KOMPETENSI DASAR :
Kata ashabah merupakan jamak dari ﻋﺎﺼﺐyang berarti kerabat seseorang dari
antara lain sebagai mana yang dikemukakn Rifa’I Arif. Dalam pengertian lain
ashabah adalah bagian sisa setelah diberikan kepada ahli waris ashbul al-furud.
Sebagai ahli waris penerima bagian sisa, ahli waris ashabah terkadang
sedikit, tetapi terkadang tidak menerima bagian sama sekali, karena telah habis
Didalam pembagian sisa harta bwarisan, ahli waris yang memiliki hubungan
Rasulullah saw:
ﺃﻠﺤﻴﻗﻭﺍﺍﻠﻔﺮﺍﺋﺾﺑﺄﻫﻠﻬﺎﻔﻤﺎﺑﻗﻰﻗﻸﻮﻠﻰﺮﺠﻞﺬﻜﺮ
sisanya untuk ahli waris laki-laki yang utama. (HR. Mutafak Ilaihi)
pendahuluan ada yang yang tidak mempunyai bagian tertentu dengan kata lain
tidak ditegaskan baik dalam al-Qur’an maupun Asunnah, ahli waris yang
demikian ini dinamakan dengan ashabah. Ahli waris ashabah ini menunggu
sisa pembagian dari ahli waris yang telah ditentukan bagiannya, dan
keistimewaan ashabah ini dapat mengabisi seluruh, kalau ahli waris yang
Ashabah secara umum terbagi menjadi dau yaitu ashabah nasabiyah ( ashabah
ahli waris ashabah nasabiyah ada tiga macam yakni sebagai berikut:
1. Ashabah bi nafsi
Yaitu ahli waris yang karena kedudukan dirinya sendiri berhak menerima
bagian ashabah, ahli waris kelompok ini semuanya laki-laki, kecuali mu’tiqah
1) Anak laki-laki
3) Bapak
9) Paman sekandung
hamba sahaya).
Dalam pengertian lain ashabah bi nafsi adalah setiap laki-laki yang antara
dia dan si mayyit tidak ada ahli waris perempuan, atau yang langsung
berlangsung dengan si mayyit tanpa ada hubungan ahli waris perempuan. Dalil
artinya “….. jika yang meninggal itu tidak memiliki anak dan ia diwarisi oleh
kedua orang tuanya (ibu bapak) maka ibu memperoleh 1/3 (QS. An-Nisa’: 11).
Kondisi ahli waris ashabah bi nafsi ada tiga, yaitu mendapatkan semua harta
ashabul furud, dan jika seluruh warisan habis dibagikan, ia tidak mendapatkan
warisan.
seseorang wafat meninggalkan ayah dalam hal ini ayah mendapat semua
3. Jika harta warisan telah habis dibagi kepda yang berhak, ashabah tidak
perempuan se ibu, dan paman dalam hal ini saudara kandung perempuan
4. Ashabah bi al-ghair
Yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa karena bersama-sama dengan ahli
waris yang telah menerima bagian sisa apabila ahli waris penerima sisa tidak
ada maka ia tetap menerima bagian tertentu. Ahli waris penerima ashabah bi al-
2) Cucu perempuan garis laki-laki bersama dengan cucu laki-laki garis laki-
laki
anak kandung perempuan, dalam hal ini seluruh harta warisan dibagi diantara
mereka berdua, sebagai ashabah dengan ketentuan bagian laki-laki adalah dua
Conotoh kasus 2:
Seseorang wafat maninggalkan cucu laki-laki dan dua cucu perempuan, dalam
hal ini harta warisan menjadi milik mereka berdua sebagai ashabah dengan
Contoh kasus 3:
hal ini harta warisan menjadi milik mereka berdua, sebagai ashabah dengan
ketentuan bagian laki-laki adalah dua kali lipat dari bagian perempuan.
Contoh kasus 4:
seayah, dalam hal ini harta warisan menjadi milik mereka berdua sebagai
maka bagian ahli waris laki-laki adalah dua kali bagian perempuan. Dasar
laki-laki sama dengan dua orang anak perempuan” (QS. An-Nisa’: 11).
Ashaba bil ghair adalah warisan yang berdasarkan kaidah bahwa bagian
laki-laki adalah dua kali lipat bagian perempuan. Ashabah bil ghair adalah
setiap wanita yang bagian warisannya setelah atau dua sepertiga jika ada laki-
1. Ashabah, yaitu wanita yang memiliki hak waris setengah dari harta
warisan jika ia sendiri atau dua sepertiga jika ia berdua atau lebih
2. Ghair, yaitu laki-laki yang bergabung bersama wanita karena berada pada
derajat yang sama dan memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kuat.
1. Seseorang wafat meninggal anak perempuan, ibu, dan paman, dalam hal
dalam hal ini dua anak perempuan memperoleh 2/3 bagian berdasarkan
sebagai ashabah dengan ketentuan bagian kali-laki adalah dua kali lipat
bagian perempuan.
Dalam pengertian lain ashabah bil ghair adalah warisan dengan kaidah bagian
laki-laki adalah dua kali lipat bagian perempuan. Dalam penjelasan kedua
ashabah bil ghair adalah setiap wanita yang berhak memperoleh setengah dari
harta warisan jika ia hanya sendirian atau 2/3 jika berdua atau lebih.
1. Ashabah ma’a al-ghair yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa
bagian sisa. Apabila ahli waris lain tidak ada, maka ia menerima bagian
perempuan atau cucu perempuan garis laki-laki (seorang laki-laki atau lebih)
masing adalah:
– Anak perempuan
– Ibu
ataun cucu perempuan (seorang atau lebih), misalnya seorang meninggal ahli
warisnya terdiri dari seorang anak perempuan, seorang cucu perempuan garis
laki-laki, dan dua orang saudara perempuan seayah. Maka bagian masing-
masing adalah:
– Anak perempuan
perempuan garis laki-laki 1/6 dan sisanya untuk saudara perempuan (HR. Al-
Contoh kasus 1:
memperoleh ½ dari harta warisan, cucu perempuan memperoleh 1/6 dari harta
Contoh kasus 2:
Seorang wanita wafat meninggalkan suami, ibu, dua anak perempuan, dan
saudara perempuan seayah, dalam hal ini suami memperoleh ¼ dari harta
warisan, ibu memperoleh 1/6 dari harta warisan, dua anak perempuan
Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa ashabah ma’al ghair memiliki dua
contoh pertama.
2. Ia tidak mewarisi apapun. Hal itu terjadi jika seuruh harta warisan telah
Kesimpulan:
ta’shib pada hakikatnya, para ulama faraid mempunyai kesamaan persepsi dan
asal-usul antara lain sebagai mana yang dikemukakn Rifa’I Arif. Dalam
pengertian lain ashabah adalah bagian sisa setelah diberikan kepada ahli waris
ashbul al-furud. Sebagai ahli waris penerima bagian sisa, ahli waris ashabah
bagian sedikit, tetapi terkadang tidak menerima bagian sama sekali, karena telah
Macam-macam Ashabah
1. Ashabah bi nafsi
Yaitu ahli waris yang karena kedudukan dirinya sendiri berhak menerima
bagian ashabah, ahli waris kelompok ini semuanya laki-laki, kecuali mu’tiqah
1. Ashabah bi al-ghair
Yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa karena bersama-sama dengan ahli
waris yang telah menerima bagian sisa apabila ahli waris penerima sisa tidak
1. Ashabah ma’a al-ghair yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa
bagian sisa.
DAFTAR PUSTAKA
Suhrawardi K. Rubis. Hukum Waris Islam. Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Ahmad Rofiq. Fiqih Mawaris. Cet. 4; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001.
M. Thaha Abul Ela Khalifah. Hukum Waris. Cet. 1; Solo: Tiga Serangkai, 2007.
LATIHAN :
1. Apa yang di maksud Ashabah? Jelaskan!