Anda di halaman 1dari 37

“DIKSI DAN PILIHAN KATA”

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen : Elinda Novriana ,M.P.d

Disusun Oleh

Ade Irma Juliyanti 2130209032

Nanda Dwi Sartika 2110209004

Kelas : Genap

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang karena taufik dan penolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang ditujukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia. Shalawt serta salam tak lupa untuk selalu
diucapkan dan disampaikan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad Saw.
Beserta para keluarganya, sahabtnya, dan seluruh pengikut setianya hingga akhir
zaman nanti.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia yakni Ibu Elinda Novriana,Mpd. Yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan kepada mahasiswa/i yang di didiknya. Adapun makalah ini
disusun yang bertujuan guna memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang diberikan
kepada mahasiswa.

Penyusun makalah ini merupakan hasil dari studi pustaka dalam beberapa
refrensi buku di mana penulis mengutip dari refrensi buku terbut sehingga
tersusunlah makalah ini sebagai salah satu bentuk karya ilimiah mahasiswa.

Semoga dengan adanya makalah dari karya ilmiah mahasiswa ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembacanya dan menambah wawasan ilmu
yang dimiliki. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai ajang evaluasi bagi diri
penulis sendiri dan demi kesempurnaan untuk penulisan-penulisan berikutnya .

Palembang, 13 September 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I : JUDUL DAN SUB JUDUL

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

II : PEMBAHASAN (ISI)

2.1 Pengertian Diksi atau Pilihan Kata


2.2 Syarat-Syarat Pemilihan Kata
2.3 Pembentukkan kata
2.4 Kalimat
2.5 Kalimat Efektif

III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal,yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda
menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan
dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus
dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti
dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-
kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Oleh karena itu, diperlukan pemilihan kata yang baik atau biasa disebut
dengan diksi.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam
mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu,
diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan
pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Dengan adanya pemilihan kata yang baik, suatu kalimat dapat
membentuk kalimat yang efektif. Yaitu, kalimat yang singkat, padat, jelas,
lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:


1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa saja elemen yang terdapat dalam diksi?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
4. Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
5. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
6. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat dengan bertujuan:


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan diksi
2. Mengetahui syarat-syarat pemilihan kata
3. Mengetahui pengertian serta unsur-unsur kalimat
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif
5. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif

NDA TAMBAHI MANFAATNYO DISURU IBU


BAB II
PEMBAHASAN(ISI)

2.1 Pengertian Diksi

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan


pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Diksi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan
kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Fungsi dari diksi antara lain :

1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.

2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

3. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.

4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus
memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:

1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.

2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat


nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
pembaca.

3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata


tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.

Contoh paragraf :
1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana
sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun
pulang tak lama kemudian.

2. Liburan kali ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami
sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh
semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga
seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan
waktu sepanjang

hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan
kata atau diksi, paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca
dan tidak membosankan.

2.2 Syarat-Syarat Pemilihan Kata

1. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering
disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan yang bermakna memasukkan
sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan pada makna konotatif berarti untung atau pukul.
Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman. Contoh lainnya misalnya
kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotative
adalah kamar yang kecil.

2. Makna Umum dan Makna Khusus

Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata
yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum,
sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh
lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah lele
lokal, lele dumbo.

3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra.
Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata
abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya
perdamaian, gagasan. Kegunaan kata abstrak untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat
teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan
akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan
penulis.

4. Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya
ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan cerdik yang keduanya
bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.

5. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh
kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti
karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan
pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam
komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata-kata tersebut:

Kata Ilmiah Kata Populer

Analogi Kiasan

Final Akhir

Diskriminasi Perbedaan Perlakuan

Prediksi Ramalan

Kontrdiksi Pertentangan

Format Ukuran

Anarki Kekacauan

Biodata Biografi Singkat

Bibliografi Daftar Pustaka

2.3 Pembentukkan Kata


Terdapat dua cara dalam pembentukkan kata, yaitu dari luar dan dari
dalambahasa Indonesia. Pembentukkan dari dalam yaitu terbentuknya kata baru
dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar melalui proses serapan.

1. Kesalahan Pembentukkan dan Pemilihan Kata


Pada subbab ini akan disebutkan kesalahan dalam pembentukkan
kata, yang sering ditemukkan dalam bahasa lisan maupun tulis, yaitu:
1. Penanggalan awalan meng-
2. Penanggalan awalan ber-
3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia

2. Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu
hal atau konsep istilah tertentu. Dalam hal membuat definisi hal yang tidak
boleh dilakukan adalah mengulang kata yang kita definisikan.

 Contoh definisi:
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan
binatang, tumbuhan dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya
manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti
manusia.

Definisi terdiri dari:


A. Definisi Nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan
kata lain yang lebih umum dimengerti. Biasanya digunakan untuk
membuka suatu pembicaraan atau diskusi.
B. Definisi Realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung
dalam sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah.

 Definisi realis terbagi atas :


Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan
perbedaan antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-
bagian suatu benda(definisi analitik) dengan penjelasan dengan
cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan
diferensia(definisi konotatif).
Definisi diskriptif, yaitu pejelasan dengan cara menunjukkan sifat-
sifat khusus yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan
dengan cara menyatakan bagaimana suatu hal terjadi.
C. Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang suatu hal yang
dijelaskan dari segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis terbagi atas
tiga macam, yaitu :
Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan
langkah-langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang
dapat diamati.
Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara
menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk
orang lain.

3. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yang sesuai
dari EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia.
Kosa kata bahasa Indonesia banyak yang menyerap dari bahasa asing.
Bahasa-bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia antara lain
bahasa Sansekerta, Arab, Belanda, Inggris dan Tionghoa.
Penyerapan kata kedalam bahasa Indonesia meliputi dua unsur, yaitu:
 Keteraturan bahasa(analogi): dikatakan analogi jika kata tersebut
memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dan pelafalannya.
 Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa(anomali): dikatakan
anomali apabila katabtersebut tidak sesuai antara ejaan dan
pelafalannya.
4. Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, baik dalam bentuk fonologi, sistem
ejaan, atau struktur bahasa. Beberapa kata yang sudah sesuai dengan
sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian maupun tidak, misalnya:
Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya
Aksi Action (Inggris)
Bait Bait (Arab)
Boling Bowling (Inggris)
Dansa Dance (Inggris)
Derajat Darrajat (Arab)
Ekologi Ecology ( Inggris)
Fajar Fajr(Arab)
Insan Insane(Arab)

Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman dari bahasa asing dapat


dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam Bahasa Indonesia. Unsur pertama ini digunakan dalam
bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti
aturan bahasa asing. Unsur yang kedua kata pinjaman yang penulisan dan
pengucapannya telah disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia.

5. Anomali
Perhatikan kata-kata berikut ini :

Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya

Bank Bank(Inggris)

Intern Intern(Inggris)
Qur’an Qur’an(Arab)

Jum’at Jum’at(Arab)

Beberapa kata diatas merupakan kata yang mengandung unsur anomali.


Bila diamati lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu bank=(nk), jum’at=(’). Sedangkan
kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa
mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk dibaca bagaimana
aslinya, sehingga timbul anomali dan fonologi, seperti contoh berikut :

Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya

Expose Expose

Export Export

Exodus Exodus

Kadang-kadang kata tidak hanya satu morfem, ada juga yang terdiri dari
dua morfem atau lebih, sehingga penyerapannya dilakukan secara utuh, misalnya:

Bahasa Indonesia Bahasa Aslinya

Federalisme Federalism(Inggris)

Bilingual Bilingual(Inggris)

Dedikasi Dedication(Inggris)

Edukasi Education(Inggris)
2.4 Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang merupakan kesatuan pikiran.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/ atau
klausa. Unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang
disebut bagian kalimat. Ada bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan, dan
ada pula yang dapat dihilangkan. Bagian kalimat yang dapat dihilangkan
disebut inti kalimat, sedangkan bagian yang dapat dihilangkan merupakan
bukan inti kalimat. Bagian inti dapat membentuk kalimat dasar, dan bagian
bukan inti dapat membentuk kalimat luas.

 Contoh:

1. Menulis ilmiah itu mudah.

2. Kemudahan menulis dapat dirasakan oleh setiap orang yang


mempelajarinya secara serius.

3. Kemudahan menulis itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu:


menentukan ide, mengorganisasikan ide, dan mengekreasikan ide tersebut
dengan kalimat efektif sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh.

Paragraf tersebut terdiri atas tiga buah kalimat. Kalimat (1) berupa
kalimat dasar yang terdiri atas dua bagian kalimat inti. Kalimat (2) berupa
kalimat luas terdiri atas dua bagian inti dan satu bagian bukan inti. Kalimat
(3) berupa kalimat luas yang terdiri dari dua bagian inti dan dua bagian
bukan inti.
Ciri-ciri dari kalimat, yaitu:

Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan


kesenyapan. Dalam bahas tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai
pelengkap,
Mengandung pikiran yang utuh,
Menggunakan urutan logis, setiap kata-kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya,
Mengandung satuan makna, ide,atau pesan yang jelas,
Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan,
hubungan dijalin dengan konjungsi, pronomina atau kata ganti, repetisi,
atau struktur sejajar.

2. Unsur-unsur Kalimat
A. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek
menentukan kejelasan kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat
menghamburkan makna kalimat. Subjek dapat berupa kata dan dapat pula
frasa.

Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:

Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat


majemuk,
Memperjelas makna,
Menjadi pokok pikiran,
Menegaskan (memfokuskan) makna,
Memperjelas pikiran ungkapan, dan
Membentuk kesatuan pikiran.

Sedangkan ciri-ciri dari subjek, yaitu:

 Jawaban apa atau sifat,


 Didahului kata bahwa,
 Berada kata atau frasa benda (nomina),
 Disertai kata ini, atau itu,
 Disertai pewatas yang,
 Kata sifat didahului kata si atau sang,
 Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk,
dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain, dan
 Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata
bukan.

Contoh:
Saya sudah mulai mengantuk.

Air sungai kecil itu terus menerus menggericik.

B. Predikat
Seperti halnya subjek, predikat kebanyakan muncul secara eksplisit.
Predikat dapat berupa kata dan dapat pula frasa.

 Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:


a. Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat
majemuk,

b. Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang


diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat,

c. Menegaskan makna,
d. Membentuk kesatuan makna, dan

e. Sebagai sebutan.

 Sedangkan ciri-ciri dari predikat yaitu:

a. Jawaban mengapa, bagaimana,

b. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan,

c. Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang,

d. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya,


seyogyanya, mesti, selayaknya dan lain-lain,

 Tidak didahului dengan kata yang, jika didahului kata:

a. yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek,

b. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni, dan

c. Predikat dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, atau bilangan.

Contoh :

Pengusaha itu menemukan peluang bisnis barunya

C. Objek
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat,
namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat
bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri.

 Dalam kalimat objek berfungsi sebagai:

1. Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,

2. Memperjelas makna, dan

3. Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.


 Ciri-ciri dari objek, yaitu:

a. Berupa kata benda,

b. Tidak didahului kata depan,

c. Mengikuti langsung di belakang predikat transitif,

d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif, dan

e. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

Contoh:

Kalimat yang benar: Mahasiswa itu menerangkan kerangka berpikirnya.

Kalimat yang salah: Mahasiswa itu menerangkan tentang kerangka berpikirnya.

D. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,

mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Ciri-ciri pelengkap:

1. Bukan unsur utama , tapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak
lengkap informasinya.

2. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:

a. Melengkapi struktur:

Negara Republik Indonesia / berdasarkan / Pancasila.

S P Pel

Ia / menjadi / rector.

S P Pel

b. Mengkhususkan makna objek, misalnya:


Ibu /membawakan / saya / oleh-oleh.

S P O Pel

E. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi
informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak
jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat
undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat,
waktu, sebab, dan lain-lain.

Ciri-ciri Keterangan:

1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan


menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa
keterangan tidak komunikatif,

2. Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat,

3. Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, akibat, syarat, cara,


posesif, dan pengganti nomina.

Contoh penempatan keterangan:

Pada awal kalimat, “Kemarin rektor berangkat ke Tokyo.”

Pada tengah kalimat,”Rektor kemarin berangkat ke Tokyo.”

Pada akhir kalimat,”Rektor berangkat ke Tokyo kemarin.”

Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi; misalnya:


keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan
aposisi dapat menggatikan subjek.

Megawati, yang menjabat Presiden RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno.


(keterangan tambahan)

Megawati, Presiden Ri 2001-2004, adalah putra Bung Karno. (aposisi)


Jenis Keterangan Dan Contoh Pemakaiannya

Jenis keterangan Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian

1.Tempat di di kamar, di k
ke ke Medan, ke rumahnya
dari dari Medan, dari
sawah (di)dalam (di)dalam
rumah pada pada
saya, pada permukaan

2. Waktu - sekarang, kemarin


pada pada pukul 6 hari ini
dalam dalam 3 hari ini
se- sepulang
dari rumah sebelum sebelum
pukul 11 sesudah
sesudah makan selama
selama belajar sepanjang
sepanjang hari

3. Alat dengan dengan garpu, dengan motor

4. Tujuan supaya supaya/agar kamu pandai


untuk untuk kemerdekaan
bagi bagi masa depan
demi demi
kekasihmu

5. Cara secara secara hati-hati


dengan cara dengan cara damai
dengan jalan dengan jalan
berunding

6. Kesalingan - satu sama lain


7. Similatif seperti seperti angin
bagaikan bagaikan seorang dewi
laksana laksana bintanf di
langit

8. Penyebab karena karena perempuan itu


sebab sebab kecerobohannya

9. Penyerta dengan dengan kakaknya


bersama bersama orang tuanya
beserta beserta
saudaranya

F. Konjungsif. Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan
(merangkai ) unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek,
predikat, objek, pelengkap, dan keterangan), sebuah kalimat dengan
kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraf dengan paragraf yang lain.
Konjungsi dibagi menjadi dua, yakni perangkai intrakalimat dan
perangkai antarkalimat. Perangkai intrakalimat berfungsi
menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan unsur atau bagian
kalimat yang lain di dalam sebuah kalimat. Adapun perangkai antarkalimat
berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan
kalimat atau paragraf yang lain. Bagian perangkai antarkalimat ini sering
juga disebut denganistilah kata transisi. Kata-kata transisi ini sangat
membantu dalam menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik
antarkalimat maupun antar paragraf.

Contoh bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam karangan antara


lain: adalah, andaikata, apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di
samping itu, sehingga, ialah, jika, kalau, kemudian, melainkan, meskipun,
misalnya, padahal, seandainya, sedangkan, seolah-olah, supaya,
umpamanya, bahkan, tetapi, karena itu, oleh sebab itu, jadi, maka, lagipula,
sebaliknya, sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula.

 Contoh penggunaan konjungsi:

1. Presiden beserta rombongan segera meninjau lokasi bencana alam

2. Di samping itu harus hati-hati menghadapi orang itu, kamu juga harus
waspada terhadap kemungkinan serangan anak buahnya.

3. Semua soal ujian dapat kukerjakan dengan baik. Dengan demikian,


harapan lulus semakin besar bagiku.

G. Modalitas
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat.
Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan
modalitas tertentu makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan
yang tegas, ragu, lembut, pasti, dan sebagainya.

 Contoh penggunaan modalitas:


1. Adik saya kemungkinan besar seorang politikus.

2. Pekerjaan itu memang tidak kusukai.

3. Dia sebetulnya seorang artis.

 Fungsi modalitas dalam kalimat:


1. Mengubah nada: dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari
nada keras menjadi lembut atau sebaliknya.
Ungkapan yang dapat digunakan antara lain:

barangkali, tentu, mungkin, sering, sungguh.

Contoh:

Ia sungguh beruntung mendapat pekerjaan itu.

Ia sering menyatakan syukurnya atas karunia itu.


2. Menyatakan sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada
kepastian dapat digunakan ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang,
kerap kali.

2.5 Kalimat Efektif


1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat
karena hanya menggunakan unsur yang diperlukan saja. Setiap unsur-unsur
kalimat benar-benar berfungsi. Sedangkat siifat padat mengandung makna
sarat dengan informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak
terjadi pengulangan-pengulangan pengungkapaan. Sifat jelas ditandai
dengan kejelasan striktur kalimat dan makna yang terkandung di dalamnya.
Sifat lengkap mengandung makna kelengkapan struktur kalimat secara
gramatikal, dan kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung di
dalam kalimat tersebut. Kalimat efektif dapan mengomunikasikan pikiran
atau perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengan
secara tepat. Dengan kalimat efektif, penulis-penulis dan pembaca atau
pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah
komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Kesatuan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadadanan makna dan struktur,

2. Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,

3. Kefokusan pemikiran sehingga mudah dipahami

4. Kehematan penggunaan unsur kalimat,


5. Kecermatan dan kesantunan, dan

6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

A. Kesatuan

Kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan


makna kalimat. Kalimat secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya
salah.

Misalnya;

1. Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang
memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
2. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai
kata depan yang salah sehingga kalimat menjadi kacau).
3. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan member
pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan)

Kalimat tersebut seharusnya:


1. Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun
gedung sekolah baru.

2. Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata


depan yang salah sehingga kalimat menjadi kacau).

3. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan member


pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan).

B. Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata
kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata
kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak


efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

C. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah
dipahami maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit di tangkap dan
menghambat komunikasi.

Contoh:

 Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ini. (tidak


efektif)
 Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah
modalutama pemasaran produk, (tidak efektif)
Seharusnya:
 Produk holtikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.(efektif)
 Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama
pemasaran produk. (efektif)
D.Kehematan
Kehematan adalah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang
tidak perlu. Hemat di sini tidak memakai kata-kata yang mubazir; tidak
mengulang subjek; tidak menjamakan kata yang memang sudah berbentuk
jamak. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Contoh Kalimat yang tidak hemat kata:
1. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mehasiswa itu belajar
sepanjang hari dari pagi sampai sore.
2. Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
3. Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengan direkturnya.
4. Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik Anda harus
belajar dengan sungguh-sungguh.

Contoh Kalimat yang hemat kata:

1. Saya melihat sendiri mehasiswa itu belajar seharian.

2. Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan


perundingan perparkiran.

3. Manajer itu segera mengubah rencana setelah direkturnya.

4. Agar Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik, belajarlah sungguh-
sungguh. Atau Belajarlah sungguh-sungguh agar Anda memperoleh nilai
yang baik. Atau Anda harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat
nilai yang baik.

E. Kelogisan
Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis (masuk akal). Logis
dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis
(runtut/teratur dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat
yang sudah benar strukturnya, sudah benar pemakaian tanda baca, kata,
atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika
berbahasa.

Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut
ini:

A. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong


binatang anti air).

B. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (tidak ada
hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki)

C. Kepada Bapak Direktur, waktu dan tempat kami persilakan. (waktu dan
tempat tidak perlu dipersilakan.

F. Kecermatan dan Kesantunan


Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata
sehingga menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional
pembaca atau pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan
dapat diterima orang lain. Sedangkan santun mengandung makna halus dan
baik, dan sopan.

1. Kecermatan
Kecermatan kata dalam kalimat ditentukan ketepatan pilihan kata.
Pilihan bukan karena enak didengar atau merdu jika diucapkan melainkan
daya ekspresinya yang eksak (pasti). Banyak kata dalam bahasa kita yang
hamper sama maknanya. Bahkan, seringkali dianggap sebagai kata
bersinonim. Akan tetapi, hanya satu yang paling tepat mengungkapkan
maksud secara cermat.
Misalnya:
Manusia ialah makhluk yang berakal budi. (salah, tidak cermat)
Kata ialah harus didikuti sinonim, bukan definisi formal. Jika
menggunakan ialah kalimat itu kata manusia disertai sinonim.
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (benar, cermat)
Manusia ialah orang. (benar, cermat)
Selain itu, kecermatan kalimat menyangkut ketepatan bentuk kata,
pemakaian kata berimbuhan, dan tanda baca.
Karena sudah diketahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes
dengan mudah. (salah)
Karena sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab
tes dengan mudah. (benar)

2. Kesantunan
Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang
dikspresikan dapat mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang
harmonis, dan keakraban.
Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat: singkat, jelas, lugas,
dan tidak berbelitbelit. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali
seminggu. (salah)
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan ialah segi hubungan masyarakat.
(salah)
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dilakukan dua kali
seminggu.(benar)
Telah ditetapkan bahwa pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)
Kata biasanya pada kalimat (1) tidak perlu karena makna kata itu
sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Tanpa kata
itu, makna kalimat sudah cukup jelas. Jadi,penggunaan kata itu mubazir.
Penggunaan kata segi pada kalimat (2) juga berlebihan karena makna itu
sudah dinyatakan dalam kata aspek. Tanpa kata itu, makna kalimat (2)
cukup jelas.

G. Kevariasan
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi,
dan gaya asalkan variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna
kalimat yang dapat menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
A. Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara)

Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar
di sekolah.

B. Kalimat melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa keduadari


klausa koordinat dengan klausa utama (pertama) menjadiklausa sematan,
dalam kalimat berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.

Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka


belajar di sekolah.

C. Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat)


pada posisi awal dan klausa utama dibagian akhir.

Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja di
perusahaan.

H. Ketepatan Diksi
Kecermatan diksi memasalahkan ketepatan kata.setiap kata harus
mengungkapkan pikiran secara tepat. Untuk itu, penulis harus
membedakan kata yang hampir bersinonim, struktur idiomatik, kata yang
berlawanan makna, ketepatan dan kesesuaian, dan sebagainya.

I. Ketepatan Ejaan
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat enentukan
kualitaspenyajian data.sebaliknya, kesalahan ejaan daapat menimbulkan
kesalahan komunikasi yang fatal,misalnya: Ia membayar dua puluh lima
ribuan. (maskudnya: dua-puluh-lima ribuan = 25 X Rp 1.000,00 atau dua-
puluh lima-ribuan = seratus ribu = 20 X Rp 5.000,00).
Penggunaan tanda baca, bandingkan maknanya:

Paman kami belum menikah.

Paman, kami belum menikah.

Paman kami, belum menikah

Paman, kami, belum menikah.

3. Kesalahan Kalimat
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain,
seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik
memungkinkan karangan itu diterima oleh siapapun dan benar artinya
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat
fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.

A. Kesalahan Struktur

1. Kalimat Aktif Tanpa Subjek

A. Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera


bangkit jika hukum ditegakkan. (salah)

Kalimat tersebut salah karena menempatkan kata depan menurut di depan


subjek. Dengan kata tersebut subjek berubah fungsi menjadi keterangan.
Perbaikkan dilakukkan dengan cara menghilangkan kata menurut.

(1a) Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika
hokum ditegakkan. (benar)

B. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata


depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan, misalnya:
Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
Perbaikkan dapat dilakukkan dengan menghilangkan kata depan di atau
mengubah struktur kalimat aktif menjadi pasif.

(2a) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)

(2b) Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)

C. Tanpa unsure predikat, menempatkan kata yang di depan


predikat, dengan kata ini berubah fungsi menjadi perluasan
objek, misalnya:
Petani yang bekerja di sawah. (salah)

Petani bekerja disawah. (benar)

D. Menempatkan kata depan di depan obje, seharusnya kata


kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata
depan, misalnya:
Mereka mendiskusikan tentang keselamatna kerja. (salah)

Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)

E. Menempatkan kata penghubung intra kalimat pada awal


kalimat, misalnya:
Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)

Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)

F. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan kalimat


Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)

Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)


G. Salah urutan
Buku itu saya sudah baca. (salah)

Saya sudah membaca buku itu. (benar)

Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)

Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu.


(benar)

B. Kesalahan Diksi
1. Diksi kalimat salah jika:

A). Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya,
adalah merupakan, baik untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke bawah,
dan lain-lain,

Ia selalu bekerja keras agar selalu mampu membiayai ketiga anaknya yang
kuliah di perguruan tinggi. (salah)

Ia selalu bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah
di perguruan tinggi. (benar)

Ia selalu bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga anaknya yang


kuliah di perguruan tinggi. (benar)

B). Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana,


yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.

Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini
telah menjadi kota. (salah)

Kampung tempat kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini
telah menjadi kota. (benar)
C). Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya-
tetapi seharusnya tidak… tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya
tetapi juga seharusnya bukan hanya – melainkan juga

Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)

Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)

Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)

D). Menggunakan kata berpasangan yang tidak idiomatik yang tidak


bersesuaian.

Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan, membicarakan tentang


seharusnya berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.

Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)

Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)

E. Diksi atau kalimat kurang baik. (kurang santun)

1. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.

2. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya:


menurut pendapat saya…, sebaiknya menggunakkan data menunjukkan
bahwa…,penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan
bahwa…

3. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya

4. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi

5. Penolakan dan pembuktian tnapa makna kata yang pasti (eksak).


B. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan
kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam
keseluruhan penulisan.

 Jenis kesalahan ejaan:

a. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,

b. Pemenggalan kata,

c. Penulisan kata baku,

d. Penulisan unsure serapan,

e. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,

f. Penggunaan kata baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda
petik satu (‘…’), tanda penyingkatan (‘…), dan lain-lain,

g. Penulisan kalimat atau paragraph: induk kalimat dan anak kalimat, kutipan
langsung, kutipan tidak langsung.

h. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi,

i. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar,
majalah, jurnal,

j. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian,

k. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, bibliografi


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan).

Syarat-Syarat Pemilihan Kata:

1. Makna Denotatif dan Konotatif

2. Makna Umum dan Makna Khusus

3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

4. Sinonim

5. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Kalimat adalah satuan bahasa yang merupakan kesatuan pikiran.


Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/
atau klausa.

Unsur-unsur kalimat:

1.Subyek

2.Predikat

3.Obyek

4.Pelengkap

5.Keterangan

6.Konjungsi
7. Modalitas

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat.

Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Kesatuan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadadanan makna dan struktur,

2. Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,

3. Kefokusan pemikiran sehingga mudah dipahami

4. Kehematan penggunaan unsur kalimat,

5. Kecermatan dan kesantunan, dan

6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

3.2 Saran
Hendaklah mahasiswa dapat mengetahui dan dapat memahami
penggunaan kalimat yang efektif, sehingga kita bisa mempertahankan
penggunaan bahasa yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Widjono Hs. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: grasindo.

http://dinamika.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/

28102008121137_PAPER_BAHASA_INDONESIA1_fix.doc

http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+

bahasa+indonesia&star=10&sa
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/1
96

711031993032-NOVI_RESMINI/KALIMAT_EFEKTIF.pdf

Anda mungkin juga menyukai