Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH B.

INDONESIA

TENTANG

“DIKSI ATAU PEMILIHAN KATA”

Dosen Pengampuh: Rudi Arrahman M.Pd

Di susun oleh :

Owen Candra

Andi Saputra

Rohimah

Rita Tarsulu

FAKULTAS TEKHNIK

PROGRAM STUDY S1 TEKHNIK PERTAMBANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya
kepada kita, hanya karna dialah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “DIKSI ATAU
PEMILIHAN KATA” Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah B. Indonesia

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata kuliah B Indonesia
agar menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang
membacanya dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan serta peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Wa’alaikumussalam.wr.wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB 2.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 Pengertian diksi.....................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Diksi Menurut Para Ahli...............................................................................7
1. Gorys Keraf................................................................................................................................7
2. Susilo Mansurudin.....................................................................................................................7
3. Widyamartaya...........................................................................................................................7
4. Enre...........................................................................................................................................8
2.2 Makna denotative dan konotatif...........................................................................................8
2.2.1 Perbedaan Makna Konotatif dan Denotatif...................................................................9
2.2.2 Ciri-Ciri Makna Konotatif dan Denotatif.........................................................................9
 Contoh Kalimat dengan Makna Denotatif................................................................................10
2.3 Makna umum dan makna khusus........................................................................................10
 Makna Umum......................................................................................................................10
 Makna Khusus..........................................................................................................................11
2.4 Kata Konkret dan Kata Abstrak............................................................................................11
Contoh Kata Konkret.......................................................................................................................12
berikut beberapa kata konkret yang bisa menjadi rujukan...............................................................12
2.4.1 Contoh Kata Abstrak....................................................................................................12
2.4.2 Contoh Kata Abstrak Pada Kalimat..............................................................................12
2.5 Pembentukan kesalahan kata dan pemilihan kata...............................................................13
BAB 3...................................................................................................................................................16
Saran dan kesimpulan.........................................................................................................................16
3.1 kesimpulan...........................................................................................................................16
3.2 saran....................................................................................................................................16
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai
tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan berbicara, kata adalah kunci
pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata - kata dalam bahasa
Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti
dengan baik. Kata – kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks
alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunkan kata – kata dengan sesuka hati, tetapi
harus mengikuti kaidah – kaidah yang benar.
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya
penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata cara  pemilihan kata atau diksi.Terkadang kita pun
tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan yang benar,
sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering  mengalami  kesalahan
dalam  penggunaan  kata, frasa, paragraf,  dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin  vital, terutama  untuk
menghindari   kesalapahaman  dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam praktik
berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frase atau
kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga disertai
dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga
penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai
ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan
salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan
dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan
lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin
disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga
digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata
kajian, kata popular, kata sapaan dan kata serapan.

1.2 Rumusan masalah

1) Pengertian diksi
2) Makna denotative dan konotatif
3) Makna umum dan makna khusus
4) Kata konkret dan kata abstrak
5) Pembentukan kesalahn kata dan pemilihan kata

1.3 Tujuan Penulisan

1) Membahas tentang pengertian diksi


2) Untuk mengetahui makna denotative dan makna khusus
3) Untuk mengetahui makna umum dan makna khusus
4) Untuk mengetahui kata konkret dan kata abstrak
5) Untuk mengetahui pembentukan keselahan kata dan pemilihan kata
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian diksi

Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk menggambarkan
sebuah cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis. Tapi, diksi tidak hanya
terbatas pada pemilihan kata saja, melainkan juga untuk mengungkapkan gagasan atau
menceritakan peristiwa. Diksi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya. 

Hal inilah yang akan membantu lawan bicara atau pembaca Anda lebih mudah
memahami pesan yang disampaikan. Pemilihan diksi pun sangat berguna dalam penulisan
karya tulis seperti puisi, novel, laporan dan lainnya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi adalah pilihan kata yang tepat
dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan. Sehingga, penulis akan
mendapatkan efek tertentu yang diharapkan ketika orang membaca karyanya. Dalam kata
lain, diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan suatu gagasan agar
mendapatkan hasil tertentu.
Karena itu, pemilihan diksi harus tepat dan lazim. Pemilih diksi yang tidak tepat bisa
menyebabkan perbedaan makna dan pesan penulis tidak akan tersampaikan. Dalam karya
tulis, diksi termasuk dalam pembahasan aspek kata dalam sajak. Aspek kata di dalam diksi
meliputi denotasi, konotasi, morfologi, semantik, dan etimologi.

Penyair biasanya menggunakan diksi untuk memperoleh makna puitis tertentu.


Penggunaan diksi dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan makna yang tepat. Sebab,
pemilihan diksi yang tepat akan mendorong munculnya imajinasi yang estetik dan puitik. 

Penerapan diksi yang paling dasar adalah pengungkapan gagasan penulis. Selain itu,
penggunaan diksi juga bisa diterapkan ketika berbicara di depan publik maupun bergaram
karya tulis. 

Sedangkan, ketepatan dalam pemilihan diksi lebih dipengaruhi oleh kemampuan


pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kosakata secara aktif.

2.1.1 Pengertian Diksi Menurut Para Ahli

Para ahli pun memiliki pandangan masing-masing mengenai pengertian diksi dalam
sebuah tulisan atau lainnya. antara lain:

1. Gorys Keraf

Menurut Gorys Keraf, pengertian diksi terbagi menjadi dua, yakni pilihan kata atau
mengenai pengertian kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan,
pengungkapan yang tepat dan gaya penyampaian kata yang lebih baik dan sesuai situasi.

Pengertian diksi juga merupakan sebuah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari  gagasan yang disampaikan. Selain itu, diksi juga bisa berupa kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi, nilai dari suatu rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat, pendengar, dan pembaca.

2. Susilo Mansurudin

Susilo Mansurudin berpendapat pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian atau
pemilihan diksi yang tepat, benar dan cermat bisa membantu memberi nilai pada suatu kata.
Pilihan diksi yang sesuai dengan kata lain akan mencegah terjadinya kesalahan penafsiran
yang berbeda.

3. Widyamartaya

Menurut Widyamartaya, pengertian diksi adalah kemampuan seseorang dalam


membedakan suatu nuansa-nuansa makna secara tepat dengan gagasan yang disampaikan.
Kemampuan seseorang membedakan makna itu sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.

4. Enre

Enre berpendapat pengertian diksi adalah penggunaan kata yang sesuai dalam mewakili
pikiran dan perawatan yang ingin disampaikan dalam suatu pola kalimat tertentu.

2.2 Makna denotative dan konotatif

Makna konotatif dan denotatif merupakan istilah yang biasa digunakan dalam ilmu
bahasa. Makna denotatif sangat mudah ditemukan pada sebuah tulisan, karena merupakan
kata yang sebanarnya tertulis pada kalimat. Sementara itu, makna konotatif digunakan untuk
memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata.

Konotasi adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata
sebenarnya, sedangkan denotasi merupakan sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya
dan apa adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan.Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai
dan norma yang dipegang oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan fungsi
sosial kata dengan makna yang hampir sama, karena berkaitan dengan nilai rasa.

Makna konotatif ini biasanya ditemukan pada karya sastra seperti pantun, puisi, cerpen,
dan lain-lain

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna konotatif adalah (tentang kata)
mempunyai makna tautan atau mengandung konotasi. Sementara konotasi adalah tautan
pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.
Makna konotasi juga diartikan sebagai makna yang ditambahkan pada makna denotasi.

Sementara itu, makna denotatif dalam KBBI adalah berkaitan dengan dentoasi. Denotasi
adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada
sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

pengertian makna denotative dan konotatif

Makna konotatif adalah makna kias atau bukan kata sebenarrnya dan berkaitan dengan
nilai rasa. Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipegang oleh masyarakat
tertentu, yang juga membuat adanya perbedaan fungsi sosial kata dengan makna yang hampir
sama. Meskipun demikian, makna kata juga akan berubah seiring dengan perubahan nilai dan
norma yang terjadi di masyarakat.

Keberadaan denotasi berkaitan dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Menurut


penjelasan dari para ahli, denotasi adalah makna dengan pengertian objektif dan apa adanya.
Maksud dari apa adanya adalah tidak disertai dengan perasaan dan pemikiran tanpa
menimbulkan nilai rasa tertentu. Secara sederhana, denotasi atau denotatif adalah makna
yang bersifat umum.
2.2.1 Perbedaan Makna Konotatif dan Denotatif

Makna konotatif tidak murni dan memiliki tautan pemikiran serta perasaan yang sifatnya
pribadi. Hal ini berbanding terbalik dengan makna denotatif, yang objektif tanpa embel-
embel perasaan tertentu dan murni.

Berdasarkan pernyataan dari Kridalaksana dalam Suwandi (2008: 82) bahwa makna
konotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan
atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar
(pembaca).

Sementara penguatnya, yakni menurut pendapat dari Chaer (2009: 65) bahwa perbedaan
makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai rasa” pada sebuah
kata. Perbandingan sederhana yang bisa dijadikan kesimpulan, denotatif bersifat umum,
sementara konotatif bersifat khusus.

2.2.2 Ciri-Ciri Makna Konotatif dan Denotatif

 Ciri-ciri makna konotatif

Adapun ciri-ciri makna konotatif adalah:

- Makna konotatif terjadi apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif atau negatif. Jika
tidak bernilai rasa dapat juga disebut berkonotasi netral.

- Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu
dengan kelompok masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma yang ada pada
masyarakat tersebut.

- Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.

 Ciri-ciri makna denotatif

Adapun ciri-ciri makna denotatif adalah:

 Makna denotatif memiliki nama lain yaitu makna lugas, karena sifatnya yang lugas
atau literal.
 Makna denotatif biasanya merupakan hasil observasi dari panca indra yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman fisik lainnya.

 Berikut beberapa contoh kalimat dengan makna konotatif:

 Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang. 'Gugur' bermakna
meninggal dunia
 Karena besar kepala, Reno dijauhi teman-temannya. 'Besar kepala' bermakna
sombong.
 Para buruh merasa bahwa perusahaan tempat mereka bekerja hanya menjadikan
mereka sebagai ssapi perah belaka. 'Sapi perah' bermakna orang yang dimanfaatkan
oleh orang lain demi sebuah keuntungan.
 Pejabat tersebut mencari kambing hitam untuk mempertahankan jabatannya.
'Kambing hitam' bermakna orang yang disalahkan.
 Ririn anak yang ringan tangan dan baik. 'Ringan tangan' bermakna anak yang
rajin/suka menolong.
 Setiap permasalahan sebaiknya diselesaikan dengan hati dingin. 'Hati dingin'
bermakna sabar.

 Contoh Kalimat dengan Makna Denotatif

Berikut beberapa contoh kalimat dengan makna denotatif:

 Jerapah memiliki leher yang panjang lebih panjang dari leher hewan rata-rata.
 Melihat pembantunya sedang mengepel lantai, ibu hamil itu mengangkat kakinya ke
atas kursi.
 Ular dan kadal adalah jenis hewan reptil berdarah dingin.
 Belalang memiliki darah berwarna biru yang disebut hemosianin.
 Jerawat disebabkan oleh sebum.

2.3 Makna umum dan makna khusus

 Makna Uumm

Makna dalam bahasa Indonesia yang ke sembilan adalah makna umum. Apakah kamu
sudah memahaminya?, makna umum Makna umum merupakan jenis makna yang memiliki
ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain. Sebenarnya memiliki bebeerapa jenis
makna khusus. Untuk lebih mudahnya, perhatikan contoh berikut, ya.

Contoh Makna Umum

1. Riana senang memakan buah-buahan yang segar

kata ‘buah-buahan’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘buah-buahan’ tersebut


masih sangat luas maknanya. Misalnya, entah itu buah apel, jeruk, anggur, atau yang lainnya
tidak disebutkan dengan jelas, karena masih bersifat umum.

2. Hewan itu ada di kandang belakang rumah

Kata ‘hewan’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘hewan’ tersebut masih sangat luas
maknanya. Misalnya, entah itu buah kucing, anjing, atau yang lainnya tidak disebutkan
dengan jelas, karena masih bersifat umum.

3. Andini merasa ada tubuhnya yang sakit

Kata ‘tubuhnya’ tersebut memiliki makna umum, karena ‘tubuh’ tersebut masih sangat
luas maknanya. Misalnya, entah itu paha, kepala, atau yang lainnya tidak disebutkan dengan
jelas, karena masih bersifat umum.

4. Bunga-bunga di taman selalu disiram oleh Ibu


Kata ‘bunga-bunga’ tersebut memiliki makna umum, karena kata tersebut tersebut masih
sangat luas maknanya. Tidak disebutkan dengan jelas bunga apa dalam kalimat tersebut.

5. Sayur-sayuran yang dibeli ibu sudah layu saat sore hari

Kata ‘sayur-sayuran’ tersebut memiliki makna umum, karena kata tersebut tersebut
masih sangat luas maknanya. Tidak disebutkan dengan jelas sayur apa dalam kalimat
tersebut.

 Makna Khusus

Seperti namanya, makna khusus ialah kebalikan dari makna umum. Makna khusus
adalah salah satu jenis makna yang memiliki ruang lingkup cakupan lebih sempit dari kata
yang lain. Agar kamu semakin memahami.

Contoh Makna Khusus

1. Riana senang memakan mangga yang besar

Kata ‘mangga’ tersebut ialah makna khusus, karena kata tersebut ialah termasuk ke
dalam buah-buahan yang memiliki makna umum.

2. Kucing anggora milik Budi berada di belakang rumah

Kata ‘kucing anggora’ tersebut ialah makna khusus, karena kata tersebut ialah termasuk
ke dalam hewan yang memiliki makna umum.

3. Andini merasa kepalanya sakit sampai pingsan

Kata ‘kepalanya’ tersebut ialah makna khusus, karena kata tersebut ialah termasuk ke
dalam tubuh Andini yang memiliki makna umum.

4. Beberapa bunga anggrek bulan itu disiram oleh Ibu

Kata ‘anggrek bulan’ tersebut ialah makna khusus, karena kata tersebut ialah termasuk
ke dalam bunga yang memiliki makna umum.

5. Saat hendak dimasak, wortel dan tomat itu telah busuk

Kata ‘ wortel dan tomat’ tersebut ialah makna khusus, karena kata tersebut ialah
termasuk ke dalam jenis sayur-sayuran yang memiliki makna umum.

2.4 Kata Konkret dan Kata Abstrak

Pengertian kata konkret adalah kata-kata yang memiliki makna atau acuan yang bisa
dirasakan, didengar, dilihat, atau dicium oleh para indera. Misalnya, kalian bisa mengukur
bahwa kata "besi" itu keras.
Selain itu, berdasarkan arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konkret adalah
nyata, benar-benar ada, berwujud, dapat dilihat, diraba dan sebagainya. Artinya, kalian bisa
mengatakan bahwa suatu kata merupakan contoh kata konkret jika kalian bisa mengukurnya
dan merasakannya secara fisik dan nyata.

Sementara itu, pengertian kata abstrak adalah kebalikan dari kata konkret. Berdasarkan
KBBI, abstrak adalah tidak berwujud dan tidak berbentuk. Jika kalian mendengar kata
tertentu yang sebenarnya sudah familier, tapi tak bisa menemukan wujud dan bentuknya,
kemungkinan itu merupakan contoh kata abstrak.

Meski sekilas terkesan tak jelas karena tak bisa diukur maknanya, kata abstrak tetap saja
dibutuhkan oleh manusia dalam menuangkan pikiran. Kata abstrak memungkinkan punya
banyak arti, bisa diolah hingga melahirkan nilai rasa pada puisi, lagu, dan lain sebagainya.
Contoh kata abstrak misalnya, "cinta", jelas cinta tak bisa kalian ukur dengan jelas.

Contoh perumpamaan dari kata konkret adalah: apa yang membuat kita tahu bahwa
dinding di rumah itu keras? Karena kita bisa melihat dari segi fisik dan bisa mengukurnya.
Bandingkan dengan cinta apakah bisa diukur seberapa besar atau seberapa luas cinta itu?
Maka jawabannya tidak. Itulah mengapa dinding rumah dinamakan konkret atau nyata,
sedangkan cinta bukan merupakan kata konkret.

Contoh Kata Konkret

berikut beberapa kata konkret yang bisa menjadi rujukan.

 Sepeda Motor
 Pesawat Terbang
 Lemari
 Ibu
 Bapak
 Baju
 Makanan
 Lampu

2.4.1 Contoh Kata Abstrak

 Indah
 Cinta
 Bebas
 Cantik
 Bagus
 Semangat
 Sedih
 Bahagia

2.4.2 Contoh Kata Abstrak Pada Kalimat

 Andi memberikan cinta yang tulus kepada tanah airnya yaitu Indonesia.
 Gunung merbabu sangat dekat dengan gunung sumbing yang bila dilihat dari jauh
akan terasa sangat indah.
 Semangat tim sepakbola dari kesebelasan Inggris patut ditiru saat mengalahkan
Belanda.

2.5 Pembentukan kesalahan kata dan pemilihan kata

Pada bagian berikut akan diperhatikan kesalahan kasalahan penbentukan kata, baik
dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
a. Penganggalan Awalan Me-
Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks
beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk
yang benar.
Contoh:
a) Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah)
b) Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar)
b. Penagnggalan Awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan Ber- sering mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber
harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.
Contoh:
a) Sampai jumpa lagi (salah)
b) Sampai berjumpa lagi (benar)

c. Peluluhan Bunyi /c/


Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me.
Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
a) Ali sedang menyuci mobil (salah)
b) ali sedang mencuci mobil (benar)
d. Penyengauan Kata Dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya
adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam
lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan
kata-kata mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.

e. Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang Tidak Luluh


Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan
me atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
a) Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
b) Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)

f AwalanKe-yangKelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi
awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
 Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)
 pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)

Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di
depan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak,
dan ketua

g. Pemakaian Akhiran –i

Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-
hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
a) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
b) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
h. Padanan yang Tidak Serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang
muncul dalam kehitupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak
serasi. Hal itu, terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah
kalimat.
Contoh:

 karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (salah)
 karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit
(benar)
 modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit
(benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga,
kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.
i.Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan.
Contoh
 putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
 putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
 Pemakaian Akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memeorandum) dan
lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang
tidak teratur.

k, Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan


Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dengan yang lain.
Contoh:
 Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut

Contoh:

 Tani, bertani, petani, pertanian


Mukim, bermukim, pemukim, permukima
1) Penggunaan Kata yang Hemat

Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah kpemakaian bahasa yang hemat
kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata
yang tidak hemat (boros)
Contoh:

 Boros hemat
 Sejak sejak atau dari
 Agar supaya agar atau supaya
 Mempunyai pendirian berpendirian

Perbandingan kata yang hemat dan kata boros

 Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlakukan


tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar (boros, salah)
 Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong
buatan untuk memproduksi munyak lebih besar. (salah)
 Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai
sumber devisa negaa diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan
perminyakan. (benar)
m.Analogi

Di dalam dunia olahraga tertapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata
bertinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa ) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat,
petenis, pesenam dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan teecipta bentukan seperti
berikut ini
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
n.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak bahsa
Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa
Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti

 Kuda-kuda
 Meja-meja
 Buku-buku
2)Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti

 Beberapa meja
 Sekalian tamu
 Semua buk
 Dua tempat
 Sepuluh computer

3)Bentuk jamak dengan menmbahkan kata Bantu jamak seperti

 Para teman
Bentuk jamak dengan menggunakn kata ganti orang seperti
 Mereka kita
 Kami kalia

BAB 3

Saran dan kesimpulan

3.1 kesimpulan

Diksi adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa
yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan
kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.

kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.

a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang
tepat.
b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk
yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.

3.2 saran

Dalam pembahasan materi di atas mengenai diksi atau pemilihan kata mngkin masih
banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-
katamya,oleh sebap itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan
mahasiswa semua, sebagai penyempurna kami mengharap kritik dan saran yang positif dari
teman-teman semua.

DAFTAR ISI

https://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/
https://www.tripven.com/konkret-abstrak/
https://hot.liputan6.com/read/4572105/pengertian-makna-konotatif-dan-denotatif-beserta-
contohnya-berikut-penjelasanny
https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/

Anda mungkin juga menyukai