Anda di halaman 1dari 8

HUKUM WARIS

Kelompok 1

Pembagian ahli waris ½, 1/3, 1/8

1. Dasar Hukum Pembagian Waris Bagian ½


Bagian pasti ½ diperuntukkan bagi 5 (lima) orang ahli waris, yaitu:
1) Suami
2) Anak Perempuan
3) Cucu perempuan dari anak laki-laki (selanjutnya disebut cucu perempuan)
4) Saudara perempuan sekandung
5) Saudara perempuan seayah
Kelima ahli waris tersebut dapat menerima bagian warisan 1/2 apabila memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan. syarat bagi kelima ahli waris yang mendapatkan bagian pasti
1/2 adalah sebagai berikut:
1) Seorang suami bisa mendapatkan bagian 1/2 dengan satu syarat bila sang istri yang
meninggal dunia tidak meninggalkan anak atau cucu baik laki-laki maupun
perempuan, baik anak atau cucu dari sang suami tersebut maupun dari suami
sebelumnya, dan bahkan meskipun anak atau cucu tersebut dari hasil zina.
Bila seorang suami mewarisi harta peninggalan istrinya bersamaan dengan anak atau
cucunya sang istri maka ia hanya mendapatkan bagian 1/4, bukan 1/2 sebagaimana
akan dijelaskan pada Bab Bagian Pasti Seperempat, insya Allah.
2) Anak perempuan bisa mendapatkan bagian 1/2 apabila memenuhi 2 (dua) syarat,
yakni:
a. Sendirian, tidak lebih dari satu orang
b. Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan
(muashshib)-nya, yakni anak laki-lakinya si mayit.

Artinya: “Bila anak perempuan seorang diri maka baginya separo harta
warisan.” Bila seorang anak perempuan mewarisi harta peninggalan orang
tuanya bersamaan dengan anak laki-laki sebagai mu’ashshib-nya maka ia
tidak bisa mendapatkan bagian 1/2, ia hanya bisa mendapatkan bagian sisa
(ashabah) bersama dengan anak laki-laki tersebut dengan pembagian anak
laki-laki dua kali bagian anak perempuan.
3) Cucu perempuan bisa mendapatkan bagian 1/2 bila memenuhi 3 (tiga) syarat:
a. Sendirian, tidak lebih dari satu orang
b. Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan
(mu’ashshib)-nya, yakni cucu laki-lakinya si mayit.
c. Tidak bersamaan dengan anaknya si mayit baik laki-laki maupun perempuan.
Dasar seorang cucu perempuan bisa mendapatkan bagian 1/2 adalah ijma’
para ulama di mana mereka mengatakan bahwa cucu dari anak laki-laki baik
perempuan maupun laki-laki dapat menempati tempatnya anak di dalam
mewarisi. Bila seorang cucu perempuan mewarisi harta waris kakeknya
bersamaan dengan cucu laki-laki yang menjadi mu’ashshib-nya maka ia tidak
bisa mendapatkan bagian 1/2, ia hanya bisa mendapatkan bagian sisa
(ashabah) bersama dengan cucu laki-laki tersebut dengan pembagian cucu
laki-laki dua kali bagian cucu perempuan. Sedangkan bila cucu perempuan
bersamaan dengan anaknya si mayit baik laki-laki ataupun perempuan maka
ia tidak bisa mendapatkan bagian 1/2. Bisa jadi ia hanya mendapatkan bagian
1/6 atau tidak mendapatkan apa-apa alias mahjûb.
4) Saudara perempuan sekandung bisa mendapatkan bagian 1/2 bila memenuhi 4
(empat) syarat, yakni:
a. Sendirian, tidak lebih dari satu orang.
b. Tidak adanya anak atau cucu dari anak laki-lakinya si mayit, baik laki-laki
maupun perempuan.
c. Tidak adanya orang tua laki-lakinya si mayit, yakni bapak atau kakek.
d. Tidak ada ahli waris laki-laki yang mengashabahkan (mu’ashshib)-nya, yakni
saudara laki-laki sekandungnya si mayit.

Artinya: “Bila seseorang yang tidak memiliki anak meninggal dunia dan ia
memiliki seorang saudara perempuan maka bagi saudara perempuannya itu
separo dari apa yang ditinggalkannya.” Bila saudara perempuan sekandung
mewarisi bersamaan dengan anak, cucu dari anak laki-laki, bapak atau
kakeknya si mayit maka ia tidak mendapatkan bagian waris 1/2. Bisa jadi ia
hanya mendapat bagian sisa (ashabah) atau bahkan tak mendapat bagian
berapapun alias mahjûb. Sedangkan bila ia bersamaan dengan saudara laki-
laki sekandungnya si mayit yang menjadi mu’ashshib-nya maka ia tidak bisa
mendapatkan bagian 1/2, ia hanya bisa mendapatkan bagian sisa (ashabah)
bersama dengan mu’ashshib-nya itu dengan pembagian saudara laki-laki
sekandung mendapat dua kali bagian saudara perempuan sekandung.
5) Saudara perempuan seayah bisa mendapatkan bagian 1/2 dengan 5 (lima) syarat yang
harus dipenuhi, yakni:
a. Sendirian, tidak lebih dari satu orang.
b. Tidak bersamaan dengan anak atau cucu dari anak laki-lakinya si mayit, baik
laki-laki maupun perempuan.
c. Tidak bersamaan dengan orang tua laki-lakinya si mayit, yakni bapak atau
kakek.
d. Tidak bersamaan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan (mu’ashshib)-
nya, yakni saudara laki-laki sekandungnya si mayit.
e. Tidak adanya saudara laki-laki sekandung dan saudara perempuan
sekandungnya si mayit. Dasar saudara perempuan seayah bisa mendapatkan
bagian 1/2 adalah sama dengan dasarnya seorang saudara perempuan
sekandung bisa mendapatkan bagian 1/2, yakni ayat 176 Surat An-Nisa.
Menurut ijma’ para ulama yang dimaksud ukhtun (saudara perempuan) dalam
ayat tersebut adalah saudara perempuan sekandung dan seayah.
2. Dasar Hukum Pembagian Waris Bagian 1/3
Dalam pembagian warisan, bagian pasti 1/3 (sepertiga) diberikan kepada 2 (dua) orang ahli
waris, yakni ibu dan saudara seibu. Ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Muhammad
bin Ali Ar-Rahabi dalam kitab Matnur Rahabiyyah:

Artinya: "Sepertiga itu bagiannya ibu bila tak ada anak Juga bila tak ada saudara yang
berbilangan banyak Sepertiga juga bagi dua orang laki-laki atau perempuan Dari anaknya
ibu tanpa kebohongan." (Muhammad bin Ali Ar-Rahabi, Matnur Rahabiyyah dalam ar-
Rabahiyyatud Dîniyyah, Semarang: Toha Putra, tanpa tahun, halaman 21–22).
Tentunya kedua ahli waris tersebut bisa mendapatakan bagian 1/3 bila memenuhi syarat-
syarat tertentu. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya al-Mu’tamad fil Fiqhis Syâfi’iy
menjelaskan syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1. Seorang ibu bisa mendapatkan bagian 1/3 bila memenuhi dua syarat:
a. Tidak bersamaan dengan anaknya si mayit atau cucu dari anak laki-lakinya si mayit, baik
laki-laki maupun perempuan, baik satu orang atau lebih. Berdasarkan firman Allah dalam
Surat An-Nisa ayat 11:
ُ ُ‫فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَهُ أَبَ َواهُ فَأِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫ث‬
Artinya: “Apabila orang yang meninggal tidak memiliki anak dan yang mewarisinya adalah
adalah kedua orang tuanya maka bagi ibunya bagian sepertiga.”
Bila seorang ibu bersamaan dengan anak atau cucunya si mayit maka ia hanya mendapatkan
bagian 1/6, bukan 1/3.
b. tidak bersamaan dengan saudaranya si mayit lebih dari satu orang, baik saudara si mayit
itu laki-laki maupun perempuan, baik saudara sekandung, sebapak, ataupun seibu.
Bila bersamaan dengan saudaranya si mayit lebih dari satu orang maka ibu hanya mendapat
bagian 1/6, bukan 1/3 (Wahbah Az-Zuhaili, al-Mu’tamad fil Fiqhis Syâfi’iy, Damaskus,
Darul Qalam, 2011, juz IV, halaman 374).
Berdasarkan firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 11:

2. Saudara seibu.
Yang dimaksud saudara seibu di sini adalah saudaranya si mayit yang satu ibu namun beda
bapak. Dalam hal warisan saudara seibu antara laki-laki dan perempuan dianggap sama,
tidak dibedakan, sehingga ketika berkumpul saudara laki-laki seibu dan saudara perempuan
seibu semuanya mendapat bagian yang sama rata, tidak berlaku hukum “laki-laki mendapat
dua bagian perempuan”. Sebagaimana disebutkan Imam Ar-Rahabi dalam baitnya:
Artinya: Dan sepadan (saudara seibu) perempuan dan laki-laki Di dalam bagian seperenam
sebagaimana telah dijelaskan Al-Qur’an yang tertulis (Muhammad bin Ali Ar-Rahabi, tt: 24)

Artinya: “Bila saudara seibu itu lebih dari satu orang maka mereka bersekutu dalam
mendapat bagian sepertiga.” Dr. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa saudara seibu atau
yang dalam ilmu faraidl disebut dengan waladul umm bisa mendapatkan bagian 1/3 bila
memenuhi dua syarat, yakni:
a. Lebih dari satu orang. Baik berupa laki-laki semua, perempuan semua, atau gabungan
laki-laki dan perempuan, hukum mereka sama saja. Bila saudara seibu hanya terdiri dari satu
orang saja maka ia hanya mendapatkan bagian 1/6, bukan 1/3.
b. Tidak adanya orang-orang yang menghalanginya mendapatkan warisan, yakni orang tua
laki-lakinya si mayit (bapak dan kakek) dan anak dan cucunya si mayit (anak laki-laki, cucu
laki-laki dari anak laki-laki, anak perempuan, dan cucu perempuan dari anak laki-laki terus
ke bawah) (Wahbah Az-Zuhaili, 2011: 373).
Bila saudara seibu bersamaan dengan salah satu dari orang-orang tersebut maka ia tidak
mendapatkan apapun dari harta waris (mahjûb). Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
Bab Hijab, insya Allah.
3. Dasar Hukum Pembagian Waris Bagian 1/3
Perihal bagian pasti 1/8 (seperdelapan) Imam Muhammad bin Ali Ar-Rahabi menuturkan
dalam kitab Matnur Rahabiyyah:
Artinya: Seperdelapan untuk satu dan beberapa istri Bersama anak laki-laki atau perempuan
Atau bersama anaknya anak laki-laki, ketahuilah Jangan kau sangka kumpulnya istri jadi
syarat, pahamilah (Muhammad bin Ali Ar-Rahabi, Matnur Rahabiyyah dalam ar-
Rabahiyyatud Dîniyyah, Semarang, Toha Putra, tanpa tahun), halaman 18-19)
Dari kedua bait di atas diketahui bahwa bagian pasti 1/8 hanya diperuntukkan untuk satu ahli
waris saja yakni bagi istri si mayit, baik sang istri tersebut satu orang ataupun lebih.

Artinya: “Apabila kalian memiliki anak maka bagi mereka (para istri) seperdelapan dari apa
yang kalian tinggalkan.”
Dari kedua bait itu pula dipahami bahwa seorang istri bisa mendapatkan bagian 1/8 apabila
memenuhi satu syarat yakni bersamaan dengan anaknya si mayit atau cucu dari anak laki-
lakinya si mayit. Anak atau cucu ini bisa laki-laki atau perempuan, satu atau banyak orang,
dari suami yang meninggal atau dari suami sebelumnya, dan bahkan baik dari hasil
perkawinan yang sah ataupun dari hasil perzinaan.
Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi, artinya bila tidak ada anak atau cucu dari anak laki-
lakinya si mayit, maka istri tidak mendapatkan bagian 1/8 namun mendapatkan bagian 1/4.
Pun bagian 1/8 ini diberikan kepada istri baik berjumlah satu orang ataupun lebih. Bila
jumlah istri yang menerima warisan lebih dari satu orang maka hasil dari bagian 1/8 tersebut
dibagi rata kepada semua istri yang ada.
Sebagai contoh, seorang laki-laki meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris 3 orang istri
dan 2 orang anak laki-laki. Pembagian harta warisan sang suami tersebut adalah sebagai
berikut:
a. 3 orang istri secara keseluruhan mendapatkan bagian 1/8 dari harta waris karena ia
bersamaan dengan anaknya si mayit yakni 2 orang anak laki-laki. Hasil dari 1/8 itu
kemudian dibagi rata kepada ketiga istri tersebut.
b. 2 anak laki-laki mendapatkan seluruh sisa harta waris yang sebelumnya telah diambil 1/8
oleh 3 orang istri.

Anda mungkin juga menyukai