Anda di halaman 1dari 11

KOMPOSISI OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN REMPAH

SERTA BUDIDAYA TANAMAN JAHE (zingiber officinale)


(UTS Teknologi Produksi Tanaman Obat dan Rempah)

M Renaldi
2110512310003

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJAR BARU
2023
PEMBAHASAN

OBAT

Komix Herbal

Komix herbal adalah minuman herbal yang terbuat dari campuran


beberapa tumbuhan herbal. Beberapa tumbuhan herbal yang sering digunakan
dalam pembuatan komix herbal antara lain temulawak, jahe, kunyit, kencur, dan
kayu manis. Campuran herbal ini biasanya diolah dalam bentuk serbuk atau
kapsul, lalu dicampurkan dengan air dan madu untuk diminum (Winarni, 2019).
Komix herbal dipercaya memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan,
seperti membantu memperbaiki pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh,
mengurangi radang, serta membantu mengatasi gangguan pernapasan. Namun,
manfaat dari komix herbal ini masih perlu didukung oleh lebih banyak penelitian
ilmiah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa bahan yang terkandung
dalam komix herbal memiliki potensi untuk membantu mengatasi beberapa
penyakit, seperti kunyit yang dapat membantu mengurangi peradangan pada sendi
dan memperbaiki fungsi hati. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengkonfirmasi manfaat tersebut (Winarni, 2019).
Komix Herbal adalah produk minuman kesehatan yang terbuat dari
campuran bahan-bahan herbal alami. Komposisi dari Komix Herbal antara lain:
1. Kunyit (Curcuma domestica) - Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang
dikenal memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan yang baik untuk menjaga
kesehatan tubuh.
2. Jahe (Zingiber officinale) - Jahe mengandung zat antioksidan, anti-inflamasi,
dan antibakteri yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
mengurangi gejala sakit kepala serta sakit tenggorokan.
3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) - Temulawak mengandung senyawa
kurkuminoid dan xanthorrhizol yang berfungsi sebagai anti-inflamasi dan
antioksidan serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.
4. Kayu Manis (Cinnamomum verum) - Kayu manis mengandung senyawa
antioksidan dan anti-inflamasi yang baik untuk menjaga kesehatan jantung
serta mengatur kadar gula darah.
5. Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) - Daun pandan mengandung senyawa
asam askorbat, karotenoid, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan,
antikanker, dan penurun kadar gula darah.
6. Daun Sirih (Piper betle) - Daun sirih mengandung senyawa antioksidan,
antibakteri, dan antijamur yang baik untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi
serta meningkatkan daya tahan tubuh.
7. Madu - Madu mengandung senyawa antibakteri dan antioksidan yang dapat
membantu menjaga kesehatan tubuh serta memberikan rasa manis alami pada
minuman.
REMPAH

Bumbu Racik Nasi Goreng

Racik bumbu nasi goreng dari Indofood adalah produk yang terdiri dari
campuran bumbu-bumbu dan rempah-rempah yang digunakan untuk membuat
nasi goreng yang lezat dan mudah diolah. Racik bumbu nasi goreng dari Indofood
terkenal di Indonesia karena mudah digunakan dan rasanya yang enak. Bumbu
racik nasi goreng ini terdiri dari bahan-bahan seperti bawang putih, bawang
merah, cabai, gula, garam, kecap manis, kaldu ayam, minyak nabati, penstabil
(natrium glutamat), pengatur keasaman (asam sitrat), dan perisa ayam sintetik
(Laksmi & Azizah, 2017).
Dengan menggunakan racik bumbu nasi goreng dari Indofood, pembuatan
nasi goreng menjadi lebih mudah dan praktis, sehingga dapat menghemat waktu
dan tenaga dalam mengolah makanan. Namun, sebaiknya konsumsi racik bumbu
nasi goreng dalam jumlah yang wajar, karena bumbu dan rempah-rempah yang
terkandung dalam racik bumbu nasi goreng biasanya mengandung bahan-bahan
tambahan seperti garam, gula, dan natrium glutamat yang dapat meningkatkan
risiko kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan (Laksmi &
Azizah, 2017).
Berikut penjelasan lebih detail mengenai bahan-bahan yang terdapat dalam
racik bumbu nasi goreng Indofood:

1. Bawang putih: Bawang putih memiliki rasa dan aroma yang kuat dan
umumnya digunakan sebagai bahan penyedap pada masakan. Bawang putih
juga diketahui memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang dapat
membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah penyakit.
2. Bawang merah: Seperti bawang putih, bawang merah juga digunakan sebagai
bahan penyedap pada masakan. Bawang merah mengandung senyawa-senyawa
seperti quercetin dan sulfur yang dapat membantu mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular dan kanker.
3. Cabai merah: Cabai merah mengandung senyawa capsaicin yang memberikan
rasa pedas pada masakan. Capsaicin juga diketahui memiliki sifat antiinflamasi
dan dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh.
4. Gula: Gula digunakan untuk memberikan rasa manis pada nasi goreng. Namun,
konsumsi gula yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas dan
penyakit diabetes.
5. Garam: Garam digunakan untuk memberikan rasa gurih pada masakan.
Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular.
6. Kecap manis: Kecap manis mengandung gula, garam, dan protein kedelai yang
memberikan rasa manis dan gurih pada nasi goreng. Protein kedelai dapat
membantu meningkatkan asupan protein pada diet vegetarian atau vegan.
7. Kaldu ayam: Kaldu ayam digunakan sebagai bahan pengganti garam dalam
racik bumbu nasi goreng. Kaldu ayam memberikan rasa gurih dan aroma ayam
pada masakan.
8. Minyak nabati: Minyak nabati digunakan untuk menumis bumbu dan bahan
lain pada nasi goreng. Beberapa jenis minyak nabati seperti minyak kelapa dan
minyak zaitun memiliki sifat antiinflamasi dan dapat membantu meningkatkan
kesehatan jantung.
9. Penstabil (natrium glutamat): Natrium glutamat digunakan sebagai bahan
penyedap pada masakan. Konsumsi natrium glutamat dalam jumlah yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko sakit kepala dan tekanan darah tinggi
pada beberapa orang.
10. Pengatur keasaman (asam sitrat): Asam sitrat digunakan sebagai bahan
pengatur keasaman pada racik bumbu nasi goreng.
11. Perisa ayam sintetik: Perisa ayam sintetik digunakan untuk memberikan
aroma dan rasa ayam pada nasi goreng.

Budidaya Jahe

Jahe merupakan tanaman obat dan rempah berupa tumbuhan rumpun


berbatang semu dan merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiah Zingiber
officinale Rosc. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai
Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama
kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan tradisional. Tanaman jahe di dunia tersebar di daerah tropis, di benua
Asia dan Kepulauan Pasifik (Hasanah et al., 2004).

Deskripsi Tanaman Jahe


Tanaman jahe tergolong terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m,
rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Rimpang jahe berkulit agak
tebal membungkus daging umbi yang berserat dan berwarna coklat beraroma
khas. Bentuk daun bulat panjang dan tidak lebar (sempit). Berdaun tunggal,
berbentuk lanset dengan panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm; tangkai daun
berbulu, panjang 2 – 4 mm; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm,
dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul di
permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali
lebarnya, sangat tajam; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm; gagang
bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang; sisik pada
gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat,
hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm. Bunga memiliki 2 kelamin dengan 1
benang sari dan 3 putik bunga daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar
1 – 1,75 cm; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit,
berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5
mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan,
panjang 12 – 15 mm; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm; tangkai putik ada
2 (Hasanah et al., 2004).

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rosc.

Syarat Tumbuh Tanaman Jahe


Menurut Oldeman tipe iklim di Indonesia yaitu tipe A, B, C, D dan E. Tipe
iklim yang paling sesuai untuk tanaman jahe adalah tipe iklim A, B dan C1.
Contohnya pada daerah Sukabumi, Bengkulu, Lampung dan Sumatera Barat.
Berikut akan dijelaskan syarat tumbuh tanaman jahe ditinjau dari faktor-faktor
iklim:
a. Curah hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhada
pertumbuhan jahe. Jahe pada awal pertumbuhan hingga berumur 4 bulan
memerlukan curah hujan sekitar 2500-4000 mm/tahun, dengan bulan kering
kurang dari 5 bulan setiap tahunnya. Setelah berumur 4 bulan, curah hujan
diharapkan berangsur-angsur berkurang sehingga memungkinkan sinar matahari
bertambah banyak sampai rimpang jahe siap untuk dipanen.
b. Sinar matahari
Cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melalui fotosintesis
dan reaksi fotoperiodisitas. Pengaruh intensitas penyinaran terhadap pertumbuhan
tanaman lebih besar dibandingkan dengan pengaruh mutu penyinaran. Pada
tanaman jahe sinar matahari diperlukan dalam pertumbuhan tanaman dan untuk
mendapatkan rimpang yang baik terutama pada saat pembentukan
rumpun/anakan. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe
memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di
tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Hasil
penelitian Prasetyo, et al., (2006) menyatakan tanaman jahe merah masih dapat
tumbuh hingga intensitas naungan 50% di bawah tegakan pohon karet (umur 25
tahun). Entang et al., (2002) melaporkan bahwa penggunaan naungan paranet
dengan intensitas naungan 25 dan 50% lebih mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil jahe merah sedangkan jahe emprit tumbuh baik pada intensitas naungan
50%.
c. Suhu udara
Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 25-35°C. Temperatur di
atas 35 o C dapat menyebabkan daun menjadi hangus dan mengering. Suhu yang
semakin rendah mengakibatkan umur jahe semakin panjang.
d. Ketinggian tempat
Jahe tumbuh baik umumnya pada ketinggian antara 300-900 m di atas permukaan
laut (dpl). Walaupun demikian, budidaya jahe pada lahan dengan ketinggian 1.200
m dpl merupakan salah satu alternatif usaha agar memperoleh pertanaman jahe
sehat. Hal tersebut karena pada ketinggian tersebut bakteri Pseudomonas
solanacearum penyebab penyakit layu bakteri kurang berkembang, terlebih lagi
jika didukung oleh pengolahan tanah yang baik. Karena itu dataran tinggi sangat
cocok bagi kebun benih jahe. Pada ketinggian > 1.200 m di atas permukaan laut
dengan suhu di bawah 24 o C tanaman jahe akan tumbuh lebih lambat.

Budidaya Jahe Secara Umum

Proses penanaman jahe dapat dimulai dengan menyiapkan bibit jahe yang
telah direndam dalam air selama 12-24 jam. Setelah itu, bibit tersebut dapat
ditanam di tanah yang telah dipersiapkan dengan jarak tanam sekitar 30 x 30 cm.
Perawatan tanaman jahe meliputi penyiraman, pemupukan, dan pembersihan
gulma secara teratur. Tanaman jahe memerlukan cahaya matahari yang cukup,
sehingga disarankan ditanam di lahan yang terbuka. Panen jahe dapat dilakukan
setelah 8-10 bulan setelah penanaman. Tanda-tanda jahe siap panen adalah daun-
daun yang menguning dan layu, serta batang tanaman yang sudah kering. Jahe
dapat dipanen dengan cara mencabut umbi beserta tanahnya. Setelah dipanen,
umbi jahe harus dibersihkan dari tanah dan daun-daun yang menempel, kemudian
dikeringkan dengan baik sebelum dijual atau digunakan (Wiryanta et al., 2019).
REFERENSI

Ariga, T., & Seki, T. (2006). Antithrombotic and anticancer properties of flavour
components in fermented soybean. Food reviews international, 22(4).

Dwi Winarni, H. T. (2019). Perbedaan Daya Hambat Antioksidan Temulawak,


Kunyit, Kencur, Jahe, dan Kayu Manis Terhadap Radikal Bebas DPPH.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 5(1), 1-9.

Indofood Nasi Goreng Seasoning Mix. (n.d.). Indofood. Diakses pada 12 Maret
2023, dari https://www.indofood.com/product/detail/13/9/nasi-goreng-
seasoning-mix

Kusumaningrum, D., & Sumiati, N. (2018). Kajian tingkat kepadatan dan variasi
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jahe merah (Zingiber
officinale Rosc. Var. Rubrum). Jurnal Agritech Fakultas Teknologi
Pertanian UGM, 38(2), 115-122.

Laksmi, H. M., & Azizah, N. (2017). Analisis Kualitas Bumbu Instant Nasi
Goreng (Instant Spice Analysis of Fried Rice). Jurnal Gizi Indonesia, 6(1),
40-46.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. (2019).
Tanaman Obat Indonesia Jilid 5. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

Rachman, F. A., & Hartati, S. (2019). Pengaruh variasi konsentrasi air dan jarak
tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jahe merah (Zingiber officinale
Rosc. Var. Rubrum) pada lahan sawah. Jurnal Produksi Tanaman, 7(5),
791-797.

Sulistyono, E., & Darsono, U. R. (2018). Pengaruh pemupukan NPK terhadap


pertumbuhan dan hasil jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var.
Rubrum) pada lahan pasir. Jurnal Agroqua, 16(1), 24-30.

Suryanti, S., Pratama, Y. A., & Rahmawati, R. (2018). Pengaruh pemberian


pupuk organik dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil jahe
merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum). Jurnal Ilmiah Pertanian,
2(2), 47-54.

Tumbuhan Herbal, Komix Herbal, dan Jamu Tradisional: Apa Bedanya? (2021,
27 Januari). Diakses pada 12 Maret 2023, dari
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/tumbuhan-herbal-komix-
herbal-dan-jamu-tradisional/
Wiryanta, B., Sujiprihati, S., & Muharam, A. (2019). Evaluasi pertumbuhan jahe
merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) pada beberapa media
tanam dan dosis pupuk kandang. Jurnal Agrotek Tropika, 7(2), 251-258.

Anda mungkin juga menyukai