Menurut istilah, warisan adalah perpindahan berbagai hak dan kewajiban tentang
kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup. Ilmu yang
mempelajari tentang warisan ini disebut Mawaris. Di kalangan ahli fikih, ilmu mawaris lebih
populer dengan nama faraid. Hal ini disebabkan ilmu mawaris lebih banyak membicarakan
hak-hak ahlo waris yang telah ditentukan kadarnya secara pasti.
ۗ ك ْال َوا ل ِٰد ِن َوا اْل َ ْق َرب ُْو َن ِممَّا َق َّل ِم ْن ُه اَ ْو َك ُث َر
َ ك ْال َوا ل ِٰد ِن َوا اْل َ ْق َرب ُْو َن ۖ َولِل ِّن َسٓا ِء َنصِ يْبٌ ِّممَّا َت َر
َ لِلرِّ َجا ِل َنصِ يْبٌ ِّممَّا َت َر
َنصِ ْيبًا َّم ْفر ُْوضًا
"Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 7)
Sabda Rasulullah yang artinya, “Pelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada manusia,
karena faraid adalah separuh dari ilmu dan akan dilupakan. Faraidlah ilmu yang pertama kali
dicabut dari umatku. (HR. Ibnu Majah dan Daruqutni)
3. Sebab Waris-Mewarisi
A. Karena Hubungan Keluarga
Dilihat dari penermanya, hubungan keluarga ini dapat dibagi menjadi tiga berikut.
1) Ashabul Furud, yaitu orang-orang yang mempunyai hubungan darah dan mendapat
bagian tertentu.
2) Asabah Nasabiah, yaitu orang-orang yang mempunyai hubungan darah dan
menerima sisa dari Ashabul Furud.
3) Zawil Arham, yaitu kerabat yang agak jauh nasabnya.
B. Karena hubungan pernikahan.
C. Karena hubungan agama (Islam).
D. Karena hubungan wala’ (hubungan kekeluargaan nonkandung).
4. Hal-Hal yang Menghalangi Waris-Mewarisi
Ahli waris tidak akan mendapatkan warisan apabila pada saat pembagian berkedudukan
sebagai berikut.
A. Pembunuh, yaitu apabila ahli waris membunuh pewaris. Rasulullah bersabda, ‘Tidak
berhak si pembunuh mendapat sesuatu pun dari harta warisan.’ (HR. An-Nasa’I dengan
Isnad yang sahih)
B. Berbeda Agama. Orang kafir tidak berhak menerima warisan dari keluarganya demikian
pula sebaliknya. Rasulullah bersabda, “Orang Islam tidak mewarisi orang kafir, demikian
pula orang kafir tidak mewarisi orang islam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
C. Hamba Sahaya.
D. Murtad. Orang yang murtad tidak mendapatkan warisan dari keluarganya yang
beragama.
5. Ahli Waris
Kita mengenal 25 orang ahli waris, 15 pria dan 10 wanita. Apabila ahli waris pria
seluruhnya ada, yang berhak mendapat bagian hanya tiga orang, yaitu bapak, anak, dan
suami. Adapun untuk ahli waris wanita jika seluruhnya ada, yang berhak mendapat bagian
hanya lima orang, yaitu istri, anak perempuan, ibu, saudara perempuan sekandung, dan
saudara perempuan seibu.
Berdasarkan ketentuan perolehan atau bagiannya, ahli waris dapat digolongkan menjadi
dua berikut
1. Asabah
Asabah adalah ahli waris yang bagian penerimaannya tidak ditentukan, tetapi menerima
dan menghabiskan sisanya. Apabila yang meninggal itu tidak mempunyai Ahli Waris yang
mendapat bagan tertentu (Zawil Furud), maka harta peninggalan itu semuanya diserahkan
kepada asabah. Akan tetapi apabila ada di antara Ahli Waris yang mendapat bagian
tertentu, maka sisanya menjadi bagian asabah yang dibagi menjadi tiga macam, berikut.
a. Asabah Bilgair
Perempuan bisa menjadi asabah dengan ketentuan berikut.
1) Anak Laki-Laki dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi asabah
dengan ketentuan bahwa untuk laki-laki mendapat bagian dua kali lipat
perempuan.
2) Cucu Laki-laki dari anak Laki-Laki dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi asabah.
3) Saudara Laki-laki sekandung dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi asabah.
4) Saudara Laki-laki sebapak juga dapat menarik saudaranya yang perempuan
menjadi asabah.
Keempat macam asabah di atas dinamakan asabah bilgair (asabah dengan
sebab orang lain). Jika Ahli Waris yang ditinggalkan dua orang saudara atau lebih, maka
cara pembagiannya untuk saudara Laki-Laki dua kali lipat Perempuan. (QS.An−Nisa’ :
176)
b. Asabah Ma’algair
Asabah ma’algair (Asabah bersama orang lain). Asabah ini hanya dua macam berikut.
1) Saudara perempuan sekandung apabila Ahli Warisnya saudara perempuan
sekandung (Seorang atau Lebih) dan Anak Perempuan (Seorang atau Lebih),
maka Saudara Perempuan menjadi Asabah Ma’algair. Sesudah Ahli Waris
yang lain mengambil bagian masing-masing, sisanya menjadi bagian saudara
perempuan tersebut.
2) Saudara Perempuan sebapak apabila Ahli Waris Saudara Perempuan Sebapak
(Seorang atau Lebih) dan Anak Perempuan (Seorang atau Lebih), maka
saudara perempuan menjadi Asabah ma’algair. Jadi, Saudara Perempuan
sekandung atau sebapak dapat menjadi Asabah Mal’algair apabila mereka
tidak mempunyai saudara laki-laki. Akan tetapi, apabila mereka mempunyai
saudara Laki-Laki maka kedudukannya berubah menjadi asabah bilgair
(Saudara perempuan menjadi asabah karena ada saudara Laki-Laki).
c. Asabah Binafsih
Asabah Binafsih adalah asabah yang berhak mendapat semua harta atau semua
sisa, diatur menurut susunan berikut.
1) Anak Laki-Laki.
2) Cucu Laki-Laki dari anak Laki-Laki dan terus ke bawah, asal pertaliannya masih
terus Laki-Laki.
3) Bapak.
4) Kakek dari pihak bapak dan terus ke atas, asal pertaliannya belum putus dari
pihak bapak.
5) Saudara Laki-Laki sekandung.
6) Saudara Laki-Laki Sebapak.
7) Anak Saudara Laki-Laki kandung.
8) Anak Saudara Laki-Laki sebapak.
9) Paman yang sekandung dengan bapak.
10) Paman yang sebapak dengan bapak.
11) Anak Laki-Laki paman yang sekandung dengan bapak.
12) Anak Laki-Laki paman yang sebapak dengan bapak.
13) Laki-laki atau perempuan yang memerdekakan (Budak).
Zawil Furud adalah ahli waris yang perolehan harta warisannya sudah
ditentukan dali Al-Qur’an dan Hadits (QS. An-Nisa’ : 11 – 12 dan 176). Dari ayat Al-
Qur’an tersebut, dapat diuraikan orang yang mendapat bagian seperdua, seperempat,
dan seterusnya.
1
a. Ahli Waris yang mendapat sebagai berikut.
6
1) Ibu, apabila anaknya yang meninggal itu mempunyai anak atau cucu (dari
anak laki-laki) atau mempunyai saudara-saudara (laki-laki atau
perempuan) yang sekandung, yang sebapak atau seibu.
2) Bapak, apabila anaknya yang meninggal mempunyai anak atau cucuk (laki-
laki atau perempuan) dari anak Laki-Laki.
1
3) Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak). Nenek mendapat apabila ibu
6
tidak ada. Jika nenek dari pihak bapak dan ibu masih ada, maka keduanya
1
mendapat bagian yang sama dari bagian yang itu.
6
4) Cucu perempuan (seorang atau lebih) dari laki-laki apabila orang yang
mennggal mempunyai anak tunggal. Akan tetapi, apabila anak perempuan
lebih dari seorang, maka cucu perempuan tidak mendapat apa-apa.
5) Kakek apabila orang yang meninggal mempunyai anak atau cucu (dari
anak laki-laki), sedangkan bapaknya tidak ada.
6) Seorang Saudara (Laki-Laki atau Perempuan) yang seibu
7) Saudara Perempuan yang sebapak (Seorang atau Lebih) apabila
saudaranya meninggal itu mempunyai seorang saudara perempuan
kandung.
1
b. Ahli Waris yang Mendapat sebagai berikut.
3
1) Ibu, apabila anaknya yang meninggal tidak mempunyai anak atau cucu,
atau dia tidak mempunyai saudara-saudara (laki-laki atau perempuan)
yang sekandung, yang sebapak atau yang seibu.
2) Dua Orang Saudara atau lebih (Laki-Laki atau Perempuan) yang seibu
apabila tidak ada anak atau cucu atau anak.
2
c. Ahli Waris yang Mendapat sebagai berikut.
3
1) Dua orang anak perempuan atau lebih apabila tidak ada anak Laki-Laki
(Menurut sebagian besar Ulama).
2) Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak Laki-Laki apabila anak
perempuan tidak ada (Dikiaskan kepada Anak Perempuan).
3) Dua Orang Saudara Perempuan atau lebih yang sekandung (seibu
sebapak).
4) Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sebapak.
1
d. Ahli Waris yang mendapat , yaitu istri (seorang atau lebih) apabila suam
8
mempunyai anak atau cucu dari anak Laki-Laki.
1
e. Ahli Waris yang mendapat sebagai berikut.
4
1) Suami apabila istrinya mempunyai anak atau cucu dari anak Laki-Laki
2) Istri (Seorang atau Lebih) apabila suaminya tidak mempunyai Anak atau
cucu dari Anak Laki-Laki.
1
f. Ahli Waris yang mendapat sebagai berikut.
2
1) Anak Perempuan Tunggal.
2) Cucu perempuan tunggal dari anak Laki-Laki
3) Saudara Perempuan tunggal yang sekandung
Latihan Soal
2.
Bila kita melihat makna yang terkandung dalam hadits di atas, maka talak hukumnya . . . .
A. makruh
B. jaiz
C. sunat
D. mubah
E. haram
3. Diantara sebab jatuhnya talak adalah bila seorang suami menuduh istrinya berbuat zina dengan
sumpah dan istrinya menolak tuduhan tersebut dengan sumpah pula. Istilah ini disebut ....
A. zihar
B. khuluk
C. ila’
D. fasakh
E. li’an
4. Isteri yang ditalak atau dicerai mati, serta belum dicampuri suaminya maka ....
7. Apabila ada seorang suami yang mentalak bain isterinya yang hamil, maka isteri mendapat ....
8. Menurut ajaran Islam, yang lebih kita utamakan dalam memilih pasangan hidup adalah ....
A. agama dan pendidikan
9. Sementara itu bagi orang yang telah berhasrat tetapi belum mempunyai bekal untuk memberi
nafkah, hukum nikah atasnya adalah ....
A. wajib
B. mubah
C. sunnah
D. haram
E. makruh
10. Kalau nikah ditujukan semata-mata hanya kepada kepuasan biologis, maka akan timbul dampak
negatif sebagai berikut, kecuali ....
11. Rukun nikah adalah suatu perkara yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan nikah, jika tidak maka
nikahnya tidak sah. Rukun nikah itu adalah sebagai berikut, kecuali ....
A. calon suami
B. calon istri
C. ijab kabul
D. 2 orang saksi
12. Pernikahan berstatus sah jika antara lain ada walinya. Adapun orang yang sah menjadi wali pengatin
wanita sebagai berikut, kecuali ....
14. Kewajiban immaterial suami terhadap istrinya adalah sebagai berikut, kecuali ....
A. secara patut
B. secara benar
C. menurut kesenanganmu
D. secara sederhana
16. Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan nikah adalah …..
17. Syarat sahnya ijab kabul adalah sebagai berikut, kecuali ....
Dari pernyataan-pernyataan tersebut wanita yang haram di pinang dengan cara sindiran dan terus
terang adalah :
A. 1, 2 dan 3
B. 2, 4 dan 5
C. 1, 3 dan 5
D. 2, 3, 4 dan 5
E. 2, 3 dan 4
19. Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya dengan jalan tebusan dari fihak istri, baik dengan jalan
mengembalikan mas kawin atau dengan memberikan sejumlah uang yang disetujui oleh mereka berdua
disebut ….
A. khulu’
B. ila’
C. fasakh
D. dzihar
E. li’an
20. Berikut ini adalah termasuk kewajiban suami dalam kehidupan berumah tangga, kecuali ….
21. Sebagai seorang yang beriman hendaknya menikah jika sudah ada kesanggupan dan kemauan.
Perintah menikah termakjub dalam Alquran surah An Nisa [4] ayat ….
a. 3
b. 4
c. 5
d. 7
e. 9
22. Tujuan pernikahan sering diungkapkan dengan istilah sakinah, mawadah, dan rahnah. Maksud dari
sakinah adalah ….
a. cinta kasih
b. kasih sayang
c. persaudaraan
e. kekeluargaan
23. Rasulullah saw. bersabda bahwa nikah itu termasuk sunah, barang siapa tidak melakukan sunahku
maka ….
24. Jika calon sitri, tidak punya ayah, maka yang paling berhak menjadi wali adalah ….
a. ayah tiri
e. saudara laki-laki
25. Hal-hal berikut ini merupakan rukun dalam pelaksanaan pernikahan, kecuali ….