Anda di halaman 1dari 11

DIKSI (PILIHAN KATA)

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
oleh
Kelompok 5
Kelas 1 A

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2013 – 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Diksi atau Pilihan Kata” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
dari Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia Bapak Drs. Dendih Fredi Firdaus, M.Pd
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang  berkaitan dengan materi
diksi, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan diksi atau pilihan kata.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Bahasa
Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Bahasa Indonesia
terutama materi mengenai Diksi atau Pilihan kata. Sehingga kita saat berkomunikasi, kita
dapat meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi yang dikarenakan bahasa yang kita
gunakan. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan
wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................        1  
Daftar Isi ....................................................................................................        2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................        3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................        3
A.    Makna kata dan jenisnya                                                                      4
B.     Kata Umum dan Kata Khusus                                                             5
C.    Perubahan Makna Kata                                                                       8
D.    Diksi dalam Kalimat                                                                              8
E.     Homonim                                                                                                9
F.     Kata Konkret dan Abstrak                                                                   10
G.    Kata Baku dan Non Baku                                                                    11  
H.    Makna Bersinonim                                                                                13
I.       Penggunaan Kata Secara Tepat                                                           15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................        16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa, 
terutama  dalam tata cara  pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan.
Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif.
Hal itu agar terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah
pahaman saat berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat
terlepas dariberkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak
jarang pula ketika sedang berkomunikasi lawan  komunikasi saat berkomunikasi mengalami
kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat
ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih
mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin
disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari baik. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi
saat berkomunikasi.
1.2       Rumusan masalah
            - Pengertian Diksi atau pilihan kata
            - Pembagian Diksi atau pilihan kata
1.3       Tujuan
- Mengetahui pengertian diksi
               - Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.

BAB II
ISI
DIKSI (PILIHAN KATA)

Memilih kata kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan
atau ide. Dan menyangkut persoalan fraseologi  (cara memakai kata kata atau frasa didalam
konstruksi yang lebih luas,  baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencakup
persoalan kata kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara cara yang
khusus berbentuk ungkapan ungkapan), ungkapan,  dan gaya bahasa.
Menurut keraf:
a.                  Diksi mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu gagasan, cara
menggabungkan kata kaat yang tepat dan gaya yang paling baik Digunakan dalam situasi
tertentu.
b.                  Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa  yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c.                  Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak[1]
Persyaratan pemilihan kata
1.      Bedakan  secara cermat kata kata denotatif dan konotatif;  bersinonim dan hampir
bersinonim; kata kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2.      hindari kata kata ciptaan sendiri atau mengutip kata kata terkenal yang belum diterima
imasyarakat
3.      waspadalah dalam  menggunakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa
asing, seperti: biologi-biologis
4.      gunakan kata kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan
ingat terhadap
5.      bedakan kata khusus dan kata umum
6.      perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7.      perhatikan kelangsungan pilihan kata.

A.    Makna kata dan jenisnya


Yang disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya. Ada
bermacam-macam makna, diantaranya :
1.      Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam
sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat).

Contoh :
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika
(pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan).
Contoh :
Berumah “mempunyai rumah”
Rumah-rumah ‘banyak rumah’
Rumah makan ‘rumah tempat makan’
Proses morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru.
Misalnya :
a)      Sepatu ‘termasuk kata benda’sedangkan bersepatu ‘kata kerja’
b)      Bersepatu memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b) disebut fungsi semantis.

2.      Makna denotatif dan makna konotatif


Makna denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan
atau makna dasarntya. Makna konotatif atau makna evaluasi/emotif adalah makna tambahan
terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :
Merah ‘warna seperti warna darah’ (denotatif)
Merah ‘berani, dilarang’ (konotasi)
Makan hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif)
Makan hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif)
Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas
atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah :
         denotasional, konseptual, ideasional, referensial, proposional :karena makna itu mengacu
pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
         Kognitif : karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan menyangkut
rasio manusia.
Makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara
sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata
dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif,
atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon
mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya
dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah. Seperti berbalas pantun, peribahasa,
lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan nonilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh
bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau
amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke akuratan informasi dan
kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam cara. Pertama, penyampaian
pesan secara langsung. Hampir sama dengan penyampaian pesan dalam karangan ilmiah.
Kedua, penyampaian pesan secara tidak langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif
dengan kata-kata konotataif. Kita tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang
ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.[2]
Contoh kata-kata denotasi dan konotasi :
    Selva cantik seperti model (denotatif)
    Selva cantik bagaikan bunga (konotatif)

3.      Makna konstektual
Ialah makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya. Contoh :
Dian sedang belajar. Kehidupan mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang.
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh
panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan
reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus
aspek bentuk tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian,
serta berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain
respon akan muncul berdsasarkan stimulusnya.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
                    Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau
pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
                    Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal ini berhubungan
dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
                    Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
                    Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau
hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan
referen akan menimbulkan makna ataui referensi.
B.     Kata Umum dan Kata Khusus
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang
lain. Sedangkan  makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang
sempit dari kata yang lain.
Contoh :
1. Kata umum :           
a.       Ikan
b.      Bunga
c.       Membawa
d.      Melihat
2. Kata khusus :          
a.       Gurame, lele, tuna dll.
b.      Mawar, melati, anggrek dll.
c.       Memikul, menjinjing, mengepit, dll.
d.      Menatap, menoleh, mengintip, dll.

C.    Perubahan Makna Kata


Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang
mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu
benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yaitu hunungan antara
lambing bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan  makna kata bukan  hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh
tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh
masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada suatu wilayah tertentu,
sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang
aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata
apalagi dalam hal-hal yang bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus
bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat
kebahagiaan  (yang ada pada raja); bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu
revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat
dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulat oleh rakyat; gubernur itu
didaulat oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi kata daulat tidak
dipakai lagi, sehingga kata itu hamper mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi
sudah jarang pemakaiannya.[3]

D.    Diksi dalam Kalimat


Adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna,
kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara leksikal
banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan,
pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan
dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus
mengadakan penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang
negara di Kejagung sudah dimulai”.
Kalimat-kalimat tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar,
tidak akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi
kesopanan, kata mati, meniggal, gugur, magkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah, dipilih
berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya mati setelah
makan ikan busuk; Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau
wafat tahun 1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama
kira-kira beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi wa
Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna,
kata Islam dan muslim sering salah penggunaanya. Contoh: “Setelah menjadi Islam dia rajin
bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Jika kita ingin
menggunakan kata “menjadi” kalimat yang seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia
sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga,
sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi tepat dipasangkan
dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya

E.     Homonim
Homonim adalah suatu  kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.
Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut
Homofon. Ada dua bentuk Homonim :
                                           Homograf 
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Contoh homograf:
1. Apel (buah), Apel (upacara)
    Dedi sedang memakan apel
    Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2.Bisa(mampu), Bisa( racun ular)
    Garuda muda bisa mengaahkan korea selatan
    Bisa ular itu sangat mematikan
3.Serang (nama kota), Serang (perang)
    Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
    Pasukan itu di serang oleh musuhnya.

4.Per(benda), Per(pembagian)
    Per sepeda itu bekerja dengan baik.
    Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
5.Tahu(makanan), Tahu(mengetahui)
    Irsan tidak suka makan tahu.
    saya tahu tentang pelajaran ini.

                     Homofon
Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda
makna. Contoh homofon:

1.Rok(pakaian), Rock(aliran music)
   Saya sangat suka music rock.
   Ayu memakai rok ke kampus.
2.Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)
   Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
   Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.Tank(kendaraan perang), Tang(alat perkakas)
   TNI latihan enggunakan mobil tank.
   Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
   Pencuri itu tewas di keroyok massa.
   Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan untuk kakak)
   Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
   Bang Toyib masih belum pulang juga.
F.     Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuannyasemakin mudah diserappancaindradisebut kata konkret ,seperti meja, rumah,
mobil, dan lain-lain. Jikasuatu kata tidakmudah diserappancaindramaka kata itu disebut kata
abstrak ,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifatteknisdankhusus. Akan
tetapi jikadihambur-hamburkan dalam suatu karangan,
karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referensi objek yang diamati.
Contoh :
                     Kata abstrak
 Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
 kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan

                     Kata konkret
 APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
 angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen. Membicarakan membahas, mengkaji

G.    Kata Baku dan Non Baku


Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan. sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata
baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan
gagasan secara tepat.[4]
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan berdasarkan beberapa ranah (elemen atau
unsur yang dibatasi; bidang disiplin) seperti:
a.      Ranah finologis
Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, adalah fonem
karena  membedakan makna kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda
karena bara dan para beda maknanya.[5]

Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :

* penambahan fonem
kata baku                            kata non baku
himbau                                  imbau
handal                                   andal
hutang                                   utang
* pengurangan fonem

Kata baku                          kata non-baku


terap                                   trap
terampil                              trampil
      tetapi                                  tapi
      tidak                                   tak

*pengubahan fonem

kata baku                          kata non-baku


telur                                   telor
ubah                                  obah
tampak                              nampak

b.      Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata non baku karena  hasil proses morfologis.

* pengurangam fonem
 kata baku                               kata non-baku
  memfokuskan                        memokukan
  memprotes                             memrotes
  memfitnah                              memitnah

* pengubahan fonem
 Kata baku                              kata non-baku
  Mengubah                             merubah

* penggantian afiks
  kata baku                       kata non-baku
  menangkap                     nangkap
  menatap                         natap
  mengambil                     ngambil
  menahan                         nahan

* kelebihan fonem
 kata baku                        kata non-baku
 beracun                           berracun
 beriak                              berriak
 beribu                              berribu
 becermin                         bercermin

b.             Ranah leksikon
1 kosakata; 2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun menurut abjad dan
dilengkapi dng keterangannya; 4 komponen bahasa yg memuat semua informasi tt makna dan
pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu bahasa. Kata (frasa) baku yang
memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh  pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
   frasa baku                           frasa non-baku
   tidak terlalu                          tidak begitu
   belum masak                        belum matang
   tidak mau                             enggak mau
   hanya nasi                            nasi doang

Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh
nya :

frasa baku                              frasa non-baku


 waktu lain                                  lain waktu
 amat besar                                 besar amat
 amat mahal                                mahal amat
 pertama kali                              kali pertama

Dalam kalimat  ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya


redundan. Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
frasa baku                   frasa non-baku
sangat pedih                amat sangat pedih, amat pedih
paling kaya                  paling terkaya terkaya
.   

H.    Makna Bersinonim
Kata bersinonim  adalah  kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki
makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam
formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks
penggunaannya.  

Contoh kata bersinonim :


    Cerdas         =  cerdik, hebat, pintar
    Besar           =  agung,raya
    Mati             =  wafat, mangkat, meninggal
    Ilmu             =  pengetahuan
    Penelitian   =  penyelidikan
1.                  Contoh : membedakan  nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan
menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Kata pahit bersinonim dengan kata  getir.  Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita
harus memperhitungkan konteksnya kata pahit  dan getir berterima pada
konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada
konstruksi obat itu getir.
2.                  Contoh : kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian,
sasaran penulis, dan lain-lain.
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang
digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social
menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
     Saya sama besar dengan kamu
     Saya sama besar dengan anda
     Saya sama besar dengan saudara
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan.
  Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa
mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata /frasa / klausa / kalimat.
Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
  Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan tertentu tanpa
mengubahmakna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata / frasa /klausa / kalimat
tersebut saja.
contoh Sinonim semirip :
melatis = menerobos lahiriah = jasmaniah
  Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling menggantidalam satu konteks kebahasaan tertentu saja
secarastruktural dan leksikal.
Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya

I.       Penggunaan Kata Secara Tepat


Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal
penggunaan kata depan.
Seperti :
    Kata (di) seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan kata secara tepat                       penggunaan kata yang tidak tepat
Pada siang hari                                               di siang hari
Pada pagi hari                                                 di pagi hari
Pada kita                                                         di kita
    Kata (ke) yang seharusnya   seharusnya digunakan (kepada), contoh
Penggunaan kata yang tepat                        penggunaan kata yang tidak tepat
Kepada kami                                                   ke kami
Kepada kita                                                     ke kita
Kepada ibu                                                      ke ibu
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang
sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1.             Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2.             Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
3.             Untuk keterangan alat digunakan kata dengan.
4.             Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5.             Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6.             Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta.
7.             Untuk keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan, laksana.
8.             Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, sebab.

DAFTAR PUSTAKA

Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013.  Bahasa Indonesia.


Bandung : BCM Digital Printing.
Matakristal.com
Yandianto. 2001.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2Sl. 37

Anda mungkin juga menyukai