Anda di halaman 1dari 10

I

SILVIKA

OLEH:

Nama : Faizal mandalay putra

Stambuk : M1A120093

Kelas :C

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki tingkat biodiversity yang tinggi

dengan potensi kekayaan alam yang melimpah didukung oleh wilayah yang luas dengan

banyak kepulauan dan berada di daerah tropis. Menurut Tuheteru dan Mahfudz

(2012)Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 81.000

km. Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi pantai salah satunya

adalah vegetasi hutan pantai. Dimana pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem

laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari

pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah terbentuknya gundukan pasir itu biasanya

terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.

Hutan pantai merupakan bagian dari wilayah pesisir dan laut yang memiliki potensi

sumberdaya alam yang produktif. Wilayah tersebut merupakan dua bentuk ekosistem yang

berbeda, yaitu ekosistem perairan laut dan ekosistem hamparan lahan daratan. Kriteria

hamparan lahan di sepanjang batas perairan laut, kearah daratan disebut lansekap pantai.

Secara umum dibedakan menjadi dua yaitu formasi vegetasi pes-caprae dan formasi vegetasi

barringtonia.Dimana formasi vegetasi pantai tersebut hampir terdapat di seluruh pantai di

Indonesia (Waryono, 2000).

Hutan pantai ini memiliki banyak manfaat yaitu dapat meredam hempasan gelombang

tsunami, mencegah terjadinya abrasi pantai, melindungi ekosistem darat dari terpaan angin

dan badai, pengendali erosi, habitat flora dan fauna,tempat berkembangbiak, pengendali

pemanasan global, penghasil bahan baku industri kosmetik,biodisel dan obat-obatan serta

sebagai penghasil bioenergi (Tuheteru dan Mahfudz, 2012). Salah satu manfaat tersebut telah

dilakukan oleh Sitanggang (2007). mengenai peranan vegetasi Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet

bahwa penyusun formasi pes-caprae ini dapat mereduksi erosi gisik di sepanjang pantai Teluk
Amurang, Sulawesi Utara. Namun,umumnya masyarakat Indonesia tidak terlalu

memperhatikan manfaat yang diberikan oleh vegetasi pantai ini dengan melakukan kegiatan

sektor pembangunan seperti pengembangan pemukiman, rekreasi atau pariwisata sehingga

menimbulkan situasi dimana sumber daya alam ini menjadi terabaikan. Selain hutan pantai,

Hutan mangrove berada pada daerah yang sama yaitu tersebar di daerah pantai dan sungai.

Definisi ekosistem mangrove merupakan vegetasi pohon didaerah tropis yang

terdapatdidaerah intertidal ( pasang surut ) dan mendapat pasokan air laut dan air tawar

( payau ).Karakteristik hutan mangrove diantaranya yaitu memiliki habitat disubstrat yang

berlumpur,lempung, dan berpasir, karena substrat ini mempengaruhi species yang tinggal

ditem pat tersebut.Mangrove hidup diperairan yang bersalinitas payau antara 0,5-30 ppt.

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar, baik ditinjau secarafisik,

kimia, biologi, ekonomi, bahkan wahana wisata. Secara fisik hutan mangrove dapat menjaga

garis pantai agar tidak terjadi abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan

menyanggarembesan air laut kedarat. Secara kimia hutan mangrove mampum mengolah

limbah agarkemungkinan pencemaran sedikit dan yang paling utama menghasilkan oksigen.

Secara biologihutan mangrove merupakaan habitat biota darat dan laut, sebagai daerah

asuhan, mencari makan,dan tempat menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat dijadikan bahan

bakar, bahkan dapatdijadikan suplemen. Dan sebagai fungsi wahan wisata, hutan mangrove

dijadikan sebagai tempatpenelitian dan tempat wisata.Secara alami tumbuhan mangrove

berkembang biak dengan propagule.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa jumlah pohon yang terdapat dalam petak ukuran 20 x 20

2. Berapa jumlah vegetasi dari perbandingan kedua hutan


3. Apa yang membedakan vegetasi dari kedua hutan tersebut

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Dapat mengetahui jumlah pohon dalam petak 20 x 20

2. Dapat mengetahui jumlah pohon/vegetasi dari kedua hutan

3. Dapat mengetahui perbedaan dari kedua hutan tersebut

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

1. Penelitian Hutan Pantai di laksanakan pada hari Minggu, 28 maret 2021 pukul 09.00

WIB – selesai. Berlokasi di Pantai Toronipa, Kel. Soropia, Kec. Konawe, Kota Kendari,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Penelitian Hutan Mangrove di laksanakan pada hari Minggu, 28 maret 2021 pukul

15.30 WITA - selesai. Berlokasi di Tracking Mangrove Lahundape, Kel. Lahundape,

Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahannya adalah sama. Adapun alat yang digunakan yaitu, kamera, palu, meter,

dan alat tulis menulis. Sedangkan bahannya adalah tali rafia, patok, triplek, dan pohonpohong

dengan jenis tertentu.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

• Hutan Pantai

Ukuran petak: 20 x 20

LOKASI : PANTAI TORONIPA

NO. Nama Spesies Gambar

1. Quararibea Cordata Q. cordata

2. Angsana Pterocarpus indicus


3. Xylocarpus X. granatum
Granatum

4. Jati Pasir G. speciosa

5. Pandan Bali Cordyline australis

6. Cemara Laut C. equisetifolia

7. Kelapa Cocos nucifera

7 Gambar
Dokumentasi
jumlah 7 pohon 7 spesies jenis
• Hutan Mangrove
LOKASI : TRACKING MANGROVE LAHUNDAPE

No. Nama Spesies Gambar


1. Rhizophora mucronta R. mucronta

2. Prepat S. alba
Jumlah 2 Pohon 2 Spesies 2 dokumentasi

B. Pembahasan

Formasi Vegetasi Hutan Pantai. Vegetasi pada daerah pantai sering dibagi dua formasi
yaitu formasi Pescaprae dan formasi Barringtonia. Formasi ini terdapat pada
tumpukantumpukan pasir yang mengalami proses peninggian di sepanjang panta. Komposisi
spesies tumbuhan pada formasi pescaprae di mana saja hampir sama karena spesies
tumbuhannya didominasi oleh Ipomea pescaprae salah satu spesies tumbuhan menjalar, herba
rendah yang akamya mampu mengikat pasir. Nama formasi pescaprae diambil dari nama
spesies tumbuhan yang dominan itu. Akan tetapi, ada spesies-spesies tumbuhan lainnya yang
umumnya terdapat pada formasi pescaprae antara lain Cyperus penduculatus, Cyperus
stoloniferus, Thuarea linvoluta, Spinifex littoralis, Vitex trifolia, Ishaemum muticum,
Euphorbia atoto, Launaca sarmontasa, Fimbristylis sericea, Canavalia abtusiofolia, Triumfetta
repens, Uigna marina, Ipomea carnosa, Ipomoea denticulata, dan Ipomoea litoralis.

Disebut formasi Barringtonia karena spesies tumbuhan yang dominan di daerah ini adalah
spesies pohon Barringtonia sp. Sebenarnya yang dimaksud ekosistem hutan pantai adalah
formasi Barringtonia ini. Beberapa spesies pohon yang tumbuh di pantai dan menyusun
ekosistem hutan pantai antara lain Barringtonia asiatica, Casuarina equisetifolia, Terminalia
catappa, Hibiscus tiliaceus, Calophyllum inophyllum, Hernandia peltata, Sterculia foetida,
Manilkara kauki, Cocos nucifera, Cycas rumphii, Caesalpinia bonducella, Morinda citrifolia,
Tournefortia argentea, Pongamia pinnata, Premna Corymbosa, Premna Pemphis acidula,
Erythrina variegata, Pandanus tectorius, dll.

Manfaat Hutan Pantai Sebagai suatu ekosistem hutan, hutan pantai memegang peranan
penting dalam konservasi dan perlindungan daerah pesisir. Beberapa manfaat dari hutan
pantai adalah: mencegah abrasi pantai, mencegah intrusi air laut, sebagai penahan angin dan
gelombang., sebagai sumber bioenergi, sebagai penyerapan carbon, sebagai habitat satwa,
sebagai daerah wisata alam

Ekosistem hutan mangrove merupakan suatu vegetasi yang tumbuh di lingkungan estuaria
pantai yang dapat ditemukan pada garis pantai tropika dan subtropika yang memiliki fungsi
secara ekologi, biologi, ekonomi dan sosial budaya, namun saat ini keberadaannya telah
mengalami degradasi akibat pemanfaatan yang kurang tepat, dan/atau mengalami perubahan
fungsi.

Kondisi mangrove pada dasarnya dipengaruhi oleh pengaruh pasang surut air laut, namun
pada kawasan hutan mangrove Pantai Cengkong air laut muda masuk kedalam kawasan.
Kemampuan adaptasi dari tiap jenis terhadap keadaan lingkungan menyebabkan terjadinya
perbedaan komposisi hutan mangrove dengan batasbatas yang khas. Hal ini menjadi salah satu
penyebab kondisi zonasi vegetasi mangrove yang tidak optimal dan diakibatkan adanya
pengaruh dari kondisi tanah, kadar garam, lamanya penggenangan dan arus pasang surut.
Sehingga kondisi yang ditunjukkan pada pola zonasi yang terbentuk tidak sesuai dengan
zonasi mangrove yang seharusnya. zonasi mangrove yang tidak stabil. Ketidak stabilan
kondisi ekosistem mangrove yang terjadi pada kawasan hutan mangrove Pantai Cengkrong
dikarenakan dilakukan reabilitasi sejak tahun 2002 yang dilakukan tanpa mengetahui
kesesuain jenis lokasi dan faktor alam yang membawa buah jatuh saat pasang surut air laut
sehingga pertumbuhan tidak stabil.

Pembentukan zonasi hutan mangrove Pantai Cengkrong bisa dikatakan sesuai dengan
pembagian zonasi menurut Bengen (2004) zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan
langsung dengan laut biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. Mucronata, Avicennia
marina dan Sonneratia alba. Zona tengah merupakan kawasan yang terletak di belakang zona
garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata,
Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula,
Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea. Zonasi
belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya
muncul antara lain Acanthus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum.
Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria
agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan
yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Barringtonia asiatica, Cerbera manghas,
Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia
pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea. Dikarenakan masih ditemukan jenis-jenis
mangrove setiap pembagian zonasi

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yaitu kita dapat mengetahui bahwa keanekaragaman hayati antara hutan
mangrove dan hutan pantai yaitu memiliki vegetasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, R.Y., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra, 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor.

Jamili, 1998. Distribusi Frekuensi Diameter Batang Dan Zonasi Mangrove Hubungannya
Dengan Faktor Lingkungan di Pantai Napabalano Sulawesi Tenggara. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Madiana, S., C. Muryani, S. Santoso, 2016. Kajian Perubahan Luas dan Pemanfaatan Serta
Persepsi Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove di Kecamatan Teluk
Ambon Baguala. Jurnal GeoEco. 2(2), pp.170-183.

Tuheteru, FD dan Mahfuds. 2012. Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi, Hutan Pantai Indonesia

Waryono, T. 2000. Reklamasi Pantai Ditinjau Dari Segi Ekologi Lansekap Dan Restorasi.

Anda mungkin juga menyukai