Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN III

Ashabul Furudh II

Ahli waris yang mengapat 2/3, 1/3 dan 1/6 bagian

1. Ahli waris yang mendapat 2/3 Bagian

a. Anak perempuan

b. Cucu perempuan dari anak laki-laki

c. Saudara perempuan sekandung

d. Saudara perempuan sebapak

Ke empat ahli waris tersebut di atas bisa mendapatkan bagian 2/3 dari harta warisan
apabila memenuhi syarat-syarat tertentu.

Sebagaimana disebutkan pada keempat bait di atas dan juga dijabarkan oleh Dr.
Wahbah Zuhaili dalam kitab al-Mu’tamad fil Fiqhis Syâfi’i, syarat-syarat yang mesti
dipenuhi oleh keempat ahli waris untuk mendapatkan bagain 2/3 adalah:

Ad a. Anak perempuan dengan syarat:


1) Lebih dari satu orang
2) Tidak bersamaan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan (mu’ashshib)-nya
yakni anak laki-lakinya si mayat. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah dalam Surat
An-Nisa/ 4: 11 yang artinya;
Bila anak-anak perempuan itu lebih dari dua orang maka bagi mereka dua pertiga
dari apa yang ditinggalkan.

Ad b. Cucu perempuan dari anak laki-laki bisa mendapatkan bagian 2/3 dengan
syarat:

1) Lebih dari satu orang

2) Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan (mu’ashshib)-


nya yakni cucu laki-laki dari anak laki-lakinya si mayat

3) Tidak bersamaan dengan anaknya si mayat baik laki-laki maupun perempuan, baik
satu orang maupun lebih.

Adapun bila bersamaan dengan anak perempuannya si mayat tanpa adanya anak laki-
laki si mayat maka bagian cucu perempuan yang lebih dari satu orang ini dirinci
seabagi berikut:

1) Bila anak perempuannya hanya 1 orang maka cucu perempuan mendapatkan


bagian 1/6 dari harta waris.
2) Bila anak perempuannya lebih dari 1 orang maka cucu perempuan menjadi
terhalang (mahjûb) dari mendapat harta warisan. 

Ad c. Saudara perempuan sekandung bisa mendapatkan bagian 2/3 harta waris


dengan syarat:

1) Lebih dari satu orang

2) Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan (mu’ashshib)-


nya yakni saudara laki-laki sekandungnya si mayit, baik satu orang atau lebih.

3) Tidak ada orang yang menghalanginya untuk mendapatkan bagian 2/3, baik
menghalanginya secara keseluruhan tidak mendapat warisan (hijab hirmân) ataupun
menghalanginya tidak mendapat secara utuh bagian 2/3 namun tetap mendapat bagian
yang kurang dari itu (hijab nuqshân).

2. Ahli waris yang mendapat 1/3 bagian


a. Seorang ibu bisa mendapatkan bagian 1/3 bila memenuhi dua syarat:
1) Tidak bersamaan dengan anaknya si mayat atau cucu dari anak laki-lakinya si
mayat, baik laki-laki maupun perempuan, baik satu orang atau lebih.
Berdasarkan firman Allah dalam Surat An-Nisa/4;:11 yang artinya:

Apabila orang yang meninggal tidak memiliki anak dan yang mewarisinya
adalah kedua orang tuanya maka bagi ibunya bagian sepertiga.

Bila seorang ibu bersamaan dengan anak atau cucunya si mayit maka ia hanya
mendapatkan bagian 1/6, bukan 1/3.

2) Tidak bersamaan dengan saudaranya si mayat lebih dari satu orang, baik saudara
si mayat itu laki-laki maupun perempuan, baik saudara sekandung, sebapak,
ataupun seibu. Bila bersamaan dengan saudaranya si mayat lebih dari satu orang
maka ibu hanya mendapat bagian 1/6, bukan 1/3
Berdasarkan firman Allah dalam Surat An-Nisa/4: yang artinya
Apabila orang yang meninggal memiliki beberapa saudara maka bagi ibunya
bagian seperenam.

b. Saudara seibu, yang dimaksud saudara seibu di sini adalah saudaranya si


mayat yang satu ibu namun beda bapak. Dalam hal warisan saudara seibu antara
laki-laki dan perempuan dianggap sama, tidak dibedakan, sehingga ketika
berkumpul saudara laki-laki seibu dan saudara perempuan seibu semuanya
mendapat bagian yang sama rata, tidak berlaku hukum “laki-laki mendapat dua
bagian perempuan, dan sepadan (saudara seibu) perempuan dan laki-laki Di
dalam bagian seperenam sebagaimana telah dijelaskan pada QS An-Nisa’/4: 12
yang artinya:
Bila saudara seibu itu lebih dari satu orang maka mereka bersekutu dalam
mendapat bagian sepertiga.
Dr. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa saudara seibu atau yang dalam ilmu
faraid disebut dengan waladul umm bisa mendapatkan bagian 1/3 bila memenuhi
dua syarat, yakni:
1) Lebih dari satu orang, baik laki-laki semua, perempuan semua, atau
gabungan laki-laki dan perempuan, hukum mereka sama saja. Bila
saudara seibu hanya terdiri dari satu orang saja maka ia hanya
mendapatkan bagian 1/6, bukan 1/3.
2) Tidak adanya orang-orang yang menghalanginya mendapatkan
warisan, yakni orang tua laki-lakinya si mayat (bapak dan kakek) dan
anak dan cucunya si mayat (anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak
laki-laki, anak perempuan, dan cucu perempuan dari anak laki-laki
terus ke bawah) (Wahbah Az-Zuhaili, 2011: 373). Bila saudara seibu
bersamaan dengan salah satu dari orang-orang tersebut maka ia tidak
mendapatkan apapun dari harta waris (mahjûb).
3. Ahli waris yang mendapat 1/6 bagian
1/6 (seperenam) diberikan kepada 7 (tujuh) orang ahli waris, yakni:  
a. . Bapak
b . Ibu
c. Cucu perempuan dari anak laki-laki
d. Kakek (bapak dari bapak)
e. Saudara perempuan seayah
f. Nenek
g. Saudara seibu

Ad. a Bapak, mendapatkan bagian 1/6 dengan satu syarat adanya anak atau cucunya
si mayat, baik laki-laki maupun perempuan, baik satu orang atau lebih.   Berdasarkan
firman Allah dalam Surat An-Nisa/4: 11 yang artinya:  

Dan bagi kedua orang tuanya si mayat masing-masing mendapatkan seperenam dari
apa yang ditinggalkannya apabila ia memiliki anak.

Hanya saja bila bapak bersamaan dengan anak perempuan atau cucu perempuan maka
ia disamping mendapatkan bagian pasti 1/6 juga mendapatkan sisa harta waris
(ashabah) bila masih ada sisa setelah diambil oleh para ahli waris yang mendapatkan
bagian pasti

Ad b. Ibu ,mendapatkan bagian 1/6 bila memenuhi salah satu dari 2 syarat, yakni:  

1) Adanya anak atau cucunya si mayat sebagaimana syaratnya bapak di atas.Syarat


ini didasarkan pada firman Allah dalam QS An-Nisa/ 4 11
2) Bersamaan dengan adanya saudaranya si mayat lebih dari satu orang, baik saudara
sekandung, saudara sebapak, ataupun saudara seibu atau gabungan dari ketiganya.  
Berdasarkan firman Allah pada QS An-Nisa/: 11 yang artinya;

Jika orang yang meninggal memiliki beberapa saudara maka bagi ibunya
bagian seperenam.

Ad c. Kakek, atau bapak dari bapak , mendapatkan bagian 1/6 bila memenuhi 2
syarat, yakni:  

a) Adanya anak atau cucunya si mayat sebagaimana syaratnya bapak di atas.  


b) Tidak adanya bapak si mayat.  

Ad d. Nenek, baik ibu dari ibu atau ibu dari bapaknya si mayat, baik berjumlah satu
orang atau lebih, bisa mendapatkan bagian 1/6 bila memenuhi 2 syarat:  

1) Tidak adanya ibunya si mayat.   


2) Tidak adanya orang yang menghalanginya untuk mendapatkan warisan.  

Ad e. Cucu perempuan dari anak laki-laki baik satu orang atau lebih, bisa
mendapatkan bagian 1/6 bila memenuhi 3 syarat:  

1) Bersamaan dengan satu orang anak perempuannya si mayat  


2) Tidak bersamaan dengan anak laki-lakinya si mayat
3) Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan
(mu’ashshib)-nya, yakni cucu laki-laki dari anak laki-laki  

Ad f. Saudara perempuan sebapak, baik satu orang atau lebih, mendapatkan bagian
1/6 dengan 3 syarat:  

1) Tidak adanya anak (laki-laki atau perempuan) dan cucu (laki-laki atau
perempuan) dari anak laki-laki .
2)  Tidak ada orang tua laki-laki yaitu bapak dan kakek dari pihak bapak.  

3) Tidak bersamaan dengan saudara laki-laki kandung  

4)Bersamaan dengan satu orang saudara perempuan kandung  

5) Tidak bersamaan dengan ahli waris laki-laki yang mengashabahkan


(mu’ashshib)-nya, yakni saudara laki-laki sebapaknya si mayat  

Dari syarat-syarat itu pula bisa dipahami bahwa saudara perempuan sebapak,
baik satu orang atau lebih, mendapatkan bagian 1/6 bila ia bersamaan dengan
saudara perempuan sekandungnya si mayat 1 orang saja, dan tidak ada ahli
waris lain sebagimana disebutkan di atas.  

Ad g. Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, atau yang biasa disebut waladul
umm bisa mendapatkan bagian 1/6 bila memenuhi 2 (dua) syarat:  

1) Hanya satu orang.   Bila saudara seibu yang mewarisi berjumlah lebih dari
satu orang maka mendapatkan bagian 1/3, bukan 1/6.  

2) Tidak bersamaan dengan orang yang menghalanginya mendapatkan


warisan.

Buku Sumber

1. Abdul Aziz Dahlan (ed), 1997, Esiklopedi Hukum Islam, Jakarta:PT Intermasa
2. Amir Syarifuddin. Hukum Kewarisan Islam, cet. II. 2015 Jakarta: Prenada
Media, 2015.
3. Amir Syarifudddin . 2003 Garis-Garis Besar Fikih, Jakarta:Prenadamedia

4. Ibnu Hajjar Al-Asqalany. 2002 Bulugh al-Maraam min Adillat al-Ahkaam.


Beirut: Dar al-Kutb al-Islamiyah
5. Diirektorat Pembinaan Peradilan Agama. . 2001. Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia . Departemen Agama RI : Ditjen Pembinaan Kelembagaan Islam
6. Hazairin’ 1982 Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur‟an dan Hadits.
Jakarta: Penerbit: Tintamas
7. Kasuwi Saiban, 2011, Hukum Kewarisan dalam Islam, Malang: Universitas
Merdeka Malang:
8. Sayid Sabiq. 2008. Fiqh as-Sunnah. Beirut: Daar Al-Fikr

9. Wahbah Zuhaihi. 2007. Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz 10. Damaskus: Daar
al-Fikr

10 . Wahbah Zuhaili, 2011 Al-Mu’tamad fil Fiqhis Syâfi’i juz IV Damaskus: Daar
Al-Qalam

Anda mungkin juga menyukai