(DIKSI)
DOSEN PENGAMPU :
YULIWATI, M.Pd
DI SUSUN OLEH :
1. M.RIZQULLAH (23021040045)
Puji syukur diucapkan atas kehadiran allah swt atas segala rahmatnya sehingga makalah
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimah kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa membaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Ihwal Istilah ........................................................................................................................... 6
2.2 Alasan-alasan pemilihan kata dalam Diksi............................................................................ 8
2.3 Persyaratan Diksi................................................................................................................. 16
PENUTUP..................................................................................................................................... 23
3.1 kesimpulan .......................................................................................................................... 23
3.2 Saran .................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 24
3
PENDAHULUAN
Kosakata merupakan salah satu aspek bahasa yang sangat penting keberadaannya dalam
komunikasi. Kosakata diperlukan oleh setiap pemakai bahasa untuk menyalurkan gagasan atau ide
dan pendapat baik saat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Semakin banyak kosakata yang
dimiliki seseorang maka akan semakin besar pula kemampuannya dalam menggunakan bahasa.
Dengan begitu kemampuan berbahasa seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam
menguasai kosakata.
Berbicara mengenai kosakata tidak terlepas dari penguasaan seseorang terhadap kosakata.
penguasaan kosakata merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata.
Kemampuan untuk memahami itu diwujudkan dalam kegiatan membaca serta menyimak,
sedangkan kemampuan menggunakan diwujudkan dalam kegiatan menulis dan membaca.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketetapan pilihan kata ini dipengaruhi
oleh kemampuan penggunaan bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami,
menguasai, dan mengungkapkan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan serta tepat sehingga mampu menyampaikannya secara efektif kepada pembaca atau
pendengar.1
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien pemahaman yang baik ihwal
penggunaan diksi atau pilihan kata dirasakan sangat penting bahkan kan mungkin vital terutama
untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau Pilihan kata
dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa
atau kelompok atau Untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya.
Memang harus diakui, dewasa ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Terkadang
kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
1
Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta:
KENCANA.Hal.63-66
4
sehingga ketika kita berbahasa baik secara lisan maupun tulisan sering mengalami kesalahan
dalam penggunaan kata,frasa,kalimat,paragraf dan wacana. 2
Bedasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
Bedasarkan rumusan masalah di atas dapat di Tarik menjadi beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penggunaan istilah-istilah dalam pemilihan kata (DIKSI) yang dapat
mempengaruhi makna dari sebuah istilah
2. Untuk mengetahui cara yang cermat serta tepat dalam pemilihan kata sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam penulisan sebuah karya ilmiah atau makalah
3. Untuk mengetahui syarat-syarat apa saja yang harus di perhatikan dalam pemilihan kata-
kata agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan kata
2
Rahardi, K. (2010). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Erlangga.Hal.31
5
PEMBAHASAN
Istilah didefinisikan sebagai kata atau gabungan kata yang dapat dengan cermat
mengungkapkan makna proses, keadaan, konsep atau sifat yang khas di bidang kehidupan dan
cabang ilmu pengetahuan tertentu. Istilah itu sendiri dibedakan dalam dua jenis yakni istilah yang
sifatnya khusus dan istilah yang sifatnya umum
Bentuk-bentuk kebahasaan yang hanya lazim digunakan dalam bidang tertentu dapat
dikatakan sebagai bentuk-bentuk yang sifatnya khusus. Bidang ekonomi Misalnya saja, memiliki
banyak istilah yang khusus dan khas yang lazimnya tidak ditemukan di dalam bidang-bidang yang
lainnya.
demikian pula istilah kedokteran hanya dimungkinkan digunakan dan ditemukan dalam
konteks kedokteran. Selain konseptual, lingkup pemakaiannya juga dibatasi hanya pada konteks
pemakaian itu itu saja. Orang yang berada di dalam lingkup yang berbeda, biasanya hanya akan
merasa kesulitan untuk menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang sifatnya khusus demikian
itu
Nah,sebagai imbangan dari kata-kata yang sifatnya khusus adalah kata-kata yang sifatnya
umum, general, atau universal. Bentuk-bentuk yang universal biasanya memberikan alternatif
makna yang tidak hanya satu. Maka, dengan alternatif makna yang banyak itu, kandungan maksud
yang dimilikinya juga banyak. Kalau Anda membuka kamus, Kelihatan sekali bahwa kata-kata
tertentu memiliki makna yang banyak serta beragam
Nah,kata-kata yang memiliki kandungan makna yang banyak dan bermacam-macam itulah
yang dapat disebut kata-kata umum. Nah, kata-kata khusus lazimnya hanya memiliki satu makna.
Maka, kata-kata di dalam kamus ekonomi, atau kamus hukum atau kamus teknologi informasi
lazimnya hanya memiliki satu makna. Nah, kedua istilah yang disebutkan di depan itu baik yang
khusus maupun yang umum semuanya bermanfaat di dalam kehidupan serta perkembangannya
suatu Bahasa
Kalau akhir-akhir ini di banyak tokoh buku yang besar di perkotaan banyak ditemukan
kamus khusus, itulah sesungguhnya tanda bahwa bidang-bidang yang sifatnya khusus tersebut
6
memerlukan kamus sebagai sumber informasi dalam bidang ilmu tersebut. Akan tetapi koma
ratusan kamus yang sifatnya umum juga dapat disebut dengan mudah ditemukan. Maka, itu artinya
istilah-istilah yang sifatnya umum itu pun sangat diperlukan di dalam komunikasi dan interaksi.
Artinya pula, kehadiran istilah-istilah umum yang di kamuskan sungguh sangat diperlukan.
Khususnya bagi para mahasiswa, baik kamus yang sifatnya umum maupun kamus yang sifatnya
khusus, karena memang hanya memuat lemak kata serta istilah yang khusus di dalam bidang
tersebut, semuanya dibutuhkan. Milikilah Kedua jenis kamus tersebut, serta pelajarilah dengan
cara yang benar supaya kemampuan berbahasa akan dapat menjadi semakin sempurna
Anda harus tahu bahwa dengan bahasa anda dapat membuka dunia tanpa penguasaan
bahasa, anda akan seperti berada di dalam tempurung yang sangat sempit sifatnya. Dari manakah
datangnya istilah yang bermacam-macam sifatnya itu? Tentu saja, jawabannya adalah dari mana-
mana. Bahasa yang banyak berkotak dipastikan akan dapat menghadirkan kata-kata serta istilah-
istilah yang bermacam-macam wujudnya. Semakin banyak bahasa itu berkontak, maka akan
semakin banyak lah inovasi kebahasaan yang akan dilakukan oleh bahasa-bahasa itu.
Sebaliknya, semakin terisolasi sebuah bahasa maka akan semakin sedikit lah kosakata dari
bahasa itu. Bahasa yang banyak berkontak dengan bahasa-bahasa yang lain lazimnya juga akan
berkembang menjadi bahasa yang bermartabat tinggi. Bahasa yang bermartabat tinggi biasanya
akan dapat digunakan untuk berkomunikasi di dalam banyak kesempatan serta aneka macam
tujuan.
Selain karena berkontak dengan bahasa-bahasa lain, bisa berbahasa asing serta bisa pula
berbahasa daerah istilah-istilah dalam sebuah bahasa juga berkembang karena terdapat kamus-
kamus. Dengan banyaknya kamus akan dapat dilahirkan kamus baru yang merupakan perbaikan
atau penyempurnaan dari istilah tersebut
Lazimnya pula, penyempurnaan kamus itu sekaligus mendata lema-lema kata dan istilah
yang sifatnya baru. Baik kamus dalam negeri menyangkut bahasa Indonesianya sendiri kamus-
kamus daerah maupun kamus-kamus bahasa asing yang diyakini semuanya akan menyumbang
perkembangan kata dan istilah dalam sebuah Bahasa
Selanjutnya sumber lain dari kata-kata dan istilah dalam sebuah bahasa itu adalah kata-kata
dan istilah yang ada di dalam bahasa lain yang harus diserap ke dalam bahasa Indonesia. Berkaitan
7
dengan hal ini harapkan agar kata-kata serta istilah yang yang secara resmi sudah diterapkan serta
diterima dan diserap ke dalam bahasa Indonesia sajalah yang dapat digunakan dalam berpraktik
berbahasa. Dengan perkataan lain, Saya hendak mengatakan bahwa sesungguhnya anda tidak
dapat dengan bebas serta leluasa menggunakan bentuk-bentuk asing yang belum diserap ke dalam
bahasa Indonesia. Nah, orang yang gemar memakai bentuk-bentuk kebahasaan asing yang belum
diserap ke dalam bahasa Indonesia, Sedangkan di dalam bahasa Indonesia tersendiri sesungguhnya
sudah ada kata-kata dan istilah-istilah tersebut maka orang yang demikian itu akan dianggap
sebagai orang verbalistis3
Dalam keraf (2000:24) dijelaskan bahwa ada 3 hal Utama mengenai diksi yaitu :
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suaru gagasan bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik di gunakan
dalam situasi.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin di sampaikan secara,dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok Masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosakata atau penberdaharaan kata Bahasa itu.
Jadi, dari pendapat keraf ini dapat di simpulkan bahwa pilihan kata (diksi) tidak hanya
mempersoalkan apakah kata yang dipilih dan di gunakan tersebut berterima oleh pendengar atau
pembaca dalam situasi tertentu atau malah sebaliknya. Kata yang sudah kita anggap tepat untuk
menyampaikan suatu maksud tertentu beranggap tepat untuk menyampaikan suatu maksud
3
Rahardi, K. (2010). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Erlangga .Hal.44-45
8
tertentu belum tentu di terima oleh pendengar ataupun sekelompok Masyarakat yang diikat oleh
norma tertentu.4
Ada beberapa alasan yang mengharuskan kita menggunakan kita untuk memilih kata secara
cermat dan tepat, yaitu :
1. Kata-kata Bersinonim
Keraf (2000:34) mengatakan sinnonimi adalah suatu istilah yang dapat di Batasi sebagai,
(1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan
dimana kedua kata atau lebih memiliki makna yang sama.sebaliknya,sinonim adalah kata-kata
yang memiliki makna yang sama (syn=sama. Onoma=nama ) Putrayasa (2007:121) menyatakan
bahwa sinonimi adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Pateda
(1986:100) juga mengatakan bahwa sinonim (synonymy) berasal dari Bahasa Yunani yaitu, onoma
yang berarti “nama” dan syn yang berarti dengan.
Secara harfiah, sinonim adalah nama lain untuk benda yang sama. Dari ketiga pendapat
ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa sinonim adalah kata-kata (memiliki bentuk yang sama),
tetapi memiliki makna yang hampir sama atau serupa 5 .
Ambil saja bentuk ‘hamil’ dan ‘mengandung’ serta’bunting’. Ketiga bentuk kebahasaan itu
dapat di katakan bersinonim karena bentuknya berbeda, tetapi maknya sama. Nah para mahasiswa
harus memiliki stok banyak ihwal bentuk kebahasaan deimikian ini. Semakin banyak
4
Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.66-67
5
Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.69-70
9
perbendaharaan kata bersinonim demikian ini, akan makin mudahlah karya tulis yang akan di
hasilkan.6
Kesinoniman kata tidak bersifat mutlak. Walaupun memiliki bentuk yang sama, tetap saja
makna nya tidak persis sama dan berbeda konteks penggunaannya. Hal itu terbukti dari tidak
dapatnya kata-kata yang bersinonim itu di pertukarkan secara bebas. Jadi, dapat di katakana bahwa
kata-kata yang berbeda-beda bentuknya,berbeda pula makna nya.
Berikut ini disajikan beberapa kata yang bersinonim dalam Bahasa Indonesia.
Mati =meninggal,wafat,mampus,tewas,mangkat,gugur
Hamil=mengangdung,bunting
Cerdas=pintar,cerdik,pandai,hebat,
Besar=agung,raya,maha
Ilmu=pengetahuan
Penelitian=penyelidikan
Mencuri=mencopet,korupsi,menggetapkan uang
Pria=laki-laki,pemuda
Wanita=Perempuan
6
Rahardi, K. (2010). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Erlangga.Hal.33
10
Muda=belia,remaja
Tukang=ahli,juru
Sesuai=harmonis
Pembantu=asisten
Pekerja=pegawai,karyawan
Dibuat=dirakit,di sulap7
Dalam Bahasa indonesia kita mengenal adanya istilah denotatif dan konotatif.Denotatif
adalah kata-kata yang memiliki makna konseptual,referensial (sesuai acuan), dan bermakna
kognitif. Kata-kata denotatif merupakan kata-kata yang mempunyai makna sesuai dengan hasil
pengamatan pancaindra.artinya, kata-kata yang bermakna denotatif adalah kata-kata yang
maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objektif (Chaer, 1995 :65-66). Hal serupa juga
dinyatakan oleh keraf (2000:28), makna denotatif disebut juga dengan makna denotasional,makna
kognitif,makna ideasional, makna referensial atau makna proposisional. Disebut makna
denotasional,referensial,konseptual, atau ideasional karena makna itu menunjukkan (denote)
kepada suatu referen,konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Makna denotatif (denotative
meaning) adalah makna lugas,polos,dan makna apa adanya. Makna denotati bersifat objektif,
didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar Bahasa atau yang didasarkan atas
konvensi tertentu. Denotatif adalah hubungan yang di gunakan dalam tingkat pertama pada sebuah
leksem yang secara bebas memegang peranan penting dalam ujaran (Lyros, 1977:32). Dari
pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa denotasi atau denotatif mengacu pada
konseptual atau makna dasar atau hubungan kata dengan barang, konsep, dan sesuatu yang berada
di luar Bahasa.
7
Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.70-71
11
Makna konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa, pikiran dan perasaan
yang dijemput atau dijangkau kata itu ketika didengar atau dibaca. Konotasi dapat bersifat kolektif
(milik bersama) dan bersifat pribadi bergantung pada pengalaman seseorang dengan barang atau
gagasan yang diajukan itu. Contoh konotasi dalam konsep ini adalah ketika seseorang merasa
ketakutan ketika mendengar kata meja hijau karena mempunyai pengalaman buruk dengan
pengadilan. Akan tetapi bagi orang yang tidak pernah mempunyai pengalaman buruk dengan
pengadilan, mendengar kata itu reaksinya biasa-biasa saja begitu pula halnya dengan menggarap.
Misalnya, kalimat petani sedang menggarap tanahnya dan anggota DPR sedang menggarap
rancangan undang-undang hak cipta karena menggarap pada kedua kalimat itu masih memiliki
makna yang wajar. Berbeda halnya jika Pemuda Berandal ditangkap ketika menggarap gadis di
bawah umur
Kata menggarap pada kalimat itu bermakna konotatif jadi, dapat disimpulkan bahwa
konotatif berhubungan dengan nilai rasa kita, Apakah perasaan senang, jengkel,; jijik dan lain
sebagainya. Sebuah kata akan dinilai tinggi, baik, sopan,lucu,biasa,rendah,kotor, atau oun sakral
bergantung pada masyarakat pemakai bahasanya.8
Dapat juga di katakan makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya
maka, sebuah kata bisa di artikan berbeda pada Masyarakat yang satu dan Masyarakat lainnya.
Makna konotatif memiliki nuansa makna subjektif dan cenderung di gunakan dalam situasi tidak
formal. Dalam konteks ilmiah,coba perhatikan kalimat, ‘dengan memanjatkan puji Syukur
kepada…’ ,pemakaian bentuk ‘memanjatkan’ dalam kalimat di atas itu jelas sekali bermakna
konotatif,bukan denotatif. 9
Makna konotasi di bagi menjadi dua bagian, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Konotasi positif adalah makna tambahan dari makna kata sebenarnya yang bernilai rasa
tibggi,baik,sopan,santun,sakral, dan sebagainya. Sementara itu, Konotasi negatif adalah makna
tambahan dari makna yang sebenarnya yang bernilai rasa rendah,jelek,kotor,jorok, dan porno,Oleh
karena itu perlu memilih kata secara tepat sesuai dengan keperluan pemakai Bahasa.
8 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.67-69
9 Rahardi, K. (2010). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Erlangga.Hal.32
12
Kata denotasi
Mati
Uang
Rumah
Penonton
Kata Konotasi
Meninggal,wafat,mangkat
Amplop
gedung,graha,wisma
pemirsa,pemerhati10
Kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat di amati.Singkatnya kata konkret
mengacu pada sesuatu yang spesifik dan dapat di amati dengan pancaindra. 11 Kata-kata konkret
lebih mudah di pahami daripada kata-kata abstrak. Kata kata konkret akan dapat lebih efektif jika
dipakai dalam deksripsi sebab kata-kata demikian itu akan dapat langsung merangsang
pancaindra.jadi sesungguhnya kata-kata konkret menunjuk pada kata-kata yang dapat diindra.
Lazimnya, kata-kata konkret dalam ilmu Bahasa merupakan kata bukan kata jadian atau kata
bentukan.12 Contohnya makanan,minum,baju,rumah,kursi,Melati,lima belas persen, dan lain
sebagainya.
Adapun kata abstrak adalah kata yang di gunakan untuk mengungkapkan pikiran atau
gagasan yang rumit.kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep. 13 Bentuk-bentuk
10 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.69
11 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.78
12 Rahardi, K. (2010). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Erlangga.Hal.34
13 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.78
13
kebahasaan yang merupakan konsep konsep tentu saja lebih tepat di gunakan untuk menyampaikan
gagasan,argumentasi,persuasi bukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan benda atau
barang bentuk kebahasaan seperti ‘pembodohan’ dan ‘kemiskinan’ tentu saja merupakan kata-
kata abstrak yang hanya dapat di tangkap makna nya dengan kejernihan pemikiran dan ketajaman
piker. Jadi, pemaknaan atau penafsiran makna untuk kata-kata abstrak itu bukan melalui indra..
contohnya kebaikan,kebenaran,agama,panas, keagungan dan moral.14
Diksi atau pemilihan kata juga mengajarkan kepada kita untuk selalu cermat dengan
bentuk-bentuk yang baku dan yang tidak baku.bentuk baku hadir karena adanya pembakuan
bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan Bahasa demikian itu pada gilirannya akan menjadikan
Bahasa indonesia semakin bermartabat. Bahasa yang bermartabat lazimnya akan banya di gunakan
oleh Masyarakat, baik Masyarakat dalam pengertian domestik maupun Masyarakat dalam
pengertian internasional.
Bilamana Bahasa tersebut di gunakan oleh Masyarakat internasional, maka jadilah Bahasa
itu Bahasa yang berharkat dan bermartabat tinggi. Bahasa indonesia sangat berpotensi untuk dapat
di kembangkan menjadi Bahasa yang berharkat dan bermartabat tinggi, hingga akhirnya akan
banyak di gunakan dalam kancah internasonal. Adapun pasangan kata baku dan kata non baku itu
adalah sebagai berikut 15
Kata Baku
• Ahli
• Alquran
• Apotek
• Akuarium
• Atlet
• Atmosfer
14
• Aktif
• Aktivitas
• Arkeologi
• Akhir
• Akhlak
• Advokat
• Asas
• Asasi
• Analisis
• Ambulans
• Balans
• Biaya
• Biadab
• Definisi
• Diferensial
• Ekspor
Kata nonbaku
• Akhli
• Al-quran
• Apotik
• Akwarium
• Atlit
• Qatmosfir
• Aktip
• Aktifitas
• Arkheologi
• Ahir
• Ahlak
15
• Adpokat
• Ajektif
• Azas
• Azasi
• Analisa
• Ambulan
• Balan
• Beaya
• Biadap
• Difinisi
• Differensial
• Eksport16
5. Bahasa asing
Perubahan makna kata karena faktor Bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat
diganti dengan VIP. Kata symposium yang tadinya bermakna orang yang minum-minum di
restoran dan kadang-kadang di selingi oleh acara dansa dan diskusi,dewasa ini makna nya di ganti
menjadi acara diskusi yang membahas berbagai masalah dalam bidang ilmu tertentu. Kata busway
untuk jalur khusus bus, kata monorail untuk kereta api satu rel, dan kata colorfull untuk penuh
warna. 17
Ada dua persyaratan yang harus di perhatikan dalam memilih kata-kata,yaitu persyaratan
ketepatan dan kesesuaian. Maksud ketepatan yaitu kata-kata yang di pilih harus tepat sesuai
dengan yang ingin di ungkapkan.Sedangkan kesesuaian di sini Maksudnya, yaitu orang-orang
yang membaca atau mendengar bisa memahami dengan jelas maksud dari penulis atau pembicara
sehingga mengakibatkan kesesuaian maksud penulis-pembaca atau pembicara-lawan bicara.
16 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal.73
17 Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: KENCANA.Hal. 86
16
Adapun hal yang harus di perhatikan untuk memenuhi persyaratan di atas,kita perlu
memperhatikan hal di bawah ini.18
1. Diksi sesuai dengan kaidah kelompok kata atau frasa
Diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata atau frasa, seharusnya diksi yang tepat dan
lazim.
a. Tepat
Contoh :
Bagi kebanyakan orang, kata mencium dan mendeteksi bersinonim, tetapi Ketika kita sisipkan
dengan kata lain menjadi tepat dan tidak tepat.
Kelompok kata mencium aroma tidak dapat di gantikan dengan mendeteksi aroma.
b. Lazim
Contoh :
Bagi kebanyakan orang, kata dosis dan takaran bersinonim, tetapi tidak dapat mengatakan
dosis obat sebagai sinonim takaran obat. Sedangkan, tidak dapat mengatakan takaran zakat
fitrah sebagai sinonim dosis zakat fitrah. Kedua kata tersebut (dosis/takaran) mungkin tepat
pengelompokkannya, tetapi tidak saksama serta tidak lazim dari sudut makna dan
pemakaiannya.
18 saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi perguruan
tinggi indonesia).Hal.37
17
• Makna leksibel adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam
kamus.Makna ini di miliki oleh kata dasar.Contoh :senang,renang,besok,pagi.
• Makna gramatikal adalah makna yang di miliki kata setelah mengalami proses
gramatikal,seperti proses afikasi (pengimbuhan),reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan).Contoh : (1) proses afikasi awalan me- pada kata dasar
suruh ; Ayah menyuruh ibu membersihkan lantai itu. (2) proses reduplikasi pada
kata tumbuh ;di rumah novi banyak tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat. (3) proses
komposisi pada kata beberapa dan guru ; beberapa guru telah menyelesaikan
Pendidikan S-2 di universitas Lambung Mangkurat.19
2) Bedasarkan sifatnya, makna di bedakan atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
• Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai
makna kias atau bukanmakna sesungguhnya.Contoh,hidung belang; laki-laki yang
gemar mempermainkan wanita.
3) Bedasarkan wujudnya, makna di bedasarkan atas dua macam ,yaitu sebagai berikut.
• Makna refrensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang
konkret.Contoh :mobil,menyetir,buku,membaca.
• Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang
konkret.contoh : cantik,indah,sedih,bahagia.
B. perubahan makna
1) bedasarkan cakupan makna nya, perubahan makna di bedakan atas dua macam,yaitu sebagai
berikut.
Contoh :
Kata : ibu
19
saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi perguruan
tinggi indonesia).Hal.38
18
Dulu : sebutan orang tua wanita
Contoh :
Kata : guru
2) bedasarkan nilai rasa nya, perubahan makna di bedakan atas macam yaitu :
• Ameliorasi adalah perbuhan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru di
rasakan lebih baik dari arti sebelumnya. Contoh : (1) kata tunanetra di rasakan lebih
baik nilainya daripada buta. (2) kata gerombolan di rasakan lebih buruk nilainya
daripada sekelompok.
• Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru di rasakan
lebih rendah nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh : (1) kata bunting di rasakan lebih buruk nilainya daripada hamil. (2) kata
gerombolan di rasakan lebih buruk nilainya daripada sekelompok.
ergar
C. Pergeseran makna
1) Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat. Contoh :
• Aira menyikat giginya sampai bersih
• Pencuri itu menyikat habis barang-barang berharga di kantor itu.
20
saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi perguruan
tinggi indonesia).Hal.39
19
2) Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda
• Sayur itu rasanya pedas sekali
• Kata-katanya sangat pedas di dengar.
D.relasi makna
1) Homomin adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Contoh: bulan berarti (1) penyebutan periode dalam bulan, (2) satelit alam yang mengorbit pada
bumi.
2.) Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai pesamaan tulisan, tetapi berlainan
pengucapan dan arti. Contoh : serang berarti (1) gerakan tiba-tiba untuk menjatuhkan lawan (2)
nama daerah di provinsi Banten.
3) Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapa tetapi
berlainan tulisan dan arti. Contoh : sangsi berarti keraguan dan sanksi berarti hukuman.21
4) sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapannya, tetapi mempunyai arti
yang sama. Contoh : letih dengan capai
6) polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak makna. Contoh : kata darah yang mempunyai
arti cairan dalam tubuh dapat juga berarti saudara.
Diksi harus memperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata. Hal itu dilakukan agar diksi yang
kita gunakan tepat dan lazim. Lingkungan itu dapat kita lihat bedasarkan berikut.
21
saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi perguruan
tinggi indonesia).Hal 40
20
a. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosioleh contoh : kata
mati,wafat,meninggal dunia,tewas, atau mampus
b. Daerah atau geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek. Contoh : kereta dan motor
kita bedakan penggunannya berdasarkan letak geografinya.
c. Formal atau nonformal yang mengakibatkan bahasa baku atau tidak baku. Contoh :
kata makan,santap,dan mamah kita bedakan bedasarkan makna nya.
22
Beberapa butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya di perhatikan setiap orang agar bisa
mencapai ketepatan pilihan katanya itu.
22
saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi
perguruan tinggi indonesia).Hal.41
23
Keraf, G. (2006). DIKSI DAN GAYA BAHASA. Jakarta: PT Gramedia Putaka utama.Hal.88-89
21
5. Syarat-syarat kesesuaian diksi
1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi yang
formal
2) Gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang
umum .hendaknya penulis dan pembicara menggunakan kata-kata popular.
3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
4) Penulis atau pembaca sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5) Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan
6) Hindarilah ungkapan-ungkapan using (idiom yang mati)
7) Jauhkanlah kata-kata atau Bahasa yang artifisial24
24
Keraf, G. (2006). DIKSI DAN GAYA BAHASA. Jakarta: PT Gramedia Putaka utama.Hal.103-104
22
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah yang ingin di sampaikan penulis adalah bahwasanya diksi
merupakan pemilihan kata yang sangat berfungsi serta memperngaruhi perkataan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Diksi juga merupakan salah satu aspek kebahasaan yang perlu di perhatikan
oleh para masyarakat agar tidak salah makna serta pemakaiannya, karena apabila terjadi kesalahan
dalam pemilihan kata maka kata yang di ucapkan bisa saja berbeda makna, oleh karena itu perlu
di lakukan pendayagunaan serta penyesuaian dalam pemilihan kata agar kata yang di ucapkan tidak
terjadi nya kesalahan pengucapan, setelah itu perlu ada nya pemilihan yang bedasarkan alasan
alasan yang bermacam-macam sehingga kita mengetahui kapan serta bagaimana makna dari kata-
kata yang ingin kita gunakan tersebut, dengan memanfaatkan berbagai alasan maka dapat di
hasilkan pula kata yang cermat dan tepat, dan yang terakhir penting nya dalam pengetahuan
masyarakat soal istilah-istilah di karenakan istilah terbagi menjadi 2 yaitu umum dan khusus,
masyarakat harus mengetahui kapan dan situasi bagaimana istilah istilah itu dapat di pakai karena
apabila terjadi kesalahan dalam penggunaan maka di khawatirkan akan terjadi perbedaan makna
dalam pengertian suatu istilah-istilah dapat menimbulkan berbagai perbedaan pendapat.
3.2 Saran
Saran yang dapat di berikan penulis ialah agar masyarakat lebih mendalami lagi soal ilmu
pengetahuan bahasa indonesia khusus nya dalam ilmu pemilihan kata atau Diksi karena ilmu ini
berhubungan langsung komunikasi antar manusia satu sama lain sehingga pasti manusia selalu
berinteraksi di khawatirkan akan terjadinya pemilihan kata maka akan menimbulkan masalah baru
seperti perbedaan pendapat maka masyarakat khusus nya rakyat indonesia dapat saja terpecah
karena berbeda nya pendapat maka saya menyaranin agar masyarakat terus belajar dalam bahasa
indonesia sehingga secara tidak langsung masyarakat telah melestarikan bahasa indonesia
sehingga yang di khawatirkan ada nya perbedaan pendapat itu dapat terhindarkan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Afnita, & Iskandar, Z. (2019). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta:
KENCANA.
Keraf, G. (2006). DIKSI DAN GAYA BAHASA. Jakarta: PT Gramedia Putaka utama.
saputra, R. R. (2020). BAHASA INDONESIA. Banjarmasin: POLIBAN PRESS Anggota APPTI (Asosiasi
perguruan tinggi indonesia).
24