Anda di halaman 1dari 18

AHLI WARIS & BAGIANNYA DALAM

KOMPILASI HUKUM ISLAM SERTA


PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM
ISLAM KLASIK

KELOMPOK 14
NAZILATUR RIZQIYYAH
DAVA MAULANA WAHDAH
Ahli waris dan bagian-bagiannya dalam kompilasi hukum islam

• Kriteria sebagai ahli waris tercantum di dalam Undang-undang


Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171 huruf c yang berbunyi :
“Ahli waris ialah orang yang pada saat meninggal dunia
mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan
pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum
untuk menjadi ahli waris” Dari Pasal 174, 181, 182 dan 185 KHI
dapat dilihat bahwa ahli waris terdiri atas :
• 1.Ahli waris laki-laki, ialah ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki,
paman, kakek dan suami.
• 2.Ahli waris perempuan, yaitu ibu, anak perempuan, saudara
perempuan, nenek dan isteri.
• 3.Ahli waris yang dimungkinkan sebagai ahli waris pengganti
adalah seperti cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki
atau perempuan.
• Jadi menurut Kompilasi Hukum Islam, ahli waris adalah seseorang
yang dinyatakan mempunyai hubungan kekerabatan baik hubungan
darah (nasab), hubungan sebab semenda atau perkawinan dan
beragama Islam serta tidak terhalang mewarisi seperti yang
disebutkan di dalam pasal 173 KHI.
• hukum waris Islam membagi ahli waris menjadi dua macam, yaitu :
• 1)Ahli waris nasabiyah, yaitu ahli waris yang hubungan
kekeluargaannya timbul karena adanya hubungan darah. Maka
sebab nasab menunjukkan hubungan kekeluargaan antara pewaris
dengan ahli waris.
• 2)Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul
karena sebab tertentu, yaitu :
• a.Al mushoharoh yaitu perkawinan yang sah
• b.Memerdekakan hamba sahaya (al wala’) atau karena adanya
perjanjian tolong menolong
Bagian-bagian ahli waris dalam KHI
• penjelaskan kedudukan dan mengatur besarnya bagian ahli waris dirinci secara
detail dalm pasal 176 - 182.
• a. Pasal 176 Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh bagian, bila
dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan
apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak
laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan.
• b. Pasal 177 Ayah mendapat sepertiga bagian bila pewaris tidak meninggalkan
anak, bila ada anak, ayah mendapat seperenam bagian.
• c. Pasal 181 Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka
saudaralaki-laki dan saudara perempuan seibu masing-masing mendapat
seperenambagian (1/6) . Bila mereka itu dua orang atau lebih maka mereka
bersama-samamendapat sepertiga bagia 1/3 .
• d. Pasal 182 Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan ayah dan anak, sedang
iamempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah maka ia
mendapatseparuh (½) bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama
dengansaudarah perempuan kandung seayah dua orang atau lebih, maka
merekabersama-sama mendapat dua pertiga (2/3) bagian.Bila saudara permpuan
tersebut bersama-sama dengan saudara laki-lakikandung atau seayah, maka bagian
dari saudara laki-laki dua berbanding satudengan saudara permpuan”.
AHLI WARIS DALAM HUKUM ISLAM KLASIK

• Jika dikalkulasi secara keseluruhan, ahli waris


dalam fiqih klasik dibagi menjadi 22 pihak,
yaitu sebagai berikut
• 1. Anak Laki-laki • 13. Keponakan (anak saudara
seayah-ibu)
• 2. Anak Perempuan • 14. Keponakan (anak saudara
• 3. Istri seayah)
• 4. Suami • 15. Paman (saudara ayah seayah-
ibu)
• 5. Ayah
• 16. Paman (saudara ayah seayah)
• 6. Ibu • 17. Sepupu (anak laki-laki paman
• 7. Kakek (ayahnya ayah) seayah-ibu)
• 8. Nenek (ibunya ayah) • 18. Sepupu (anak laki-laki paman
seayah)
• 9. Saudara seayah-ibu
• 19. Cucu Laki-laki
• 10. Saudari seayah-ibu • 20. Cucu Perempuan
• 11. Saudara seayah • 21. Nenek (ibunya ibu)
• 12. Saudari seayah • 22. Saudara atau Saudari Seibu
BAGIAN AHLI WARIS MENURUT FIQIH KLASIK
• Ditinjau dari segi hak atas harta warisan, maka ahli waris terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu dzawil furudh, ‘ashabah, dzawil arham dengan penjelasan sebagai
berikut:
• A. Ahli Waris Dzawil Furudh (ashab Furudh)
Didalam al-Qur’an dan hadits Nabi disebutkan bagian-bagian tertentu dan disebutkan
pula ahli-ahli waris dengan bagian tertentu itu. Bagian tertentu itu dalam al-Qur’an
yang disebut furudh adalah dalam bentuk angka pecahan yaitu ½, ¼, 1/8, 1/6, 1/3,
dan 2/3. Para ahli waris yang mendapat menurut angkaangka tersebut dinamai ahli
waris dzawil furudh.
• Furudh ½. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah:
- Anak perempuan bila ia hanya seorang diri saja
- Saudara perempuan bila (kandung atau seayah) ia hanya seorang saja
- Suami, bila pewaris tidak ada meninggalkan anak.
• Furudh 1/4 . Ahli waris yang menerima furudh ini adalah:
- Suami, bila pewaris (istri) meninggalkan anak
- Istri, bila pewaris (suami) meninggalkan anak
• Furudh 1/8. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah, istri, bila pewaris
meninggalkan anak
• Furudh 1/6. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah:
- Ayah, bila pewaris anak
- Kakek, bila pewaris tidak meninggalkan anak
- Ibu, bila pewaris meninggalkan anak
- Ibu, bila pewaris meninggalkan beberapa saudara
- Nenek, bila pewaris tidak ada meninggalkan anak
- Seorang saudara seibu laki-laki atau perempuan.
• Furudh 1/3. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah:
- Ibu, bila ia mewarisi bersama ayah dan pewaris tidak meninggalkan anak
atau saudara
- Saudara seibu laki-laki atau perempuan, bila terdapat lebih dari seorang.
• Furudh 2/3.
Ahli waris yang menerima furudh ini adalah:
- Anak perempuan bila ia lebih dari dua orang
- Saudara perempuan kandung atau seayah, bila ia dua orang atau lebih.
• B. Ahli waris ‘ashabah
‘Ashabah adalah anak laki-laki dari kaum kerabat dari pihak bapak.
Adapun ahli waris yang berkedudukan sebagai ‘ashabah itu tidak berlaku
baginya ketentuan yang telah diterangkan terlebih dahulu (dzawil furudh).
Apabila seseorang meninggal tidak mempunyai ahli waris yang
memperoleh bagian tertentu (dzawil furudh), maka harta peninggalan itu,
semua diserahkan kepada ‘ashabah. Akan tetapi, apabila ada di antara
ahli waris mendapat bagian tertentu, maka sisanya menjadi
bagian’ashabah. Para ‘ashabah yang berhak mendapat semua harta atau
semua sisa, diatur menurut susunan, yaitu:
- Anak laki-laki
- Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah asal saja
pertaliannya masih terus lakilaki
- Bapak
- Kakek dari pihak bapak dan terus ke atas, asal saja pertalian belum putus
dari pihak bapak
- Saudara laki-laki sekandung
- Saudara laki-laki sebapak
- Anak saudara laki-laki kandung
LANJUTAN....

-Anak saudara laki-laki sebapak


- Paman yang sekandung dengan bapak
- Paman yang sebapak dengan bapak
- Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
- Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak.

‘Ashabah ada tiga macam, yaitu:

1. Ashabah bi al-nafsi adalah setiap anak laki-laki yang dalam nisbatnya dengan
si mayit tidak dimasuki oleh wanita. Ia memmbutuhkan orang lain,
penerimaanya adalah penerima ‘ashabah dalam segala bentuk dan keadaan.
Penerima ‘ashabah bi al-nafsi adalah yang paling dekat dalam menerima
warisan. Jika ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari anak laki-laki dan
perempuan, maka mereka mengambil semua harta maupun semua sisa. Cara
pembagiannya adalah, untuk anak laki-laki mendapat dua kali lipat bagian anak
perempuan.
2. Ahsabah bi al-ghoir adalah ‘ashabah dengna sebab
orang lain. Perempuan juga bisa menjadi ‘ashabah dengan
sebab berikut:
Anak perempuan, akan menjadi 'ashabah bila
bersamaan dengan saudara laki-lakinya (yakni anak laki-
laki). Cucu perempuan keturunan anak laki-laki akan
menjadi 'ashabah bila bersama dengan saudara lakilakinya,
atau anak laki-laki pamannya (yakni cucu laki-laki keturunan
anak laki-laki), baik sederajat dengannya atau bahkan lebih
di bawahnya. Saudara kandung perempuan akan menjadi
'ashabah bila bersama saudara kandung laki-laki. Saudara
perempuan seayah akan menjadi ashabah bila bersamaan
dengan saudara lakilakinya.
3. ‘Ashabah ma’a al-ghoir adalah ‘ashabah bersama orang lain.
‘Ashabah ini hanya dua macam, yaitu:
Saudara perempuan sekandung. Apabila ahli warisnya saudara
perempuan sekandung (seorang atau lebih) dan anak perempuan
(seorang atau lebih), atau perempuan sekandung dan cucu
perempua (seorang atau lebih), maka saudara perempuan
menjadi ‘ashabah ma’a al-ghair. Sesudah ahli waris yang lain
mengambil bagian masingmasing. sianya menjadi bagian saudara
perempuan
tersebut. Saudara perempuan sebapak. Apabila ahli warisnya
saudara sebapak (seorang atau lebih) dan anak perempuan
(seorang atau lebih), atau saudara perempuan sebapak atau cucu
perempuan (seorang atau lebih), maka saudara perempuan
menjadi
‘ashabah ma’a al-ghair.
C. Ahli waris dzawil arham, yaitu kerabat-
kerabat pewaris yang bukan termasuk dzawil
furudh atau ‘ashabah, baik dari kalangan
wanita seperti bibi dari garis ayah, bibi dari
garis ibu,dan anak perempuan
saudara laki-laki atau dari kalangan laki-laki
yang antara mereka dan pewaris ada
perempuan seperti ayah dari ibu, anak-anak
saudara perempuan dan anak-anak dari anak
perempuan.
LANJUTAN...
• Dilihat dari segi hubungan jauh dekatnya kekerabatan yang
menyebabkan yang dekat menghalangi yang jauh, ahli waris dapat
dibedakan menjadi:
Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya
menghalangi hak waris ahli waris yang jauh hubunganya. Contohnya,
anak laki-laki menjadi penghalang bagi saudara perempuan Ahli waris
mahjub, yaitu ahli waris yang jauh hubungan kekerabatannya terhalang
untuk mewarisi.
Ahli waris yang dihijab oleh sebagian ahli waris, yaitu sebagai berikut:
Kakek tidak mendapat warisan, selama ada bapak dan nenek (ibu dari
ibu atau ibu dari bapak), tidak mendapat warisan selama ibu. Cucu laki-
laki dari anak laki-laki tidak mendapat warisan, selama ada anak laki-laki.
Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) tidak
mendapat warisan selama ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-
laki dan bapak.
LANJUTAN...
• Saudara sebapak (laki-laki atau perempuan) tidak mendapat warisan selama ada
anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak dan saudara laki-laki kandung.
Saudara seibu (laki-laki atau perempuan) tidak mendapat warisan selama ada anak
(laki-laki atau perempuan), cucu (laki-laki atau perempuan), bapak dan kakek.
Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung tidak mendapat warisan. selama ada
anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara lakilaki
kandung dan saudara laki-laki sebapak.
Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak tidak mendapat warisan, selama ada anak
laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara lakilaki sekandung,
saudara laki-laki sebapak dan anak laki-laki saudara laki-laki kandung.
Paman sekandung dengan bapak tidak mendapat warisan, selama ada anak laki-
laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,
saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki saudara laki-laki sekandung dan anak laki-
laki saudara laki-laki sebapak. Paman yang sebapak dengan bapak tidak mendapat
warisan, selama ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek,
saudara lakilaki sekandung, saudara laki-laki sebapak dan anak laki-laki saudara
laki-laki sebapak, anak laki-laki saudara laki-laki sebapak dan paman yang
sekandung dengan bapak.
LANJUTAN...
• Anak laki-laki paman yag sekandung dengan bapak tidak mendapat
warisan, selama ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki,
bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak
dan anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki saudara
laki-laki sebapak, paman yang sekandung dengan bapak dan paman
yang sebapak dengan bapak.
Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak tidak mendapat
warisan, selama ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki,
bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak
dan anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki saudara
laki-laki sebapak, paman yang sekandung dengan bapak dan paman
yang sebapak dengan bapak.
Cucu perempuan dari anak laki-laki tidak mendapat warisan,
selama adaanak laki-laki dan dua orang anak perempuan atau lebih.
LANJUTAN...
• Ahli waris yang tidak pernah terhijab hirman
adalah:
- Anak laki-laki
- Anak perempuan
- Ayah
- Ibu
- Suami dan
- Istri.
• Para ahli waris yang terhijab nuqshan ialah:
- Suami, ½ dapat menjadi ¼ karena far’u waris
- Istri, ¼ dapat menjadi 1/8 karena far’u waris
- Ibu, 1/3 dapat menjadi 1/6 karena far’u waris
- Cucu perempuan, ½ menjadi 1/6 ada far’u waris yang dekat, yakni adanya anak
perempuan tanpa adanya anak laki-laki (jika ada terhijab hirman)
- Saudara perempuan seayah, ½ dapat menjadi 1/6 karena adanya saudara
perempuan.
‫خالص‬
‫وهللا أعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai