Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FAIZAL MANDALAY PUTRA

NIM : M1A120093

Potensi laut itu bukan cuma ikan atau rumput laut saja. Potensi sumber
daya kelautan termasuk ekosistem laut yang beragam, energi, dan mineral.
Berikut ini adalah potensi sumber daya laut Indonesia:

1. Pengelolaan Perikanan

Kita harus bersyukur Squad, karena Indonesia punya wilayah laut yang
luas, jadi kita bisa puas makan banyak jenis ikan. Jumlah ikan yang banyak ini
perlu dikelola dengan baik, agar cucu kita juga tetap bisa merasakan ikan yang
banyak seperti kita sekarang. Meski kita membutuhkan ikan untuk dikonsumsi,
penangkapan ikan yang berlebihan harus dihindari karena dapat mengancam
keberadaan ikan-ikan di laut. Salah satu cara mengelolanya adalah dengan
menangkap ikan layak konsumsi yang memiliki tingkat regenerasi tinggi dan
tidak termasuk dalam hewan terancam punah.

Cara lainnya adalah dengan melakukan budi daya, seperti ikan kakap dan
kerapu. Selain ikan, ada juga budi daya moluska (kerang-kerangan, mutiara
dan teripang), budi daya rumput laut, dan pengembangan industri bioteknologi
kelautan (industri ini meliputi industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang, serta industri bahan pangan).
tambak ikan tradisional untuk menjaga kelestarian ikan Ini dia salah satu budi
daya, tambak ikan. (Sumber: beritasampit.co.id).

2. Pengelolaan Pertambangan dan Energi

Seluruh perairan Indonesia punya potensi mineral laut yang sangat besar.
70% potensi minyak bumi dan gas bumi milik Indonesia terletak di wilayah
pesisir dan lepas pantai. Wilayah laut Indonesia juga kaya akan mineral seperti
emas, perak, timah, mangan, pasir kuarsa, monazite, zircon, nodul-mangan,
kromit, dan bijih besi. Selain mineral-mineral tersebut, di laut Indonesia juga
terdapat potensi nonmigas yang tinggi. Arus laut, gelombang, pasang surut,
hingga suhu dapat digunakan sebagai energi terbarukan dan ramah
lingkungan. Salah satu contoh penggunaannya adalah ocean thermal energy
conversion (OTEC)

3. Pengelolaan Perhubungan Laut


Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat memerlukan sarana
transportasi laut. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000, perlu pengelolaan
industri transportasi yang membantu kelancaran transportasi antarpulau
tersebut. Sarana ini ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas
antarpulau.

4. Pengelolaan Pariwisata

Kalau dulu orang hanya mengenal Bali sebagai tempat wisata laut dan
pantai yang baik, sekarang di Indonesia sudah semakin banyak pilihannya.
Semakin banyak wilayah pantai dan laut yang dikelola dengan baik. Luasnya
wilayah laut Indonesia perlu didukung oleh banyak pihak agar semakin maju.
Bukan hanya pemandangan lautnya yang dapat dijadikan tempat wisata,
Squad. Kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar laut tentunya juga
menarik untuk diketahui lebih lanjut. Eits, tapi ingat, kalau berwisata ke laut
jangan buang sampah sembarangan dan harus menjaga sopan santun yaa.

5. Potensi Sumber Daya Alam Kelautan Indonesia

Indonesia memiliki tingkat keragaman spesies padang lamun tertinggi di


dunia, dengan luas 30.000-60.000 km2. Padang lamun memiliki nilai ekologis
dan ekonomis paling tinggi di antara ekosistem lainnya seperti terumbu karang,
rumput laut dan hutan mangrove. Indonesia merupakan salah satu negara
dengan keragaman terumbu karang tertinggi di dunia, makanya kita bisa
tergabung dalam Coral Triangle Initiative (CTI). Keren banget, yaa... Negara-
negara lain yang tergabung dalam kelompok ini adalah Malaysia, Papua Nugini,
Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste. Selain potensi di bawah laut, di
daratan juga ada hutan mangrove. Luas hutan mangrove di Indonesia
mencapai 33.000 km2, kurang lebih 21,7% dari total luasan hutan mangrove di
dunia. terumbu karang raja ampat spot pariwisata menyelam

6. Pengelolaan Sumber Daya Laut Indonesia

Pengelolaan sumber daya laut berbasis komunitas lokal, merupakan salah


satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan
dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. Selain itu,
pengelolaan ini juga dapat membawa efek positif secara ekologi dan sosial.

Pengelolaan dapat dilaksanakan dengan menyatukan sinergi antara


tenaga terdidik dan masyarakat. Kaum terdidik bisa menerapkan berbagai
teknologi untuk pemantauan sumberdaya laut, salah satunya adalah teknologi
informasi berbasis radio atau dinamakan Monitoring Control and Surveillance
(MCS). Dengan ini, pengembangan riset terkait sumber daya kelautan, baik dari
segi fisik laut maupun biota laut dapat diterapkan secara nyata.

LUAS lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih


70 berbanding 30, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di
dunia yang memiliki kepentingan laut untuk memajukan maritimnya. Seiring
perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta
dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara. Alfred Thayer Mahan,
seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya “The
Influence of Sea Power upon History” mengemukakan teori bahwa sea power
merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang
mana jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan
meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika
kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu
negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut.

Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan


dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat
dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km)
yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai
negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang
merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Data
Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati
peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan
India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak
karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan
Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor
dan dimanfaatkan.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan


peran signifikan dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai dengan belum
dikelolanya potensi maritim Indonesia secara maksimal. Dengan beragamnya
potensi maritim Indonesia, antara lain industri bioteknologi kelautan, perairan
dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral laut,
pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat memberikan
kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Dalam
UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa
kekayaan alam khususnya laut di Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh
pihak asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal dan mementingkan
kepentingan sendiri. Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will)
dibutuhkan untuk bisa menjaga dan mempertahankan serta mengolah
kekayaan dan potensi maritim di Indonesia. Untuk mengolah sumber daya alam
laut ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi
teknologi dan pendanaan yang berkesinambungan dalam APBN negara agar
bisa memberi keuntungan ekonomi bagi negara dan juga bagi masyarakat.
Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan
mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan
maritim, yaitu posisi dan kondisi geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter
penduduk, serta yang paling penting adalah karakter pemerintahannya. Selain
perbaikan dan perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi untuk
mengelola sumber daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah
pengembangan pelabuhan dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan
maritim Indonesia menjadi lebih modern dan mudah digunakan oleh
masyarakat.

Diharapkan juga peran swasta untuk mendukung jalannya pemberdayaan


laut ini, supaya program-program ini tidak hanya bergantung pada dana APBN
saja. Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin
penggunaan laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan
menggunakan potensi laut yang kita miliki. Pemerintah perlu segera
menyelesaikan percepatan batas wilayah laut agar dapat memberikan
memberikan kepastian atas batas wilayah negara dan dapat mempererat
hubungan bilateral antara negara yang berbatasan, serta mendorong kerja
sama kedua negara yang berbatasan di berbagai bidang termasuk dalam
pengelolaan kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran, kelautan dan
perikanan. Selain itu dengan adanya kepastian batas wilayah laut dapat
terpelihara kedaulatan suatu negara dan penegakkan hukum di wilayah
perairan. Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki perbatasan maritim dengan
10 (sepuluh) negara yaitu dengan India (Landas Kontinen, Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE)), Thailand (Landas Kontinen, ZEE), Malaysia (Laut Wilayah,
ZEE, Landas Kontinen), Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen,
ZEE), Filipina (ZEE, Landas Kontinen), Palau (ZEE, Landas Kontinen), Papua
Nugini (ZEE , Landas Kontinen), Timor Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen,
ZEE) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen). Dari sejumlah perbatasan itu,
Indonesia telah menyelesaikan sebagian penetapan batas maritim dengan India
(Landas Kontinen), Thailand (Landas Kontinen), Malaysia (sebagian Laut
Wilayah, Landas Kontinen), Singapura (sebagian Laut Wilayah), Vietnam
(Landas Kontinen), Filipina (ZEE), Papua Nugini (ZEE, Landas Kontinen) dan
Australia (ZEE, Landas Kontinen). Berbagai upaya lainnya perlu dilaksanakan
untuk menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia, antara lain
penyempurnaan RUU Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung,
penyelarasan sistem pendidikan dan pelatihan kemaritiman, penguasaan
kapasitas industri pertahanan khususnya industri maritim, modernisasi armada
perikanan, penguatan armada pelayaran rakyat dan pelayaran nasional,
pemantapan pengelolaan pemanfaatan laut melalui penataan ruang wilayah
laut, peningkatan litbang kemaritiman, dan diversifikasi sumber energi
terbarukan di laut. Urgensi Pembentukan Kementerian Maritim Pada Sidang
Paripurna DPR RI 29 September 2014 lalu, RUU Kelautan telah disahkan
menjadi UU Kelautan.

Hal tersebut merupakan langkah maju bangsa Indonesia sekaligus


menandai dimulainya kebangkitan Indonesia sebagai bangsa bahari yang kini
tengah bercita-cita menjadi Negara Maritim. UU Kelautan akan menjadi payung
hukum untuk mengatur pemanfaatan laut Indonesia secara komprehensif dan
terintegrasi. Seiring dengan hal tersebut, Presiden terpilih Joko Widodo, yang
baru saja dilantik secara resmi sebagai Presiden Republik Indonesia,
memfokuskan pada pentingnya peran Maritim Indonesia dengan visi
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Hal ini merupakan
kebijakan strategis, mengingat memang Indonesia merupakan negara bahari
yang dikelilingi oleh lautan. Seluruh alur pelayaran dunia akan melalui lautan
Indonesia sebagai jalur strategis sehingga harusnya dapat dimanfaatkan oleh
Indonesia sebagai pendekatan diplomasi dalam menjadikan Indonesia sebagai
poros maritim dunia. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia, terdapat ide untuk membentuk sebuah kementerian maritim yang
dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.

Terdapat dua jenis wacana yang muncul terkait dengan ide pembentukkan
kementerian maritim, yaitu pembentukkan Kementerian Maritim sebagai salah
satu Kementerian di bawah Kabinet Presiden Terpilih Jokowi, dan
pembentukkan Kementerian Koordinator Maritim yang membawahi
kementerian-kementerian terkait dengan hal maritim guna memfokuskan
kabinet pada pembangunan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kompleksitas permasalahan serta banyaknya segi yang harus ditangani dalam
pembangunan berbasis maritim menuntut kebijakan lintas sektoral yang efektif.
Saat ini pengelolaan laut Indonesia melibatkan banyak lembaga, yaitu
Kementerian Pertahanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup, TNI AL, dan
Polri. Dengan begitu banyak lembaga yang berkecimpung di laut sebenarnya
dapat menjadi peluang maupun hambatan dalam pembangunan maritim.
Menjadi peluang apabila semua stakeholder maritim bisa bersinergi dan
menjadi hambatan apabila yang terjadi sebaliknya. Menanggapi hal tersebut,
ide membentuk Kementerian Maritim sebanarnya dapat menjadi angin segar
untuk mewujudkan cita-cita sebagai poros maritim dunia mengingat saat ini
yang terjadi adalah K/L yang berkecimpung di dunia maritim Indonesia kurang
bersinergi dan terkesan bekerja sendiri-sendiri sehingga tidak efektif dalam
mengoptimalisasi potensi maritim Indonesia.

Sebagai contoh, sekarang ini Indonesia memiliki Kementerian Kelautan


dan Perikanan, namun tidak memiliki hak untuk melakukan penjagaan wilayah
laut karena ada instansi lain yang mengklaim berhak menjaga wilayah laut.
Namun yang terjadi kenyataannya adalah puluhan ribu nelayan asing masuk
dan mencuri ikan di laut Indonesia. Pentingnya eksistensi Kementerian Maritim
ini lebih ditunjukkan pada beban-beban tugasnya di daerah pesisir.
Kementerian Maritim mempunyai tugas untuk bisa mengintegrasikan persoalan-
persoalan maritim serta solusinya dan menyosialisasikan kepada masyarakat di
wilayah pesisir Indonesia sebagai pelaksana pertama terhadap hal-hal yang
terjadi di lautan Indonesia. Perlu dicermati juga kelemahan dari ide
pembentukan Kementerian Maritim, yaitu dari sisi tugas dan fungsi yang
dikhawatirkan akan tumpang tindih dengan tugas dan fungsi kementerian
dan/atau lembaga terkait maritim lainnya. Dengan demikian, wacana
pembentukan Kementerian Koordinator Bidang Maritim mulai marak muncul
untuk menghindari terjadinya tumpang tindih tugas dan fungsi ini. Kementerian
Koordinator Maritim itu sangat vital membawahi 18 kementerian yang saling
terkait dengan dunia laut, keamanan, teritorial, serta ekonomi.

Secara umum, Kementerian Koordinator Bidang Maritim tidak hanya akan


menangani persoalan perikanan dan sumber daya maritim, namun juga
keamanan, batas wilayah laut, bea cukai, dan banyak hal lain yang selama ini
menjadi tanggung jawab sejumlah kementerian lain. Namun, dari sisi keuangan
negara, pembentukan Kementerian Koordinator Maritim tentu saja akan
menambah beban keuangan negara, mulai dari infrastruktur dan belanja rutin.

Anda mungkin juga menyukai