaman hayati di Indonesia sedangmengalami penurunan cukup tinggi akibat berbagai


tekanan.Penurunan tersebut disebabkan karena berbagai hal, antara lain konservasi lahan, eksploitasi yang
berlebihan dan introduksi spesies asing yang invasif (InvasiveAlien Species-IAS). Salah satu penyebab yang
tengah menjadi perhatian banyak pihak adalah IAS, karena intoduksi spesies asingdapat berpengaruh
keseimbangan sistem ekologi.

Indonesia pada posisi yang penting dalam peta keanekaragaman hayati di dunia karena termasuk dalam
sepuluh negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi(Alaydrus, 2013).Pulau Jawa tercatat sebagai pulau
dengan keberadaan Jenis Invasif Asing tertinggi di dunia. Namun demikian, selama keberadaan Jenis Invasif
Asing ini berada di luar kawasan Pelestarian Alam, kawasan lindung, kawasan khusus untuk pengawetan
keanekaragaman hayati lokal, mendatangkan manfaat nyata bagi masyarakat, berada di areal atau kawasan yang
secara intensif ada pengendalian manusia, dan secara ilmiah tidak membahayakan maka keberadaan Jenis Invasif
Asing ini masih bisa diperdebatkan.

Salah satu kawasan pelestarian alam yang tidak direkomendasi adanya Jenis Invasif Asing adalah taman
nasional, karena kawasan ini didesgin juga untuk melindungi ekosistem asli baik jenis-jenis tumbuhan maupun
satwa-satwa asli. Diantara sekian banyak taman nasional di Indonesia adalah Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) yang kini tengah menghadapi adanya IAS berupa Acacia decurrens. Jenis ini tumbuh dominan secara
alami pada kawasan TNGM yang rusak pasca erupsi Merapi pada tahun 2010.

Tujuan inventarisasi tegakan Acacia decurrens di TNGM pada tahun 2013 adalah untuk mengetahui
pola persebaran Acacia decurrens dengan Nilai Indeks Penting (INP) untuk tingkat pohon, tiang, pancang, dan
anakan pohon.

II. METODA PENELITIAN

A. Lokasi pengamatan

Lokasi pengamatan berada di kawasan TNGM yang tersebar di 3 Kabupaten: Sleman, Klaten dan
Magelang.

2
3

2
Tabel 1. Kondisi Vegetasi dan Topografi Lokasi Pengamatan

No. Lokasi Kondisi Vegetasi Topografi


Blok Didominasi oleh tegakan Acacia decurrens Berada di punggung bukit, kelerengan
1
Labuhan berkrapatan tinggi diatas 20o
Hutan berkerapatan sedang, tidak ada jenis Berupa punggung bukit dengan
2 Sapu Angin
tertentu yang mendominasi kelerengan diatas 20o
Berupa tegakan Acacia decurrens Merupakan daerah dengan kelerengan
3 Babadan
berkerapatan sedang s/d tinggi. diatas 15o

B. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi Acacia
deccurens dengan menggunakan metode sampling jalur sistematis (Systematic Strip Sampling) di 3
lokasi. Pada masing-masing lokasi di buat petak ukur (PU) dengan jumlah 37 PU di Wilayah Resort
Kemalang, 33 PU di Wilayah Resort Cangkringan, 15 PU di wilayah Resort Turi Pakem, dan 6 PU di
wilayah Resort Dukun.
PU yang dibuat berukuran 20 m x 20 m (tingkat pohon), 10 m x 10 m (tingkat tiang), 5 m x 5
m (tingkat pancang) dan 2 m x 2m (tingkat anakan). Pada tingkat pohon, tiang, dan pancang variabel
yang diukur adalah diameter batang dan tinggi tumbuhan; sedangkan pada tingkat anakan atau
semai variabel yang diukur adalah tinggi tumbuhan.

Layout PU dapat dilihat pada gambar 1 dan dan lokasi penelitian pada gambar 2.

5 meter 10 meter

5 meter
2,5meter

2,5meter

10 meter

20 meter

3
Gambar 1. Gambar Petak Ukur

4
Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menghitungKerapatan Acacia decurrens, Kerapatan
seluruh jenis, Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Acacia decurrens, Frekuensi Relatif (FR), Dominasi Acacia
decurrens, Dominasi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP).

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil analisis vegetasi


Pengolahan data keragaman tumbuhan dari hasil inventarisasi di 4 lokasi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Inventarisasi Acacia decurrens Wilayah Resort Cangkringan (Sleman)

Kerapatan Kerapatan
Jumlah Jumlah
Luas Total Acacia seluruh Frekuensi DominasiA
Tingkatan Individu Individu Kerapatan Frekuensi Dominasi
Sampel decurrens jenis Acacia cacia INP
Pohon Acacia Semua relatif (%) Relatif (%) Relatif (%)
(m2) decurrens decurrens
decurrens Jenis
(/m2) (/m2)

Pohon 0 29 14800 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tiang 187 247 3700 0,04 0,06 49,36 0,67 66,67 0,00 66,94 182,98

Pancang 409 546 925 0,40 0,53 62,40 0,73 69,34 0,00 0,00 131,74

Semai 129 312 189 0,43 1,38 22,50 0,36 38,57 0,00 0,00 61,06

Di wilayah Resort Cangkringan, Acacia decurrens tingkat Tiang dan Pancang terlihat mendominasi
areal pengamatan, sedangkan Acacia decurrens tingkat pohon tidak ditemukan (INP = 0,00). Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh Acacia decurrens yang terdapat di wilayah Resort Cangkringan mulai
ada setelah erupsi Merapi tahun 2010, khususnya pada areal yang tadinya kosong akibat terjangan
awan panas Gunung Merapi.Acacia decurrens tingkat semai memiliki INP sebesar 61,6 danditemukan
relatif merata di wilayah Resort Cangkringan.

Tabel 3. Hasil Inventarisasi Acacia decurrens Wilayah Resort Kemalang (Klaten) pada ketinggian antara 1.239
s/d 1.381 m dpl
Kerapatan Kerapatan
Jumlah Jumlah
Luas Total Acacia seluruh Frekuensi DominasiA
Tingkatan Individu Individu Kerapatan Frekuensi Dominasi
Sampel decurrens jenis Acacia cacia INP
Pohon Acacia Semua relatif (%) Relatif (%) Relatif (%)
(m2) decurrens decurrens
decurrens Jenis
(/m2) (/m2)

Pohon 28,00 123,00 12000,00 0,00 0,01 11,60 0,21 21,03 0,00 10,10 42,73

5
Tiang 51,00 64,00 3000,00 0,02 0,02 78,33 0,60 60,85 0,00 68,91 220,50

Pancang 254,00 259,00 750,00 0,35 0,36 96,83 0,89 92,83 0,00 0,00 189,65

Semai 3,00 112,00 188,00 0,02 0,06 37,50 0,11 10,87 0,00 0,00 48,38

Di bagian barat wilayahResort Kemalang (Klaten) yang terkena dampak berat awan panas Merapi,
Acacia decurrens tingkat Tiang dan Pancang terlihat mendominasi areal pengamatan, dan tidak
terdapat tingkat pohon. Sedangkan di bagian timur yang tidak terkena dampak awan panas, Acacia
decurrens tingkat pohon memiliki nilai INP sebesar 42,73. Acacia decurrens tingkat pohon ini jelas
telah ada sebelum adanya erupsi Merapi. Adanya Acacia decurrens tingkat semai yang memiliki INP
sebesar 48,38 menunjukan bahwa pada saat pengamatan tegakan Acacia decurrens di wilayah Resort
Cangkringan belum mengalami stagnasi perkembangan tegakan. Acacia decurrens tingkat semai ini
terdapat di bagian wilayah yang terkena maupun yang terkena dampak awan panas.

Tabel 4. Hasil Inventarisasi Acacia decurrens Wilayah Resort Dukun (Magelang) pada ketinggian antara 1.315 s/d 1.455 m
dpl

Kerapatan
Jumlah Jumlah Kerapatan
Luas Total seluruh Frekuensi DominasiA
Tingkatan Individu Individu Acacia Kerapatan Frekuensi Dominasi
Sampel jenis Acacia cacia INP
Pohon Acacia Semua decurrens relatif (%) Relatif (%) Relatif (%)
(m2) decurrens decurrens
decurrens Jenis (/m2)
(/m2)

Pohon 0 1 2400 0.00 0.00 0 0 0 0 0 0

Tiang 36 38 600 0.06 0.06 94.74 1 100 0.00063 93.9 288.64

Pancang 58 59 150 0.39 0.39 98.31 1 100 - - 198.31

Semai 12 12 38 0.32 0.32 100.0 1 100 - - 200.00

Di bagian wilayah Resort Dukun (Magelang) yang terkena dampak berat awan panas Merapi, Acacia
decurrens tingkat Tiang, Pancang, dan semai terlihat mendominasi areal pengamatan. Di wilayah ini
tidak ditemukan Acacia decurrens tingkat pohon. Sedangkan di bagian yang tidak terkena dampak
berat awan panas Acacia decurrens tingkat pohon memiliki nilai INP sebesar 42,73. Acacia decurrens
tingkat pohon ini jelas telah ada sebelum adanya erupsi Merapi. Adanya Acacia decurrens tingkat
semai yang memiliki INP sebesar 48,38 menunjukan bahwa pada saat pengamatan tegakan Acacia
decurrens di wilayah Resort Cangkringan belum mengalami stagnasi perkembangan tegakan. Acacia
decurrens tingkat semai ini terdapat di bagian wilayah yang terkena dampak berat awan panas dan di
bagian wilayah yang tidak terkena dampak awan panas.

Tabel 5. Hasil Inventarisasi Acacia decurrens Wilayah Pakem-Turi (Sleman) pada ketinggian antara 844 m dpl-1.032 m dpl

INP
Tingkatan Jumlah Jumlah Luas Total Kerapatan Kerapatan Kerapatan Frekuensi Frekuensi DominasiAc Dominasi

6
Pohon Individu Individu Sampel Acacia seluruh relatif (%) Acacia Relatif (%) acia Relatif
Acacia Semua (m2) decurrens jenis decurrens decurrens (%)
decurrens Jenis
(/m2) (/m2)

Pohon 6 8 4400 0,00 0,00 66,67 0,07 33,33 0,00 33,33 100,00

Tiang 44 45 1100 0,03 0,03 83,33 1,00 100,00 0,02 79,40 262,73

Pancang 65 86 275 0,17 0,40 63,83 0,67 66,67 0,00 0,00 130,50

semai 0 20 68,3 0,00 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Di bagian timurwilayah Resort Turi Pakem (Sleman) yang terkena dampak berat awan panas Merapi,
Acacia decurrens tingkat Tiang dan Pancang terlihat mendominasi areal pengamatan. Sedangkan di
bagian barat yang tidak terkena dampak berat awan panas Acacia decurrens tingkat pohon memiliki
nilai INP sebesar 100,00. Acacia decurrens tingkat pohon ini telah ada sebelum adanya erupsi Merapi.
Tidak ditemukannya Acacia decurrens tingkat semai menunjukan bahwa pada saat pengamatan
tegakan Acacia decurrens di wilayah Resort Cangkringan telah mengalami stagnasi perkembangan
tegakan.

Di bagian wilayah yang terkena dampak awan panas erupsi Merapi tahun 2010 maka ke empat lokasi
pengamatan (Resort Pakem Turi, Cangkringan, Kemalang, dan Dukun)menunjukkan suatu pola yang
sama, yaitu sama-sama didominasi oleh Acacia decurrens tingkat tiang dan pancang. Hal ini juga
mengindikasikan tegakan Acacia decurrens yang tumbuh pasca erupsi Merapi 2010 terjadi relatif
bersamaan. Di bagian wilayah yang tidak terkena dampak awan panas INP Acacia decurrens tingkat
pohon cukup bervariasi antara 40 s/d 100. Variasi INP tingkat pohon ini tergantung dari keberadaan
pohon-pohon jenis lain.

B. Jenis-Jenis Tumbuhan Bawah


Jenis-jenis tumbuhan bawah hasil inventarisasi yang dilakukan ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Jenis-jenis tumbuhan bawah yang dijumpai di bawah tegakan rapat Acacia decurrens
2. Jenis-jenis tumbuhan bawah yang tidak dijumpai di bawah tegakan Acacia decurrens.
Jenis-jenis tumbuhan bawah yang disajikan pada tabel di bawah ini adalah yang terdapat di wilayah Resort
Kemalang (Klaten) sebagai berikut:

Tabel 6. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai dan yang tidak dijumpai di bawah tegakan Acacia decurrens di wilayah Resort
Kemalang (Klaten)

Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai di bawah Jenis-jenis tumbuhan yang tidakdijumpai di bawah
No.
tegakan Acacia decurrens tegakan Acacia decurrens*)

1 Alang-Alang Blundu

2 Berokan Kacang-kacangan

7
3 Gerpak Lodo

4 Godong paken ulo Mlanding Gunung

5 Golor Nyangkoh

6 Gondopura Rambat Aren

7 Irengan Riwono

8 Janggleng Setutan (anggrek)

9 Kidangan Srunen

10 Kotelan Tepus

11 Krinyu

12 Meniran

13 Nipongan

14 Pagagan

15 Pakis

16 Paren

17 Pecutan

18 Petungan

19 Rumput Pebe

20 Semanggi gunung

21 Teki

22 Tepus

23 X-1 (belum diketahui namanya)

24 X-2 (belum diketahui namanya)

25 X3 (kemungkinan namanya Parmak)

*) pada Petak Ukur yang tidak terdapat sama sekali A. Doccurent

C. Studi awal penanganan Acacia decurrens


Studi awal penanganan Acacia decurrens telah dilakukan dengan metode: 1) pengelupasan kulit
batang dengan lebar minimal 10 cm, 2) tebang batang, dan 3) dongkrak pohon seakar-akarnya.
Metode pengelupasan kulit batang membutuhkan waktu penanganan 3 menit per pohon per orang
dengan lama kematian 11 minggu, tebang batang membutuhkan waktu 8 menit per pohon per orang
dengan masa kematian 7 minggu, dan metode dongklak membutuhkan waktu penanganan 20 menit

8
per orang dengan masa kematian 1 minggu. Dari hasil ketiga metode tersebut, yang direkomendasi
adalah metode pengelupasan kulit batang pohon. Studi awal ini dilakukan pada musim kemarau
tahun 2013.

2) metode tebang batang 3) metode dongkrak pohon

1) metode pengelupasan
kulit batang

9
KESIMPULAN

10
11
12
Persebaran Acacia decurrens di dalam kawasan TNGM jika diproyeksikan secara vertikal
(ketinggian tempat) maka Acacia decurrens terletak pada ketinggian antara 900 s/d 1.740 m
diatas permukaan air laut (dpl). Ketinggian tempat yang tertinggi yang terdapat Acacia decurrens
tercatat 1.740 m dpl yaitu di wilayah Resort Kemalang, Musuk-Cepogo, dan Selo. Sedangkan di
wilayah Cangkringan dan Turi Pakem tercatat 1.400-an m dpl, serta di Babadan tercatat 1.500-an
m dpl.Adanya variasi ketinggian tempat paling atas lebih disebabkan oleh faktor ketebalan
tanah. Pada wilayah yang ketebalan tanahnya tinggi (kedalaman lapisan tanahnya tinggi) maka
peluang Acacia decurrens untuk hidup dan berkembang semakin tinggi namun jika ketebalan
tanahnya rendah (tanah tipis) maka peluang Acacia decurrens untuk hidup dan berkembang
semakin rendah.

13
Rentang ketinggian tempat terdapatnya Acacia decurrens di dalam kawasan TNGM
menurut pendapat penyusun belum tentu mencerminkan rentang hidup vertikal Acacia
decurrens tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan hidup
Acacia decurrens di suatu tempat ketinggian tertentu seperti tingkat kedalaman tanah,
kesuburan tanah, suhu udara, curah hujan, dan tingkat persaingan mendapatkan sinar matahari.
Menurut literatur,Acacia decurrens mampu hidup hingga pada ketinggian 2.500 m dpl.

A. Korelasi Statistik Dominasi Acacia decurrens terhadap Keanekaragaman Jenis Tumbuhan


Hasil olahandata ke beberapa parameter analisis vegetasi (KR, FR DR, INP) menjadi dasar
pencarian korelasi statistik antara dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman pohon
pada berbagai tingkatannya dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah. Dalam laporan ini,
dominasi Acacia decurrens tingkat pohon dan tiang digabung dikarenakan Acacia decurrens
pohon dan tiang memiliki kesamaan tinggi pohon, kesamaan luasan tajuk, dan berbaur dalam
satu lokasi.

Dari korelasi statistik yang diperoleh, dapat dideskripsikan/diindikasikan bahwa


dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman jenis pohon tingkat pancang memiliki nilai
yang negatif. Artinya semakin besar nilai dominasinya maka semakin rendah tingkat
keanekaragaman jenis pohon tingkat pancang. Sebaliknya, dominasi Acacia decurrens terhadap
keanekaragaman jenis anakan pohon dan tumbuhan bawah cenderung bernilai positif yang
artinya bahwa dominasi kurang berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
dan anakan pohon. Nilai hubungan yang negatif ditunjukkan oleh nilai b (pada rumus 1) yang
minus (-) sedangkan nilai hubungan yang positif ditunjukkan oleh nilai b yang positif (+).

Dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman jenis pohon tingkat pancang


memiliki nilai b = - 0.00014 dan a = 0.0014. Sedangkan terhadap keanekaragaman jenis pohon
tingkat semai/anakan pohon memiliki nilai b = 0.00012 dan a = - 0.0146. Sedangkan terhadap
keanekaragaman jenis tumbuhan bawah memiliki nilai b = 0.00008 dan a = 0.000003. Walaupun
nilai b (gradien garis) ada yang positif maupun negatif namun nilainya relatif terlalu kecil.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam melihat korelasi statistik regresi
antara dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan, yaitu bahwa
keanekaragaman jenis tumbuhan tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat dominasi Acacia

14
decurrens saja tapi bisa dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti ketebalan tanah, kelimpahan air,
keasaman tanah, dan lain-lain.

15
BAB VII

KESIMPULAN

1. Acacia decurrens pada tingkat pohon memiliki kerapatan jenis yang rendah (<0.1) di sebagian
wilayah Resort Turi Pakem, Cangkringan, Kemalang, Cepogo-Musuk, Selo, dan Kec. Dukun. Pada
tingkat pohon tidak dijumpai Kerapatan Jenis yang sedang maupun tinggi.
2. Acacia decurrens pada tingkat tiang memiliki kerapatan jenis yang sedang (0.1-0.4) dan rendah
(<0.1). Pada kerapatan jenis yang sedang dijumpai di wilayah Resort Turi-Pakem, Cangkringan,
Kemalang, Cepogo-Musuk, Selo, dan Kec. Dukun. Sedangkan pada kerapatan jenis rendah
dijumpai secara luas di wilayah Resort Turi-Pakem, Cangkringan, Kemalang, Cepogo-Musuk, Selo,
dan Kec. Dukun.
3. Acacia decurrens pada tingkat pancang memiliki kerapatan jenis yang tinggi (>0.4), sedang (0.1-
0.4), dan rendah (<0.1). Pada kerapatan jenis tinggi dijumpai paling banyak di
4. , Kemalang, dan Babadan (Kec. Dukun).
5. Areal yang ditumbuhi Acacia decurrens dengan kerapatan jenis tinggi terutama pada areal
terdampak erupsi Merapi tahun 2010 yang kerusakan vegetasinya kategori berat.
6. Pada areal yang kondisi hutan alamnya masih bagus dan rapat tidak dijumpai Acacia decurrens.
7. Jenis Acacia decurrens hanya mendominasi areal yang terbuka dan kritis akibat erupsi Merapi
pada tahun 2010.
8. Pada areal terdampak erupsi Merapi tahun 2010 yang kerusakan vegetasinya kategori ringan
memiliki kerapatan jenis Acacia decurrens yang rendah.
9. Secara statistik dengan menggunakan metode korelasi regresi, dapat
dideskripsikan/diindikasikan bahwa dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman jenis
pohon tingkat pancang memiliki nilai yang negatif (b = -0.00014)
10. Dominasi Acacia decurrens terhadap keanekaragaman jenis anakan pohon dan tumbuhan bawah
cenderung bernilai positif (b = 0.00012 untuk dominasi terhadapkeanekaragaman jenis anakan
pohon; b = 0.00008 untuk dominasi terhadap keanekargaman jenis tumbuhan bawah).

16
BAB VIII

PENUTUP

Kegiatan Inventarisasi Acacia decurrens di Taman Nasional Gunung Merapi pada tahun 2013
telah menghasilkan data dasar Acacia decurrens yang sangat penting bagi upaya pengelolaan
dan pengendaliannya.

Yogyakarta, November 2013

Penanggung jawab

Dhani Suryawan, S. Hut.

NIP. 19760602 200312 1 001

17
DAFTAR PUSTAKA

Sudarma, 2004, Laporan Akhir Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi Periode 2005
2024, kerjasama Balai Konservasi Sumberdaya Alam dengan Pusat Studi Agroekologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Yuniasih, B., 2013, Tesis Ancaman Invasi Acacia Decurrens Pasca Erupsi Gunung Api Merapi 2010
Terhadap Pemulihan Keanekaragaman Hayati Flora Pegunungan di Taman Nasional Gunung
Merapi, Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai