Anda di halaman 1dari 19

MAKALH DENDROLOGI

POHON ASAM JAWA

OLEH :

FAIZAL MANDALAY PUTRA

M1A120093

JURUSAN KEHUTANA

FAKULTAS KEHUTANAN KEHUTAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang agraris yang kaya. Baik kekayaan flora

maupun fauna. Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Dimana

flora-flora tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai

tanaman hias maupun untuk pengobatan. Mereka mulai mengadakan penyelidikan

untuk mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang mengandung khasiat obat

sehingga dapat menjadi suatu obat yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia,

baik berupa jenis tanaman maupun hewan.

Asam jawa bukan lagi Komoditi yang asing ditengah-tengah masyarakat dunia

terkhusus masyarakat Indonesia. Asam jawa telah dikenal diseluruh lapisan

masyarakat baik, para pegusaha kuliner, pengusaha makanan ringan masyarakat atas,

masyarakat menengah kebawah bahkan apalagi ibu-ibu rumah tangga yang sudah

familiar dengan asam jawa yang umumya banyak digunakan sebagai bumbu

masakan.

Asam jawa, asam atau asem adalah sejenis buah yang masam rasanya biasa

digunakan sebagai bumbu dalam banyak masakan Indonesia sebagai perasa atau

penambah rasa asam dalam makanan, misalnya pada sayur asam atau kadang-kadang

kuah pempek. Asam jawa dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah Tamarindus

indica, termasuk ke dalam suku Fabaceae (Leguminosae). Spesies ini adalah satu-

satunya anggota marga Tamarindus. Nama lain asam jawa adalah asam (Mly.), asem
(Jw., Sd.), acem (Md.), asang jawa, asang jawi (berbagai bahasa di Sulawesi) dan

lain-lain[1]. Juga sampalok, kalamagi (Tagalog), magyee (Burma), ma-kham (Thai),

khaam (Laos), khoua me (Kamboja), me, trai me (Vietnam), dan tamarind (Inggris).

Buah yang telah tua, sangat masak dan dikeringkan biasa disebut asem

kawak. Asam" adalah nama umum yang dipakai untuk semua bumbu dapur pemberi

rasa masam pada masakan, termasuk juga asam kandis dan asam gelugur. Nama

"asam jawa" dipakai oleh orang Melayu karena dipakai dalam masakan Jawa.

Tumbuhan ini sendiri didatangkan oleh orang-orang dari India. Pohon asam

berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi sampai

30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat

keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat

berdaun, melebar dan membulat. Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm,

terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu

keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran

0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar

sampai sedikit berlekuk.

Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji

sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp)

mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras

dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda,

menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan

melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi


(Wikipedia, 2013)

Hampir semua bagian tanaman asam dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Daging buah asam jawa sangat populer, biasa dipergunakan dalam aneka bahan

masakan atau bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat masam

rasanya, dan biasa digunakan sebagai bumbu sayur asam atau campuran rujak. Selain

sebagai bumbu, asam kawak dapat dipergunakan untuk memberikan rasa asam atau

untuk menghilangkan bau amis ikan, selain itu biasa digunakan sebagai bahan sirup,

selai, gula-gula, dan obat tradisional jamu (Litbang Pertanian, 2010).

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari

struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam jenis dan

senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi positif dengan

khasiat dan manfaat yang dimilikinya.

Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk

mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada.

Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara empiris,

etbotani, dan etnofarmakologi. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian

dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan

dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.

Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun diluar

negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang, terutama dari segi

farmakologi maupun fitokimianya penelitian dilakukan berdasarkan indikasi

tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang
teruji empiris. Hasil penelitian tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat

yang akan khasiat maupun kegunaannya, contohnya tanaman obat penurun Kolestrol.

Gaya hidup modern berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

kolesterol dan trigliserida tinggi, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh dan

kalori tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan, kurang mengkonsumsi serat,

merokok, kurang berolah raga dan stress. Kolesterol tinggi juga dipengaruhi olah

faktor genetik dan usia, kecuali kedua faktor tersebut, faktor lainnya dapat

dikontrol/dikendalikan. Kolesterol dalam darah sering dianggap sebagai penyebab

berbagai penyakit mematikan seperti jantung koroner dan stroke.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja Potensi asam jawa yang dapat dikembangkan sebagai sumber usaha

yang menjanjikan?

 Apa saja Produk yang telah dikembangkan dari komoditas Tanaman Asam

Jawa?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk memenuhi tugas Ekonomi Sumber Daya Hutan

 Untuk mengetahui Potensi Asam jawa sebagai Tanaman MPTS (Multi Purpose

Tree Species) yang bernilai ekonomi tinggi.


BAB II

ISI

A. BAHAN BAKU

2.1 Potensi Asam jawa sebagai Komoditi Usaha yang menjanjikan

Asam jawa merupakan komoditas tanaman yang memiliki potensi yang sangat

melimpah, Menurut dinas Kehutanan, asam jawa dapat menghasilkan 3000 Ton biji

asam jawa di daerah Nusa Tenggar Timur yang notabene merupakan provinsi yang

terkenal sebagai penghasil komoditas asam jawa terbesar di Indonesia. Selain itu

Asam jawa juga memiliki manfaat-manfaat positif bagi masyarakat baik dibidang

kuliner maupun kesehatan dan lainnya. Berikut ini merupakan potensi asam jawa

yang dapat dikembangkan sebagai jalan usaha yang menjanjikan.

2.1.1 Biji Asam jawa Sebagai Bahan pembuat Tepung Tekstil

Saat ini tepung biji asam sangat berperan dalam industri tekstil Indonesia,

yaitu sebagai pengental cetak tekstil. Untuk itu Indonesia masih mengimpor tepung

biji asam dari India lantaran ketiadaan tepung ini di tanah air. Dengan tepung biji

asam sebagai pengental, mendapatkan hasil kekakuan kain dan kekuatan warna yang

lebih baik daripada pengental komersial yang beredar dipasaran, adapun kelebihan

lainnya dari tepung ini adalah tidak bereaksi dengan serat kain maupun zat warna.

Dari potensi asam jawa yang begitu melimpah, seharusnya Indonesia tidak perlu lagi

mengimpor tepung asam jawa yang banyak berasal dari India. Usaha Tepung Asam
jawa ini terlihat begitu menjanjikan jika berhasil dikembangkan di Indonesia yang

tentunya harus memiliki kualitas bersaing dengan produk India.

2.1.2 Asam Jawa sebagai Obat-obatan Herbal

Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat dijadikan

bahan obat tradisional. Daun mudanya digunakan dengan kunyit dan bahan ramuan

lain untuk membuat jamu jawa tradisional yaitu jamu sinom untuk minuman

kesegaran, jamu gepyok diminum untuk melancarkan dan memperbanyak air susu ibu

dan juga bisa digunakan sebagai tapal (dioleskan pada atau ditempelkan di

permukaan kulit) untuk mengurangi radang dan rasa sakit di persendian, di atas luka

atau pada sakit rematik.

Daun muda yang direbus untuk mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya

yang ditumbuk digunakan untuk menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit

kayu asam juga digunakan sebagai obat kuat. Tepung bijinya untuk mengobati

disentri dan diare. Daun asam jawa bersifat penurun panas, analgesik, dan antiseptik.

Kulit kayunya ini bersifat astringen dan tonik. Kemudian, buahnya bersifat pencahar,

antipiretik, antiseptik, abortivum, dan meningkatkan nafsu makan. Dengan begitu

banyak khasiat dan manfaat nya bagi kesehatan bukan tidak mungkin jika dikemas

dengan tampilan obat-obatan herbal menarik seperti jamu dan lainnya, potensi asam

jawa sebagai sumber obat herbal dapat menyaingi kedudukan kulit manggis yang saat

ini tengah merajai pasaran obat herbal Indonesia.


2.1.3 Kayu Teras Asam Jawa yang Kuat dan Kokoh

Industri kayu pertukangan yang kian hari semakin membutuhkan bahan baku

yang begitu banyak, sangat menanti kehadiran kayu yang kuat dan kokoh selain

komoditas kayu yang pada umumnya digunakan sebagai bahan kayu pertukangan.

Kayu asam jawa dapat menjadi bahan baku pengganti selanjutnya yang pastinya

memiliki kualitas dan kuantitas yang menjanjikan. Kayu teras asam jawa berwarna

coklat kemerahan, berat, keras, padat, awet dan bertekstur halus, sehingga kerap

digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung. Bagi anak-anak

di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu pilihan untuk membuat gasing. Biji

asam juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon.

2.2 Produk berbahan dasar Asam jawa yang bernilai Ekonomi Tinggi

Pemanfaatan asam jawa sebagai produk olahan makanan maupun bumbu

dapur sudah ada dan telah berkembang menjadi produk yang menghasilkan

keuntungan besar bagi perusahaan yang menjalankan pemasaran produk tersebut. Hal

ini juga tidak terlepas Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III,

adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan

apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia yang digunakan sebagi bahan obat untuk Penurunan Kolestrol

adalah Daun dari Asam Jawa (Tamarindus indica L). Simplisia ini dapat digunakan

sebagai obat penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia saponin,

flavonoid dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa
dapat meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan

metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.

Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui

pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat

aktivator enzim bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi

sebagai obat pelangsing alami

Asam Jawa (Tamarindus indica)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Upafamili : Caesalpinioideae

Bangsa : Detarieae

Genus : Tamarindus

Spesies : T. indica

Nama lain untuk tumbuhan ini adalah Tamarind (Inggris), Tamarinier

(Perancis),; Asam Jawa (Indonesia), Celangi, Tangkal asem (Sunda); di Sumatra: Bak

Me (Aceh), Acamlagi (Gayo), Asam Jawa, Kayu Asam, Cumalagi (Minangkabau); di

Jawa disebut sebagai Tangakal asem (Sunda), Acem (Madura); di Kalimantan disebut
sebagai Asam Jawa; di Sulawesi disebut dengan Asang Jawi (Gorontalo), Camba

(Makasar), Cempa (Bugis).

Parameter Spesifik

 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu Daun Asam

Jawa (Terminalia Folium), meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap

morfologi dan antomi, serta identifikasi kandungan kimia.

Uji Organoleptis pada daun Asam Jawa

Simplisia Warna Bau Rasa

Terminalia Folium Hijau Khas Pahit

Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan dengan

mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan

merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat

tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Dari

pemeriksaan diperoleh tanaman daun asam jawa termasuk dalam daun majemuk,

yang lebih spesifik lagi merupakan daun majemuk menyirip genap karena saling

berhadapan,memiliki tangkai daun yang bulat dan kecil,unjung daun yang tumpul

(obtusus), warna daun hijau,dan permukaannya halus.


Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang

diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari

pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari 4 lapisan penyususn utama

yaitu, epidermis atas, mesofil, berkas pengangkut (xylem dan floem) yaitu kolateral

terbuka atau tipe stelenya adalah eustele dimana banyak berkas pengangkut dan

tersusun melingkar, dan lapisan epidermis bawah serta termasuk ke dalam jenis

stomata yaitu hipostomata.

Daun Asam Jawa (Terminalia Folium) dapat digunakan sebagai obat penurun

kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid dan

tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat

meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme

dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.

Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui

pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat

aktivator enzim bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi

sebagai obat pelangsing alami.

 Ekstraksi Air (Doughari 2006)

Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah

digiling, kemudian ditimbang sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi

secara maserasi dengan air, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan dengan rotary
evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak air) (Lampiran 2). Ekstrak kering

ditimbang dan dihitung rendemennya.

 Ekstraksi Etanol (Doughari 2006)

Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah

digiling, kemudian ditimbang sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi

secara maserasi dengan etanol 70%, lalu disaring dan dipekatkan dengan rotary

evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak etanol). Ekstrak ditimbang dan

dihitung rendemennya dengan persamaan sebagai berikut.

 Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Ekstrak yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji kualitatif kandungan senyawa

(uji fitokimia), seperti alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin

dengan menggunakan metode Harborne (1987).

a) Uji Alkaloid .

Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan 4 tetes NH4OH,

kemudian disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup.

Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 6 ml H2SO4 2 M dan lapisan
asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan

pada lempeng (spot) tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan

Dragendorf yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, cokelat,

dan merah jingga.

b) Uji Flavonoid dan Saponin.

Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala besar. Setelah itu, ke dalam gelas

piala ditambahkan 100 ml air panas dan dididihkan selama 5 menit, kemudian

disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji flavonoid, 10 ml filtrat

ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 2 ml HCl pekat, dan 20 ml amil alkohol, kemudian

dikocok. Apabila pada lapisan amil alkohol tersebut berwarna merah, kuning, dan

jingga, maka menunjukkan adanya flavonoid dalam sampel. Uji saponin, 10 ml filtrat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup, kemudian dikocok selama 10 detik dan

dibiarkan selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih

yang stabil pada sampel.

c) Uji Tanin.

Sampel ditambahkan air panas sebanyak 100 ml dan dididihkan selama 5 menit.

Setelah itu disaring, sebagian filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%.

Apabila terbentuk warna hitam kehijauan, maka di dalam sampel tersebut

menunjukkan adanya senyawa tanin.

1. Parameter Non Spesifik


 Penentuan Kadar Air (AOAC 2000)

Cawan porselin dikeringkan di oven pada suhu 105ºC selama 1 jam. Setelah itu,

cawan porselin didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan cawan tersebut

ditimbang bobot kosongnya. Sebanyak 3 g sampel ditimbang dan dikeringkan pada

suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven. Setelah didinginkan dalam eksikator selama

30 menit, cawan beserta isinya ditimbang. Sampel dikeringkan lagi selama satu jam

sampai diperoleh bobot sampel yang konstan.

a) Kadar Air dan Ekstraksi

Dengan mengetahui kadar air suatu sampel, maka dapat diperkirakan cara

penyimpanan terbaik bagi sampel dan menghindari pengaruh aktivitas mikrob. Suatu

bahan relatif stabil dari serangan mikrob jika kandungan air sampel tersebut kurang

dari 10%. Kadar air daun asam jawa sebesar 9.2%. Kadar air daun asam jawa

diperoleh kurang dari 10% sehingga dapat terhindar dari serangan mikrob selama

penyimpanan. Jumlah air yang terkandung dalam daun asam jawa tentunya tidak

menentu karena banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu kelembaban udara,

perlakuan terhadap bahan, waktu pengambilan sampling, dan besarnya penguapan

(evaporasi) (Heyne. 1987).

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu maserasi dengan

air deionisasi dan etanol 70% sebagai larutan pengekstrak. Metode ini berdasarkan
pada penelitian Doughari (2006). Rendemen yang diperoleh dari ekstrak air dan

etanol daun asam jawa berturut-turut sebesar 20.5 dan 12.2%. Metode maserasi ini

menggunakan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam prosesnya, tetapi memiliki

keuntungan, yaitu dapat menjaga agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak

tahan panas, tidak rusak, dan sampel yang diekstraksi bisa langsung dalam jumlah

yang banyak. Rendemen dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air

sampel, maka semakin tinggi rendemen ekstrak sampel tersebut.

Air dan etanol digunakan sebagai larutan pengekstrak karena kedua pelarut

ini biasa digunakan untuk analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi

lebih lanjut. Selain itu, alkohol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk

ekstraksi pendahuluan karena dapat mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar

(Harborne 1987). Penggunaan air sebagai larutan pengekstrak juga disebabkan oleh

air dapat mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat polar karena air bersifat

polar, sedangkan etanol mem-punyai dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu

gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar. Adanya

kedua gugus tersebut pada etanol diharapkan senyawa-senyawa dengan tingkat

kepolarannyang berbeda akan terekstrak dalam etanol.

b) Uji Fitokimia

Uji kualitatif fitokimia terhadap daun asam jawa kering, ekstrak kasar air, dan

etanol yang diperoleh digunakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder

yang terkandung dalam sampel dan golongan senyawa bioaktif yang terkandung di
dalam setiap ekstrak sampel. Golongan senyawa dalam ekstrak kasar dapat

ditentukan dengan melihat perubahan warna setelah ditambahkan pereaksi yang

spesifik untuk setiap uji kualitatif.

Hasil penapisan fitokimia daun asam jawa (Tabel 1) menunjukkan bahwa

ekstrak air dan etanol daun asam jawa hampir semua mengandung senyawa metabolit

sekunder yang dianalisis.

Hasil fitokimia ini sesuai dengan Doughari (2006), tanaman asam jawa mengandung

senyawa tanin, alkaloid, saponin, flavanoid, seskuiterpena, dan flobatamin melalui

uji fitokimia. Senyawa metabolit sekunder yang terekstrak dengan etanol lebih

banyak daripada yang terekstrak dengan air. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat

alkohol yang mampu melarutkan senyawa polar dan nonpolar.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tumbuhan Obat Asam Jawa (Tamrindus indica Linn) berpotensi sebagai obat

penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid

dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat

meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme

dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak. Selain itu

peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan

pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim

bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat

pelangsing alami.

SARAN

Sebaiknya didalam mengolah asam jawa sebagai produk dengan komoditi

yang menjanjikan para pengusaha harus bekerja secara kreatif dan inovatif serta
sesuai dengan kebutuhan masyarakat supaya produk yang dihasilkan di terima baik

dan dapat berkembang dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2000. Official Methods of


Analysis of AOAC International . Volume ke-1. Ed ke-17.
Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs . Maryland: AOAC
International.
Ai Susanti. 2009. INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN ASAM
JAWA DAN RIMPANG KUNCI PEPET TERHADAP LIPASE
PANKREAS SECARA IN VITRO. Jurusan Kimia. FMIPA. Bogor: IPB.
Amin, asni. 2009. Obat Asli Indonesia. Universitas Muslim Indonesia Press:
Makassar
Amin, asni. 2010. Buku Kuliah Farmakognosi 1 Jilid 1. Universitas Muslim
Indonesia Press: Makassar
Doughari JH. 2006. Antimicrobial activity of Tamarindus indica Linn. Tropical J
Pharmaceu Res 5(2):597-603.
Fatmawati.2001. Obat Tradisional Indonesia.Grafrika : Surabaya.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia . Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K. Padamawinata & I. Soediro. Bandung:
ITB.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia . Jilid ke-3. Jakarta: Yayasan
Sarana Warna Jaya.

Anda mungkin juga menyukai