DOSEN PENGAMPUH :
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum Era islam, bangsa arab telah mengenal system waris yang menjadi
sebab berpindahnya hak kepemilikan atas harta benda atau hak-hak material
lainnya, dari seseorang yang meninggal kepada orang lain yang menjadi ahli
warisnya. Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai harta
benda dengan sebaik-baik dan seadil-adilnya. Agama Islam menetapkan hak milik
seseorang atas harta, baik laki-laki atau perempuan melalui jalan syara'. seperti
perpindahan hak milik laki-laki dan perempuan di waktu masih hidup ataupun
perpindahan harta kepada para ahli warisnya setelah ia meninggal dunia.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ahli waris ashabah ?
2. Apa saja macam-macam ashabah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. 'Ashabah
Ashabah adalah bentuk jama' dari kata عاصبyakni ahli waris yang
mendapat harta warisan dengan bagian yang tidak ditentukan.1 Sedangkan ahli
faroid mendefinilkan 'ashabah yaitu setiap orang yang mendapat seluruh harta
jika berada sendirian dan mendapat sisanya setelah Ashabul furudh mendapat
bagian mereka yang telah ditentukan.2 Jika ahli waris mayit hanya mereka,
maka mereka mengambil semua harta, dan apabila bersama mereka ini ada ahli
waris yang mendapat bagian furudh, maka mereka mengambil sisa harta
setelah bagian furudh diberikan. Namun jika harta tidak tersisa, maka mereka
tidak mendapat apa-apa.3
Dalam pembagian sisa harta warisan, ahli waris yang terdekatlah yang
lebih dahulu menerimanya. Konsekuensinya adalah, ahli waris yang peringkat
kekerabatannya dibawah tidak mendapatkan bagian. Hal ini berdasarkan hadist
Rasulullah :
1
1. Muhammad bin Shahil al-'Utsaimin, Panduan Praktis Hukum Waris, (Bogor, Pustaka Ibnu
Katsir, 2009) hlm. 96
2
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ilmu Hukum Wris Menurut ajaran Islam, (Surabaya, Mutiara Ilmu,
2010) hlm.55
3
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Waris Islam (Jakarta, Sinar Grafika, 2007) hlm 99
menghabiskan seluruh kalau ahli waris yang ditentukan bagiannya sudah
mengambil apa yang menjadi haknya.
A. Macam-macam 'Ashabah
Ashabah terbagi menjadi 2 bagian yaitu "Ashabah Nasabiah dan
Ashabah Sababiyah. Nasabiah adalah ashabah yang disebabkan oleh nasab.
Sedangkan ashabah Sababiah adalah ashabah yang disebabkan pembebasan
budak.4
I. Ashabah Nasabiah
4
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op. Cit, hlm 57
✓ Anak laki-laki paman se ayah
✓ Mu'tiq atau mu'tiqah (orang laki-laki atau perempuan
SSSSSSSSSSSSSSSSyang memerdekakan hamba sahaya).5
"Ashabah bin nafsh mempunyai empat arah dan derajat kekuatan hak
warisnya sesuai urutannya. Hingga salah satunya secara tunggal (sendirian)
menjadi ahli waris seorang yang meninggal dunia, maka ia berhak mengambil
seluruh warisan yang ada. Namun bila ternyata pewaris mempunyai ahli waris dari
'ashabul furudh, maka sebagai ashabah mendapat sisa harta setelah dibagikan
kepada ashabul furudh. Dan bila setelah dibagikan kepada 'ashabul furudh ternyata
tidak ada sisa, maka para 'ashabah tidak mendapat bagian.
Adapun bila para 'ashabah bin nafsh lebih dari satu orang, maka cara
penarjihannya (pengunggulannya) sebagai berikut:
Apabila ada suatu keadaan pembagian waris terdapat beberapa 'ashabah bin nafs,
maka pengunggulannya di lihat dari segi arah. Arah anak lebih didahulukan.
dibanding yang lain. Anak akan mengambil seluruh harta peninggalan yang ada,
atau akan menerima sisa harta waris setelah dibagikan kepada 'ashabul furudh
bagian masing-masing. Apabila anak tidak ada, maka cucu laki-laki dari keturunan
anak laki-laki dan seterusnya. Sebab cucu akan menduduki posisi anak bila anak
5
Ahmad Rofiq, Op., Cit
6
6. Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, Op. Cit, hlm 101
tidak ada. Misalnya, seseorang wafat dan meninggalkan anak laki-laki, ayah, dan
saudara kandung. Dalam keadaan demikian, yang menjadi 'ashabah adalah anak
laki-laki. Sebab arah anak lebih didahulukan dari pada arah yang lain. Sedangkan
ayah termasuk ashabul furudh karena mewarisi bersama-sama dengan anak laki-
laki. Sementara itu, saudara kandung laki-laki tidak mendapatkan waris
dikarenakan arahnya lebih jauh.
Apabila dalam suatu keadaan pembagian waris terdapat 'ashabah bin nafs,
kemudian merekapun dalam satu arah, maka penarjihannya dengan melihat derajat
mereka, siapakah diantara mereka yang paling dekat pada pewaris. Sebagai misal,
seseorang wafat dan meninggalkan anak dan cucu keturunan anak laki-laki. Dalam
hal ini hak warisnya secara 'ashabah diberikan kepada anak, sedangkan cucu tidak
mendapatkan bagian apapun. Sebab, anak lebih dekat kepada pewaris dibandingkan
cucu laki-laki.
Bila dalam suatu kedaan pembagian waris terdapat banyak ashabah bin nafsi yang
sama dalam arah dan derajatnya, maka penarjihannya dengan melihat manakah
diantara mereka yang paling kuat kekerabatannya dengan pewaris. Misal: saudara
kandung lebih kuat dari pada seayah, paman kandung lebih kuat dari pada paman
seayah, anak dari saudara kandung lebih kuat dari pada anak dari saudara seayah
dan seterusnya. Dalam hal ini hanya digunakan untuk arah saudara dan arah paman.
2. 'Ashabah bil ghair
Yaitu ahli waris yang menerima bagian dari sisa karena bersama-
sama dengan ahli waris yang telah menerima bagian sisa apabila ahli
waris penerima sisa tidak ada maka ia tetap menerima bagian tertentu.
Ahli waris penerima 'ashabah bil ghair tersebut terdiri dari:
7
Suhrawardi K.Lubis, Op.Cit hlm 100
tidak menjadi ashabah bil ghair, karena kedudukan derajat mereka tidak
sama. Anak perempuan dari anak laki-laki jihatnya adalah bunuwwah,
sedangkan saudara sekandung jihatnya adalah ukhuwwah.
3. Orang yang meng-ashabah-kan (muasib) harus sama derajatnya dengan
perempuan yang mempunyai bagian tetap (ashabul furud). Oleh karena
itu, cucu perempuan dari anak laki-laki bila ia mewarisi bersama
dengan anak laki-laki, tidak dapat menjadi ashabah bil ghair
sebagaimana halnya saudari kandung bila bersama-sama anak laki-laki
saudara kandung. Dalam contoh terakhir, saudara kandung mendapat
bagian, kemudian sisanya yaitu ½ di berikan kepada anak laki-laki
saudara sekandung secara ashabah.
4. Adanya persamaan kekuatan kerabat antara perempuan ashabul
furuddengan muasib-nya. Saudari kandung yang mempunyai (yang
mempunyai dua jurusan kekerabatan) bila bersama-sama dengan
saudara seayah (yang hanya mempunyai satu jurusan kekerabatan)
tidak dapat menjadi ashabah bil ghair, kecuali cucu perempuan dari
anak laki-laki yang dapat menjadi ashabah bil ghair dengan cucu laki-
laki dari anak laki-laki yang lebih rendah derajatnya, bila ia di butuhkan
oleh cucu perempuan tersebut untuk memperoleh warisan."8
8
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Cet: III, Bandung, Pustaka Setia, 2006) hlm 89-90
berdasarkan ketentuanfurudh, istri mendapatkan 1/8 bagian
berdasarkan ketentuan furudh, dan paman mendapatkan sisanya
ashabah.
c. Seseorang wafat meninggalkan ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak
perempuan dalam hal ini, ayah memperoleh 1/6 bagian berdasarkan
ketentuan furdh, ibu memperoleh 1/6 bagian berdasarkan ketentuan
furudh,dan anak laki-laki dan anak perempuan mendapatkan sisanya
sebagaiashabah dengan ketentuan bagian kali-laki adalah dua kali
lipat bagian perempuan.9
9
M. Thaha Abul Ela Khalifah, Hukum Waris, (Cet. 1 Solo, Tiga Serangkai, 2007) hlm.409
• Ibu 1/6
10
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.Cit., hlm 62-65
Contoh kasus 1:
Contoh kasus 2:
Seorang wanita wafat meninggalkan suami, ibu, dua anak
perempuan, dan saudara perempuan scayah, dalam hal ini suami
memperoleh dari harta warisan, ibu memperoleh 1/6 dari harta
warisan, dua anak perempuan memperoleh 2/3 bagian. Dari contoh
diatas dapat diketahui bahwa ashabah ma al ghair memiliki dua
kondisi dalam warisan:
B. Ashabah sababiyah
11
Dian Khairul Umam, Op.Cit.,hlm 94-95
ВАВ Ш
PENUTUP
D. Kesimpulan
Macam-macam Ashabah
1. Ashabah bi nafsi
2. Ashabah bi al-ghair
3. Ashabah ma'al-ghair
Ash Shabuni, Ali. 2010. Ilmu hukum waris menurut ajaran islam. Surabaya
Mutiara Ilmu
Rofiq, Ahmad. 1993.fiqih waris. Jakarta: Raja Grafindo Persada Utsaimin, Shahil,
2009. Panduan Praktis, fiqih waris, Bogor Pustaka Ibnu Katsir