Anda di halaman 1dari 5

Modul Hukum Asuransi

PERTEMUAN 1 :
TERMINOLOGI HUKUM ASURANSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian hukum asuransi
Anda harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan pengertian hukum asuransi

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
TERMINOLOGI HUKUM ASURANSI

Istilah
Di indonesia dikenal dua istilah yaitu pertanggungan dan asuransi.
Asalnya, dari bahasa Belanda, verzekering dan asurantie. Kalau dalam bahasa
inggris yaitu assurance dan insurance.1
KHUD dan UU no. 2 tahun 1992 mengenai Perusahaan Asuransi tidak
membakukan istilah tersebut. Keduanya memakai rumusan pertanggungan atau
asuransi.2
Pengertian
Menurut pasal 246 KUHD, Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen
atau peristiwa tidak pasti.3
Menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada

1
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang (Yogyakrta: FH UII Press, 2006),
halaman 194
2
Ibid.
3
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia (Bandung: Citra Aditya bakti,
2006), hlm. 8-9.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


1
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang


diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.4
Rumusan pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ternyata
lebih luas kalau dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHD karena tidak hanya
meliputi asuransi kerugian, tetapi juga asuransi jiwa. Hal ini bisa diketahui dari kata-
kata bagian akhir rumusan, yaitu “untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Dengan
demikian objek asuransi tidak hanya meliputi harta kekayaan, tetapi juga juwa/raga
manusia. Rumusan pasal ini juga mengandung kesesuaian dengan rumusan Pasal 41
New York Insurance Law.5

Perbandingan Rumusan
Bisa dikemukakan perbandingan rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1992 dan Pasal 246 KUHD sebagai berikut :6
1). Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian
dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat “ penggantian
karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan”. Asuransi jiwa
dibuktikan oleh bagian kalimat “memberikan pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang”. Bagian ini tidak ada dalam definisi Pasal 246
KUHD.
2). Definisi dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1992 secara eksplisit meliputi
juga asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam bagian kalimat
“tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”. Bagian ini tidak ada dalam definisi
Pasal 246 KUHD.
3). Definisi dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1992 mencakup objek asuransi
berupa benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa

4
Ibid, hlm. 11.
5
Ibid.
6
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


2
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

manusia. Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terkandung dalam definisi Pasal
246 KUHD.
4). Definisi dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1992 mencakup evenemen yaitu
peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan peristiwa
meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang tidak ada dalam definisi
Pasal 246 KUHD.

Dari Defenisi tersebut bisa dikemukakan Unsur-Unsur Asuransi sebagai


berikut:7
(1) Pihak-Pihak
Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu Tertanggung dan
Penanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan
Tertanggung merupakan pendukung kewajiban dan hak. Penanggung wajib
menanggung resiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh
pembayaran premi. Sedangkan Tertanggung wajib membayar Premi dan
berhak mendapatkan penggantian apabila timbul kerugian atas harta miliknya
yang diasuransikan.

(2) Status Para Pihak


Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, bisa berbentuk
Perseroan terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koperasi.
Tertanggung bisa berstatus sebagai Perseorangan, Persekutuan, atau Badan
Hukum, baik sebagai perusahaan atau bukan perusahaan. Tertanggung
berstatus sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta yang
diasuransikan.

(3) Objek Asuransi


Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat dapat
benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui
objek asuransi itu terdapat tujuan yang ingin didapatkan oleh para pihak.
Penanggung punya tujuan ingin medapatkan sejumlah premi sebagai imbalan

7
Ibid., hlm. 7-9.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


3
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

pengalihan risiko. Tertanggung punya tujuan yaitu bebas dari risiko dan
mendapatkan penggantian apabila timbul kerugian atas harta miliknya.

(4) Peristiwa Asuransi


Peristiwa asuransi merupakan perbuatan hukum ( legal act ) berupa
persetujuan atau kesepakatan bebas antara Penanggung dan Tertanggung
tentang objek asuransi, yaitu peristiwa tidak pasti ( evenemen ), yang
mengancam benda asuransi, disertai syarat-syarat yang berlaku dalam
asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas itu dibikin dalam bentuk tertulis
berupa akta yang disebut polis. Polis ini adalah satu-satunya alat bukti yang
dipakai untuk membuktikan bahwa sudah terjadi asuransi. Pasal 255 KUHD
(Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) menyebutkan bahwa Pertanggungan
harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta, yang bernama Polis.8
(5) Hubungan Asuransi
Hubungan asuransi yang berlangsung antara Penanggung dan Tertanggung
merupakan keterikatan ( legally bound ) yang timbul karena ada persetujuan
atau kesepakatan bebas. Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela
dari Penanggung dan Tertanggung untuk melaksanakan kewajiban dan hak
masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal balik).
Hal ini berarti, sejak tercapainya kesepakatan asuransi, tertanggung terikat
dan wajib membayar premi asuransi kepada Penanggung, dan pada saat yang
sama Penanggung menyanggupi pengalihan risiko. Apabila terjadi evenemen
yang menimbulkan kerugian atas benda asuransi, maka Penanggung wajib
membayar ganti kerugian sesuai dengan polis asuransi. Akan tetapi apabila
tidak terjadi evenemen premi yang sudah dibayar oleh Tertanggung tetap
menjadi milik Penanggung.9

8
Siti Soemarti Hartono, KUHD & Peraturan Kepailitan (Yogyakarta: Seksi Hukum
Dagang Fakultas Hukum UGM, 1982), hlm. 82.
9
Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit.,hlm.9.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


4
Universitas Pamulang
Modul Hukum Asuransi

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan pengertian asuransi ?
2. Apa tujuan dan fungsi adanya asuransi ?
3. Bagaimana tata cara operasional asuransi ?
4. Jelaskan unsur-unsur asuransi ?
5. Perbandingan rumusan KUHD, jelaskan ?

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


5
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai