Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA


Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesi

Dosen Pengampu : Drs. Isnu Wahyono, M.Pd.

Disusun oleh

Kelompok 3
Fahdi Aris Sahbana 2110512210002
M. Renaldi 2110512310003
Ikhsanul Akbar 2110512210020
Nafisa Zalfa Nurrahmah 2110512220019
Nugraha Anthoni Najwa 2110512210005
Ahmad Barakatul Athqia 2110512210023

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2021
MAKALAH BAHASA INDONESIA
TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesi

Dosen Pengampu : Drs. Isnu Wahyono, M.Pd.

Disusun oleh

Kelompok 3
Fahdi Aris Sahbana 2110512210002
M. Renaldi 2110512310003
Ikhsanul Akbar 2110512210020
Nafisa Zalfa Nurrahmah 2110512220019
Nugraha Anthoni Najwa 2110512210005
Ahmad Barakatul Athqia 2110512210023

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah “Tata Kalimat Bahasa
Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Makalah ini menjelaskan lebih mendalam mengenai Bagian-bagian Kalimat,, Pola
dasar Kalimat, Fungsi Sintaksis Kalimat, Jenis Kalimat, dan Kalimat Efektif.

Penulis berharap, dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, mungkin dala penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Banjarbaru, 14 September 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……..……………………………………………………………………………………………...vi

BAB II ACUAN TEORI………………..………………………………………………………………………………………viii

BAB III PEMBAHASAN..………………………………………………………………………………………………….…xxxi

BAB IV PENUTUB…………..………………………………………………………………………………………………….xlv

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………….xlvi

LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………………………………...xlvi

PROFIL PENULIS…………………………………………………………………………………………………………………xlvii

v
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang apa saja dengan
menggunakan bahasa bebas, mengandung sesuatu yang baru dan bermakna pencerahan.
Keindahan sastra tidak ditentukan keindahan kata atau kalimat melainkan keindahan substansi
ceritanya (Juni Ahyar, 2019:02). Sastra adalah saah satu bukti peradaban dan kemajuan budaya
manusia. Seperti yang di sampaikan oleh Novi Zaroroh (2009:01) bahwasanyasastra sebagai
karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau
angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan
mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

Salah satu bentuk sastra yang umum dijumpai adalah novel.  Juni Ahyar
(2019:148)mendeskripsikan novel sebagaisuatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur kemudian di satu padukan dan diolah
sehingga mirip dengan peristiwa yang nyata. Unsur intrinsiksecara langsung membangun
sebuah cerita dan menyusunnya dari dalam sehingga membentuk struktur suatu karya sastra
sehingga menjadianketerpaduan unsur intrinsik ini sangat menentukan kualitas sebuah novel.

“Negeri 5 Menara” adalah novel yang dikarang oleh Ahmad Fuadi. Novel terbitan Gramedia
di tahun 2009 ini sukses menarik perhatian banyak orang. Novel ini sarat akan motivasi bagi
anak muda yang masih dibakar semangatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bagian-bagian kalimat yang ada dalam Novel Negeri 5 Menara?
2. Bagaimana pola kalimat dasar dalam Novel Negeri 5 Menara?
3. Bagaimana fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat dalam Novel Negeri 5 Menara?
4. Apa saja jenis-jenis kalimat yang terdapat dalam dalam Novel Negeri 5 Menara?
1.3 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang terdapat dalam identifikasi masalah terlalu luas, maka
penelitian ini hanya akan mengkaji bagian-bagian kalimat pola kalimat dasaf, fungsi sintaksis
dan jenis-jenis kalimat dalam novel Negeri 5 Menara

vi
1.4 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagian-bagian kalimat yang ada dalam Novel Negeri 5 Menara.
2. Mengetahui jenis-jenis pola kalimat dasar dalam Novel Negeri 5 Menara.
3. Mengetahui fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat dalam Novel Negeri 5 Menara.
4. Mengetahui jenis-jenis kalimat yang terdapat dalam dalam Novel Negeri 5 Menara.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Pengumpulan Data, Informasi

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan


penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan
beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup
kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,
diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat
dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi
dan kesimpulan.
1.5.2 Pengolahan Data dan Informasi

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian
diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.

1.5.3 Analisis dan Sintesis

Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu berbagai macam bentuk kalimat.

vii
BAB II

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA


2.1 Definisi Kalimat

Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat
pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.

Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.

Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
amilasi bunyi.

Dalam wujud tulisan huruf latin, sebuah kalimat ditandai dengan adanya berbagai tanda
baca yang menunjukan seperti apa kalimat harus seperti apa dibaca.

Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; Jawaban
minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki subjek dan predikat.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah:

1. kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;


2. perkataan; linguistic
3. satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

viii
2.2 Ciri-Ciri Kalimat

Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem adalah
bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah kata, sedangkan
morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada sebuah kata.
2. Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.
3. Mempunyai pola intonasi akhir.
4. Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.
2.3 Jenis-Jenis Kalimat
2.3.1 Jenis-Jenis Kalimat menurut Bentuk
Berdasarkan bentuknya kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Perbedaan kalimat ini terletak pada jumlah klausanya. Secara lebih lengkap berikut merupakan
penjabaran mengenai kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
2.3.1.1 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa. Contoh kalimat tunggal adalah
sebagai berikut:

 Ayah sedang tidur.


 Semua barang-barang berserakan di kamar tidur Ayah.
 Semangat belajar nak!
 Saya membaca buku IPA dan Bahasa Indonesia.
 Ibu sedang memasak.
 Kami bermain bola basket di Lapangan.
 Adik sedang mandi.
 Kakak belajar Kimia di kamar.
 Saya adalah murid kelas 2 SMA.

ix
Kalimat tunggal memiliki fungsi:

1. Kalimat kata kerja untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata kerja setelah
kata subjek.
2. Kalimat kata sifat untuk memberikan kalimat predikat dengan hanya kata sifat setelah
kata subjek.
3. Kalimat kata benda untuk memberikan kalimat predikat dengan kata benda/nomina
setelah kata subjek.
4. Kalimat kata depan dengan frasa empat untuk memberikan kalimat dengan frasa
sebanyak empat setelah kata subjek demi kata preposisional.
2.3.1.2 Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa. Contoh kalimat
majemuk adalah sebagai berikut:

Ayah dan Ibu senang membuat masakan soto banjar karena hidangan ini adalah makanan
favorit mereka.

Kalimat majemuk memiliki berbagai jenis. Kalimat ini dibedakan menjadi kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

2.3.1.3 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki tingkatan klausa yang sama atau
sederajat. Kalimat tersebut memiliki klausa-klausa subordinatif dan dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif. Contoh kalimat majemuk setara adalah sebagai berikut:

 Ayah membaca koran, lalu minum kopi di teras rumah.


 Ibu membaca buku dan aku berangkat ke sekolah.
 Seseorang yang ramah, seperti mentari yang sedang tersenyum.
 Anda membayar makananku atau saya yang membayar makanan Anda.
 Saya tahu Anda sedih, tetapi saya ingin Anda harus berani melawan perjuangan hidup.
 Hanya satu orang yang memberi saya makan, yaitu Ayah saya.

x
 Anda bukanlah wanita malas, melainkan usaha Anda belum maksimal dalam
mewujudkan mimpi Anda.
 Saya atau Anda, tetap sama-sama berjuang dalam menghadapi UN.
 Sesudah itu kue siap disajikan bersama teh.
 Setelah itu, saya dan teman-teman saya berangkat ke sekolah.
2.3.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki tingkatan antar klausa satu
dengan yang lainnya tidak seimbang. Klausa pada kalimat majemuk bertingkat terdiri atas
klausa atas dan klausa bawah. Klausa pertama biasa disebut klausa atas, sedangkan klausa
kedua sering disebut klausa bawah.

Kedua klausa ini dihubungkan dengan konjungsi subordinatif dan ditandai dengan kata
berupa, meskipun, walaupun, karena, ketika, kalau, sebelum, bahwa, agar, sebab, kendatipun,
sebab, sehingga, setelah, jika, dan apabila. Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan
hubungan sematik antar klausanya.

Berikut adalah beberapa contoh dari kalimat majemuk bertingkat:

 Kalau aku yang pergi, bisakah Ibu di rumah sendirian?


 Ketika saya menyimak gagasan yang anda bicarakan, saya tertarik dengan hal tersebut.
 Ayah sekarang di sekolahku karena ibu tidak menjemputku pulang pada hari ini.
 Walaupun Anda seorang manajer di perusahaan, hidup Anda sangat sederhana dan
sama sekali tidak menggambarkan sebagai seorang manajer.
 Meskipun hari ini adalah hari libur, saya tetap masuk sekolah untuk persiapan acara
pentas seni besok.
 Saya ingin Anda tetap menyelesaikan tugas kerjamu agar Anda dapat diangkat menjadi
seorang manajer.
 Akibat ayah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, ayah mengalami kecelakaan
lalu lintas dan mengalami luka serius.
 Kendatipun adik bermain bola di rumah, pasti ia lebih senang bermain bola di lapangan.

xi
 Bagaimapun sulitnya, tetapi saya tetap mengerjakannya.
 Seandainya kami memilki uang, kami pasti membeli sepeda gunung untuk olaharaga.
 Asalkan kamu sembuh, ayah rela mengorbankan apa saja untuk
 Kakak adalah wanita tangguh, sedangkan adik adalah lelaki tangguh.
 Aku menyimpan rasa selama ini biar kamu tidak mengetahui betapa beratnya aku jatuh
hati dengan
 Kami dapat membeli sepeda motor, supaya kami dapat berpergian kemana-mana.
 Jikalau saya kagum denganmu, saya pasti memberikan sesuatu untukmu.
 Bilamana saya dapat menjengukmu, saya pasti memberikan kamu buah-buahan
sebagai suplemen.
 Oleh karena itu, ibu mengajari kami mata pelajaran kimia dengan baik.
 Saya dapat mengusai mata pelajaran Biologi dengan baik karena menggunakan cara
membuat mind mapping setiap hari.
2.3.1.5 Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang memiliki klausa sebanyak tiga atau
lebih,tetapi klausa tersebut dihubungkan secara subordinatif dan konjungtif. Contoh kalimat
majemuk campuran terdapat pada kalimat-kalimat berikut:

 Dina berangkat ke sekolah dan adik tetap pergi ke pasar, meskipun panas di siang hari
ini semakin terik.
 Jika Anda pernah belajar tentang ilmu Biologi di suatu universitas selama 3,5 tahun dan
Anda berhasil menyelesaikannya dengan baik, maka saya tawarkan Anda bekerja
sebagai asisten penelitian di INDOHUN (Indonesia One Health University Network).
 Kita mengerti bahwa tidak semua orang bisa merasakan kesenangan dari apa yang kita
buat, tetapi kita mampu bersyukur dan bahagia dengan versi diri kita sendiri.
2.3.2 Jenis Kalimat Aktif dan Pasif

Kalimat juga dibedakan menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Pembahasannya adalah
sebagai berikut:

xii
2.3.2.1 Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Verba aktif ditandai dengan
prefiks me-, memper-, dan be-. Ciri-ciri kalimat aktif adalah predikatnya cenderung memiliki
Imbuhan me- ataupun ber-, dan pada kalimat aktif imbuhan me- ataupun ber- cenderung
mengikat predikat yang menggambarkan suatu tindakan ataupun pekerjaan dalam sebuah
kalimat.

Berikut adalah beberapa contoh kalimat aktif:

 Kakak membaca buku.


 Ibu memasak sayur terong di dapur.
 Sandi memperbaiki tugas kuliahnya.
 Ayah bekerja di kantor.
 Dina membawa ayam.
2.3.2.2 Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan/tindakan atau
aktivitas. Subjek pada kalimat pasif berada sebelum predikatnya. Kalimat pasif ini merupakan
kebalikan dari kalimat aktif.

Berikut adalah ciri-ciri kalimat pasif:

1. Subjeknya sebagai penerima perlakuan


2. Predikatnya berimbuhan di-, ter-, ke-an, atau ter-kan
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang)
4. Objek pada kalimat pasif merupakan subjek pada kalimat aktif
5. Biasanya ditandai dengan adanya kata-kata “oleh” dan “dengan”.

Contoh kalimat pasif di antaranya adalah:

 Buah mangga dipetik oleh Ibu.


 Buku ayah dipinjam oleh Ibu.
 Penampilan kakak saat menari disaksikan oleh ribuan penonton.
xiii
2.2.4 Jenis-Jenis Kalimat berdasarkan Pengucapan

Berdasarkan pengucapannya kalimat dibedakan menjadi kalimat langsung dan kalimat tidak
langsung.

2.2.4.1 Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang menggambarkan ucapan atau perintah. Kalimat
tersebut juga berisi bagaimanakah perkataan orang yang dimaksud, sehingga kalimat ini
ditandai dengan tanda petik (“…”).

Contoh kalimat langsung adalah sebagai berikut:

 Ibu berkata,”Sayang hari ini kita makan buah yuk”.


 “Kakak, ajarkan aku matematika kak.”
 “Apakah benar kamu adalah seorang anak petani desa?”
 “Ibu..hari ini, aku mau membuatkan kue kesukaan Ibu.”
 “Shania, kamu harus patuh ya dengan Kakek”
 “Dinda, saya tahu, kamu pasti.”
 “Nanda, aku pun mengerti maksud dari perkataanmu tempo hari.”
2.2.5 Jenis-Jenis Kalimat berdasarkan Fungsinya
2.2.5.1 Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat untuk memberi perintah kepada orang lain dalam
menjalankan sesuatu. Biasanya kalimat ini ditandai dengan tanda seru jika dalam bentuk
tulisan, sedangkan dalam bentuk lisan, itu ditandai dengan intonasi/nada tinggi.

Contoh kalimat perintah di antaranya adalah sebagai berikut:

 Silakan Anda meninggalkan ruangan ini!


 Jangan memberi contekan saat ujian!
 Tolong sampaikan maksud saya ini kepada Ibu Anda!
 Mohon untuk Anda tidak membuang sampah sembarangan!

xiv
 Anda harus bisa!
 Kami pasti bisa!
 Saya bisa, kamu juga bisa!
2.2.5.2 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai dengan tanda tanya dan memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi dari orang lain.

Contoh kalimat tanya adalah sebagai berikut:

 Apakah seorang perempuan wajib menuntut ilmu sampai S3?


 Bagaimana dengan Anda ke depannya, jika Anda sudah belajar maksimal namun hasil
belum memuaskan?
 Kapan saya bisa menemui Anda?
 Di mana Anda bekerja saat ini?
 Mengapa ada kejadian kebakaran di Pasar Senen?
 Siapakah seseorang yang akan bertemu dengan kita pada sore nanti?
 Berapakah pendapatan Anda selama anda bekerja di Bank?
 Bagaimana saya dapat memahami maksud Anda, sedangkan Anda berbicaranya saja
dengan perasaan canggung?
2.2.5.3 Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan seseorang dengan kata
lain antara senang, kagum, bahkan terkejut. Kalimat tersebut diungkapkan dengan intonasi
tinggi jika dalam bentuk lisan, sedangkan dalam bentuk tulisan bisa ditandai dengan tanda titik
(.) atau tanda seru (!).

Berikut adalah beberapa contoh kalimat seruan.

 Cantik sekali Anda pada hari ini.


 Saya kagum dengan cara A
 Aduh, saya lupa mengunci pintu rumah!

xv
 Ayo kita berangkat ke sekolah!
 Anda adalah orang terpilih dalam hidup saya.
 Rajin sekali Anda dalam mengerakan tugasnya!
 Gantungkan cita-citamu setinggi langit!
2.4 Bagian – Bagian Kalimat
2.4.1 Kalimat dan Klausa

Kalimat dan klausa memiliki unsur predikasi dalam arti memiliki unsur subjek dan predikat
tanpa objek, keterangan, dan pelengkap. Contohnya pada kalimat berikut:

Ibu memasak (Subjek + Predikat)

2.4.2 Konstituen Kalimat

Kalimat merupakan kumpulan kata untuk pemerian sintaksis dari kata yang terkecil.
Satuan-satuan yang membentuk suatu kontruksi disebut dengan konstituen. Analisis struktur
pada suatu kalimat pada dasarnya adalah menetapkan pola hubungan konstituennya secara
lengkap dengan cara menggunakan diagram. Contoh konstituen kalimat, yaitu:

“Kami membangun perkebunan kopi di samping halaman sekolah.”

2.4.3 Unsur Wajib dan Unsur Tak Wajib

Kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berdasarkan uraian kalimat
dibedakan atas unsur wajib dan unsur tak wajib. Unsur wajib itu terdiri atas konstituen kalimat
yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur tidak wajib terdiri atas konstituen kalmiat dapat
dihilangkan.

2.4.4 Bagian Inti dan Bagian Bukan Inti


2.4.4.1 Bagian Kalimat Inti

Kalimat inti adalah kalimat dasar yang terbentuk dari, klausa inti yang lengkap terdiri atas
kata deklaratif dan afirmatif. Pola atau struktur inti dari bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:

FN + FV = Ibu memasak

xvi
FN + FV + FN = Ibu memasak telur

FN + FV + FN + FN = Adik menggambar tubuh kucing

FN + FN = Ibu Guru

FN + FA = Kakak Cantik

FN + FNum = Harganya Rp.2000,00

FN + FP = Kucingnya di rumah

2.4.4.2 Bagian Kalimat Bukan Inti

Kalimat non-inti adalah gabungan kalimat inti dengan proses transformasi. Hal ini
disebabkankan adanya proses pemasifan, penanyaan, pengingkaran dan lain-lain.

Contoh kalimatnya adalah Mobil disetir kakak.

2.5 Pola Kalimat

Kalimat dasar merupakan cikal bakal kalimat turunan yang dapat berbentuk kalimat
tunggal atau bisa juga berupa kalimat majemuk (Ekowardono, 2002: 84).

Pola kalimat dasar tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang dipaparkan
oleh Alwi et al., (2003: 322).Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

2.5.1 Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata keija, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

1. Mereka / sedang berenang.

S P (kata keija)

2. Ayahnya / guru SMA.

S P (kata benda)

xvii
3. Gambar itu / bagus.

S P (kata sifat)

4. Peserta penataran ini / empat puluh orang.

S P (kata bilangan)

2.5.2 Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:

Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.

S P O

2.5.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam.

S P Pel

2.5.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat.

S P O Pel

2.5.5 Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya

S P K

xviii
2.5.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:

Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.

S P O K

2.6 Fungsi SIntaksis Unsur – Unsur Kalimat

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata
tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas
struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan
kalimat.

Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P),
objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung
semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah
subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan
merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.

2.6.1 Subjek

Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan
atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:

a) jawaban apa atau siapa,


b) dapat didahului oleh kata bahwa,
c) berupa kata atau frasa benda (nomina)
d) dapat diserta kata ini atau itu,
e) dapat disertai pewatas yang,

xix
f) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
g) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

-Adik bermain.

S P

2.6.2 Predikat

Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau
subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

- Adik bermain.

S P

Adik adalah pokok kalimat

bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.

Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,


b) dalam kalimat susun biasa, predikat berada langsung di belakang subjek,
c) predikat umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
d) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah,
e) predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
f) predikat dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat)
atau bagaimana (pokok kalimat).
2.6.3 Objek

Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif
pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi
predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.

xx
- Dosen menerangkan materi.

S P O

menerangkan adalah verba transitif.

Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,

- Ayah membaca koran.

S P O

Koran adalah nomina.

b) berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh
berikut,

- Ibu memarahi kakak.

S P O

c) dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,

- Kepala sekolah mengundang wali murid.

S P O

d) objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan,
seperti contoh berikut,

- Ani membaca buku.

S P O

- Buku dibaca Ani.

S P Pel.

xxi
2.6.4 Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,mengkhususkan


objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena
sama-sama diisi oleh nomina atau frasanominal dan keduanya berpotensi untuk berada
langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh
berikut.

- Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.

S P Pel. Ket.

- Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.

S P O Ket.

Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks
ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-,
seperti contoh berikut.

- Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.

S P Pel. Ket.

- Buku dibaca Ani.

S P Pel.

b) pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verbadwitransitif


pengisi predikat seperti contoh berikut.

- Ayah membelikan adik mainan.

S P O Pel.

membelikan adalah verba dwitransitif.


xxii
c) pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi
oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.

- Budi menjadi siswa teladan.

S P Pel.

d) dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat,
tetapikalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada dibelakang objek, seperti pada
contoh berikut.

- Pak Ali berdagang buku bekas.

S P Pel.

- Ibu membelikan Rani jilbab.

S P O Pel.

e) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.

- Ibu memanggil adik.

S P O

- Pak Samad berdagang rempah.

S P Pel.

Pak Samad berdagangnya (?)

f) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi
subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contohberikut.

- Pancasila merupakan dasar negara.

S P Pel.

Dasar negara dirupakan pancasila (?)

xxiii
2.6.5 Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan
sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihatpada contoh berikut.

- Ibu membeli kue di pasar.

S P O Ket. Tempat

Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat,
seperti contoh berikut.

- Saya membeli buku.

S P O

- Saya membeli bukudi Gramedia.

S P O Ket. Tempat

b) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat,seperti
contoh berikut.

- Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.

S P O Ket. Cara

c) keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa
terikat, seperti contoh berikut.

- Rifi datang kemarin.

S P Ket. Waktu

Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti

xxiv
dijelaskan berikut.

a. Keterangan tempat

Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan


tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.

- Ayah pulang dari kantor.

S P Ket, tempat

b. Keterangan waktu

Keterangan waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan


waktu diawali oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu
ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin,
nanti. Keterangan waktu dalam kalimat seperti contoh berikut.

- Dia akan datang pada hari ini.

S P Ket. Waktu

c. Keterangan alat

Keterangan alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat
diawali oleh preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut.

- Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.

S P O Ket. Alat

d. Keterangan cara

Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antar unsurnya,bermakna


cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan,

xxv
secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti
contoh berikut.

- Dia memasu kirumah kosong itu dengan hati-hati.

S P O Ket. Cara

e. Keterangan tujuan

Keterangan tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya


mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh preposisi agar, supaya, untuk,
bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh berikut.

- Arif giat belajar agar naik kelas.

S P Ket. Tujuan

f. Keterangan penyerta

Keterangan penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antar unsurnya yang
membentuk makna penyerta. Keterangan penyerta ditandai oleh preposisi dengan, bersama,
beserta seperti yang terdapat dibawah ini.

- Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.

S P Pel Ket. Penyerta

g. Keterangan perbandingan

Keterangan perbandingan adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk


makna perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh preposisi seperti, bagaikan,
laksana, seperti contoh berikut ini.

- Dia gelisah seperti cacing kepanasan.

S P Ket. Perbandingan

h. Keterangan sebab
xxvi
Keterangan sebab adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
sebab. Keterangan sebab ditandai oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.

- Sebagian besar rumah rusak karena gempa.

S P Ket. Sebab

i. Keterangan akibat

Keterangan akibat adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
akibat. Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh
berikut ini.

- Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.

S P Ket. Akibat

j. Keterangan syarat

Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
syarat. Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.

- Saya akan datang jika dia mengundang saya.

S P Ket. Syarat

k. Keterangan pengandaian

Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk


makna pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh konjungtor andaikata, seandainya
dan andaikan, seperti contoh berikut ini.

- Andaikan bulan bisa ngomong, diatidak akan bohong.

Ket. Pengandaian S P

l. Keterangan atributif

xxvii
Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna
penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif ditandai oleh konjungtor yang, seperti
contoh berikut ini.

- Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat beasiswa.

Ket. Atributif (S) P O

2.7 Kalimat efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang menunjukkan bahwa proses penyampaian dan


penerimaannya berlangsung dengan sempurna. Tujuan kalimat itu agar isi atau maksud yang
disampaikan pembicara atau penulis tergambar dengan lengkap.

Kalimat dikatakan efektif jika penerima pesan berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud pengirim pesan.

Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang terdiri dari kata-kata dengan unsur Subjek,
Predikat, Objek, Keterangan (SPOK).

Penggunaan kalimat efektif biasanya sering terdapat pada tulisan ilmiah. Contohnya pada
makalah, tesis, laporan penelitian, disertasi, dan sebagainya.

Kalimat efektif memiliki sejumlah karakteristik, yaitu:

a. Kelogisan Kalimat
Kelogisan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Kalimat yang logis
harus memiliki subjek, keterangan, predikat, induk, dan anak kalimat yang jelas. Selain
itu, subjek tidak boleh ganda, dan predikat tidak didahului kata "yang".

Contoh:
Kepada Bapak Kepada Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilahkan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

xxviii
b. Kesepadanan Struktur
Perhatikan kelengkapan struktur kalimat dan penggunaannya. Pastikan kalimat memiliki
unsur klausa, minimal subjek dan predikat. Lalu jangan letakkan preposisi (kata depan)
sebelum subjek karena akan mengaburkan pelaku dalam kalimat.

Contoh:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

c. Kesejajaran
Ciri selanjutnya menyangkut imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai
kedudukannya. Intinya, kalimat efektif harus berimbuhan paralel dan konsisten.

Contoh:
Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar. (tidak efektif)
Harga minyak disesuaikan atau dinaikkan secara wajar. (efektif)

d. Kehematan Kata
Kehematan adalah penggunaan kata yang ringkas dan tidak bertele-tele, namun tidak
mengurangi makna atau mengubah informasi. Caranya dengan menghilangkan
pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat, menghindari pemakaian
superordinat pada hiponimi kata, dan menghindari kesinoniman kata dalam kalimat.

Contoh
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

e. Ketegasan Makna
Tak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, meskipun memang peletakan
subjek biasanya selalu mendahului predikat. Namun, dalam beberapa kasus, boleh
meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan.

xxix
Penegasan kalimat seperti ini sering dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan,
ataupun anjuran yang biasanya diikuti partikel lah atau pun.

Contoh:
Kamu makanlah nasi itu sampai habis agar tidak mubazir! (tidak efektif)
Makanlah nasi itu sampai habis agar tidak mubazir! (efektif)

BAB III

PEMBAHASAN

xxx
3.1 Pola Kalimat Dasar

Pola dasar kalimat dapat ditemui dalam novel Negeri 5 Menara sebagai berikut:

a) Kalimat Dasar Berpola S P

1. kami / sedang bermain.

S P (kata keija)

(Novel Negeri 5 Menara;295)

b) Kalimat Dasar Berpola S P O

Kami / sedang mempersiapkan / perencanaan naskah.

S P O

(Novel Negeri 5 Menara;205)

c) Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Katanya /berbisik / sambil tersenyum lebar.

S P Pel

(Novel Negeri 5 Menara;181)

d) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kami / mengunjungi / pabrik / kerupuk di Trenggalek.

S P O Pel

(Novel Negeri 5 Menara;329)

e) Kalimat Dasar Berpola S P K

Baso Salahuddin /yang berlayar / dari Gowa

xxxi
S P K

f) Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kami / menjadi / tontonan gratis / menjelang maghrib.

S P O K

(Novel Negeri 5 Menara;58)

3.2 Fungsi Sintaksis

(1) Subjek

Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu

dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri

subjek yang ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah sebagai berikut:

(a) jawaban apa atau siapa,

“Kami menurut” (Novel Negeri 5 Menara;58)

(b) dapat didahului oleh kata bahwa,

“bahwa bangsa Minang datang dari sejarah” (Novel Negeri 5 Menara;85)

(c) berupa kata atau frasa benda (nomina)

“Sarung yang berkepak-kepak” (Novel Negeri 5 Menara;83)

(d) dapat diserta kata ini atau itu,

“Kami senang saja menerima julukan itu” (Novel Negeri 5 Menara;83)

(e) dapat disertai pewatas yang,

“tempat yang sangat cocok untuk berkumpul” (Novel Negeri 5 Menara;82)

(f) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,

“Sarung yang berkepak-kepak” (Novel Negeri 5 Menara;83)

(g) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

xxxii
“Kami menurut” (Novel Negeri 5 Menara;58)

(2) Predikat

Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau
subjek. Predikat mempunyai ciri-ciri yang ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah
sebagai berikut:

(a) bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,

“bahwa bangsa Minang datang dari sejarah” (Novel Negeri 5 Menara;85)

Bagian kalimat “datang dari sejarah” menjelaskan mengenai asal usul dari bangsa Minang yang
tidak lepas dari sejarahnya.

(b) dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,

kami / sedang bermain.

S P (kata keija)

(Novel Negeri 5 Menara;295)

Dapat kita ketahui kata “Kami” sebagai subjek dan bagian “sedang bermain” sebagai
predikatnya.

(c) prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,

1. kami / sedang bermain.

S P (kata keija)

(Novel Negeri 5 Menara;295)

Dapat dilihat kata “bermain” merupakan frasa verba.

(d) prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,

“dengan jawabanku, berakhirlah ujian lisan” (Novel Negeri 5 Menara;161)

Kita lihat predikat “ berakhir” mendapatkan partikel –lah pada kalimat di atas

(f) prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok

kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).

kami / sedang bermain.

xxxiii
S P (kata keija)

(Novel Negeri 5 Menara;295)

Dapat kita ketahui kata “Kami” sebagai subjek dan bagian “sedang bermain” sebagai
predikatnya.

(3) Objek

Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif
pengisi predikat dalam kalimat aktif.

Objek mempunyai ciri-ciri yang ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah sebagai
berikut:

(a) berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,

- Baso membaca buku.

S P O

(Novel Negeri 5 Menara;294)

Buku adalah nomina.

(b) berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,

- Mereka hakim tertinggi untuk menghukum para pelanggar bahasa.

S P O

(Novel Negeri 5 Menara;244)

(c) dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu.

- Mereka hakim tertinggi untuk menghukum para pelanggar bahasa.

S P O

(Novel Negeri 5 Menara;244)

(d) objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan.

- Baso membaca buku.

xxxiv
S P O

(Novel Negeri 5 Menara;294)

- Buku dibaca Baso.

S P Pel.

(4) Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan


objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Pelengkap mempunyai ciri-ciri yang ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah sebagai
berikut:

(a) kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati

oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh

prefiks di- atau ter-.

- Kamus mereka dicetak di percetakan PM.

S P Pel. Ket.

(Novel Negeri 5 Menara;250)

(b) pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif
pengisi predikat.

- Aku membacakan buat kawan-kawan PM

S P O Pel.

(Novel Negeri 5 Menara;327)

“membacakan” adalah verba dwitransitif.

(c) pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh
verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi.

-Dai yang merupakan huruf Arab.

S P Pel.

(Novel Negeri 5 Menara;141)

xxxv
(d) dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi
kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek.

- Aku membacakan buat kawan-kawan PM

S P O Pel.

(Novel Negeri 5 Menara;327)

(e) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh.

- Aku belajar bahasa Inggris.

SP O

(Novel Negeri 5 Menara;247)

Kalimat akan menjadi aneh jika bertambah pronomina-nya pada kata belajar

Aku belajarnya bahasa Inggris

(f) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek
apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif.

-Dai yang merupakan huruf Arab.

S P Pel.

(Novel Negeri 5 Menara;141)

Makna kalimat dapat berubah.

Dai yang dirupakan huruf Arab.

(5) Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.

Keterangan mempunyai ciri-ciri yang ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah
sebagai berikut:

(a) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat.

- Baso membaca buku.

S P O

xxxvi
(Novel Negeri 5 Menara;294)

- Baso membaca buku pelajaran.

S P O Ket. Jenis

(b) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti
contoh berikut.

- Kami menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang sangat memikat.

S P O Ket. Cara

(Novel Negeri 5 Menara;145)

(c) keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat,
seperti contoh berikut.

- Raja tidak pulang ke Medan.

S P Ket. Tempat

(Novel Negeri 5 Menara;172)

Berdasarkan penjabaran Manaf (2009:51) mengenai perbedaan keterangan berdasarkan


makan dapat ditemukan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah sebagai berikut:

(a) Keterangan tempat

- Raja tidak pulang ke Medan.

S P Ket. Tempat

(Novel Negeri 5 Menara;172)

(b) Keterangan waktu

- Amplop yang kami terima kemarin.

S P Ket. Waktu

(Novel Negeri 5 Menara;180)

(c) Keterangan alat

xxxvii
- Aku tidak lupa membawa gelas kosong untuk jatah kopi dan air panas.

S P O Ket. Alat

(Novel Negeri 5 Menara;197)

(d) Keterangan cara

- Kami menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang sangat memikat.

S P O Ket. Cara

(Novel Negeri 5 Menara;145)

(e) Keterangan tujuan

- Aku mohon bantuan do’a agar nenekku sembuh.

S P O Ket. Tujuan

(Novel Negeri 5 Menara;301)

(f) Keterangan penyerta

- Aku diarak bersama Said

S P Ket. Penyerta

(Novel Negeri 5 Menara;229)

(g) Keterangan perbandingan

- Kata ikhlas bagai obat manjur.

S P Ket. Perbandingan

(Novel Negeri 5 Menara;239)

(h) Keterangan sebab

- Wajah Raja,Atang,Dul dan Baso merah padam karena terlalu banyak berteriak.

xxxviii
S P Ket. Sebab

(Novel Negeri 5 Menara;229)

(i) Keterangan akibat

- Suasana hening sehingga aku bisa mendengar pletak-pletok sepatuku

S P Ket. Akibat

(Novel Negeri 5 Menara;259)

(j) Keterangan syarat

- Obat ajaib bila kami telan setiap hari.

S P Ket. Syarat

(Novel Negeri 5 Menara;239)

(k) Keterangan pengandaian

- Seandainya Baso masih ada, aku cukup percaya diri menghadapi ujian ini.

Ket. Pengandaian S P O

(Novel Negeri 5 Menara;318)

(l) Keterangan atributif

- Said yang paling besar mengembangkan tangannya dan memagut kami.

Ket. Atributif (S) P O

(Novel Negeri 5 Menara;333)

3.3 Jenis-Jenis Kalimat

4.1 KalimatKlausa

Kalimatdanklausamemilikiunsurpredikasidalamartimemilikiunsursubjekdanpredikattanpaobjek,
keterangan, danpelengkap.
xxxix
Dalam novel Negeri 5 Menara, kalimat klausa dapat kita lihat contohnya pada halaman 143
dimana terdapat kalimat sebagai berikut:

“ aku mengerti”

Dimana kata “Aku” sebagai Subjek dan “Mengerti” sebagai predikatnya.

4.2 Konstituen Kalimat

Kalimat merupakan kumpulan kata untuk pemerian sintaksis dari kata yang terkecil. Satuan-
satuan yang membentuk suatu kontruksi disebut dengan konstituen. Analisis struktur pada
suatu kalimat pada dasarnya adalah menetapkan pola hubungan konstituennya secara lengkap
dengan cara menggunakan diagram.

Dalam novel Negeri 5 Menara, kalimat konstituen dapat kita lihat contohnya pada halaman 8
dimana terdapat kalimat sebagai berikut:

“aku menganggap Habibie adalah seperti profesi tersendiri”

5.1 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa.

Contoh kalimat tunggal adalah sebagai berikut: “aku menggeliat terbangun” pada halaman 24
novel negeri 5 menara.

5.2 Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa.

Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut: “Aku akhirnya mulai berdamai dengan rupa-rupa
aturan disiplin dan beban pelajaran yang berjibun” pada halaman 137

5.2.1 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki tingkatan klausa yang sama atau
sederajat. Contohnya adalah “Walaupun kami punya kepribadian dan kegiatan yang

Berbeda-beda, sehingga sering pula bertengkar” pada halaman 137

5.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

xl
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki tingkatan antar klausa satu dengan
yang lainnya tidak seimbang. Contohnya adalah “Hatinya sedih pilu seolah-olah di iris sebilah
bambu” pada halaman 210

5.2.3 Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang memiliki klausa sebanyak tiga atau lebih,
tetapi klausa tersebut dihubungkan secara subordinatif dan konjungtif. Contohnya adalah
“Privilege yang aku punya sebagai wartawan kampus adalah izin untuk memegang kamera dan
menggunakannya” 169

6.1 Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Contohnya adalah “Kiai Rais
tersenyum” pada halaman 235

6.1.1 Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang melibatkan unsur objek di dalamnya. Contohnya
adalah “Aku layangkan pandanganku ke aula” pada halaman 157

6.1.2 Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memerlukan keberadaan objek di
dalamnya. Sebagai penggantinya, unsur keterangan atau pelengkap yang menjadi unsur
tambahan pada kalimat ini. Contohnya ada pada halaman 380 yang berbunyi “Kakak kepanasan
hingga berkeringat”

6.1.3 Kalimat Aktif Semitransitif

Kalimat aktif ini adalah kalimat aktif yang tidak bisa diikuti unsur objek dan hanya dapat diikuti
oleh unsur pelengkap saja. Seperti pada halaman 390 yang berbunyi “Aku mencurigai tingkah
lakumu”

6.1.4 Kalimat Aktif Dwitransitif

Kalimat aktif dwitransitif merupakan kalimat aktif yang mengandung objek dan pelengkap
sekaligus. Contohnya adalah “Aku menjual kertas sisa tesis ke tukang loak” pada halaman 125

6.2 Kalimat Pasif

xli
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan/tindakan atau aktivitas
seperti pada halaman 158 yang berbunyi “Keheningan hanya dipecah oleh gemeretak kacang

Yang kami kunyah dan Said yang memompa petromaks yang

Meredup”

7.1 Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang menggambarkan ucapan atau perintah. Kalimat tersebut
juga berisi bagaimanakah perkataan orang yang dimaksud, sehingga kalimat ini ditandai dengan
tanda petik (“…”). Seperti pada halaman 159 “ayo satu halaman lagi, satu baris lagi,

Satu kata lagi…”

7.2 Kalimat Tidak Langsung

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang mendeskripsikan ucapan kembali dari seseorang.
Biasanya kalimat tidak langsung ini merupakan kalimat pasif dan berupa kalimat berita. Seperti
pada halaman 174 “Ustad mengatakan kepadaku bahwa dia lagi sakit.”

8.1 Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat untuk memberi perintah kepada orang lain dalam menjalankan
sesuatu. Biasanya kalimat ini ditandai dengan tanda seru jika dalam bentuk tulisan, sedangkan
dalam bentuk lisan, itu ditandai dengan intonasi/nada tinggi. Seperti pada halaman 196 “Adik-
adik, malam ini kalian harus lebih waspada!”

8.2 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang ditandai dengan tanda tanya dan memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi dari orang lain. Contohnya adalah pada halaman 198 “Dul, kenapa
bunyi bambunya seperti itu?”

8.3 Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan untuk memberi informasi kepada orang lain.
Kalimat ini ditandai dengan tanda titik (.) jika dituangkan dalam bentuk tulisan, sedangkan
dalam bentuk lisan, kalimat tersebut dilakukan dengan intonasi/nada rendah. Seperti pada
halaman 198 “Belum lagi hatiku tenang, aku ingat rumor lain yang pernah diceritakan teman
lain.”

3.4 Bagian-Bagian Kalimat

xlii
4.4.1 Bagian Kalimat Inti

Kalimat inti adalah kalimat dasar yang terbentuk dari, klausa inti yang lengkap terdiri atas kata
deklaratif dan afirmatif.

Pola atau struktur inti dari bahasa Indonesia dan penerapannya dalam novel Negeri 5 Menara
adalah sebagai berikut:

FN + FV = “aku mengerti” (Negeri 5 Menara,8)

FN + FV + FN = “ kami melukis langit” (Negeri 5 Menara,339)

FN + FV + FN + FN = “Said menunjuk hidung Arnold” (Negeri 5 Menara,113)

FN + FN = “Guru madrasahku” (Negeri 5 Menara,123)

FN + FA = “Tim guru kalah” (Negeri 5 Menara,149)

FN + FNum = “Jam 12” (Negeri 5 Menara,272)

FN + FP = “Gedung utama di pondok ini” (Negeri 5 Menara,29)

4.4.2 Bagian Kalimat Bukan Inti

Kalimat non-inti adalah gabungan kalimat inti dengan proses transformasi. Hal ini
disebabkankan adanya proses pemasifan, penanyaan, pengingkaran dan lain-lain.Bagian
kalimat bukan inti dapat kita temui dalam novel Negeri 5 Menara, halaman 19 sebagai berikut:

“aku dikunjungi mimpi”

4.4.3 Bagian Inti beserta Konstituennya

Anda dapat mengambil contoh untuk dapat mengetahui bagian konstituennya.

Bagian ini dapat kita temui dalam novel Negeri 5 Menara halaman 239 sebagai berikut:

“Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hari di PM”

Pada kalimat diatas di atas terdiri atas dua konstruksi yaitu

(1) Jiwa keihklasan (FN) dan (2) dipertontonkan setiap hari di PM

(1) Lukisan Kak Andi (FN) dan (2) dipamerkan di Acara Pameran Internasional (FV).

Konstituen langsung dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hari di PM

xliii
Jiwa keikhlasan dipertontonkan

Jiwa keikhlasan

Jiwa

dipertontonkan setiap hari di PM

Maka, dalam contoh kalimat 1 terdapat lima konstituen yaitu (1)Jiwa, (2)keikhlasan,
(3)dipertontonkan setiap hari di PM

BAB IV

PENUTUP
4.1 Simpulan

xliv
Setelah menganalisis penerapan tata tulis ilmiah pada novel, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penulisan kerangka novel harus sesuai dengan aturan yang berlaku pada
instansi/lembaga yang bersangkutan. Penggunaan ejaan yang harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, penggunaan tanda baca, huruf kapital, dan penulisan kata juga harus tepat, agar
novel mudah di pahami bagi para pembaca.

4.2 Saran

Kami ucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi di dalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Kami juga
mengharapkan saran dari saudara/i yang membaca makalah ini. Saran sebaiknya mengarah ke
implikasi atau tindakan lanjutan yang harus dilakukan sehubungan dengan temuan atau
simpulan. Saran yang berkaitan dengan tindak lanjut pelaksanaan atau hasil penelitian/kajian,
sebaiknya berupa penyempurnaan asumsi dan metode. Jadi, saran terkait penelitian lanjutan
harus diuraikan secara spesifik.

4.3 Pemangku kepentingan

Universitas Lambung Mangkurat

4.4 Pengajar

Drs. Isnu Wahyono, M.Pd

4.5 Para Mahasiswa


− Ahmad Barakatul Athqia (2110512210023) − Nafisa Zalfa Nurrahmah
− Fahdi Aris Sahbana (2110512210002) (2110512220019)
− Ikhsanul Akbar (2110512210020) − Nugraha Anthoni Najwa
− M Renaldi (2110512310003) (2110512210005)

DAFTAR PUSTAKA

http://leeanz.blogspot.com/p/analisis-novel-negeri-5-menara.html?m=1

https://bahasa.foresteract.com/kalimat/

xlv
Kalimat Efektif: Definisi, Syarat, Ciri-Ciri, dan Contohnya (detik.com)

http://eprints.ums.ac.id/23350/

https://repository.unimal.ac.id/5007/2/Isi%20Buku%20Apa%20Itu%20Sastra_v.3.0_Unesco.pdf

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/4537-Full_Text.pdf

LAMPIRAN

xlvi
xlvii
Nama : Fahdi Aris Sahbana
Tanggal Lahir : 04 Maret 2003
Riwayat Pendidikan : TK Pertiwi, SD Negeri 4 Kuala Kuayan, MTsN Kotim, SMA Negeri 2
Sampit
Pengalaman : Tidak ada
Organisasi
Alamat : Jln. Walter Condrad No. 109, Sampit, Kalimantan Tengah

Nama : Ahmad Barakatul Athqia


Tanggal Lahir : 13 November 2001
Riwayat Pendidikan : TK Pembina, SD Negeri 1 Pembataan, SMP Hasbunallah, MAN 1
Tabalong
Pengalaman : Tidak ada
Organisasi

xlviii
Alamat : Komp. Flamboyan, Jln. A4 Blok B No. 97, Kecamatan Murung
Pudak,Kelurahan Pembataan, Kabupaten Tabalong, Kalimantan
Selatan

Nama : M. Renaldi
Tanggal Lahir : 6 Agustus 2002
Riwayat Pendidikan : TK Waladun Sholeh, SD Negeri Pelaihari, SMP Negeri 1 Pelaihari,
SMA Negeri 1 Pelaihari
Pengalaman : OSIS
Organisasi
Alamat : Jln. Matah, Komplek Sinar Alam Gang Mangga No. 3

Nama : Nugraha Anthoni Najwa


Tanggal Lahir : 16 Oktober 2003

xlix
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Atu-Atu, SMP Negeri 1 Pelaihari, MAN IC Tanah Laut
Pengalaman :OSIS
Organisasi
Alamat : Jln. Matah, Komplek Permata Jingga Gang Biduri No. 16

Nama : Ikhsanul Akbar


Tanggal Lahir : 10 Mei 2003
Riwayat Pendidikan : TK Eka Cahya, SDN 1 Kuala Pembuang, SMPN 1 Kuala Pembuang,
SMAN 1 Kuala Pembuang
Pengalaman : PIK Remaja, Pramuka, Satuan Karya Kepramukaan Kalpataru
Organisasi
Alamat : Jln. Samudin RT 01/RW 02,Kota Kuala Pembuang Kabupaten
Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah

l
Nama : Nafisa Zalfa Nurrahmah
Tanggal Lahir : 19 Februari 2003
Riwayat Pendidikan : TK IT Alif, SDN 2 Paringin, SMPN 1 Paringin, SMAN 2 Paringin
Pengalaman : Pramuka, PMR
Organisasi
Alamat : Komplek Perumahan Balangan Residence Blok Mukmin No. 200,
Desa Bungin, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten
Balangan,Provinsi Kalimantan Selatan

li
lii

Anda mungkin juga menyukai