Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR, KOMPOSISI, DAN DISTRIBUSI TUMBUHAN

MANGROVE DI SEGARA ANAKAN


Rara Khenti, Ambar Liati, Denny Kurniawan dan Irfani Fathunaja
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Purwokerto
2014

produktivitas perairan Laguna segara anakan maupun

Abstrak
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang
menempati daerah tepi pantai. Mangrove mempunyai
berbagai fungsi seperti untuk menahan abrasi dan
sebagai habitat flora mau pun fauna yang hidup di
dalamnya. Ekosistem ini mempunyai kondisi yang
ekstrim karena adanya tingkat salinitas yang tinggi,
tekstur permukaan yang berupa lumpur menjadikan
kandungan oksigen di perairan sedikit dan pasang surut
air laut yang tidak menentu sehingga menjadikan daerah
mangrove ini kadang tergenang dan kadang surut. Hal
ini menjadikan tidak semua tanaman dapat tolerir
tumbuh disana dan begitu juga hewan dapat menempati
hidup disana. Tanaman yang biasanya tumbuh di daerah
mangrove berupa tanaman-tanaman bakau seperti
Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera
gymnorhiza, Bruguiera parviflora, Avicennia marina,
Avicennia officinalis, Xylocarpus granatum, Xylocarpus
moluccensis, Aegiceras corniculatum, Exoecaria
agallocha, Nypa fruticans dan Sonneratia alba. Salah
satu ekosistem mangrove di Indonesia adalah Segara
Anakan yang terletak di Cilacap. Untuk mengetahui
struktur, komposisi, dan distribusi tumbuhan mangrove
di Segara Anakan, oleh karena itu erlu dilakukan
penelitian mengenai densitas, frekuensi, distribusi, nilai
penting, indeks diversitas dan indeks similaritas di
kawasan mangrove Segara Anakan.
Kata Kunci : mangrove, struktur, komposisi, dan
distribusi

produktivitas perairan pesisir pantai selatan. Di samping


itu juga mendukung kehidupan satwa liar serta kehidupan
masyarakat di sekitar hutan mangrove.
Sungai sungai yang bermuara ke laguna ini
adalah sungai Citanduy, Sungai Kayumati, Cibereum,
Ujung galang dan sungai Dangal sungai sungai tersebut
membawa lumpur yang kemudian akan mengendap di
laguna. Kondisi Laguna Segara anakan dari waktu ke
waktu

terus

mengalami

penurunan

kualitas

dan

kuantitasnya. Pada tahun 1974 luasnya mencapai 15.551


hektar kemudian menjadi 8.495 hektar pada tahun 2008
(KPSKSA, 2009). Hal ini akibat dari adanya sedimentasi
berasal dari sungai Citanduy 3,04 juta ton/tahun, sungai
Cikonde 2,19 juta ton/tahun, sungai Cibeureun 0,01 juta
ton/tahun dan total 5,24 juta ton/tahun. Dari jumlah
tersebut diperkirakan mengendap 740.000 m2/tahun dari
Citanduy dan 260.000 m2/tahun dari sungai Cikonde,
jadi total sedimen yang mengendap di perairan laguna
segara anakan yang berasal kedua sungai tersebut sekitar
1 juta m2/tahun (Yahya, 1999).
Keanekaragaman jenis vegetasi mangrove di

PENDAHULUAN
Salah satu hutan mangrove terluas di Indonesia
adalah segara anakan. Segara anakan terletak tepatnya di
Cilacap, Jawa Tengah. Kaasan hutan mangrove di segara
anakan termasuk ekosistem hutan mangrove yang sangat
unik, yaitu merupakan daerah estuary yang dilindungi
oleh Pulau Nusakambangan dan dipengaruhi oleh pasang
surut Samudera Indonesia melalui dua kanal (kanal
sebelah barat dank anal sebelah timur). Di sepanjang
kanal dan di tengah laguna mempunyai pemandangan
yang indah yaitu merupakan hamparan perairan laguna
yang dihiasi vegetasi mangrove dan aneka ragam jenis
satwa liar. Keadaan mangrove di segara anakan semakin
penting, mengingat ungsi ekologi untuk mendukung

laguna segara anakan terdapat 31 spesies. Beberapa


spesiesnya tersebut diantaranya, Rhizophora apiculata,
Rhizophora

mucronata,

Bruguiera

gymnorhiza,

Bruguiera parviflora, Avicennia marina, Avicennia


officinalis,
moluccensis,

Xylocarpus

granatum,

Xylocarpus

Aegiceras

corniculatum,

Exoecaria

agallocha, Nypa fruticans dan Sonneratia alba. (Yahya,


1999).
Praktikum ekologi mangrove ini menggunakan
10 stasiun yaitu stasiun A1, A2, A3, A4, A5, B1, B2, B3,
B4 dan B5. Pada praktikum ini dilakukan 3 kali ulangan
di masing-masing stasiun. Untuk kelompok kami,
kelompok 1 mendapatkan lokasi di stasiun A1 dan B1.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

2. Jumlah seedling yang ada dihitung

struktur, komposisi, dan distribusi tumbuhan mangrove di


Segara Anakan, melalui densitas, frekuensi, distribusi,
nilai penting, indeks diversitas dan indeks similaritas.

banyaknya individu masing-masing spesies


3. Data dicatat dan di analisis
d. Masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan
dalam 1 stasiun.

MATERI DAN METODE


Alat yang digunakan dalam praktkum ini adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

tali raffia, meteran, golok, gunting, dan alat tuis. Bahan


yang digunakan dalam praktikum ini adalah Objek yang
diamati

meliputi

seluruh

spesies

tumbuhan,

baik

tergolong mangrove mayor, minor atau asosiasi. Metode


yang digunakan pada praktikum ini adalah:

Nypha ruticans

Rizhopora mucronata

a. Transek pohon
1. Transek dibuat dengan ukuran 10 x 10 meter
dengan merentangkan tali raian sepanjang 10
x 10 meter
2. Banyaknya pohon yang ada dalam transek

Aegiceras corniculatum

Ceriops tagal

tersebut dihitung banyaknya individu masingmasing spesies

Tabel Nilai Penting Stasiun 1

3. Diameter batang mangrove setinggi dada


diukur dengan menggunakan meteran
4. Data dicatat dan dianalisis
b. Transek semak

vegetasi
Rizhospora
mucronata
aegiceras
corniculatum

1. Transek dibuat dengan ukuran 5 x 5 meter


dengan merentangkan tali raian sepanjang 5 x
5 meter
2. Banyaknya semak yang ada dalam transek
tersebut dihitung banyaknya individu
masing-masing spesies
3. Diameter batang mangrove setinggi dada
diukur dengan menggunakan meteran
4. Data dicatat dan dianalisis
c. Transek seedling
1. Transek dibuat dengan ukuran 1 x 1 meter
dengan merentangkan tali raian sepanjang 1 x
1 meter.

jumlah plot

luas
seluruh
Jumlah plot
kerapatan
18
5

75

KR

0.24 78.260870

75 0.06666667
0.30666667

21.74

seluruh plot frekuensi


FR %
3
3
1
60
2
3 0.666666667
40
1.666666667

jumlah
basal
dominansi
DR %
NP
1.913 0.025502378 1065.993965 120425.48347764400%
0.179 0.002392357
8.576374
7031.55041539969%
0.027894735

besar; (minor mangrove) tidak membentuk formasi atau

Tabel Nilai Penting Stasiun 1


Spesies
bluguiera
sexangula
ceriops tagal
rhizophora
apiculata
aegiceras
corniculatum

luas
seluruh
Jml plot
kerapatan KR %

tercecer dan mangrove ikutan (assosiasi mangrove) yaitu


berbagai jenis tumbuhan yang berada di sekitar hutan

4
2

75
75

0.053333
0.026667

44.444444
22.222222

75

0.013333

11.111111

mangrove dan kehidupannya sangat bergantung dengan


kadar garam, dan kelompok tumbuhan ini biasanya hidup
di daerah yang digenangi air laut pada saat pasang
maksimum saja.

75

0.026667
0.12

22.222222

Praktikum lapangan yang dilakukan di Segaranakan pada


stasiun 1 ditemukan Rhizophora mucronata pada plot I

jml plot seluruh plot


1
1
1
1

2
2
2
2

frekuensi FR %
0.5
0.5
0.5
0.5
2

jumlah basal dominansi


0.227707
0.003036093
0.093153
0.00124204
0.203822
0.002717627
0.118631
0.001581747
0.008577507

terdapat 11 spesies, plot II terdapat 1spesies dan plot III


25
25
25
25

DR %
35.39599
14.4802
31.68318
18.44063

terdapat 6 spesies. Aegiceras corniculatum pada stasiun 1


plot I ditemukan 3 spesies, plot II ada 2 spesies dan pada
stasiun 2 plot II juga ditemukan 2 spesies. Stasiun 2 plot I
ditemukan 4 spesies Bruguiera sexangula, 2 spesies

NP
104.8404
61.70242
67.79429
65.66286

Ceriops tagal dan 1 spesies Rhizophora apiculata. Dan di


kedua stasiun terdapat Nypa fruticans.
Klasifikasi Rhizophora mucronata L. menurut
Anonim (2012)
Kingdom

Divisi: Mangnoliophyta

Mangrove dapat definisikan secara luas sebagai


tipe vegetasi yang terdapat di linkungan laut dan perairan
payau. Secara umum dibatasi zona pasang-surut, mulai
dari batas air surut terendah hingga pasang tertinggi.
Struktur vegetasi hutan mangrove meliputi pohon dan
semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga
(Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Xylocarpus,

Lumnitzera,

Laguncularia,

Aigiceras,

Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk ke


dalam delapan family. Komunitas mangrove hidup di
daerah pantai terlindung di daerah tropis dan subtropis.
Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup diantara 35LU35LS, terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan vegetasi penyusunya, hutan mangrove dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu hutan mangrove utama
(major mangrove) yang mengelompok dalam jumlah

: Plantae

Class

: Mangnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Famili

: Rhizophoraceae

Genus

: Rhizophora

Spesies

: Rhizophora mucronata L.

Perawakaan: pohon, tinggi dapat mencapai 20 m,


kulit batang kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Daun:
bentuk elip sampai bulat panjang, ukuran 10-16 cm,
ujung meruncing dengan duri (mucronatus), permukaan
bawah tulang daun berwarna kehijauan, berbintik-bintik
hitam tidak merata. Karangan bunga: tersusun atas 4-8
bunga tunggal, kelopak 4, warna kuning gading, mahkota
4, berambut pada bagian pinggir dan belakang, benang
sari 8. tangkai putik panjang 12 mm dengan ujung
berbelah dua. Buah: bentuk mirip jambu air, ukuran 2-2,3
cm,

warna

hijau

kekuningan,

hipokotil

silindris

berdiameter 2-2,5 cm, panjang dapat mencapai 90 cm,

membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji

dengan

hijau

yang membesar dan cepat rontok, ukuran panjangnya 5-

kekuningan. Akar: tunjang. Habitat: tanah berlumpur

7,5 cm dan diameter 0,7 cm. Dilihat dari sistem

dalam dan sedikit berpasir (Ashton, 1988; Backer dan

ekologinya, tumbuhan unik ini memiliki toleransi yang

Bakhuizen v.d. Brink, 1963; Chapman, 1976; Ding-Hou,

tinggi terhadap salinitas, tanah, dan cahaya yang

1958; Fernando dan Pancho, 1980; Kitamura et al., 1997;

beragam. Mereka umumnya tumbuh di tepi daratan

Noor dkk., 1999; Tomlinson, 1986).

daerah mangrove yang tergenang oleh pasang naik yang

permukaan

Klasifikasi

berbintik-bintik,

warna

Aegiceras corniculatum menurut

Anonim (2012)

normal, di bagian tepi dari jalur air yang bersifat payau


secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun dan

Kingdom

: Plantae

kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji tumbuh

Divisi

: Tracheophyta

secara semi-vivipar di mana embrio muncul melalui kulit

Class

: Magnoliopsida

buah ketika buah yang membesar rontok. Biasanya

Ordo

: Myrsinales

segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon

Family

: Myrsinaceae

dewasa. Buah dan biji telah teradaptasi dengan baik

Genus

: Aegiceras

terhadap penyebaran melalui air. Pohon ini berapdatasi

Spesies

: Aegiceras corniculatum

terhadap hutan bakau dengan garam sekresi dan

Pohon

ini

merupakan

semak

kecil

yang

kriptovivivary (Peter, 2001). Distribusi pohon Aegiceras

mempunyai tinggi sekitar 5 m, tetapi di Singapura

corniculatum adalah Sri Lanka, Malaysia, seluruh

tingginya hanya mencapai 1-2 m. Akar menjalar di

Indonesia, Papua New Guinea, Cina selatan, Australia,

permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu hingga

dan Kepulauan Solomon.

coklat kemerahan, bercelah, dan memiliki sejumlah

Klasifikasi Bruguiera sexangula L. menurut

lentisel. Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat

Anonim (2012):

pada bagian atas, dan hijau pucat di bagian bawah,

Kingdom

: Plantae

seringkali bercampur warna agak kemerahan. Kelenjar

Divisi

: Magnoliophyta

pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan

Class

: Magnoliopsida

gagangnya. Unit dan letak sederhana dan bersilangan.

Ordo

: Myrtales

Bentuknya bulat telur terbalik hingga elips. Bagian ujung

Famili

: Rhizophoraceae

membundar. Ukuran: 11 x 7,5 cm. Bunga, dalam satu

Genus

: Bruguiera

tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti

Spesies

: Bruguiera sexangula

lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga

Pohon yang selalu dengan ketinggian kadang-

panjangnya 8-12 mm. Letaknya di ujung tandan/tangkai

kadang mencapai 30m, kulit kayu coklat muda abu-abu,

bunga. Bentuk formasi payung. Daun Mahkota berjumlah

halus hingga kasar, memiliki sejumlah lentisel berukuran

5, berwarna putih, ditutupi rambut pendek halus dengan

besar dan pangkal batang yang membengkak. Akar lutut,

ukuran 5-6 mm. Kelopak Bunga berjumlah 5, berwarna

dan kadamg-kadang akar papan. Daun: agak tebal,

putih sampai dengan hijau. Buah berwarna hijau hingga

berkulit, dan memiliki bercak hitam di bagian bawah;

merah jambon (jika sudah matang), permukaan halus,

bentuk elips; ujung meruncing; letak sederhana dan

belawanan. Buah: hipokotil menyempit di kedua ujung,

mm, beralur, dan sedikit berbintil pada permukaannya.

ukuran hipokotil panjang 6-12 cm dan diameter 1,5 cm.

Akar: sedikit tampak adanya akar papan. Habitat: tanah

tumbuh di samping jalur air dan tambak pantai, pada

liat

berbagai tipe subtract yang tidak sering tergenang.

berdampingan dengan

Biasanya tumbuh pada kondisi yang lebih basah

Backer dan Bakhuizen v.d. Brink, 1963; Chapman, 1976;

disbanding B. gymnorrhiza, terkadang terdapat pada

Ding-Hou, 1958; Fernando dan Pancho, 1980; Kitamura

pantai berpasir. Toleran terhadap kondisi air asin, payau

et al., 1997; Noor dkk., 1999; Tomlinson, 1986).

dan

tawar.

Pembungaan

terjadi

sepanjang

agak

tahun,

bunganya yang besar diserbuki oleh burung. Hipokotil

kering

Klasifikasi

dan

sedikit

berpasir.

Biasanya

C. decandra (Ashton, 1988;

Rhizophora

apiculata

menurut

Anonim (2012)

disebarkan oleh air. Dimanfaatkan sebagai kayu bakar,

Kingdom

: Plantae

tiang dan arang. Buahnya digunakan untuk mengobati

Divisi

: Magnoliophyta

penyakit herpes,akar serta daunnya digunakan untuk

Class

: Magnoliopsida

mengatasi kulit terbakar. Di Sulawesi buahnya dimakan

Ordo

: Malpighiales

setelah direndam dan dididihkan. Penyebaran dari India,

Family

: Rhizophoraceae

seluruh Asia Tenggara hingga Australia Utara.

Genus

: Rhizophora

Klasifikasi Ceriops tagal menurut Anonim (2012)

Spesies

: Rhizophora apiculata

Kingdom

: Plantae

Memiliki naman ilmiah Rhizophora apiculata (atau

Divisi

: Mangnoliophyta

sering pula disebut R. Conjugata L.), bakau minyak juga

Class

: Mangnoliopsida

disebut dengan nama bakau tandok, bakau akik, bakau

Ordo

: Myrtales

kacang dan lain-lain. Pohon ini tingginya hingga 20 m.

Famili

: Rhizophoraceae

Baling-baling daun elips, berbintik-bintik hitam kecil di

Genus

: Ceriops

bawah, batang dan daun stipules sering diwarnai merah.

Spesies

: Ceriops tagal

Stalkless bunga berwarna krem, berpasangan, pada

Perawakan: perdu sampai pohon, tinggi dapat

pendek, gemuk, tangkai abu-abu gelap. Bunga biasanya

mencapai 3 m, kulit batang bagian bawah sedikit

berkelompok dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan

mengelupas, warna abu-abu kecoklatan. Daun: tunggal,

kekuningan. Buah kecil, coklat, panjangnya 2 3,5 cm.

letak berlawanan, warna hijau muda sampai tua, bagian

Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga, dan

tepi daun seringkali melengkung ke dalam, ujung

merah pada leher kotiledon bila sudah matang. Panjang

membulat, bentuk bulat telur terbalik sampai elip, ukuran

hipokotil sekitar 1838 cm. Berbeda dari R. mucronata

panjang 4-8 cm, lebar 2-3 cm. Karangan bunga:

and R. stylosa memiliki pendek, gemuk, tangkai

bergerombol di ujung tandan, berjumlah 5-10 bunga,

perbungaan abu-abu gelap (panjang, ramping, kuning).

dengan tangkai bunga panjang, terletak di ketiak daun,

Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang

kelopak 5, berwarna hijau, daun mahkota 5, berwarna

tergenang jika pasang dan terkena pengaruh masukan air

putih kecoklatan, tangkai benangsari lebih panjang dari

tawar yang tetap dan kuat.

kepala sarinya. Buah: bulat, warna merah kecoklatan,


hipokotil mirip pensil, panjang 9-18 cm, diameter 8-12

Klasifikasi Nypa
(2012)

fruticans menurut Anonim

Kingdom

: Plantae

dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat

Divisi

: Magnoliophyta

dapat digunakan untuk memproduksi alkohol dan gula.

Class

: Magnoliopsida

Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan

Ordo

: Arecales

lebih baik dibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki

Family

: Arecaceae

kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan

Genus

: Nypa

untuk bahan pembuatan payung, topi, tikar, keranjang

Spesies

: Nypa fruticans

dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah,

Palma tanpa batang di permukaan, membentuk

serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat.

rumpun. Batang terdapat di bawah tanah, kuat dan

Tanaman ini mempunyai distribusi dari Asia Tenggara,

menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m. Daun seperti

Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea,

susunan daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4-9 m.

Filipina, Australia dan Pasifik Barat.

Terdapat 100-120 pinak daun pada setiap tandan daun,

Hasil perhitungan menujukkan bahwa tingkat

berwarna hijau mengkilat di permukaan atas dan

frekuensi relatif tertinggi pada stasiun 1 dan 2 pancang

berserbuk di bagian bawah. Bentuk daun lanset, ujungnya

adalah Rhizophora mucronata dengan FR pancang

meruncing. Ukuran daun 60-130 x 5-8 cm. Tandan bunga

stasiun 1 sebesar 60%. Stasiun 2 memiliki FR dengan

biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang

jenis pancang relatif sama pada semua jenis mangrove

sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala

sebesar 25%. Supardjo (2008), menyatakan tingginya FR

melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning

pada

cerah, terletak di bawah kepala bunganya. Buah

memperoleh unsur hara. Hasil perhitungan dominansi

berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada

tertinggi pada stasiun 1 adalah Rhizophora mucronata

setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Diameter

sebesar 1065,993965% dan stasiun 2 adalah Bluguiera

kepala buah mencapai 45 cm. Diameter biji 4-5 cm.

sexangula sebesar 35,39599%. Menurut Noor et al.

Ekologi tumbuhan ini yaitu tumbuh pada substrat yang

(2006) tingkat dominansi dapat mencapai 99% dari

halus, pada bagian tepi atas dari jalan air. Memerlukan

vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi yang sama dalam

masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di

suatu areal.

Rhizophora

dikarenakan

kompetisi

dalam

luar zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang

Nilai penting merupakan suatu harga yang

berkelompok. Memiliki sistem perakaran yang rapat dan

didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah

kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan

variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan

masukan air dibandingkan dengan sebagian besar jenis

relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk

tumbuhan mangrove lainnya. Serbuk sari lengket dan

rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila.

Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara

Buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji

harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis

membantu penyebaran mereka melalui air. Kadang-

terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis

kadang bersifat vivipar.

yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis

Pohon ini mempunyai manfaat sebagai sirup

tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai

manis dalam jumlah yang cukup banyak, dapat dibuat

penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua

jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting


terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan
untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Hasil Nilai Penting pada kelompok kami yaitu:
Tabel 1. Data Nilai Penting Stasiun 1
Spesies

Nilai Penting (np) %

Rizhospora
mucronata

120425,48347764400%

Gambar 1. Dendogram Similaritas Vegetasi Mangrove stasiun


ke 4 di Segara Anakan Cilacap

7031,55041539969%

Berdasarkan dendrogram diatas menunjukkan

Aegiceras
corniculatum

similaritas vegetasi mangrove di Cilacap. Keragaman


vegetasi mangrove pada stasiun 4 kekerabatannya paling

Tabel 2. Data Nilai Penting Stasiun 2


Spesies

Nilai Penting (np) %

dekat dengan satsiun 5 dan berkerabat dengan stasiun 3.


Satsiun 2 berkerabat dengan stasiun 1 dan keduanya

Bluguiera sexangula

104,8404

Ceriops tagal

61,70242

Rhizophora apiculata

67,79429

Aegiceras corniculatum

65,66286

berkerabat dengan stasiun 4. Secara keseluruhan, jenis


vegetasi mangrove pada berbagai kelompok dan stasiun
dapat dikatakan sama dan hanya beberapa spesies yang
berbeda. Hal tersebut dapat dipahami karena pada
dasarnya lokasi praktikum masih merupakan daerah yang

Nilai penting pada stasiun 1 yang tertinggi adalah


Rizhospora mucronata dengan nilai penting sebesar

berdekatan dan membentuk vegetasi mangrove yang


menyusun ekosistem Sagara Anakan Cilacap.

120425,48347764400% dan nilai penting terendah ada


pada spesies Aegiceras corniculatum dengan angka
7031,55041539969%. Stasiun 2 memiliki Bluguiera
sexangula dengan 104,8404% sebagai nilai tertinggi dan
yang terendah adalah Ceriops tagal dengan nilai penting
61,70242%. Jenis

R. apiculata

dan

Aegiceras

corniculatum mendominasi zona terluar diikuti oleh


jenis R. mucronata, sedangkan jenis Hibiscus tiliaceus
banyak terdapat di zona paling dalam yaitu pada batas air
pasang tertinggi. Sonneratia alba

lebih banyak

ditemukan pada daerah pantai dengan substrat lumpur

Gambar 2. Dendogram Similaritas Vegetasi Mangrove (plot


1x1m) di Segara Anakan Cilacap

berpasir terutama pada daerah pantai yang berbatasan


langsung dengan perairan laut terbuka. Jenis ini dapat

Berdasarkan dendrogram diatas menunjukkan

ditemukan sebagai tegakan pohon yang berukuran besar

similaritas vegetasi mangrove di Cilacap. Keragaman

di tepi pantai (Nursal et al., 2005).

vegetasi mangrove pada stasiun 5 kekerabatannya paling

dekat dengan satsiun 2 dan berkerabat dengan satsiun 3

gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu

berkerabat. Dan diikuti oleh stasiun 1 yang berkerabat

spesies dalam komunitas. Indeks Nilai Penting (INP) ini

dengan stasiun 4. Secara keseluruhan, jenis vegetasi

digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis

mangrove pada berbagai kelompok dan stasiun dapat

terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting

dikatakan sama dan hanya beberapa spesies yang

menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam

berbeda. Hal tersebut dapat dipahami karena pada

komunitas (Shukla dan Chandel, 1977).

dasarnya lokasi praktikum masih merupakan daerah yang

Menurut Bengen (2000), Indeks Nilai Penting

berdekatan dan membentuk vegetasi mangrove yang

(Inp) Adalah Penjumlahan Nilai Relatif (Rdi), Frekuensi

menyusun ekosistem Sagara Anakan Cilacap.

Relatif

(Rfi)

Dan

Penutupan

Relatif

(Rci)

Dari

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan

Identifikasi Keberadaan Ekosistem Mangrove. Adapun

bahwa hutan mangrove di Sagara Anakan Cilacap dalam

Masing-Masing Komponen Penyusun Indeks Nilai

keadaan rusak karena hanya sedikit sekali yang

Penting, Sebagai Berikut :

ditemukan pohon. Menurut Dairiana et al. (2010),

Nilai Kerapatan Relatif (Rdi) : Nilai Kerapatan

keadaan ekosistem seperti ini mengimplementasikan

Jenis Merupakan Jumlah Tegakan Jenis Ke-I

bahwa ekosistem hutan mangrove ini sudah mengalami

Dalam Suatu Unit Area.

perubahan yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang

Kerapatan Relatif =

tidak bertanggung jawab, seperti kepentingan dari


masyarakat sekitar hutan melakukan pencurian kayu

Tabel 1. Kerapatan Relatif

untuk kayu bakar dan kayu pertukangan karena harga

Luas
Seluruh
Jml Plot
Kerapatan Kr %

kayu bakar dari bakau termasuk mahal. Terjadinya


pengalihan fungsi hutan sebagai lahan pertanian, tambak,
ataupun pemukiman oleh masyrakat setempat. Kegiatan
tersebut menjadi ancaman untuk kelestarian ekosistem
hutan mangrove.
Perairan hutan mangrove di kawasan Segara
Anakan Cilacap menyumbang 70% total produksi

Spesies
Bluguiera
Sexangula
Ceriops
Tagal
Rhizophora
Apiculata
Aegiceras
Corniculatum

perikanan. Namun, kondisi tersebut sudah jauh berkurang


karena sebagian besar kawasan hutan mangrove di
Segara Anakan Cilacap telah berubah jadi daratan oleh
adanya

sedimentasi

dan

rusaknya

hutan

karena

penebangan (Martosubroto dan Sudrajat 1974). Maka

75

0.053333 44.444444

75

0.026667 22.222222

75

0.013333 11.111111

75
Jumlah

0.026667 22.222222
0,12

Nilai Frekuensi Relatif (RFi) : Nilai frekuensi jenis


adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke-i dengan
jumlah frekuensi seluruh jenis (Bengen, 2000).
Frekuensi

Relatif

perlu dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan agar


keseimbangan ekosistem terjaga.
Hasil analisis vegetasi yang dilakukan terhadap
suatu komunitas hutan akan diperoleh angka berupa nilai
penting dari suatu jenis. Nilai penting ini merupakan

Tabel 2. Frekuensi Relatif


Spesies
Bluguiera

Jml Seluruh
Fr
Plot Plot
Frekuensi %
1
2
0.5 25

Sexangula
Ceriops
Tagal
Rhizophora
Apiculata
Aegiceras
Corniculatum

stasiun A5 juga memiliki kesamaan spesies yang cukup


1

banyak yaitu dengan indeks similaritas sebesar 65,02.

0.5 25

Kemudian pada stasiun A4 lebih memiliki kemiripan


1

0.5 25

spesies seperti pada stasiun A3 dan A5, dengan indeks

2
0.5 25
Jumlah
2
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh

indeks nilai penting. Indeks nilai penting dihitung dengan

similaritas sebesar 59,84. Sedangkan stasiun A1 dan A2


memiliki sedikit kemiripan atau kekerabatan yang cukup
jauh dengan spesies yang ada di stasiun 4, 3 dan 5 dengan
indeks similaritas sebesar 52,54.

rumus:
INP = RDi+RFi+RCi
Spesies
Bluguiera
Sexangula
Ceriops
Tagal
Rhizophora
Apiculata
Aegiceras
Corniculatum

Jml
Basal

Dominansi

Dr %

Np

0.2277 0.003036093 35.39599 104.8404


0.0932

0.00124204

14.4802 61.70242

0.2038 0.002717627 31.68318 67.79429


0.1186 0.001581747 18.44063 65.66286
0.008577507
Jumlah

Dilihat dari tabel diatas yang paling mendominasi adalah

Gambar 4. Kluster A plot 1x1

Berdasarkan gambar kluster A 5x5 diperoleh hasil

spesies Bluguiera Sexangula dengan indeks nilai penting

bahwa pada stasiun A2 dan A5 spesies yang ditemukan

sebesar 104.8404. Sedangkan yang terendah atau

memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dilihat dari


indeks similaritas sebesar 83,86. Kemudian selanjutnya

Dominansi yang rendah yaitu Ceriops Tagal dengan nilai


penting sebesar 61.70242.

pada stasiun A3 memiliki spesies yang memlikiki


kererabatan yang cukup dekat seperti pada stasiun A2
dan A5 dengan indeks similaritasnya sebesar 76,3.
Selanjutnya pada stasiun

A1 memiliki

hubungan

kekerabat spesies yang cukup dekat seperti pada stasiun


A3, dengan indeks similaritas sebesar 66,24. Sedangkan
pada stasiun A4 memiliki kekerabatn yang cukup jauh
dengan stasiun A2 dan A5 dengan indeks similaritasnya
sebesar 59,55.
Gambar 3. Kluster A plot 1x1

Berdasarkan gambar kluster A plot 1x1 diperoleh


hasil bahwa pada stasiun A1 dan A2 memiliki spesies
yang paling banyak kesamaan yaitu dengan indeks
similaritas sebesar 71,92. Sedangkan stasiun A3 dan

B2 memiliki spesies yang hubungan kekerabatan yang


cukup dekat dengan stasiun B5 dan B3 dengan indeks
similaritas sebesar 69,86. Sedangkan pada stasiun B4
memiliki spesies dengan kekerabatan cukup dekat seperti
pada stasiun B2 dengan indeks similaritas sebesar 55,05.
Stasiun B1 memiliki hubungan kekerabatan spesies yang
cukup dekat seperti yang ada pada stasiun B4 dimana
indeks similaritasnya sebesar 51,29, namun memiliki
Gambar 5. Kluster B plot 1x1

hubungan kekerabatan yang cukup jauh dengan spesies

Berdasarkan gambar kluster B 1x1 dapat dilihat

yang ada di stasiun B3 dan B5.

bahwa pada stasiun B5 dan B3 memiliki spesies yang


hubungan kekerabatannya cukup dekat, yaitu dengan
indeks similaritas sebesar 65,13. Kemudian pada stasiun
B4 dan B2 juga memiliki spesies yang hubungan
kekerabatan yang cukup dekat, dilihat dari indeks
similaritasnya sebesar 57,66. Hubungan kekerabatan
antara spesies yang ada di stasiun B5, B3 dan B4, B2
indeks similaritasnya sebesar 51,2 ini menunjukan
hubungan kekerabatan spesies yang terlalu dekat,
sedangkan

untuk

stasiun

B1

memiliki

hubungan

Gambar 7. Kluster A dan B plot 1x1

kekerabatan spesies yang jauh dengan spesies yang ada di

Berdasarkan gambar stasiun A dan B pada plot

lokasi B5,B3, B4 dan B2 pada stasiun B1 ini memiliki

1x1 di ketahui bahwa pada stasiun B4 dan stasiun B2

indeks similaritas sebesar 27,31.

memiliki kekerabatan spesies yang dekat dengan nilai


similaritas sebesar 74,12. Sedangkan Stasiun A1 dan A2
memiliki kekerabatan spesies yang dekat dilihat dari nilai
indeks similaritasnya yaitu 71,96. Kemudian pada stasiun
B5 memiliki beberapa hubungan spesies yang cukup
dekat dengan yang ada di stasiun B4 dan B2 dengan nilai
indeks similaritas sebesar 50,55. Stasiun A5 dan stasiun
A3 memiliki kekerabatan spesies yang cukup dekat yaitu
dengan indeks similaritas sebesar 65,04.

Gambar 6. Kluster B plot 5x5

Berdasarkan gambar kluster B 5x5 diketahui

Stasiun B3

memiliki spesies yang kekerabatannya cukup dekat


dengan yang ada di stasiun A5 dan A3 dengan indeks

bahwa pada stasiun B5 dan B3 memiliki spesies yang

similaritas 61,86. Kemudian stasiun

hubungan kekerabatannya cukup dekat, yaitu dengan

hubungan kekerabatan spesies dengan spesies yang ada

indeks similaritas sebesar 76,87. Kemudian pada stasiun

di stasiun B3 dilihat nilai ineks similaritasnya sebesar

A4 memilki

58,57.

Stasiun

A1

dan

A2

memiliki

hubungan

cukup dekat dengan yang ada di stasiun B2 dengan

kekerabatan spesies yang lumayan dekat dengan yang

indeks similaritas sebesar 58,17. Stasiun B1 memiliki

ada di stasiun A4 dengan nilai indeks similaritas sebesar

indeks similaritas 57,62 dengan stasiun A4. Kemudian

53,37. Stasiun A1, A2, A4 memiliki kesamaan spesies

pada stasiun B4 memiliki spesies dengan hubungan

yang cukup jauh dengan yang ada di stasiun B4,B2,B5.

kekerabatan yang jauh dengan yang ada di stasiun B1

Stasiun B1 lah yang memiliki hubungan kekerabatan

dan memiliki kekerabatan yang sangat jauh dengan

spesies paling jauh dengan spesies yang ada di stasiun

spesies yang ada di stasiun A2 dan A5 dimana indeks

lainnya dilihat dari ineks similaritas yang kecil yaitu

similaritasnya yaitu 51,75.

36,71.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa:
Spesies mangrove yang ditemukan pada stasiun A1
adalah Rizhospora mucronata, Aegiceras corniculatum
dan stasiun B1 adalah Bluguiera sexangula, Ceriops
tagal, Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum.
Gambar 8. Kluster A dan B plot 5x5

Berdasarkan gambar kluster A dan B plot 5x5


diperoleh hasil bahwa pada stasiun A5 dan A2 memiliki
indeks similaritas paling tinggi yaitu 83,91 ini artinya
pada lokasi stasiun A5 dan A2 memiliki hubungan
kekerabatan spesies yang tinggi. Selanjutnya stasiun B3
memiliki hubungan kekerabatan spesies yang cukup
tinggi juga yaitu dilihat dari indeks similaritasnya sebesar
78,84. Sedangkan pada stasiun B5 memiliki kemiripan

DAFTAR PUSTAKA
Dairiana, A., Nur Illiyyina S., Syampadzi Nurroh, dan R.
Rodlyan Ghufrona. 2010. Analisis Vegetasi
Ekosistem Hutan Mangrove KPH Banyumas
Barat. Fakultas Kehutanan-IPB. Bogor.EWI
2005.
KPSKSA. 2009. Kantor Pengelola Sumberdaya Kawasan
Segara Anakan, Data dan Informasi Segara
Anakan: Laguna Unik di Pantai Selatan Jawa,
Cilacap.

yang cukup tinggi dengan stasiun A3 dan B3 dengan


indeks similaritas sebesar 73,17. Selanjutnya stasiun A2,
A5 memiliki sedikit kemiripan spesies dengan stasiun B5
dengan indeks similaritas sebesar 71,77. Kemudian pada
stasiun A1 memiliki kemiripan kekerabatan spesies
dengan stasiun A5, A2, B5 dengan indek similaritas
sebesar 67,45. Stasiun B2 memiliki cukup kesamaan
kekerabatan spesies dengan yang ada di stasiun A1
dengan indeks similaritas sebesar 63,92. Selanjutnya
pada stasiun A4 memiliki spesies yang kekerabatannya

Martosubroto, P dan Sudrajat, 1974. A Study On Some


Ecological Aspect And Fisheries Of Segara
Anakan In Indonesia. Publ. Of. Fish Rest. Inst.
LPPL 1/73: 73-84.
Murniati, 2009. Perbandingan luas tutupan spoon tiped
setae maksiliped kedua pada Uca spp.
(Brachyura: Ocypodidae). Fauna Indonesia,
18(1):1-8.
Noor, Y. R., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006.
Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PHKA/WI-IP. Bogor.

Nursal, Yuslim Fauziah dan Ismiati. 2005. Struktur dan


Komposisi Vegetasi Mangrove Tanjung Sekodi
Kabupaten Bengkalis Riau. Jurnal Biogenesis,
2(1): 1-7.
Siburian, J. T. Wulandari, A. Hamidahh. 2013. Morfologi
Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I
Tanjung Jabung Barat Jambi. Biospecies 6 (1):
6-14.
Supardjo, M. N. 2008. Identifikasi Vegetasi Mangrove di
Segoro Anak Selatan, Taman Nasional Alas
Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal
Saintek Perikanan, 3(2): 9-15.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB
Yahya, R. P. 1999. Znasi Pengembangan Ekoturisme
Kawasan Mangrove yang Berkelanjutan di
Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa tengah.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai